Anda di halaman 1dari 11

WAWASAN KEBANGSAAN

Wawasan kebangsaan lahir ketika bangsa Indonesia berjuang


membebaskan diri dari segala bentuk penjajahan, seperti penjajahan oleh Portugis,
Belanda, Inggris, dan Jepang. Perjuangan bangsa Indonesia yang waktu itu masih
bersifat lokal ternyata tidak membawa hasil, karena belum adanya persatuan dan
kesatuan, sedangkan di sisi lain kaum colonial terus menggunakan politik “devide
et impera”. Kendati demikian, catatan sejarah perlawanan para pahlawan itu telah
membuktikan kepada kita tentang semangat perjuangan bangsa Indonesia yang
tidak pernah padam dalam usaha mengusir penjajah dari Nusantara.
Dalam perkembangan berikutnya, muncul kesadaran bahwa perjuangan
yang bersifat nasional, yakni perjuangan yang berlandaskan persatuan dan
kesatuan dari seluruh bangsa Indonesia akan mempunyai kekuatan yang nyata.
Kesadaran tersebut kemudian mendapatkan bentuk dengan lahirnya pergerakan
Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908 yang merupakan tonggak awal sejarah
perjuangan bangsa yang bersifat nasional itu, yang kemudian disusul dengan
lahirnya gerakan-gerakan kebangsaan di bidang politik, ekonomi/perdagangan,
pendidikan, kesenian, pers dan kewanitaan.
Tekad perjuangan itu lebih tegas lagi dengan Sumpah Pemuda 28 Oktober
1928 dengan ikrar “Satu Nusa, Satu Bangsa, dan menjunjung tinggi bahasa
persatuan bahasa Indonesia”. Wawasan kebangsaan tersebut kemudian mencapai
satu tonggak sejarah, bersatu padu memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal
17 Agustus 1945. Dalam perjalanan sejarah itu telah timbul pula gagasan, sikap,
dan tekad yang bersumber dari nilai-nilai budaya bangsa serta disemangati oleh
cita-cita moral rakyat yang luhur. Sikap dan tekad itu adalah pengejawantahan
dari satu Wawasan Kebangsaan.

Pengertian Wawasan Kebangsaan


Istilah Wawasan Kebangsaan terdiri dari dua suku kata yaitu “Wawasan”
dan “Kebangsaan”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) dinyatakan
bahwa secara etimologis istilah “wawasan” berarti: (1) hasil mewawas, tinjauan,
pandangan dan dapat juga berarti (2) konsepsi cara pandang. Wawasan
Kebangsaan sangat identik dengan Wawasan Nusantara yaitu cara pandang
bangsa Indonesia dalam mencapai tujuan nasional yang mencakup perwujudan
Kepulauan Nusantara sebagai kesatuan politik, sosial budaya, ekonomi dan
pertahanan keamanan (Suhady dan Sinaga, 2006).
“Kebangsaan” berasal dari kata “bangsa” yang menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2002) berarti kelompok masyarakat yang bersamaan asal
keturunan, adat, bahasa, dan sejarahnya, serta berpemerintahan sendiri. Sedangkan
“kebangsaan” mengandung arti (1) ciri-ciri yang menandai golongan bangsa, (2)
perihal bangsa; mengenai (yang bertalian dengan) bangsa, (3) kesadaran diri
sebagai warga dari suatu negara.
Dengan demikian wawasan kebangsaan dapat diartikan sebagai konsepsi
cara pandang yang dilandasi akan kesadaran diri sebagai warga dari suatu negara
akan diri dan lingkungannya di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Prof.
Muladi, Gubernur Lemhannas RI, meyampaikan bahwa wawasan kebangsaan
adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya,
mengutamakan kesatuan dan persatuan wilayah dalam penyelenggaraan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kesatuan atau integrasi
nasional bersifat kultural dan tidak hanya bernuansa struktural mengandung satu
kesatuan ideologi, kesatuan politik, kesatuan sosial budaya, kesatuan ekonomi,
dan kesatuan pertahanan dan keamanan.
Wawasan kebangsaan menentukan cara bangsa mendayagunakan kondisi
geografis negara, sejarah, sosio-budaya, ekonomi dan politik serta pertahanan
keamanan dalam mencapai cita-cita dan menjamin kepentingan nasional.
Wawasan kebangsaan menentukan bangsa menempatkan diri dalam tata
berhubungan dengan sesama bangsa dan dalam pergaulan dengan bangsa lain di
dunia internasional. Wawasan kebangsaan mengandung komitmen dan semangat
persatuan untuk menjamin keberadaan dan peningkatan kualitas kehidupan bangsa
dan menghendaki pengetahuan yang memadai tentang tantangan masa kini dan
masa mendatang serta berbagai potensi bangsa.
Wawasan kebangsaan dapat juga diartikan sebagai sudut pandang/cara
memandang yang mengandung kemampuan seseorang atau kelompok orang untuk
memahami keberadaan jati diri sebagai suatu bangsa dalam memandang dirinya
dan bertingkah laku sesuai falsafah hidup bangsa dalam lingkungan internal dan
lingkungan eksternal (Suhady dan Sinaga, 2006).
Dengan demikian dalam kerangka NKRI, wawasan kebangsaan adalah
cara kita sebagai bangsa Indonesia di dalam memandang diri dan lingkungannya
dalam mencapai tujuan nasional yang mencakup perwujudan Kepulauan
Nusantara sebagai kesatuan politik, sosial budaya, ekonomi dan pertahanan
keamanan, dengan berpedoman pada falsafah Pancasila dan UUD 1945 atau
dengan kata lain bagaimana kita memahami Wawasan Nusantara sebagai satu
kesatuan POLEKSOSBUD dan HANKAM.

Wawasan Kebangsaan Indonesia


Konsep kebangsaan merupakan hal yang sangat mendasar bagi bangsa
Indonesia. Dalam kenyataannya konsep kebangsaan itu telah dijadikan dasar
negara dan ideologi nasional yang terumus di dalam Pancasila sebagaimana
terdapat dalam Alinea IV Pembukaan UUD 1945. Konsep kebangsaan itulah yang
membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa lain di dunia ini.
Dorongan yang melahirkan kebangsaan kita bersumber dari perjuangan
untuk mewujudkan kemerdekaan, memulihkan martabat kita sebagai manusia.
Wawasan kebangsaan Indonesia menolak segala diskriminasi suku, ras, asal-usul,
keturunan, warna kulit, kedaerahan, golongan, agama dan kepercayaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa, kedudukan maupun status sosial. Konsep kebangsaan kita
bertujuan membangun dan mengembangkan persatuan dan kesatuan.
Dalam zaman Kebangkitan Nasional 1908 yang dipelopori oleh Budi
Utomo menjadi tonggak terjadinya proses Bhineka Tunggal Ika. Berdirinya Budi
Utomo telah mendorong terjadinya gerakan-gerakan atau organisasi-organisasi
yang sangat majemuk, baik di pandang dari tujuan maupun dasarnya.
Dengan Sumpah Pemuda, gerakan Kebangkitan Nasional, khususnya
kaum pemuda berusaha memadukan kebhinnekaan dengan ketunggalikaan.
Kemajemukan, keanekaragaman seperti suku bangsa , adat istiadat, kebudayaan,
bahasa daerah, agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa tetap ada
dan dihormati.
Wawasan kebangsaan Indonesia tidak mengenal adanya warga negara
kelas satu, kelas dua, mayoritas atau minoritas. Hal ini antara lain dibuktikan
dengan tidak dipergunakannya bahasa Jawa misalnya, sebagai bahasa nasional
tetapi justru bahasa melayu yang kemudian berkembang menjadi bahasa
Indonesia.
Derasnya pengaruh globalisasi, bukan mustahil akan memporak
porandakan adat budaya yang menjadi jati diri kita sebagai suatu bangsa dan akan
melemahkan paham nasionalisme. Paham nasionalisme adalah suatu paham yang
menyatakan bahwa loyalitas tertinggi terhadap masalah duniawi dari setiap warga
bangsa ditunjukan kepada negara dan bangsa.
Meskipun dalam awal pertumbuhan nasionalisme diwarnai oleh slogan
yang sangat terkenal, yaitu: liberty, equality, fraternality, yang merupakan pangkal
tolak nasionalisme yang demokratis, namun dalam perkembangannya
nasionalisme pada setiap bangsa sangat diwarnai oleh nilai-nilai dasar yang
berkembang dalam masyarakatnya masing-masing, sehingga memberikan ciri
khas bagi masing-masing bangsa.
Wawasan kebangsaan Indonesia menjadikan bangsa yang tidak dapat
mengisolasi diri dari bangsa lain yang menjiwai semangat bangsa bahari yang
terimplementasikan menjadi wawasan nusantara bahwa wilayah laut Indonesia
adalah bagian dari wilayah negara kepulauan yang diakui dunia. Wawasan
kebangsaan merupakan pandangan yang menyatakan negara Indonesia merupakan
satu kesatuan dipandang dari semua aspek sebagai pandangan hidup bangsa
Indonesia dalam mendayagunakan konstelasi Indonesia, sejarah dan kondisi sosial
budaya untuk mengejawantahan semua dorongan dan rangsangan dalam usaha
mencapai perwujudan aspirasi bangsa dan tujuan nasional yang mencakup
kesatuan politik, kesatuan sosial budaya, kesatuan ekonomi, kesatuan pertahanan
keamanan (Suhady dan Sinaga, 2006).
Wawasan kebangsaan Indonesia yang menjadi sumber perumusan
kebijakan desentralisasi pemerintahan dan pembangunan dalam rangka
pengembangan otonomi daerah harus dapat mencegah disintegrasi / pemecahan
negara kesatuan, mencegah merongrong wibawa pemerintah pusat, mencegah
timbulnya pertentangan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah.
Melalui upaya tersebut diharapkan dapat terwujud pemerintah pusat yang bersih
dan akuntabel dan pemerintah daerah yang tumbuh dan berkembang secara
mandiri dengan daya saing yang sehat antar daerah dengan terwujudnya kesatuan
ekonomi, kokohnya kesatuan politik, berkembangnya kesatuan budaya yang
memerlukan warga bangsa yang kompak dan bersatu dengan ciri kebangsaan,
netralitas birokrasi pemerintahan yang berwawasan kebangsaan, sistem
pendidikan yang menghasilkan kader pembangunan berwawasan kebangsaan.
Wawasan kebangsaan Indonesia memberi peran bagi bangsa Indonesia
untuk proaktif mengantisipasi perkembangan lingkungan stratejik dengan
memberi contoh bagi bangsa lain dalam membina identitas, kemandirian dan
menghadapi tantangan dari luar tanpa konfrontasi dengan meyakinkan bangsa lain
bahwa eksistensi bangsa merupakan aset yang diperlukan dalam mengembangkan
nilai kemanusiaan yang beradab (Sumitro dalam Suhady dan Sinaga, 2006).
Akhirnya, bagi bangsa Indonesia, untuk memahami bagaimana wawasan
kebangsaan perlu memahami secara mendalam falsafah Pancasila yang
mengandung nilai-nilai dasar yang akhirnya dijadikan pedoman dalam bersikap
dan bertingkah laku yang bermuara pada terbentuknya karakter bangsa.

Manfaat Wawasan Kebangsaan


Sebagai dasar negara, Pancasila kembali diuji ketahanannya di era
reformasi sekarang. Merekahnya matahari bulan Juni 1945, yang lalu disambut
dengan lahirnya sebuah konsepsi kenengaraan yang sangat bersejarah bagi bangsa
Indonesia, yaitu lahirnya Pancasila.
Sebagai falsafah negara, tentu Pancasila ada yang merumuskannya.
Pancasila memang merupakan karunia terbesar dari Allah SWT dan ternyata
merupakan light-star bagi segenap bangsa Indonesia di masa-masa selanjutnya,
baik sebagai pedoman dalam memperjuangkan kemerdekaan, juga sebagai alat
pemersatu dalam hidup kerukunan berbangsa, serta sebagai pandangan hidup
untuk kehidupan manusia Indonesia sehari-hari, dan yang jelas tadi telah
diungkapkan sebagai dasar serta falsafah negara Republik Indonesia. Wawasan
kebangsaan merupakan salah satu wahana membangun cinta tanah air karena
wawasan kebangsaan merupakan cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan
lingkungannya yang di dasari oleh falsafah cita-cita dan tujuan nasional, namun
sampai saat ini pemahanan wawasan kebangsaan dalam diri masyarakat masih
kurang oleh karena itu perlu adanya pemberian pemahaman akan wawasan
kebangsaan sejak usia dini.secara teori wawasan kebangsaan masih kurang di
pahami oleh masyarakat sehingga pemberian pemahaman wawasan kebangsaan
dalam bentuk aplikasi akan lebih mudah di pahami selain itu wawasan kebangsaan
ini juga perlu di berikan sejak pendidikan dasar hingga perguruan tinggi seperti
dalam mata kuliah kewiraan.
Ketika wawasan kebangsaan telah melekat dalam diri masyarakat maka
saat terjadi bencana masyarakat secara sadar akan tergerak memberikan
pertolongan dan tanpa di minta pun orang akan tergerak hatinya untuk
memberikan pertolongan secara sukarela dan ikhlasuntuk mengenal, memahami
serta menyadari Jatidiri sebagai manusia indonesia secara etnis maupun budaya
kearah memenuhi “CINTA BANGSA dan TANAH AIR adalah bagian dari
IMAN”.
Wawasan adalah Pandangan, Penglihatan, Penilaian, Tinjauan,
Pengetahuan, Penelitian. Wawasan Kebangsaan Indonesia ialah Pengetahuan,
Penilaian, Pandangan tentang Hal Ihwal Bangsa bernama Indonesia secara
Prinsip. Seperti yang kita pahami atau hayati, Bhineka Tunggal Ika mengandung
pesan : berbeda-beda tetapi satu, bersatu dalam perbedaan, kesatuan dalam
keragaman. Wawasan agung inilah yang telah ditegakkan oleh para pejuang
kemerdekaan dan para pembangun bangsa Indonesia dalam tahun 20-an. Dengan
menyimak lebih lanjut masalah-masalah yang berkaitan dengan lambang negara
kita itu, maka makin jelas pulalah keagungannya. Penjelasannya adalah, antara
lain, yang berikut : Penduduk Republik Indonesia berjumlah sekitar 240 juta
orang, yang terdiri dari sekitar 300 suku, dan yang menggunakan sekitar 580
bahasa dan dialek. Mereka menghuni 6000 pulau dari seluruh jumlah kepulauan
sebesar 17 508 pulau. Di antara penduduk yang begitu besar itu (ke-4 di dunia)
kira-kira 87% memeluk agama Islam, 6% agama Protestan, 3% agama Katolik,
2% agama Hindu, 1% agama Budha, dan selebihnya memeluk berbagai
kepercayaan.. Luas wilayahnya (darat dan laut) dari Sabang ke Merauke bisa
menutupi seluruh Eropa, dari London sampai pegunungan Ural. Kalau melihat
angka-angka tersebut di atas maka nyatalah bahwa bangsa Indonesia memang
terdiri dari beraneka ragam suku, agama (atau kepercayaan), adat-istiadat,
kebiasaan hidup sehari-hari, dan berbagai aspek lainnya.
Dari sejarah kita mengetahui bahwa gerakan politik rakyat untuk melawan
kolonialisme Belanda, telah mempersatukan atau menyatukan berbagai golongan,
suku dan agama, dan aliran politik dalam semangat Sumpah Pemuda dalam tahun
1928, yang mengikrarkan : _satu bangsa, satu tanah-air dan satu bahasa_.
Dari sudut pandang inilah kiranya kita bisa menilai betapa besarnya arti
lambang Bhineka Tunggal Ika, yang merupakan produk perjuangan yang begitu
panjang oleh para perintis kemerdekaan dan pejuang pembebasan nasional. Dan
dari sudut pandang itu pulalah kita bisa mengukur betapa besar kerusakan yang
telah disebabkan oleh rezim militer Orde Baru. Akibat kesalahan-kesalahan
politik itulah yang sekarang sedang kita warisi dewasa ini, umpamanya : berbagai
gejolak di daerah-daerah yang menginginkan kemerdekaan, tuntutan otonomi
yang lebih luas (catatan : tuntutan ini adil!), ketidakpercayaan kepada Pemerintah
Pusat, pertentangan antar-suku dan antar-agama. Bertubi-tubi “khittah” toleransi
antarumat beragama di negeri ini mendapatkan ujian. Berbagai perilaku kekerasan
yang mengatasnamakan agama sempat mencuat di atas panggung sosial bangsa
ini. Bahkan, tidak sedikit yang menjadi korban, baik secara fisik maupun psikis.
Benturan antar kelompok agama gampang terjadi hanya lantaran persoalan-
persoalan primordial yang dipahami secara sempit. Semangat multikultural yang
jelas-jelas menjadi basis awal berdirinya negara-bangsa pun sempat ternoda.
Sikap eksklusif vis a-vis hidup berdampingan secara damai menjadi bagian dari
wajah toleransi yang terkoyak. Ironisnya, di tengah makin menguatnya konflik
yang mengatasnamakan agama, negara seolah-olah tak sanggup berbuat apa-apa.
Benih-benih kekerasan seperti terus dibiarkan menjadi bahaya laten yang setiap
saat gampang tersulut menjadi api yang kian membesar. Jika situasi seperti ini
terus terjadi, landasan hidup berbangsa yang beragam di bawah panji-panji
Bhineka Tunggal Ika akan semakin terancam. Kelompok minoritas yang menjadi
bagian inherent dari negara akan makin tersisih akibat pemahaman sikap eksklusif
yang cenderung berlebihan. Mereka yang merasa dirinya menjadi bagian dari
kelompok mayoritas makin terjebak ke dalam pasungan nilai-nilai primordialisme
sempit, sehingga tak segan-segan melakukan aksi massa secara masif untuk
menindas kelompok minoritas.

Makna Wawasan Kebangsaan


Wawasan Kebangsaan bagi bangsa Indonesia memiliki makna:
1. Wawasan kebangsaan mengamanatkan kepada seluruh bangsa agar
menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan
bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan
2. Wawasan kebangsaan mengembangkan persatuan Indonesia sedemikian
rupa sehingga asas Bhinneka Tunggal Ika dipertahankan
3. Wawasan kebangsaan tidak memberi tempat pada patriotisme yang licik.
4. Dengan wawasan kebangsaan yang dilandasi oleh pandangan hidup
Pancasila, bangsa Indonesia telah berhasil merintis jalan menjalani
misinya di tengah-tengah tata kehidupan di dunia.
5. NKRI yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur bertekad untuk
mewujudkan bangsa yang maju dan mandiri serta sejahtera lahir batin,
sejajar dengan bangsa lain yang sudah maju.
Nilai Dasar Wawasan Kebangsaan
Nilai Wawasan Kebangsaan yang terwujud dalam persatuan dan kesatuan bangsa
memiliki enam dimensi yang bersifat mendasar dan fundamental, yaitu:
1. Penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia sebagai makhluk
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
2. Tekad bersama untuk berkehidupan kebangsaan yang bebas, merkeka,
dan besatu
3. Cinta akan tanah air dan bangsa
4. Demokrasi atau kedaulatan rakyat.
5. Kesetiakawanan sosial.
6. Masyarakat adil-makmur.

Mengapa Wawasan Kebangsaan Harus Ada ?


Wawasan Kebangsaan merupakan konsep politik bangsa Indonesia yang
memandang Indonesia sebagai satu kesatuan wilayah, meliputi tanah (darat), air
(laut) termasuk dasar laut dan tanah di bawahnya dan udara di atasnya secara tidak
terpisahkan, yang mempersatukan bangsa dan negara secara menyeluruh
mencakup segenap bidang kehidupan nasional yang meliputi aspek ekonomi,
politik, sosial budaya, dan hankam.
Wawasan Kebangsaan sebagai konsepsi politik dan kenegaraan yang
merupakan manifestasi pemikiran politik bangsa Indonesia. Sebagai satu kesatuan
negara kepulauan, secara konseptual, geopolitik Indonesia dituangkan dalam salah
satu doktrin nasional yang disebut Wawasan Nusantara dan politik luar negeri
bebas aktif. Sedangkan geostrategi Indonesia diwujudkan melalui konsep
Ketahanan Nasional yang bertumbuh pada perwujudan kesatuan ideologi,
ekonomi, politik, sosial budaya dan pertahanan keamanan.
Landasan Wawasan Kebangsaan
 Konstitusional ==> UUD 1945
 Idiil ==> Pancasila
Terdapat 3 Unsur Dasar Wawasan Kebangsaan, Yaitu:
1. Wadah (Contour)
2. Isi (Content)
3. Tata laku (Conduct)
Berikut penjelasan dari ke 3 Unsur Dasar Wawasan Kebangsaan diatas.
1. Wadah (Contour)
Wadah kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara mencakup
seluruh wilayah Indonesia yang memiliki sifat serba nusantara dengan
kekayaan alam dan penduduk serta aneka ragam budaya. Bangsa Indonesia
mempunyai organisasi kenegaraan yang merupakan wadah beragam kegiatan
kenegaraan dalam bentuk supra struktur politik dan wadah dalam kehidupan
bermasyarakat pada berbagai kelembagaan dalam bentuk infra struktur
politik.
2. Isi (Content)
Isi (Content) merupakan aspirasi bangsa yang berkembang di
masyarakat dan cita-cita serta tujuan nasional.
3. Tata laku (Conduct)
Hasil interaksi antara wadah dan isi wawasan kebangsaan akan
berwujud tata laku, yang terdiri dari :
 Tata laku Lahiriah yaitu tercermin dalam perbuatan, tindakan dan
perilaku dari bangsa Indonesia.
 Tata laku Bathiniah yaitu mencerminkan jiwa, semangat dan mentalitas
yang baik dari bangsa Indonesia.
Kedua tata laku tersebut mencerminkan identitas kepribadian / jati diri bangsa
berdasarkan kekeluargaan dan kebersamaan yang mempunyai rasa bangga
dan cinta terhadap bangsa dan tanah air sehingga menyebabkan rasa
nasionalisme yang tinggi dalam segala aspek kehidupan nasional.

Asas Wawasan Kebangsaan


Merupakan ketentuan-ketentuan dasar yang harus dipatuhi, dipelihara,
ditaati dan diciptakan agar terwujud demi tetap taat dan setianya unsur /
komponen pembentuk bangsa Indonesia (golongan/suku) terhadap kesepakatan
(commitment) bersama. Asas Wawasan Kebangsaan terdiri dari:
1. Kepentingan/Tujuan yang sama
2. Solidaritas
3. Keadilan
4. Kerjasama
5. Kejujuran
6. Kesetiaan terhadap kesepakatan

Hakekat Wawasan Kebangsaan


Hakekat Wawasan Kebangsaan Adalah keutuhan nasional / nusantara,
dalam pengertian cara pandang yang selalu utuh menyeluruh dalam lingkup
nusantara dan demi kepentingan nasional.
Berarti setiap warga negara dan aparatur negara wajib berfikir, bersikap
dan bertindak secara utuh menyeluruh dalam lingkup dan demi kepentingan
bangsa termasuk produk-produk yang dihasilkan oleh lembaga negara.

Hubungan Wawasan Kebangsaan dan Ketahanan Nasional


Dalam penyelenggaraan kehidupan nasional agar senantiasa mengarah
pada pencapaian tujuan nasional diperlukan suatu landasan dan pedoman yang
kokoh berupa konsepsi wawasan kebangsaan untuk mewujudkan aspirasi bangsa
serta kepentingan dan tujuan nasional.
Wawasan nasional bangsa Indonesia merupakan wawasan nusantara yang
tidak lain adalah pedoman bagi proses pembangunan nasional menuju tujuan
nasional. sedangkan ketahanan nasional adalah kondisi yang harus diwujudkan
agar proses pencapaian tujuan nasional tersebut dapat berjalan dengan sukses.
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa wawasan kebangsaan dan Ketahanan
Nasional merupakan dua konsepsi dasar yang saling mendukung sebagai pedoman
bagi penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara agar tetap jaya dan
berkembang seterusnya.

Anda mungkin juga menyukai