Rumah Sehat
Rumah Sehat
2. Kualitas Udara
Kualitas udara di lingkungan perumahan harus bebas dari gangguan gas beradun dan memenuhi
syarat baik mutu lingkungan sebagai berikut:
a. Gas H2S dan NH3 secara biologis tidak terdeteksi
b. Debu dengan diameter kurang dari 10 g maksimum 150 g/m3
c. Gas SO2 maksimum 0,10 ppm
d. Debu maksimum 350 mm3/m2 per hari
6. Vektor Penyakit
a. Indeks lalat harus memenuhi syarat
b. Indeks jentik nyamuk dibawah 5%
7. Penghijauan
Pepohonan untuk penghijauan lingkungan pemukiman merupakan pelindung dan juga berfungsi
untuk kesejukan, keindahan dan kelestarian alam.
Secara umum rumah dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai berikut (PPM &
PL, 2002) :
1. Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan dan ruang gerak yang
cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu.
2. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privacy yang cukup, komunikasi yang sehat antar
anggota keluarga dan penghuni rumah.
3. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah dengan
penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan
tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya
makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang cukup.
4. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena keadaan luar
maupun dalam rumah, antara lain persyaratan garis sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah
roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir.
Rumah yang sehat harus dapat mencegah dan mengurangi resiko kecelakaan seperti
terjatuh, keracunan dan kebakaran (APHA). Beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam
kaitan dengan hal tersebut antara lain :
1. Membuat konstruksi rumah yang kokoh dan kuat
2. Bahan rumah terbuat dari bahan tahan api
3. Pertukaran udara dalam rumah baik sehingga terhindar dari bahaya racun dan gas
4. Lantai terbuat dari bahan yang tidak licin sehingga bahaya jatuh dan kecelakaan mekanis dapat
terhindari.
c. Perilaku
Untuk perilaku tetap dikenakan nilai maksimum karena perilaku sangat berperan untuk mencapai
rumah sehat.
2. Pemberian Nilai
a. Komponen rumah
1) Langit-langit
0 = Tidak ada
1 = Ada, kotor dan rawan kecelakaan
2 = Ada, bersih dan tidak rawan kecelakaan
2) Dinding
1 = Bukan tembok ( terbuat dari anyaman bambu atau ilalang )
2 = Semi permanen/setengah tembok/pasangan bata atau batu yang tidak kedap air
3 = Permanen ( tembok, pasangan batu bata atau batu yang diplester), papan kedap air.
3) Lantai
0 = Tanah
1 = Papan/anyaman bambu yang dekat dengan tanah/plesteran yang retak/ berdebu
2 = Diplester/ubin/keramik/papan/rumah panggung
4) Jendela kamar tidur
0 = Tidak ada
1 = Ada
5) Jendela ruang keluarga
0 = Tidak ada
1 = Ada
6) Ventilasi
0 = Tidak ada
1 = Ada, tetapi luasnya < 10% luas lantai
2 = Ada, luas ventilasi ≥ 10% luas lantai
7) Sarana pembuangan asap dapur
0 = Tidak ada
1 = Ada, luas tabung ventilasi/asap dapur ≤ 10% dari luas lantai dapur
2 = Ada, dengan lubang ventilasi ≥ 10% luas lantai dapur ( asap keluar dengan sempurna atau
ada exhaust fan atau ada peralatan lain yang sejenis )
8) Pencahayaan
0 = Tidak terang, tidak bisa dipergunakan untuk membaca
1 = Kurang terang, sehingga kurang jelas untuk membaca normal
2 = Terang dan tidak silau sehingga dapa dipergunakan untuk membaca dengan normal
b. Sarana Sanitasi
1) Sarana Air Bersih ( SGL/SPT/PP/KU )
0 = Tidak ada
1 = Ada, bukan milik sendiri dan tidak memenuhi syarat kesehatan
2 = Ada, milik sendiri dan tidak memenuhi syarat kesehatan
3 = Ada, bukan milik sendiri dan memenuhi syarat kesehatan
4 = Ada, milik sendiri dan memenuhi syarat kesehatan
c. Perilaku Penghuni
1) Membuka jendela kamar tidur
0 = Tidak pernah dibuka
1 = Kadang-kadang
2 = Setiap hari dibuka
3. Pembobotan
Pembobotan terhadap kelompok rumah, kelompok sarana sanitasi dan kelompok perilaku
penghuni berdasarkan teori Bloom, dimana diinterpretasikan terhadap :
a. Lingkungan = 45%
b. Perilaku = 35%
c. Pelayanan Kesehatan = 15%
d. Keturunan = 5%
Dalam hal rumah sehat prosentase Pelayanan Kesehatan dan Keturunan diabaikan, sedangkan
untuk penilaian Lingkungan dan Perilaku dapat dijelaskan sebagai berikut.
Pemberian bobot penilaian rumah diberikan pada masing-masing indikator :
a. Bobot komponen rumah = 31 (25/80 x 100% = 31,25)
b. Bobot Sarana Sanitasi = 25 (20/80 x 100% = 25)
c. Bobot Perilaku Penghuni = 44 (35/80 x 100% = 43,75)
2.3 Komponen Rumah Sehat
Komponen rumah sehat meliputi:
1. Langit-langit
Di bawah kerangka atap atau kuda-kuda biasanya dipasang penutup yang disebut langit-langit
yang tujuannya antara lain
a. untuk menutup seluruh konstruksi atap dan kuda-kuda penyangga, agar tidak terlihat dari bawah,
sehingga ruangan terlihat rapi dan bersih
b. untuk menahan debu yang jatuh dan kotoran yang lain juga menahan tetesan air hujan yang
menembus melalui celah-celah atap
c. untuk membuat ruangan antara yang berguna sebagai penyekat sehingga panas atas tidak mudah
menjalar kedalam ruangan dibawahnya.
Adapun persyaratan untuk langit-langit yang baik adalah :
a. langit-langit harus dapat menahan debu dan kotoran lain yang jatuh dari atap,
b. langit-langit harus menutup rata kerangka atap kuda-kuda penyangga dengan konstruksi bebas
tikus
c. tinggi langit-langit sekurang-kurangnya 2,40 dari permukaan lantai kecuali,
d. dalam hal langit-langit/kasau-kasaunya miring sekurang-kurangnya mempunyai tinggi rumah
2,40 m dan tinggi ruang selebihnya pada titik terendah titik kurang dari 1,75 m, dan
e. ruang cuci dan ruang kamar mandi diperbolehkan sekurang-kurangnya sampai 2,40 m.
2. Dinding
Adapun syarat-syarat untuk dinding antara lain :
a. Dinding harus tegak lurus agar dapat memikul berat sendiri, beban tekanan angin dan bila
sebagai dinding pemikul harus pula dapat memikul beban diatasnya,
b. Dinding harus terpisah dari pondasi oleh suatu lapisan air rapat air sekurang-kurangnya 15 cm
dibawah permukaan tanah sampai 20 cm di atas lantai bangunan, agar air tanah tidak dapat
meresap naik keatas, sehingga dinding tembok terhindar dari basah dan lembab dan tampak
bersih tidak berlumut, dan
c. Lubang jendela dan pintu pada dinding, bila lebarnya kurang dari 1 m dapat diberi susunan batu
tersusun tegak di atas batu, batu tersusun tegak di atas lubang harus di pasang balok lantai dari
beton bertulang atau kayu awet.
Untuk memperkuat berdirinya tembok ½ bata digunakan rangka pengkaku yang terdiri dari
plester-plester atau balok beton bertulang setiap luas 12 meter.
3. Lantai
Lantai harus cukup kuat untuk menahan beban diatasnya. Bahan untuk lantai biasanya digunakan
ubin, kayu plesteran, atau bambu dengan syarat-syarat tidak licin, stabil tidak lentur waktu
diinjak, tidak mudah aus, permukaan lantai harus rata dan mudah dibersihkan. Macam-macam
lantai :
a. Lantai tanah stabilitas.
Lantai tanah stabilitas terdiri dari tanah, pasir, semen, dan kapur. Contoh : tanah tercampur kapur
dan semen. Untuk mencegah masuknya air kedalam rumah sebaiknya lantai dinaikkan 20 cm
dari permukaan tanah
b. Lantai papan
Pada umumnya lantai papan dipakai di daerah basah/rawa. Yang perlu diperhatikan dalam
pemasangan lantai adalah :
1) Sekurang-kurangnya 60 cm di atas tanah dan ruang bawah tanah harus ada aliran tanah yang
baik.
2) Lantai harus disusun dengan rapid an rapat satu sama lain, sehingga tidak ada lubang-lubang
ataupun lekukan dimana debu bisa bertepuk. Lebih baik jika lantai seperti ini dilapisi dengan
perlak atau kampal plastik ini juga berfungsi sebagai penahan kelembaban yang naik dari di
kolong rumah.
3) Untuk kayu-kayu yang tertanam dalam air harus yang tahan air dan rayap serta untuk konstruksi
di atasnya agar lantai kayu yang telah dikeringkan dan diawetkan.
c. Lantai ubin
Lantai ubin adalah lantai yang terbanyak digunakan pada bangunan perumahan karena lantai
ubin murah/tahan lama, dapat mudah dibersihkan dan tidak dapat mudah dirusak rayap.
5. Ventilasi
Ventilasi adalah proses penyediaan udara segar kedalam suatu ruangan dan pengeluaran udara
kotoran suatu ruangan tertutup baik alamiah maupun secara buatan. Ventilasi harus lancar
diperlukan untuk menghindari pengaruh buruk yang dapat merugikan kesehatan manusia pada
suatu ruangan kediaman yang tertutup atau kurang ventilasi.
Pengaruh-pengaruh buruk itu adalah ( Sanropie, 1989 ) :
a. Berkurangnya kadar oksigen diudara dalam ruangan kediaman,
b. Bertambahnya kadar asam karbon ( CO2 ) dari pernafasan manusia,
c. Bau pengap yang dikeluarkan oleh kulit, pakaian dan mulut manusia
d. Suhu udara dalam ruang ketajaman naik karena panas yang dikeluarkan oleh badan manusia dan
e. Kelembaban udara dalam ruang kediaman bertambah karena penguapan air dan kulit pernafasan
manusia.
Dengan adanya ventilasi silang ( cross ventilation ) akan terjamin adanya gerak udara yang
lancar dalam ruang kediaman. Caranya ialah dengan memasukkan kedalam ruangan udara yang
bersih dan segar melalui jendela atau lubang angin di dinding, sedangkan udara kotor
dikeluarkan melalui jendela/lubang angin di dinding yang berhadapan. Tetapi gerak udara ini
harus dijaga jangan sampai terlalu besar dan keras karena gerak angina atau udara angin yang
berlebihan meniup badan seseorang, akan mengakibatkan penurunan suhu badan secara
mendadak dan menyebabkan jaringan selaput lendir kan berkurang sehingga mengurangi daya
tahan pada jaringan dan memberikan kesempatan kepada bakteri-bakteri penyakit berkembang
biak, dan selanjutnya menyebabkan gangguan kesehatan, yang antara lain : masuk angin, pilek
atau kompilasi radang saluran pernafasan. Gejala ini terutama terjadi pada orang yang peka
terhadap udara dingin. Untuk menghindari akibat buruk ini, maka jendela atau lubang ventilasi
jangan terlalu besar/banyak, tetapi jangan pula terlalu sedikit.
Jika ventilasi alamiah untuk pertukaran udara dalam ruangan kurang memenuhi syarat, sehingga
udara dalam ruangankyrang memenuhi syarat, sehingga udara dalam ruangan akan berbau
pengap, maka diperlukan suatu sistem pembaharuan mekanis. Untuk memperbaiki keadaan
ruang dalam ruangan, system mekanis ini harus bekerja terus menerus selama ruangan yang
dimaksud digunakan. Alat mekanis yang biasa digunakan/dipakai untuk sistem pembaharuan
udara mekanis adalah kipas angin ( ventilating, fan atau exhauster ), atau air conditioning.
7. Pencahayaan
Sanropie ( 1989 ) menyatakan bahwa cahaya yang cukup kuat untuk penerangan di dalam rumah
merupakan kebutuhan manusia. Penerangan ini dapat diperoleh dengan pengaturan cahay buatan
dan cahaya alam.
a. Pencahayaan alamiah
Pencahayaan alamiah diperoleh dengan masuknya sinar matahari ke dalam ruanagn melalui
jendela celah-celah atau bagian ruangan yang terbuka. Sinar sebaiknya tidak terhalang oleh
bangunan, pohon-pohon maupun tembok pagar yang tinggi. Kebutuhan standar cahaya lami yang
memenuhi syarat kesehatan untuk kamar keluarga dan kamar tidur menurut WHO 60-120 Lux.
Suatu cara untuk menilai baik tau tidaknya penerangan alam yang terdapat dalam rumah, adalah
sebagai berikut :
1) baik, bila jelas membaca koran dengan huruf kecil;
2) cukup, bila samar-samar bila membac huruf kecil ;
3) kurang, bila hanya huruf besar yang terbaca dan
4) buruk, bila sukar membaca huruf besar.
Pemenuhan kebutuhan cahaya untuk penerangan alamiah sangat ditentukan oleh letak dan lebar
jendela.
b. Pencahayaan buatan
Untuk penerangan pada rumah tinggal dapat diatur dengan memilih sistem penerangan dengan
suatu pertimbangan hendaknya penerangan tersebut dapat menumbuhkan suasana rumah yang
lebih menyenangkan. Lampu Flouresen ( neon ) sebagai sumber cahaya dapat memenuhi
kebutuhan penerangan karena pada kuat penerangan yang relative rendah mampu menghasilkan
cahaya yang bila dibandingkan dengan penggunaan lampu pijar. Bila ingin menggunakan lampu
pijar sebaiknya dipilih yang warna putih dengan dikombinasikan beberapa lampu neon.
Untuk penerangan malam hari dala ruangan terutama untuk ruang baca dan ruang kerja,
penerangan minimum adalah 150 Lux sama dengan 10 watt lampu TL, atau 40 watt dengan
lampu pijar.
Penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan yang tidak memenuhi syarat dapat menjadi
faktor resiko terhadap penyakit diare dan kecacingan. Diare merupakan penyebab kematian
nomor 4 sedangkan kecacingan dapat mengakibatkan produktifitas kerja dan dapat menurunkan
kecerdasan anak sekolah, disamping itu masih tingginya penyakit yang dibawa vektor seperti
DBD, malaria, pes, dan filariasis .
1. Sarana Air Bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air minum adalah air
yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
Syarat-syarat Kualitas Air Bersih diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna
b. Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l, Kesadahan (maks 500
mg/l)
c. Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per 100 ml air)
2. DIARE
Diare adalah penyakit yang menyerang saluran pencernaan yang gejala klinisnya buang
air besar lembek atau cair dengan frekuensi lebih dari biasanya (diare klinis) dan kadang ada
yang disertai darah sebagai bercak coklat atau merah (diare berdarah) dan paling sering
disebabkan oleh bakteri E. Coli. Penyebab tidak langsungnya adalah hygiene peseorangan yang
kurang terjaga, seperti makan tidak cuci tangan, menggunakan air sungai untuk berbagai
keperluan dan lain-lain.
3. TBC
Penyakit TB adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycrobacterium
tuberculocis, yang masih keluarga besar genus Mycrobacterium. Dari anggota
keluarga Mycrobacteriumyang diperkirakan lebih dari 30, hanya 3 yang dikenal bermasalah
dengan kesehatan masyarakat.
Mereka adalah Mycrobacterium tuberculocis, M.bovisyang terdapat pada susu sapi yang
tidak dimasak, dan M.leprae yang menyebabkan penyakit kusta.
Mycrobacterium tuberculocis berbentuk batang, berukuran panjang 1-4 mikron dan tebal 0,3-0,6
mikron, tahan terhadap pewarnaan yang asam sehingga disebut dengan Bakteri Tahan Asam
(BTA). Sebagian besar kuman terdiri dari asam lemak dan lipid yang membuat lebih tahan asam.
Bisa hidup bertahun-tahun. Sifat lain adalah bersifat aerob, lebih menyukai jaringan kaya
oksigen terutama pada bagianapical posterior.
Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi ada juga yang menyerang organ lain
dalam tubuh. Secara khas kuman membentuk granuloma dalam paru dan menimbulkan
kerusakan jaringan (nerkosis).
Penularan TB dikenal melalui udara, terutama pada udara tertutup seperti udara dalam rumah
yang pengap dan lembab, udara dalam pesawat terbang, gedung pertemuan, dan kereta api
berpendingin. Prosesnya tentu tidak secara langsung, menghirup udara bercampur bakteri TB
lalu terinfeksi, lalu menderita TB, tidak demikian. Masih banyak variabel yang berperan dalam
timbulnya kejadian TB pada seseorang, meski orang tersebut menghirup udara yang
mengandung kuman.
Sumber penularan adalah penderita TB dengan BTA (+). Apabila penderita TB batuk,
berbicara atau bersin, maka ribuan bakteri TB akan berhamburan bersama ”droplet” nafas
penderita yang bersangkutan, khususnya pada penderita TB aktif dan luka terbuka pada parunya.
Daya penularan dari seseorang ke orang lain ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan
serta patogenesitas kuman yang bersangkutan, serta lamanya seseorang menghirup udara yang
mengandung kuman tersebut. Kuman TB sangat sensitif terhadap cahaya ultra violet. Cahaya
matahari sangat berperan dalam membunuh kuman di lingkungan. Oleh sebab itu, ventilasi
rumah sangat penting dalam manajemen TB berbasis keluarga atau lingkungan.
Basil TB yang masuk ke dalam paru melalui bronkhus secara langsung dan pada manusia
yang pertama kali kemasukan disebut primary infection. Infeksi pertama (primer) terjadi ketika
seseorang pertama kali kemasukan basil atau kuman TB umumnya tidak terlihat gejalanya. Dan
sebagian besar orang, berhasil menahan serangan kuman tersebut dengan cara melakukan isolasi
dengan cara dimakanmacrophages, dan dikumpulkan pada kelenjar regional disekitar hilus paru.
Infeksi dimulai saat kuman TB berhasil berkembang biak dengan cara membelah diri di paru
yang menyebabkan peradangan di dalam paru. Oleh sebab itu, kemudian disebut sebagai
kompleks primer. Pada saat terjadi infeksi, kuman masuk hingga pembentukan kompleks primer
sekitar 4-6 minggu. Adanya infeksi dapat diketahui dengan reaksi positif pada tes tuberkulin.
Biasanya hal tersebut terjadi pada masa kanak-kanak dibawah umur 1 tahun. Apabila
gagal melakukan containment kuman, maka kuman TB masuk melalui aliran darah dan
berkembang, maka timbulah peristiwa klinik yang disebut TB milier. Bahkan kuman bisa dibawa
aliran darah ke selaput otak yang disebut meningitis radang selaput otak yang sering
menimbulkan sequele gejala sisa yang permanen.
a. Gejala Sistemik Tuberkulosis
Secara sistemik pada umumnya penderita akan mengalami demam. Demam berlangsung pada
sore dan malam hari, disertai keringat dingin meskipun tanpa aktifitas, kemudian kadang hilang.
Gejala ini akan timbul lagi beberapa bulan kemudian seperti demam, influenza biasa, dan
kemudian seolah-olah sembuh tidak ada demam.
Gejala lain adalah malaise (perasaan lesu) bersifat berkepanjangan kronis, disertai rasa tidak fit,
tidak enak badan, lemah, lesu, pegal-pegal, nafsu makan berkurang, badan semakin kurus,
pusing, serta mudah lelah. Gejala sistemik ini terdapat baik pada TB Paru maupun TB yang
menyerang organ lain.
4. DBD
Demam berdarah (DB) adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virusdengue, yang
masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, misalnya Aedes
aegypti atau Aedes albopictus. Terdapat empat jenis virus dengue berbeda, namun berelasi dekat,
yang dapat menyebabkan demam berdarah. Virus dengue merupakan virus dari genusFlavivirus,
famili Flaviviridae. Penyakit demam berdarah ditemukan di daerah tropis dan subtropis di
berbagai belahan dunia, terutama di musim hujan yang lembab.
a. Demam berdarah (klasik)
Demam berdarah menunjukkan gejala yang umumnya berbeda-beda tergantung usia pasien.
Gejala yang umum terjadi pada bayi dan anak-anak adalah demam dan munculnya ruam.
Sedangkan pada pasien usia remaja dan dewasa, gejala yang tampak adalah demam tinggi, sakit
kepala parah, nyeri di belakang mata, nyeri pada sendi dan tulang, mual dan muntah, serta
munculnya ruam pada kulit. Penurunan jumlah sel darah putih (leukopenia) dan penurunan
keping darah atau trombosit (trombositopenia) juga seringkali dapat diobservasi pada pasien
demam berdarah. Pada beberapa epidemi, pasien juga menunjukkan pendarahan yang meliputi
mimisan, gusi berdarah, pendarahan saluran cerna, kencing berdarah (haematuria), dan
pendarahan berat saat menstruasi (menorrhagia).
5. MALARIA
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit bernamaPlasmodium. Penyakit ini
ditularkan melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi parasit tersebut. Di dalam tubuh manusia,
parasit Plasmodium akan berkembang biak di organ hati kemudian menginfeksi sel darah merah.
Pasien yang terinfeksi oleh malaria akan menunjukan gejala awal menyerupai penyakit
influenza, namun bila tidak diobati maka dapat terjadi komplikasi yang berujung pada kematian.
Penyakit ini paling banyak terjadi di daerah tropis dan subtropis di mana
parasit Plasmodium dapat berkembang baik begitu pula dengan vektor nyamuk Anopheles.
Daerah selatan Sahara di Afrika dan Papua Nugini di Oceania merupakan tempat-tempat dengan
angka kejadian malaria tertinggi.
6. KECACINGAN
Penyakit kecacingan adalah penyakit infeksi yang disebabkan masuknya cacing ke dalam
tubuh baik berupa telur, larva secara langsung melalui kulit maupun lewat makanan dan
minuman yang kurang hygienis. Jadi kasus kecacingan sangat erat kaitannya dengan perilaku
hidup sehat. Kasus ini sering terjadi pada anak usia sekolah yang dikhawatirkan dapat terjadi
gangguan dalam proses pertumbuhan maupun proses belajar karena anak menjadi malas,
gangguan konsentrasi dan dikhawatirkan prestasinya menjadi menurun.