Anda di halaman 1dari 3

Hari, tanggal : Senin, 8 Oktober 2018

Nama/ NIM : Ayu Noerfitriah / 170341615031


Kelas :C
Prodi : Pendidikan Biologi

LANDASAN HISTORIS SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL INDONESIA:


PENDIDIKAN KOLONIAL BELANDA DAN JEPANG

A. PENDIDIKAN KOLONIAL BELANDA ABAD 19 DAN 20


Pemerintah Kolonial Belanda membiarkan perkembangan pendidikan Islam di
nusantara. Perkembangan pendidikan Islam di nusantara selama abad ke-19 sampai
zaman penjajahan Jepang sekurang-kurangnya menunjukkan tiga arah yaitu:
melanjutkan sisitem pendidikan Islam Tradisional dalam bentuk pengajian Quran dan
pengajian kitab, mengadakan pembaharuan dalam sistem lama terutama dalam
membentuk pesantren modern, dan mendirikan madrasah dalam beberapa jenjang.
Pemerintah Kolonial Belanda dalam penyelenggaraan pendidikan untuk
bumiputera didasarkan pada kecenderungan yakni: aliran liberalisme yang
menghendaki pendidikan agama tidak diberikan di sekolah, politik diskriminasi antara
pribumi dengan orang Eropa, dan pembukaan sekolah lebih banyak didorong oleh
kebutuhan praktis yang berkaitan dengan pekerjaan di berbagai bidang dan kejuruan
serta pemenuhan pegawai negeri menengah dan rendah.
Sejak 1816 ketika Jawa kembali dikuasai Belanda tampak bahwa pengaturan
tentang persekolahan dan sekolah dasar lebih ditujukan pada pendidikan untuk orang
Belanda saja. Pada tahun 1848 untuk pertama kali dietapkan adanya anggaran belanja
untuk pendidikan orang-orang Indonesia, terutama anak-anak pegawai Indonesia. Pada
tahun 1863 diputuskan terlaksananya pendidikan untuk semua anak-anak bumiputera
dan orang pertama yang menjadi inspektur urusan pendidikan bumiputera.
Karakteristik sistem penyelenggaran pendidikan kolonial Belanda antara lain:
1. Dualistik diskriminatif, yaitu membedakan pendidikan untuk orang Eropa
dengan orang Bumiputera.
2. Sentralistik, yaitu pemerintah kolonial Belanda mempunyai wewenang untuk
mengatur semua penyelenggaraan pendidikan.
3. Tujuan pendidikan, yaitu untuk menghasilkan tamatan yang dapat menjadi
warga negara Belanda kelas dua yang dapat memenuhi kebutuhan pegawai
negeri atau pegawai perusahaan swasta Belanda, tingkat menengah dan rendah.
Pelayanan pendidikan zaman kolonial Belanda sebelum tahun 1900 (abad 19)
dapat dibedakan menjadi 3 yaitu: sekolah dasar dan lanjutan untuk golongan penduduk
Eropa, sekolah dasar negeri dan sekolah raja untuk golongan penduduk bumiputera, dan
sekolah kejuruan yang dapat diikuti oleh golongan Eropa dan bumiputera. Sekolah
dasar Eropa (Europeesche Logere School) pertama didirikan oleh Batavia pada tahun
1817. Hampir semua anak-anak penduduk Eropa dapat menikmati pendidikan dasar,
meskipun dirasakan masih belum memenuhi mutu yang diharapkan. Selain itu terdapat
sekolah dasar swasta Eropa yang terdapat di Batavia, khusus untuk murid laki-laki dan
khusus untuk murid perempuan dan juga terdapat sekolah khusus untuk ank-anak
militer. Gymnasium Willem III merupakan sekolah lanjutan pertama untuk orang Eropa
didirikan di Batavia pada tahun 1860.
Pendidikan khusus untuk bumiputera diawali dengan Van den Bosch
mengeluarkan surat edaran dan kemudian angket tentang pendirian sekolah dasar negeri
di setiap keresidenan atas biaya persekutuan Injil. Pada tahun 1892 berdasarkan
keputusan Raja sekolah dasar bumiputera dibagi menjadi dua kategori yaitu: sekolah
dasar kelas pertama, sekolah dasar kelas dua dan sekolah raja. Sekolah kejuruan
pertama di Hindia Belanda diusahakan oleh swasta.
Pendidikan zaman kolonial Belanda abad 20 berlandaskan liberalisme
kapitalistik. Tujuan pendidikan adalah sama seperti masa sebelumnya. Sistem
persekolahan terdiri atas 3 jejang: pendidikan rendah, pendidikan lanjutan dan
pendidikan tinggi. Pendidikan rendah terdiri dari: sekolah Eropa dan sekolah
Bumiputera. Jenis persekolahan yang ada yaitu: sekolah rendah, sekolah menengah
pertama, sekolah menengah tinggi, sekolah pertukangan, sekolah teknik menengah,
sekolah hukum. Sistem persekolahan terdiri atas: pendidikan dasar 6 tahun, pendidikan
menengah 6 tahun dan pendidikan tinggi.
Sedangkan sistem pendidikan kolonial Jepang memiliki tujuan untuk
mempersiapkan tamatan yang dapat membantu perang di Asia Timur Raya. Terdapat
dua periode pendidikan yakni periode sebelum perang yang bertujuan untuk
membentuk tamatan yang berkaitan dengan kekaisaran dan periode setelah perang
yakni pneididkan bertujuan untuk pengembangan pribadi secara utuh. Sistem
persekolahannya terdiri dari: sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah
menengah atas, perguruan tinggi, dan pendidikan tinggi. Perbedaan antara pendidikan
kolonial Jepang dan Belanda yakni pada masa kolonial Jepang tidak memasukkan
pendidikan agama didalam kurikulumnya, mata pelajarannya tidak beragam dan sistem
dualisme telah dihapuskan yang artinya semua masyarakat (warga Eropa dan Pribumi)
dapat bersekolah tanpa ada perbedaan pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai