Tugas Mandiri
Stase Praktek Keperawatan Dasar
Disusun oleh:
BELLA WILITA DESI
18/436102/KU/20958
Nyeri adalah keadaan suatu mekanisme protektif tubuh yang timbul apabila jaringan
mengalami kerusakan dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan
rangsangan tersebut (Guyton Hall, 1997).
1. Nyeri Akut
Nyeri akut adalah suatu keadaan ketika seseorang melaporkan adanya
ketidaknyamanan yang hebat. Awitan nyeri akut biasanya mendadak, durasinya singkat
kurang dari 6 bulan. Dalam NANDA 2012-2014, nyeri akut adalah pengalaman sensori dan
emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual
atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa; awitan yang tiba-
tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi
atau dapat diprediksi dan berlangsung < 6 bulan.
2. Nyeri Kronik
Nyeri kronik adalah keadaan dimana seorang individu mengalami nyeri yang
berlangsung terus menerus, akibat kausa keganasan dan non keganasan atau intermiten
selama 6 bulan atau lebih. Dalam NANDA 2012-2014, nyeri kronis adalah pengalaman
sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan
yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa; awitan
yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat
diantisipasi atau dapat diprediksi dan berlangsung > 6 bulan.
3. Mual
Mual adalah keadaan ketika individu mengalami sesuatu ketidaknyamanan, sensasi
seperti gelombang dibelakang tenggorokan, epigastrium, atau seluruh abdomen yang
mungkin atau mungkin tidak menimbulkan muntah. Dalam NANDA 2012-2014, mual
adalah sensasi seperti gelombang dibelakang tenggorokan, epigastrium, atau abdomen yang
menyebabkan dorongan atau keinginan untuk muntah.
B. PROSES FISIOLOGI
1. Nyeri
Antara stimulus cedera jaringan dan pengalaman subyektif nyeri terhadap empat
proses tersendiri: Transduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi. Transduksi nyeri
adalah proses rangsangan yang mengganggu sehingga menimbulkan aktivitas listrik di
reseptor nyeri.
Transmisi nyeri melibatkan proses penyaluran impuls nyeri dari tempat terinduksi
melewati saraf perifer sampai termal di medula spinalis dan jaringan neoron-neuron
pemancar yang naik dan medula spinalis ke otak. Medulasi nyeri melibatkan aktivitas
saraf melalui jalur-jalur saraf desendens dari otak yang dapat mempengaruhi transmisi
nyeri yang setinggi medula spinalis.
Medulasi juga melibatkan faktor-faktor kimiawi yang menimbulkan atau
meningkatkan aktivitas direseptor nyeri aferen primer. Akhirnya, persepsi nyeri adalah
pengalaman subyektif nyeri yang bagaimanapun juga dihasilkan oleh aktivitas
transmisi nyeri oleh saraf.
2. Mual
Mual dapat dijelaskan sebagai perasaan yang sangat tidak enak dibelakang
tenggorokan dan epigastrium, sering menyebabkan muntah. Terdapat berbagai
perubahan aktivitas saluran cerna yangberkaitan dengan mual seperti meningkatnya
salivasi, menurunnya tonus lambung dan peristaltik. Peningkatan tonus duodenum dan
jejenum menyebabkan terjadinya refluks isi dodenum kedalam lambung. Namun
demikian, tidak terdapat bukti yang mengesankan bahwa inimenyebabkan mual. Tanda
dan gejala mual sering kali adalah pucat, meningkatnya salivasi, hendak muntah,
hendak pingsan, berkeringat, da takikardia.
C. KLASIFIKASI NYERI
1. Nyeri berdasarkan kualitasnya
- Nyeri yang menyayat
- Nyeri yang menusuk
2. Nyeri berdasarkan tempatnya
- Nyeri superfisial/ nyeri permukaan tubuh
- Nyeri dalam/ nyeri tusuk bagian dalam
- Nyeri ulseral/ nyeri dari tusuk jaringan ulseral
- Nyeri neurologis/ nyeri dari kerusakan saraf perifer
- Nyeri menjalar/ nyeri akibat kerusakan jaringan ditempat lain
- Nyeri sindrom/ nyeri akibat kehilangan sesuatu bagian tubuh karena
pengalaman masa lalu
- Nyeri patogenik/ nyeri tanpa adanya stimulus
3. Nyeri berdasarkan serangannya
- Nyeri akut: nyeri yang timbul tiba-tiba, waktu kurang dari 6 bulan
- Nyeri kronis: nyeri yang timbul terus-menerus, waktu lebih atau sama 6 bulan
4. Nyeri menurut sifatnya
- Nyeri timbul sewaktu-waktu
- Nyeri yang menetap
- Nyeri yang kumat-kumatan
5. Nyeri menurut rasa
- Nyeri yang cepat: nyeri yang menusuk
- Nyeri difus: nyeri normal yang bisa dirasakan
6. Nyeri menurut kegawatan
- Nyeri ringan
- Nyeri sedang
- Nyeri berat
-
D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON NYERI
1. Usia
Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon
nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan
mengalami kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami,
karena mereka mengangnggap nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalani dan mereka
takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri diperiksakan.
2. Jenis kelamin
Laki -laki dan wanita tidak berbeda secara signifikan dalam merespon nyeri, justru
lebih dipengaruhi faktor budaya (ex: tidak pantas kalo laki-laki mengeluh nyeri, wanita
boleh mengeluh nyeri).
3. Budaya
Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap
nyeri misalnya seperti suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat
yang harus diterima karena mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak mengeluh
jika ada nyeri.
4. Makna nyeri
Berhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang terhadap nyeri dan dan
bagaimana mengatasinya.
5. Perhatian
Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi
persepsi nyeri. Menurut Gill, perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri
yang meningkat, sedangkan upaya distraksi dihubungkan dengan respon nyeri yang
menurun. Tehnik relaksasi, guided imagery merupakan tehnik untuk mengatasi nyeri.
6. Ansietas
Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan
seseorang cemas.
7. Pengalaman masa lalu
Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan saat ini nyeri
yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya. Mudah tidaknya
seseorang mengatasi nyeri tergantung pengalaman di masa lalu dalam mengatasi nyeri.
8. Pola koping
Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan sebaliknya
pola koping yang maladaptive akan menyulitkan seseorang mengatasi nyeri.
9. Support keluarga dan social
Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga atau
teman dekat untuk memperoleh dukungan dan perlindungan
E. INTENSITAS NYERI
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh individu,
pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan kemungkinan nyeri dalam
intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda oleh dua orang
yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mungkin adalah
menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran
dengan tehnik ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri.
Menurut Smeltzer, S.C bare B.G adalah sebagai berikut :
0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan: secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.
4-6 : Nyeri sedang: Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan
lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik.
7-9 : Nyeri berat: secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi
masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan
distraksi
10 : Nyeri sangat berat: Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul.
F. Penatalaksanaan
Secara umum penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri dibagi
menjadi 2, yaitu:
1. Non Farmakologik : Distraksi, Relaksasi, Stimulasi Kutaneus, Positioning
a. Distraksi
Beberapa teknik distraksi, antara lain :
Nafas lambat, berirama
Massage and Slow, Rhythmic Breathing
Rhytmic Singing and Tapping
Active Listening
Guide Imagery
b. Relaksasi
Teknik relaksasi terutama efektif untuk nyeri kronik dan memberikan beberapa
keuntungan, antara lain:
Relaksasi akan menurunkan ansietas yang berhubungan dengan nyeri atau stress
Menurunkan nyeri otot
Menolong individu untuk melupakan nyeri
Meningkatkan periode istirahat dan tidur
Meningkatkan keefektifan terapi nyeri lain
Menurunkan perasaan tak berdaya dan depresi yang timbul akibat nyeri
Beberapa teknik relaksasi yang dianjurkan adalah:
Klien menarik nafas dalam dan menahannya di dalam paru
Secara perlahan-lahan keluarkan udara dan rasakan tubuh menjadi kendor dan
rasakan betapa nyaman hal tersebut
Klien bernafas dengan irama normal dalam beberapa waktu
Klien mengambil nafas dalam kembali dan keluarkan secara perlahan-lahan, pada
saat ini biarkan telapak kaki relaks. Perawat minta kepada klien untuk
mengkonsentrasikan fikiran pada kakinya yang terasa ringan dan hangat.
Ulangi langkah 4 dan konsentrasikan fikiran pada lengan, perut, punggung dan
kelompok otot-otot lain
Setelah klien merasa relaks, klien dianjurkan bernafas secara perlahan. Bila nyeri
menjadi hebat klien dapat bernafas secara dangkal dan cepat.
c. Stimulasi Kulit (Cutaneus)
Beberapa teknik untuk stimulasi kulit antara lain :
Kompres dingin
Analgesics ointments
Counteriritan, seperti plester hangat.
Contralateral Stimulation, yaitu massage kulit pada area yang berlawanan dengan
area yang nyeri.
d. Positioning
Posisi yang nyaman akan membantu memberikan kesempatan pada otot untuk
relaksasi seoptimal mungkin.
2. Farmakologi
Agen farmakologik
a. Analgesik
Obat golongan analgesik akan merubah persepsi dan interpretasi nyeri dengan jalan
mendepresi Sistem Saraf Pusat pada Thalamus dan Korteks Cerebri. Analgesik akan
lebih efektif diberikan sebelum klien merasakan nyeri yang berat dibandingkan setelah
mengeluh nyeri. Untuk alasan ini maka analgesik dianjurkan untuk diberikan secara
teratur dengan interval, seperti setiap 4 jam setelah pembedahan.
Terdapat dua klasifikasi mayor dari analgesik, yaitu :
1) Narcotic (Strong analgesics)
Termasuk didalamnya adalah: derivat opiate seperti morphine dan codein. Narkotik
menghilangkan nyeri dengan merubah aspek emosional dari pengalaman nyeri (misal:
persepsi nyeri). Perubahan mood dan perilaku dan perasaan sehat membuat seseorang
merasa lebih nyaman meskipun nyerinya masih timbul.
2) Nonnarcotics (Mild analgesics)
Mencakup derivat dari: Asam Salisilat (aspirin); Para-aminophenols (phenacetin);
Pyrazolon (Phenylbutazone). Meskipun begitu terdapat pula obat analgesik kombinasi,
seperti kombinasi dari analgesik kuat (strong analgesics) dengan analgesik ringan
(mild analgesics), contohnya: Tylenol #3, merupakan kombinasi dari acetaminophen
sebagai obat analgesik nonnarkotik dengan codein, 30mg.
Salah satu contohnya adalah Novalgin yang mengandung metamizole natrium,
suatu obat yang mempunyai efek mengurangi rasa nyeri (analgetik) dan mengurangi
spasme otot (antispasmodik).
Komposisi atau kandungan:
Novalgin Tablet
Tiap tablet mengandung Metamizole natrium 500 mg.
Novalgin Sirup
Tiap 5 ml (1 sendok takar) mengandung Metamizole natrium 250 mg.
Novalgin Drops
Tiap 1 ml mengandung Metamizole natrium 500 mg.
Indikasi Novalgin adalah:
Nyeri berat, baik akut maupun kronik, seperti nyeri karena penyakit reumatik, sakit
kepala, sakit gigi, tumor, nyeri pasca kecelakaan, dan nyeri pasca operasi.
Nyeri berat yang disebabkan oleh spasme otot polos, baik akut maupun kronik,
seperti spasme otot atau kolik pada saluran pencernaan, kandung empedu, ginjal,
atau saluran kemih.
Tidak untuk pengobatan pada nyeri ringan.
Novalgin jangan diberikan kepada :
Penderita yang hipersensitif atau alergi terhadap novalgin (metamizole) atau
turunan pyrazolone.
Penderita penyakit metabolik seperti porfiria dan G6PD.
Ibu hamil dan ibu menyusui.
Efek samping:
Reaksi hipersensitivitas atau alergi (jarang) : rash/kulit kemerahan, bengkak di
wajah (bibir dan mulut), urtikaria, angioedema, bronkospasme, sesak napas, syok,
steven johnson syndrome.
Jarang: Lyell’s syndrome.
Sangat jarang : agranulositosis, leukopenia, oliguria, anuria, atau proteinuria.
Air kencing berwarna kemerahan.
Peringatan dan perhatian:
Hati-hati penggunaan Novalgin pada penderita asma bronkial, terutama yang
disertai rhinosinusitis; urtikaria kronik; intoleransi terhadap alkohol, zat pewarna
atau pengawet; reaksi hipotensi terisolasi.
Hati-hati penggunaan Novalgin pada penderita gangguan fungsi ginjal dan
gangguan fungsi hati.
Kemasan:
Novalgin tablet, Dus, 5 blister @ 10 kapsul.
Novalgin tablet, Dus, 10 blister @ 10 kapsul.
Novalgin sirup, botol @ 60 ml.
Novalgin drops, botol @ 10 ml.
b. Plasebo
Plasebo merupakan jenis dari tindakan, seperti pada intervensi keperawatan yang
menghasilkan efek pada klien dikarenakan adanya suatu kepercayaan daripada
kandungan fisik atau kimianya. Pengobatannya tidak mengandung komponen obat
analgesik (seperti : gula, larutan garam/normal saline, atau air) tetapi hal ini dapat
menurunkan nyeri. Untuk memberikan plasebo ini perawat harus mempunyai izin dari
dokter.
G. NILAI-NILAI NORMAL
Suhu tubuh: 36,5 ° C – 37,5 ° C
Nyeri: klien tidak melaporkan nyeri secara verbal dan ekspresi nonverbal tidak
menunjukkan terjadinya nyeri, nyeri tidak mempengaruhi kualitas hidup.