Anda di halaman 1dari 1

Sindrom Koroner Akut

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Pendahuluanss
Penyakit janstung koroner ialah suatu penyakit yang sangat umum terjadi dan merupakan penyebab
kematian nomor satu dsi negara-negara maju. Di Indonesia dengan makin berkembangnya tingkat kesejahteraan
masyarakat sejalan densgan lajunya pembangunan, sudah dapat diramalkan penyakit ini juga akan menjadi
penyebab kematian nomosr satu.6
Hasil Survey Kessehatan Rumah Tangga (SKRT) yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan pada
tahun 1992 menunjukkan bsahwa penyebab kematian utama di Indonesia terutama di kota besar adalah penyakit
kardiovaskuler. Sedangkan sSKRT yang dilakukan pada tahun 1972, penyakit kardiovaskuler baru menduduki
urutan ke 11.6s
Operassi jantung koroner yang dilakukan di Rumah Sakit Harapan Kita Jakarta mencapai lebih dari 200
kasus pada stahun 1992 dibandingkan hanya 20-30 kasus pada tahun 1984. Ini belum termasuk kasus-kasus yang
berobat di lsuar negeri dan angioplasti.6
Di Rumsah Sakit Janddtung Rajawali Bandung, kasus penyakit jantung koroner yang berupa infark
miokard pada tahusn 1992 meningkat menjadi rata-rata 1,5-2 kasus per hari, dibandingkan 0,5-1 kasus per hari
pada tahun 1990.6s
s
1.2. sEpidemiologi
sData penelitian Framingham di Amerika Serikat yang didapat pada tahun 1950 dan 1960 menunjukskan
bahwa dari empat pria dengan angina, satu orang akan mengalami infark miokard dalam waktu 5 tahun.
Sedasngkan untuk wanita resikonya hanya setengah dari itu. 5
Penelitian menunjukkan pula bahwa penderita yang simtomatis prognosisnya lebih daripada yang
penderita yang asimtomatis. Data saat ini menunjukkan bahwa bila penderita asimtomatis atau dengan simtom
ringan, kematian tahunan pada penderita dengan pada satu dan dua pembuluh darah koroner adalah 1,5 % dan
kira-kira 6 % untuk lesi pada tiga pembuluh darah koroner. Kalau pada golongan terakhir ini kemampuan latihan
(exercise capacity) penderita baik, kematian tahunan adalah 4 % dan bila ini tidak baik kematian tahunannya kira-
kira 9 %, karena itu penderita harus dipertimbangkan untuk revaskularisasi.5
Data dari Coronary Artery Surgery Study (CASS) telah menunjukkan hubungan antara jumlah pembuluh
darah koroner yang terlibat, banyak stenosis di pembuluh darah koroner bagian proksimal serta kemunduran
kemampuan fungsi ventrikel kiri sebagai tanda prognosis tidak baik.5
Survey Kesehatan Rumah Tangga Nasional Departemen Kesehatan 1996 melaporkan angka kematian di daerah
perkotaan dan di pedesaan untuk penyakit jantung koroner masing-masing 53,5 dand

Anda mungkin juga menyukai