Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia

Volume 1 Juli - 2017 No. 2


Artikel Penelitian

Hubungan Obesitas dengan Kejadian Hipertensi Derajat 1 di Pos


Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) Kantor
Kesehatan Pelabuhan Bandung Tahun 2016
The Relationship of Obesity with Incidence of Hypertension Stage 1 at
Integrated Coaching Post of Non-Communicable Disease (Posbindu PTM)
Port Health Off ice of Bandung in 2016
Teguh Dhika Rohkuswaraa*, Syahrizal Syarifb
a
Ditjen P2P Kemenkes RI, Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Bandung, Indonesia
b
Departemen Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia

ABSTRAK ABSTRACT
Hipertensi sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan di dunia Hypertension is still a health problem in the world including Indonesia.
termasuk Indonesia. Prevalensi hipertensi di Indonesia, cukup tinggi yaitu The prevalence of hypertension in Indonesia is quite high at 25.8%
sebesar 25,8% (Riskesdas, 2013). Sebagian besar penderita hipertensi (Riskesdas, 2013). Most people with hypertension are included in the
termasuk dalam kelompok hipertensi derajat 1 dan separuhnya tidak 1st stage hypertension group and half were unaware as a sufferer.
menyadari sebagai penderita. Hipertensi bukan penyakit kausal tunggal, Hypertension is not a single causal disease, there are various factors
ada berbagai faktor yang berkontribusi terhadap munculnya hipertensi, that contribute to the emergence of hypertension, one of which is
salah satunya yang sering ditemukan adalah obesitas. Penelitian ini often found is obesity. This study aims to determine the magnitude of
bertujuan untuk mengetahui besarnya hubungan antara obesitas dengan the relationship between obesity with incidence of hypertension stage
kejadian hipertensi derajat 1 di Posbindu PTM Kantor Kesehatan 1 in Posbindu PTM Port Health Office (PHO) of Bandung. The
Pelabuh an Bandung. Desain pene litian adalah cross sectional , research design is cross sectional, using secondary data of Posbindu
menggunakan data sekunder kegiatan Posbindu PTM KKP Bandung PTM PHO of Bandung, activities in 2016. The Research subjects are
tahun 2016. Subjek penelitian adalah pegawai instansi Pemerintah dan employees of Government agencies and state-owned enterprises in
BUMN di lingkungan Bandara Husein Sastranegara Bandung dan the Husein Sastranegara Bandung Airport and Cirebon Port which
Pelabuhan Cirebon yang melakukan pemeriksaan kesehatan di Posbindu conducted health checks at Posbindu PTM PHO of Bandung in 2016,
PTM KKP Bandung pada tahun 2016 yaitu sebanyak 206 orang. Hasil which were 206 people. The results showed that the proportion of
penelitian menunjukan bahwa proporsi hipertensi derajat 1 di Posbindu stage 1 hypertension in Posbindu PTM PHO of Bandung in 2016, that
PTM KKP Bandung tahun 2016 yaitu sebesar 41,7% dan obesitas sebesar is 41.7% and obesity of 54.9%. People with obesity (BMI >25) had a
54,9%. Berdasarkan analisis cox regresi, responden yang obesitas (IMT risk of 1,681 times for hypertension stage 1 compared to non-obese
e”25) memiliki risiko sebesar 1,681 kali untuk menderita hipertensi derajat individuals after controlling for age variables, family history of
1 dibandingkan yang tidak obesitas setelah dikontrol variabel umur, riwayat hypertension and physical activity. Optimization of Posbindu PTM,
hipertensi keluarga dan aktivitas f isik. Pengoptimalan Posbindu PTM, increasing public participation and applying GERMAS behavior is
meningkatkan peran serta masyarakat dan mengaplikasikan perilaku expected to control obesity and hypertension.
GERMAS diharapkan dapat mengendalikan obesitas dan hipertensi. Keyword: Hypertension stage 1, Obesity, Posbindu PTM
Kata kunci: Hipertensi derajat 1, Obesitas, Posbindu PTM

Pendahuluan
diastolik 90-99 mmHg) dan derajat 2 (sistolik >160 dan
Global Status Report (GSR) on non-communicable atau diastolik >100). Sebagian besar penderita
diseases 2010, World Health Organization (WHO) hipertensi termasuk dalam kelompok hipertensi derajat
menunjukan Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan I. Terdapat 50% penderita tidak menyadari sebagai
penyebab kematian terbesar di seluruh dunia. penderita, sehingga penyakitnya lebih berat karena
Hipertensi merupakan Penyebab kematian terbesar tidak merubah dan menghindari faktor risiko.3
dari kelompok penyakit kardiovaskuler yaitu sebesar Faktor risiko hipertensi dapat dibedakan menjadi
13%. Menurut WHO dan The International Society of 2 (dua) faktor yaitu faktor yang tidak dapat diubah
Hipertension (ISH) tahun 2003, terdapat 600 juta berupa ras, umur, jenis kelamin, dan keturunan (riwayat
penderita hipertensi di seluruh dunia dan 3 juta hipertensi keluarga). Faktor yang dapat diubah seperti
diantaranya meninggal setiap tahunnya.1 Di Indonesia, kegemukan (obesitas), stress, merok ok, kurang
prevalensi hiper tensi cukup tinggi. Prevalensi olahraga, konsumsi alkohol berlebih, konsumsi garam
hipertensi menurut Riskesdas Tahun 2013 di Indonesia berlebih dan hiperlipidemia.4 Salah satu faktor risiko
yang didapat melalui pengukuran pada umur >18 hipertensi yang dapat diubah dan sering ditemukan
tahun yaitu sebesar 25,8%. Terdapat 7 (tujuh) Provinsi adalah obesitas.
yang melebihi angka nasional, diantaranya yaitu Obesitas saat ini menjadi masalah kesehatan
Provinsi Jawa Barat. Prevalensi hipertensi di Provinsi dunia. Data yang dikumpulkan dari seluruh dunia
Jawa Barat yaitu sebesar 29,4%.2 *Korespondensi: Ditjen P2P Kemenkes RI, Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Bandung, Jl.
Hipertensi terdiri dari 2 (dua) derajat yaitu Cikapayang No 5 Bandung 40116, Indonesia; Email: rteguhdhika@yahoo.com; Phone:
hipertensi derajat 1 (sistolik 140-159 mmHg dan atau +62 22 419305; HP: +62 852 2772 5009

13
Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia Vol. 1, No. 2, Juli 2017
memperlihatkan adanya peningkatan prevalensi Pelabuhan Cirebon berusia 20-50 tahun yang
overweight dan obesitas pada 10-15 tahun terakhir. melakukan pemeriksaan kesehatan di Posbindu PTM
Di Indonesia, angka obesitas terus meningkat, pada KKP Bandung pada tahun 2016 dan bisa dilakukan
laki-laki dewasa terjadi peningkatan dari 13,9% pada analisis yaitu sebanyak 206 orang. Dan terdapat 34
tahun 2007 menjadi 19,7% pada tahun 2013. responden yang tidak bisa dianalisis lebih lanjut (30
Sedangkan pada wanita dewasa terjadi kenaikan orang karena datanya tidak lengkap, 2 orang pernah
yang sangat ekstrim mencapai 18,1%. Dari 14,8% didiagnosis hipertensi sebelumnya dan 2 orang hasil
pada tahun 2007 menjadi 32,9% pada tahun pemeriksaan tekanan darah tergolong hipertensi
2013.2 derajat 2). Penghitungan besar sampel dalam penelitian
Menurut beberapa penelitian, obesitas memiliki ini, menggunakan rumus data populasi untuk uji
hubungan yang bermakna dengan kejadian hipertensi. hipotesis.9 Berdasarkan hasil perhitungan tersebut,
Berdasarkan Studi Framingham menyebutkan bahwa diketahui besar sampel yang terbesar sebanyak 162
kelebihan berat badan (kelebihan berat badan dan responden. Pengambilan sampel dengan cara total
obesitas), menyumbang sekitar 26% kasus hipertensi populasi karena memenuhi syarat minimal sampel. Jadi
pada pria dan 28% pada wanita.5 Dan penelitian besar sampel yang digunakan yaitu sebanyak 206
Jullaman menyebutkan bahwa orang yang memiliki responden.
IMT tergolong obesitas memiliki risiko sebesar 1,64 Variabel yang akan diteliti adalah kejadian
kali untuk menderita hipertensi derajat 1 dibandingkan hiper tensi der ajat 1 (dependen) dan obesitas
yang tergolong IMT normal.6 Serta Penelitian Sari yang (independen), selain itu diteliti pula variabel yang lain
menyebutkan bahwa orang dengan obesitas sentral (kovariat) meliputi variabel umur, jenis kelamin,
memiliki risiko sebesar 1,6 kali untuk menderita hipertensi keluarga, kebiasaan merokok, kebiasaan
hipertensi derajat 1 dibandingkan dengan yang tidak konsumsi buah dan sayuran, konsumsi alkohol, aktivitas
obesitas sentral.7 fisik dan kadar gula darah sewaktu (GDS). Pengukuran
Kantor Kesehatan Pelabuhan Bandung (KKP) variabel penelitian tersebut berdasarkan pedoman
Bandung adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) pengukuran faktor risiko Posbindu PTM Kemenkes RI
Kementerian Kesehatan dibawah Direktorat Jenderal Tahun 2015.10
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), yang Analisis yang digunakan adalah analisis cox
memiliki wilayah kerja pelabuhan dan bandara di regression. Lee & Chia merek omendasikan
Provinsi Jawa Barat. KKP Bandung memiliki fungsi penggunaan model risiko proporsional cox untuk
diantaranya Pengendalian Penyakit Tidak Menular menghitung Prevalen Rasio (PR) pada studi cross
(PTM) melalui kegiatan skrining PTM pada tahun 2015 sectional.11 Penelitian ini menggunakan ukuran asosiasi
dan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM pada PR karena kejadian hipertensi derajat 1 merupakan
tahun 2016. Berdasarkan hasil kegiatan skrining PTM kejadian yang sering (prevalensi >10%).
tahun 2015 pada pegawai instansi Pemerintah dan Penelitian ini dilaksanakan atas dasar persetujuan
BUMN di wilayah kerja KKP Bandung, hipertensi dari Komite Etik Fakultas Kesehatan Masyarakat
merupakan penyakit terbanyak yang ditemukan (15%) Universitas Indonesia. Data yang diambil sudah atas
dan sebagaian besar pegawai memiliki berat badan izin dari Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP)
lebih termasuk overweight dan obesitas (38%).8 Akan Bandung dan Kepala Seksi Upaya Kesehatan dan Lintas
tetapi belum ada gambaran yang jelas mengenai Wilayah (UKLW) selaku penanggungjawab kegiatan
hipertensi dan bagaimana pengaruh faktor risiko salah Posbindu PTM. Semua data yang dikumpulkan dalam
satunya obesitas dengan kejadian hipertensi khususnya penelitian ini hanya digunakan untuk keperluan ilmiah.
hipertensi derajat 1 di wilayah kerja KKP Bandung Kode dan identitas subjek penelitian, sangat
tersebut. Berdasarkan hal di atas, peneliti tertarik untuk dirahasiakan untuk umum.
mengetahui gambaran mengenai kejadian hipertensi
derajat 1 dan obesitas serta untuk mengetahui Hasil
besarnya hubungan obesitas dengan kejadian Proporsi Kejadian Hipertensi Derajat 1 dan Obesitas
hipertensi derajat 1 di Posbindu PTM KKP Bandung.
Dari 206 responden didapatkan propor si
Metode Penelitian hipertensi derajat 1 di Posbindu PTM KKP Bandung
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang Tahun 2016 yaitu sebesar 41,7%. Sedangkan proporsi
diambil dari kegiatan Posbindu PTM di wilayah kerja obesitas sebesar 54,9% (tabel 1).
KKP Bandung yaitu wilayah kerja Bandar Udara Husein Proporsi Kejadian Hipertensi Derajat 1 menurut Variabel
Sastranegara Bandung dan Pelabuhan Cirebon. Studi Penelitian
ini menggunakan pendekatan cross sectional yang
merupakan rancang penelitian dengan melakukan Berdasarkan variabel obesitas, proporsi kejadian
pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan hipertensi pada responden yang obesitas sebesar 54%
atau melakukan pemeriksaan status paparan dan status atau 2 kali dari responden yang tidak obesitas (tabel
penyakit pada titik yang bersamaan.9 2). Sedangkan berdasarkan variabel kovariat lainnya
Populasi yang diamati dalam penelitian ini adalah menunjukan terdapat perbedaan diantaranya variabel
pegawai instansi Pemerintah dan BUMN di lingkungan umur, riwayat hipertensi keluarga, konsumsi buah dan
Bandar Udara Husein Sastranegara Bandung dan sayuran dan aktivitas fisik (tabel 3).

14
Rohkuswara & Syarif, Hubungan Obesitas dengan Kejadian Hipertensi di Posbindu PTM KKP Bandung
Tabe l 1. D is trib u si Fre k u e n s i Ke jad ian Hi pe r te n si De r ajat 1 dan O be sitas di Po sbin du PTM K KM Ban du n g
J u m la h
V a ria b e l K a t e g o ri P e r s e n t a s e (% )
(n = 2 0 6 o r a n g )
K e ja d ia n H ip e rte n s i N o rm o t e n s i 120 5 8 ,3
D e ra ja t 1 H ip e rte n s i D e ra ja t 1 86 4 1 ,7
O b e s ita s T id a k O b e s ita s 93 4 5 ,1
O b e s ita s 113 5 4 ,9

Tab e l 2 . Pro po r s i Ke j adian Hip e r te n si D e r aja t 1 me n u r u t Variab e l O be sitas di Po s bin du PTM KKP Ban d u n g
H ip e rte n si D e rajat 1
V ariab e l H ip e rte n si N o rm o ten si Ju m lah
D erajat 1
O b e sitas O b esita s 6 1 (5 4 ,0 % ) 5 2 (4 6 ,0 % ) 1 1 3 (1 0 0 % )
T id ak O b e sitas 2 5 (2 6 ,9 % ) 6 8 (7 3 ,1 % ) 9 3 (1 0 0 % )

Proporsi hipertensi derajat 1 meningkat seiring Sebagian besar responden yang konsumsi buah dan
peningkatan umur. Proporsi terbesar pada kelompok sayurannya kurang, menderita hipertensi derajat 1
umur 41-50 tahun yaitu sebesar 50. 4% atau lebih dari (50,6%) atau 1,3 kali lebih besar dibandingkan
5 kali dibandingkan kelompok umur 20-30 tahun. konsumsi buahnya cukup. Pada responden yang
Sebagian besar responden (68,5%) yang ada riwayat aktivitas fisiknya kurang, proporsi kejadian hipertensi
hipertensi keluarga menderita hipertensi derajat 1 atau derajat 1 yaitu sebesar 64,7% atau hampir 2 kali lebih
2 kali lebih besar dibanding yang tidak ada riwayat. besar dibandingkan aktivitas fisiknya cukup (tabel 3).

Ta be l 3. P ro po r si Ke j adia n Hi pe r t e n si De r aja t 1 me n u r u t Vari abe l Ko vari at L ain n ya


di Po sbi n du PT M KKP Ba n du n g
H ip e rt e n s i D e ra ja t 1
V a ria b e l H ip e rt e n s i N o rm o t e n s i J u m la h
D e r a ja t 1
U m ur 4 1 - 5 0 ta h u n 6 7 (5 0 ,4 % ) 6 6 (4 9 ,6 % ) 133 (1 0 0 % )
3 1 - 4 0 ta h u n 1 7 (3 3 ,3 % ) 3 4 (6 6 ,7 % ) 51 (1 0 0 % )
2 0 - 3 0 ta h u n 2 (9 ,1 % ) 2 0 (9 0 ,9 % ) 22 (1 0 0 % )
J e n is K e la m in L a k i la k i 6 6 (4 3 ,1 % ) 8 7 (5 6 ,9 % ) 153 (1 0 0 % )
P e re m p u a n 2 0 (3 7 ,7 % ) 3 3 (6 2 ,3 % ) 53 (1 0 0 % )
R iw a y a t H ip e r te n s i Ada 3 7 (6 8 ,5 % ) 1 7 (3 1 ,5 % ) 54 (1 0 0 % )
K e lu a rg a T id a k a d a 4 9 (3 2 ,2 % ) 1 0 3 (6 7 ,8 % ) 152 (1 0 0 % )
K e b ia s a a n M e ro k o k M e ro k o k 3 1 (3 8 ,3 % ) 5 0 (6 1 ,7 % ) 81 (1 0 0 % )
T id a k 5 5 (4 4 ,0 % ) 7 0 (5 6 ,0 % ) 125 (1 0 0 % )
Ko nsu m si b u ah d an K u ra n g 4 0 (5 0 ,6 % ) 3 9 (4 9 ,4 % ) 79 (1 0 0 % )
sa y u ra n C ukup 4 6 (3 6 ,2 % ) 8 1 (6 3 ,8 % ) 127 (1 0 0 % )
K o n s u m s i A lk o h o l Ya 3 (3 7 ,5 % ) 5 (6 2 ,5 % ) 8 (1 0 0 % )
T id a k 8 3 (4 1 ,9 % ) 1 1 5 (5 8 ,1 % ) 198 (1 0 0 % )
A k t iv ita s F is ik K u ra n g 4 4 (6 4 ,7 % ) 2 4 (3 5 ,3 % ) 68 (1 0 0 % )
C ukup 4 2 (3 0 ,4 % ) 9 6 (6 9 ,6 % ) 138 (1 0 0 % )
Kad ar G D S T id a k 4 (5 0 ,0 % ) 4 (5 0 ,0 % ) 8 (1 0 0 % )
N o rm a l 8 2 (4 1 ,4 % ) 1 1 6 (5 8 ,6 % ) 198 (1 0 0 % )

Tabe l 4. Fu ll M o de l An al isis Mu lt ivariat Hu bu n gan Ob e sitas de n gan Ke jad ian Hipe r te n si De r a jat 1
C I 95%
V a r ia b e l B SE PR p v a lu e
Lo w er U pper
O b e s it a s 0 ,5 2 3 0 ,2 4 5 1 ,6 8 7 1 ,0 4 3 2 ,7 3 0 0 ,0 3 3
J e n is K e l a m i n - 0 ,1 0 3 0 ,2 8 0 0 ,9 0 3 0 ,5 2 1 1 ,5 6 3 0 ,7 1 4
Um ur
3 1 - 4 0 ta h u n 0 ,8 9 5 0 ,7 6 5 2 ,4 4 7 0 ,5 4 7 1 0 ,9 5 3 0 ,2 4 2
4 1 - 5 0 ta h u n 1 ,2 1 5 0 ,7 3 2 3 ,3 7 2 0 ,8 0 4 1 4 ,1 4 5 0 ,0 9 7
R iw a y a t H i p e r t e n s i 0 ,5 6 8 0 ,2 2 9 1 ,7 6 5 1 ,1 2 7 2 ,7 6 2 0 ,0 1 4
K e b ia s a a n M e r o k o k - 0 ,0 6 6 0 ,2 4 6 0 ,9 3 6 0 ,5 7 8 1 ,5 1 6 0 ,7 8 9
K o n su m si Buah dan 0 ,1 7 2 0 ,2 2 4 1 ,1 8 7 0 ,7 6 5 1 ,8 4 1 0 ,4 4 4
S a y u ra n
K o n s u m s i A lk o h o l - 0 ,4 9 7 0 ,6 1 8 0 ,6 0 9 0 ,1 8 1 2 ,0 4 3 0 ,4 2 2
A k t if i t a s F i s ik 0 ,5 3 1 0 ,2 3 2 1 ,7 0 1 1 ,0 8 0 2 ,6 7 8 0 ,0 2 2
Kadar G D S - 0 ,0 0 3 0 ,5 2 4 0 ,9 9 7 0 ,3 5 7 2 ,7 8 1 0 ,9 9 5

15
Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia Vol. 1, No. 2, Juli 2017
Hubungan Obesitas dengan Kejadian Hipertensi
Derajat 1 variabel kovariat yang diindentifikasi sebagai confound-
ing yaitu variabel umur, riwayat hipertensi keluarga dan
Berdasarkan hasil analisis bivariat diketahui aktivitas fisik. Sehingga didapatkan nilai PRadjusted antara
bahwa obesitas berhubungan secara bermakna dengan hubungan obesitas dengan kejadian hipertensi derajat
dengan kejadian hipertensi derajat 1. Dari uji statistik I yaitu sebesar 1,681 kali (CI 95%: 1,049-2,696), artinya
diperoleh nilai PR sebesar 2,008 (CI 95%: 1,379–2,925), responden dengan obesitas memiliki risiko sebesar
artinya responden dengan obesitas memiliki risiko 1,681 kali untuk menderita hipertensi derajat 1
2,008 kali untuk menderita hipertensi derajat 1 dibandingkan yang tidak obesitas setelah dikontrol
dibandingkan responden yang tidak obesitas (tabel 5). variabel umur, riwayat hipertensi keluarga dan aktivitas
Setelah dilakukan analisis multivariat, terdapat 3 fisik (tabel 5).

Tab e l 5. Hu bu n gan Obe si tas d e n gan Ke ja dian Hipe r te n si De r a jat 1 di Po sbin du PT M KKP Ban d u n g

C ru d e P R A d ju s te d P R *
V a r ia b e l p v a lu e *
(9 5 % C I) (9 5 % C I)

O b e s ita s O b e s it a s 2 ,0 0 8 1 ,6 8 1
(1 ,3 7 9 - 2 ,9 2 5 ) (1 ,0 4 9 - 2 ,6 9 6 ) 0 ,0 3 1
T id a k O b e s it a s 1 1
*Setelah dikontrol dengan variabel umur, riwayat hipertensi keluarga dan aktivitas fisik

Diskusi
penurunan berat badan dapat menurunkan tekanan
Penelitian ini merupakan analisis data sekunder, darah sistolik sebanyak 1,05 mmHG dan diastolik
tidak semua variabel kovariat diteliti, walaupun sudah sebanyak 0,92 mmHg.16
dilakukan pengontrolan dengan menggunakan analisis Pada penelitian ini didapatkan proporsi kejadian
multivariat, kemungkinan masih kur ang dapat hipertensi derajat 1 di Posbindu PTM KKP Bandung
menjelaskan secara menyeluruh tentang faktor risiko tahun 2016 sebesar 41,7% atau 86 orang dari 206
lain yang terkait dengan hubungan obesitas dengan responden. Hasil penelitian ini lebih tinggi apabila
kejadian hipertensi derajat 1. dibandingkan dengan angka Nasional dan Provinsi
Berdasarkan penelitian sebelumnya, Jawa Barat menurut Riskesdas Tahun 2013.2 Perbedaan
menyebutkan adanya hubungan yang bermakna tersebut terjadi karena meskipun sudah dilakukan
antara obesitas dengan kejadian hipertensi derajat 1.6,7 eksklusi terhadap responden yang memiliki riwayat
Hubungan obesitas telah lama diketahui dan telah hiper tensi atau dalam pengobatan hipertensi,
banyak dilaporkan oleh banyak peneliti, namun kemungkinan masih adanya responden yang
mekanisme terjadinya hipertensi akibat obesitas hingga sebenarnya sudah menderita hipertensi tetapi tidak
saat ini belum jelas. Sebagian besar peniliti pernah melakukan pemeriksaan kesehatan, seperti
menitikberatkan patofisiologis tersebut pada tiga hal diketahui sebelumnya bahwa 50% penderita hipertensi
utama yaitu gangguan sistem autonom, resitensi insulin tidak menyadari bahwa mereka menderita hipertensi.
serta abnormalitas struktur dan fungsi pembuluh darah. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan juga
Ketiga hal tersebut dapat saling mempengaruhi satu proporsi obesitas di Posbindu PTM KKP Bandung tahun
dengan yang lainnya.12 2016 sebesar 54,9% atau lebih tinggi dibandingkan
Pada obesitas, tahanan perifer berkurang menurut penelitian Jullaman dan Riskesdas tahun
sedangkan saraf simpatis meninggi dengan aktif itas 2013. 2,6 Perbedaan ter sebut disebabkan karena
renin plasma yang rendah. Makin besar massa tubuh, perbedaan penggunaan kriteria obesitas. Pada
makin banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok penelitian ini mengunakan cut of point untuk kategori
oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Kondisi obesitas yaitu IMT >25 (kriteria WHO) sedangkan pada
obesitas berhubungan dengan peningkatan volume penelitian lainnya, menggunakan IMT >27 (Kriteria
intravaskuler dan curah jantung. Daya pompa jantung Kemenkes). Sehingga otomatis proporsi obesitas pada
dan sirkulasi volume darah penderita hipertensi lebih penelitian ini lebih tinggi.
tinggi dibandingkan dengan penderita hipertensi Hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa
dengan berat badan normal.13 penurunan berat badan obesitas memiliki hubungan yang bermakna dengan
merupakan unsur yang paling ber peran dalam kejadian hipertensi derajat 1 di Posbindu PTM KKP
pencegahan dan pengobatan hipertensi. Pasien Bandung tahun 2016. Hasil analisis bivariat menunjukan
hipertensi didiorong untuk melakukan penurunan bahwa responden yang memiliki berat badan obesitas
berat badan bila mengalami obesitas dan hal ini akan (IMT e”25) berisiko 2,008 kali (CI 95%: 1,261-3,198)
berefek pada penurunan tekanan darah.14 untuk menderita hipertensi derajat 1 dibandingkan
Setiap 1 kg peningkatan berat badan memiliki responden yang tidak obesitas. Setelah dilakukan
HR untuk menderita hipertensi sebesar 1,36 (CI 95%: analisis multivariat, terdapat 3 variabel kovariat yang
1,29-1,45).15 Selain itu berdasarkan hasil penelitian diindentifikasi sebagai confounding yaitu variabel umur,
sebelumnya menunjukan bahwa setiap kilogram riwayat hipertensi keluarga dan aktivitas fisik. Sehingga
16
Rohkuswara & Syarif, Hubungan Obesitas dengan Kejadian Hipertensi di Posbindu PTM KKP Bandung

didapatkan besar hubungan obesitas dengan kejadian rentan terjadinya recall bias . Variabel kebiasaan
hipertensi derajat I yaitu sebesar 1,681 kali (CI 95%: merokok dan konsumsi alkohol sangat dipengaruhi
1,049-2,696), artinya responden dengan obesitas oleh bias norma sosial sehingga dikhawatirkan hasil
memiliki risiko sebesar 1,681 kali untuk menderita yang didapat tidak sesuai dengan kenyataan. Selain itu
hipertensi derajat 1 dibandingkan yang tidak obesitas pengukuran variabel konsumsi buah dan sayuran serta
setelah dikontrol variabel umur, riwayat hipertensi aktifitas fisik tidak sesuai standar, hanya berdasarkan
keluarga dan aktivitas f isik. Besar hubungan yang wawancara (kategori menggunakan standar Posbindu
didapat dari penelitian ini hampir sama dengan PTM) baik pada populasi ter pajan maupun tidak
penelitian sebelumnya. 6,7 Tetapi lebih kecil bila ter pajan, sehingga kemungkinan terjadinya
dibandingkan beberapa penelitian lainnya.17,18 misklasifikasi non-differential dan hasil yang didapatkan
Hasil yang didapatkan dalam penelitian tersebut, underestimate.
kemungkinan masih dipengaruhi oleh adanya bias Apabila melihat nilai CI 95%: 1,058-2,720, terlihat
seleksi apabila dilihat dari aspek diantaranya proses rapat atau cukup sempit. Ini memperlihatkan hasil
pemilihan populasi penelitian, penggunaan desain cross penelitian yang diperoleh memiliki presisi yang baik.
sectional dan adanya missing data (data sekunder). Selain itu berdasarkan perhitungan power of study
Proses pengumpulan data dalam kegiatan Posbindu dengan menggunakan rumus Lemeshow didapatkan
PTM dilakukan hanya pada responden yang datang hasil power of study yang kuat yaitu sebesar 99,9%.
dan bersedia untuk dilakukan pemeriksaan kesehatan, Sehingga hasil penelitian kemungkinan bisa
bisa dikatakan responden yang datang memiliki digeneralisasi di populasi target yaitu pegawai instansi
kepedulian terhadap kesehatannya, dikhawatirkan tidak Pemerintah dan BUMN di lingkungan Bandara Husein
mewakili populasi yang sebenarnya dalam penelitian. Sastranegara Bandung dan Pelabuhan Cirebon dan
Penggunaan desain cross sectional memiliki populasi yang mempunyai karakteritik yang sama
kelemahan, karena tidak adanya temporal time dengan sampel penelitian ini.
relationship yang jelas, sehingga mengakibatkan aspek
kausalitas menjadi kabur. Akan tetapi dalam penelitian Simpulan dan Saran
ini menggunakan outcome hipertensi derajat 1 yang Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
merupakan penyakit tahap dini, dapat diasumsikan yang telah diuraikan, adapun kesimpulan yang
bahwa penyakit baru dialami responden (belum pernah didapatkan adalah proporsi kejadian hipertensi derajat
didiagnosis hiper tensi sebelumnya atau dalam 1 di Posbindu PTM KKP Bandung tahun 2016 yaitu
pengobatan hipertensi) dan belum adanya komplikasi sebanyak 41,7%. Sedangkan proporsi obesitas sebesar
organ, sehingga dapat diasumsikan bahwa penyebab 54,9%. Selain itu diketahui pula besar hubungan antara
(expose ) kemungkinan besar mendahului akibat obesitas dengan kejadian hipertensi derajat 1 sebesar
(outcome). 1,681 (CI 95%: 1,049-2,696), artinya responden dengan
Sebanyak 30 orang responden (12%) yang obesitas memiliki risiko sebesar 1,681 kali untuk
dilakukan pemeriksaan kesehatan, tidak bisa dianalisis menderita hipertensi derajat 1 dibandingkan yang tidak
karena data yang tidak lengkap (kadar GDS). Namun obesitas setelah dikontrol variabel umur, riwayat
dilihat dari cakupan ketidaklengkapan data masih di hipertensi keluarga dan aktivitas fisik.
bawah 20% dan karakteristik umur terdapat kemiripin Mengingat tingginya prevalensi hipertensi, maka
dengan sampel yang dianalisis yaitu sebagian besar perlunya mengoptimalkan kegiatan Posbindu PTM
berumur 41-50 tahun dan pemenuhan sampel minimal dengan rutin dilaksanakan sebulan sekali atau minimal
masih ter penuhi. Sehingga dihar apkan tidak setahun 2 kali (maksimal tiap pelaksanaan berjarak 1
mempengaruhi hasil dari penelitian ini. bulan) sebagai salah satu upaya pencegahan dan
Selain dipengaruhi adanya bias seleksi, penelitian pengendalian PTM khususnya hipertensi. Selain itu
ini juga masih dipengaruhi adanya bias informasi. Sesuai mengingat tingginya proporsi obesitas, berdasarkan
rekomendasi WHO dan ISH, seseorang dinyatakan hasil penelitian ini bila obesitas dapat dikendalikan, 59%
hipertensi, perlu dilakukan evaluasi ulang sekitar 1 atau kasus hipertensi baru di wilayah kerja KKP Bandung
2 minggu. Selain itu alat ukur standar yang digunakan dapat dicegah. Sehingga perlu peningkatan upaya
untuk mengukur tekanan darah adalah tensimeter air promosi kesehatan meliputi ditambahkannya
raksa. Akan tetapi dalam kegiatan Posbindu PTM ini penyuluhan dan konseling gizi serta aktivitas olahraga
hanya dinilai dalam satu waktu saja (baru dilaksanakan bersama (senam) dalam kegiatan posbindu tersebut.
satu kali) dan menggunakan tensimeter digital, Selain itu saran untuk penelitian sejenis, perlu
sehingga kemungkinan dapat mengakibatkan dilakukan perbaikan ins tr umen pengukur an
terjadinya bias pengukuran. Untuk meminimalisir bias (kuesioner). Karena kelemahan lain dalam penelitian
pengukuran variabel hipertensi diantaranya dengan ini adalah adanya beberapa faktor risiko yang tidak
pengukuran tekanan darah dilakukan oleh tenaga diukur dengan ukuran standar diantaranya konsumsi
medis terlatih dan penetapan diagnosis hipertensi buah dan sayuran (sebaiknya diukur dengan food recall
dilakukan oleh dokter. Selain itu dilakukan kalibrasi rutin 24 jam) dan aktivitas fisik (contoh: standar WHO). Selain
terhadap tensimeter digital tersebut (setahun sekali). itu perlu ditambahkan pengukuran faktor risiko lain
Pengukuran variabel riwayat hipertensi keluarga, seperti konsumsi makanan asin, berlemak dan tingkat
konsumsi buah dan sayuran, dan aktifitas fisik sangat stres juga dianggap penting berkaitan dengan
dipengaruhi oleh daya ingat responden, sehingga hipertensi.
17
Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia Vol. 1, No. 2, Juli 2017
Referensi
1. World Health Organization. Global Status Report On Non
Communicable Disease 2010. Jeneva; 2011
2. Kementerian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar 2013.
Jakarta; 2014
3. Bustan, M. N. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Rineka
Cipta. Jakarta; 2007
4. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Teknis Penemuan
dan Tata Laksana Penyakit Hipertensi, Jakarta; 2006
5. Schmieder, R. E, Messerli FH. Does Obesity Influence
Early Target Organ Damage in Hypertensive Patients?.
American Hear t Association 1993:87:1482-1488.
[Internet]. 1993 [cited 2017 februari 9]. Available from:
http://circ. ahajournals. org/content/87/5/1482
6. Jullaman. Hubungan Obesitas dengan Kejadian Hipertensi
Stage 1 Pada Penduduk Usia Di atas 18 Tahun Yang
berkunjung Ke Puskesmas di Wilayah Kabupaten Aceh
Tamiang Tahun 2008. [Tesis]. Depok. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia; 2008
7. Sari, Dian M. Hubungan Obesitas Sentral dengan Kejadian
Hipertensi Stage 1 di Posbindu PTM Kota Padang Tahun
2011. [Tesis]. Depok. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia; 2013
8. Kantor Kesehatan Pelabuhan Bandung. Laporan Kegiatan
Skrining PTM. Bandung; 2015
9. Hidayat A. Metode Penelitian Kesehatan: Paradigma
Kuantitatif. Surabaya: Health Books Publishing; 2011
10. Kementerian Kesehatan RI. Buku Pintar Posbindu PTM:
Pengukuran Faktor Risiko PTM. Jakarta; 2015
11. Lee J, Chia KS. Estimation of prevalence rate ratios for
cross sectional data: an example in occupational
epidemiology. Br J Ind Med. 1993:50:861–862.
12. Haris, Syafruddin dan Taralan Tambunan. Hipertensi pada
Sindrom Metabolik. Sari Pediatri (Vol.11 No.4). [Internet].
2007 [cited 2017 april 9]. Available from:http://
www.saripediatri.idai.or.id/pdf ile/11-4-6.pdf
13. Widyanto F. C dan Triwibowo C. Trend Disease “Trend
Penyakit Saat Ini”. TIM. Jakarta: 2013
14. Deborah, S.K & Marion, R.W. Obesity and Hypertension.
Drug Topics, 144(1), 59. [Internet]. 2000 [cited 2017
februari 9]. Available from: http://search.proquest.com/
docview/205086043?Accountid=25074
15. Juhaeri. Associations Between Weight Gain and Incident
Hypertension in Bi-Ethnic Cohort: The Atherosclresosis
Risk in Communities Study. International Journal of Obesity.
2002;58-64
16. Ridjab, Denio A. Modif ikasi Gaya Hidup dan Tekanan
Darah. Majalah Kedokteran Indonesia (Vol.57 No.13).
[Internet]. 2007 [cited 2017 april 9]. Available from: http:/
/ m k i . i d i o n l i n e . o r g /
index.php?upage=mki.mkidl&smod=mki=public&key=MTEILTE0
17. Rahajeng, Ekowati dan Sulistyowati Tuminah. Prevalensi
Hipertensi dan Determinanya di Indonesia. Majalah
Kedokteran Indonesia (Vol.59 No.12). [Internet]. 2009
[cited 2017 februari 9]. Available from: http://indonesia.
digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/download/
700/699
18. Pradono, Julianty. Faktor Determinan Terjadinya Hipertensi
dan Implikasi pada Program Intervensi. [Disertasi]. Depok.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia; 2013.

18

Anda mungkin juga menyukai