Anda di halaman 1dari 16

Manajemen Koperasi dan UMKM

Gambaran Umum Koperasi dan UMKM

Kelompok 4

Ni Kadek Novita Madani (1607531018)

Ni Kadek Kristina Surya Dewi (1607531019)

Ni Komang Ning Saniardi (1607531021)

Ni Putu Novia Triana Dewi (1607531022)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2019
Visi dan Misi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana

Visi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana

Menjadikan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana yang menghasilkan sumber
daya manusia di bidang akuntansi yang Unggul, Mandiri, dan Berbudaya di tingkat Asia
Tenggara pada tahun 2020.

Misi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana

Meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada


masyarakat di bidang akuntansi secara efektif, efisien, dan relevan.

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat, dan merupakan salah satu pilar ekonomi,
selayaknya perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah. Di sisi lain, salah satu upaya
pemerintah dalam mengurangi pengangguran dan mengentaskan kemiskinan dilakukan
melalui program-program pemberdayaan ekonomi rakyat. Dengan demikian, melalui
pemberdayaan koperasi diharapkan akan mendukung upaya pemerintah tersebut. Dalam
upayanya, pemerintah dituntut untuk dapat menghasilkan kebijakan yang dapat
mendukung tumbuh danberkembangnya koperasi. Walaupun hambatan
senantiasamenghadang, namun koperasi sebagai pilar ekonomi yang berbasis masyarakat
ekonomi skala kecil dann mikro terus diupayakan pengembangannya. Komitmen dan
statement nasional yang sudah kit abaca dan kita dengar di media massa, bahwa peranan
ekonomi skala kecil dan mikro atau sering disebut dengan Usaha Kecil Mikro Menengah
(UMKM) ternyata patut diperhitungkan karena penyerapan tenaga kerja dan ketahanan
menghadapi krisis dari sektor ini menunjukkan hal yang sangat positif.

1.2.Rumusan Masalah
1. Bagaimana asas,prinsip dan tujuan pemberdayaan UMKM ?
2. Bagaimana kriteria UMKM di Indonesia ?
3. Apa saja aspek-aspek non finansial pendukung kemajuan UMKM di Indonesia ?
4. Bagaimana peran,prospek,kekuatan dan kelemahan UKM ?
5. Bagaimana pemberdayaan koperasi di Indonesia ?

1.3.Tujuan
1. Untuk mengetahui asas,prinsip dan tujuan pemberdayaan UMKM
2. Untuk mengetahui kriteria UMKM di Indonesia
3. Untuk mengetahui aspek-aspek non finansial pendukung kemajuan UMKM di
Indonesia
4. Untuk mengetahui peran,prospek,kekuatan dan kelemahan UKM
5. Untuk mengetaui peran,prospek,kekuatan dan kelemahan UKM

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Asas, Prinsip dan Tujuan Pemberdayaan UMKM


1.1. Adapun asas-asas Usaha mikro, Kecil dan Menengah antara lain:
a. kekeluargaan;
b. demokrasi ekonomi;
c. kebersamaan;
d. efisiensi berkeadilan;
e. berkelanjutan;
f. berwawasan lingkungan;
g. kemandirian;
h. keseimbangan kemajuan;
i. kesatuan ekonomi nasional

1.2. Prinsip pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, antara lain:

a. Penumbuhan kemandirian, kebersamaan dan kewirausahaan Usaha Mikro, Kecil dan


Menengah untuk berkarya dengan prakarsa sendiri;
b. Perwujudan kebijakan publik yang transparan, akuntabel dan berkeadilan;
c. Pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan berorientasi pasar sesuai dengan
kompetensi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah;
d. Peningkatan daya saing Usaha Mikro, Kecil dan Menengah;
e. Penyelenggaraan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian secara terpadu

1.3.Tujuan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, antara lain:


a. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang dan
berkadilan;
b. Menumbuhkan dan mengembangkan Kemampuan Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah menjadi sistem usaha yang tangguh dan mandiri;
c. Meningkatkan peran Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dalam pembangunan
daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi,
dan pengentasan rakyat dari kemiskinan.

3
2. Kriteria UMKM di Indonesia
Kriteria usaha berdasarkan jumlah tenaga kerja atau jumlah karyawan merupakan
suatu tolak ukur yang digunakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) untuk menilai usaha
kecil atau besar, sebagai berikut :

Jenis Usaha Jumlah Tenaga Kerja


Usaha Mikro <4 orang
Usaha Kecil 5-19 orang
Usaha Menengah 20-99 orang
Usaha Besar > 100 orang

2.1. Usaha Mikro

Usaha Mikro sebagaimana dimaksud menurut Undang-Undang Republik Indonesia


No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yaitu usaha produktif milik
orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang. Adapun kriteria usaha Mikro menurut Undang-
Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah,
antara lain:

a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan paling banyak Rp 300.000.000,00 (ket.: nilai nominal dapat
diubah sesuai dengan perkembangan perekonomian yang diatur oleh Peraturan
Presiden)

Ciri-ciri usaha mikro, antara lain:

a. Jenis barang/komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu dapat berganti;


b. Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah tempat;
c. Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan tidak
memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha;
d. Sumber daya manusianya (pengusahanya) belum memiliki jiwa wirausaha yang
memadai;
e. Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah;

4
f. Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari mereka sudah akses
ke lembaga keuangan non bank;
g. Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya termasuk
NPWP.

Contoh usaha mikro, antara lain:

a. Usaha tani pemilik dan penggarap perorangan, peternak, nelayan dan pembudidaya;
b. Industri makanan dan minuman, industri meubelair pengolahan kayu dan
rotan,industri pandai besi pembuat alat-alat;
c. Usaha perdagangan seperti kaki lima serta pedagang di pasar dll.;
d. Peternakan ayam, itik dan perikanan;
e. Usaha jasa-jasa seperti perbengkelan, salon kecantikan, ojek dan penjahit (konveksi).

Dilihat dari kepentingan perbankan, usaha mikro adalah suatu segmen pasar yang cukup
potensial untuk dilayani dalam upaya meningkatkan fungsi intermediasi-nya karena usaha
mikro mempunyai karakteristik positif dan unik yang tidak selalu dimiliki oleh usaha non
mikro, antara lain :

a. Perputaran usaha (turn over) cukup tinggi, kemampuannya menyerap dana yang
mahal dan dalam situasi krisis ekonomi kegiatan usaha masih tetap berjalan bahkan
terus berkembang;
b. Tidak sensitive terhadap suku bunga;
c. Tetap berkembang walau dalam situasi krisis ekonomi dan moneter;
d. Pada umumnya berkarakter jujur, ulet, lugu dan dapat menerima bimbingan asal
dilakukan dengan pendekatan yang tepat.

Namun demikian, disadari sepenuhnya bahwa masih banyak usaha mikro yang sulit
memperoleh layanan kredit perbankan karena berbagai kendala baik pada sisi usaha mikro
maupun pada sisi perbankan sendiri. Profil usaha mikro yang selama ini berhubungan dengan
Lembaga Keuangan, adalah:

a. Tenaga kerja, mempekerjakan 1-5 orang termasuk anggota keluarganya.


b. Aktiva Tetap, relatif kecil, karena labor-intensive.
c. Lokasi, di sekitar rumah, biasanya di luar pusat bisnis.
d. Pemasaran, tergantung pasar lokal dan jarang terlibat kegiatan ekspor-impor.
e. Manajemen, ditangani sendiri dengan teknik sederhana.

5
f. Aspek hukum: beroperasi di luar ketentuan yang diatur hukum: perijinan, pajak,
perburuhan, dll.

Jika melihat sekeliling kita, banyak sekali usaha mikro yang terus berjalan. Dan waktu
telah menunjukkan bahwa pada saat krisis ekonomi terjadi di Indonesia, maka usaha mikro
termasuk usaha yang tahan dalam menghadapi krisis, karena biasanya tidak mendapat
pinjaman dari luar, pasar domestik, biaya tenaga kerja murah karena dibantu oleh anggota
keluarga. Dan rata-rata usaha mikro banyak yang telah bertahan lebih dari 8 tahun, dan tetap
bertahan, bahkan ada yang memiliki pengalaman lebih dari 20 tahun.

2.2.Usaha Kecil

Usaha kecil merupakan usaha yang integral dalam dunia usaha nasional yang memiliki
kedudukan, potensi, dan peranan yang signifikan dalam mewujudkan tujuan pembangunan
nasional pada umumnya dan pembangunan ekonomi pada khususnya. Selain itu, usaha kecil
juga merupakan kegiatan usaha dalam memperluas lapangan pekerjaan dan memberikan
pelayanan ekonomi yang luas, agar dapat mempercapat proses pemerataan dan pendapatan
ekonomi masyarakat.

Definisi usaha kecil menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2008
tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri yang dilakukan oleh orang perorangan yang dilakukan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar
yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang. Adapun
kriteria usaha kecil Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah, antara lain:

a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 sampai dengan paling


banyak Rp 500.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 sampai dengan paling
banyak Rp 2.500.000.000,00 (ket.: nilai nominal dapat diubah sesuai dengan
perkembangan perekonomian yang diatur oleh Peraturan Presiden)

6
Perbedaan usaha kecil dengan usaha lainnya, seperti usaha menengah dan usaha kecil, dapat
dilihat dari:

a. Usaha kecil tidak memiliki sistem pembukuan, yang menyebabkan pengusaha kecil
tidak memiliki akses yang cukup menunjang terhadap jasa perbankan.
b. Pengusaha kecil memiliki kesulitan dalam meningkatkan usahanya, karena teknologi
yang digunakan masih bersifat semi modern, bahkan masih dikerjakan secara
tradisional.
c. Terbatasnya kemampuan pengusaha kecil dalam mengembangkan usahanya, seperti:
untuk tujuan ekspor barang-barang hasil produksinya.
d. Bahan-bahan baku yang diperoleh untuk kegiatan usahanya, masih relatif sulit dicari
oleh pengusaha kecil.

Secara umum bentuk usaha kecil adalah usaha kecil yang bersifat perorangan,
persekutuan atau yang berbadan hukum dalam bentuk koperasi yang didirikan untuk
meningkatkan kesejahteraan para anggota, ketika menghadapi kendala usaha. Dari bentuk
usaha kecil tersebut, maka penggolongan usaha kecil di Indonesia adalah sebagai berikut:

a. Usaha Perorangan. Merupakan usaha dengan kepemilikan tunggal dari jenis usaha
yang dikerjakan, yang bertanggung jawab kepada pihak ketiga/pihak lain. maju
mundurnya usahanya tergantung dari kemampuan pengusaha tersebut dalam melayani
konsumennya. harta kekayaan milik pribadi dapat dijadikan modal dalam kegiatan
usahanya.
b. Usaha Persekutuan. Penggolongan usaha kecil yang berbentuk persekutuan
merupakan kerja sama dari pihak-pihak yang bertanggung jawab secara pribadi
terhadap kerja perusahaan dalam menjalankan bisnis.

Sedangkan, pada hakikatnya penggolongan usaha kecil, yaitu:

a. Industri kecil, seperti: industri kerajinan tangan, industri rumahan, industri logam, dan
lain sebagainya.
b. Perusahaan berskala kecil, seperti: toserba, mini market, koperasi, dan sebagainya.
c. Usaha informal, seperti: pedagang kaki lima yang menjual barang-barang kebutuhan
pokok.

Contoh Usaha Kecil, antara lain:

7
a. Usaha tani sebagai pemilik tanah perorangan yang memiliki tenaga kerja;
b. Pedagang dipasar grosir (agen) dan pedagang pengumpul lainnya;
c. Pengrajin industri makanan dan minuman, industri meubelair, kayu dan rotan, industri
alat-alat rumah tangga, industri pakaian jadi dan industri kerajinan tangan;
d. Peternakan ayam, itik dan perikanan;Koperasi berskala kecil.

2.3.Usaha Menengah

Usaha Menengah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.


20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah adalah usaha ekonomi produktif
yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan
jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam undang-
undang. Adapun kriteria usaha Menengah menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.
20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, antara lain:

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 sampai dengan paling banyak
Rp 10.000.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 sampai dengan
paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (ket.: nilai nominal dapat diubah sesuai dengan
perkembangan perekonomian yang diatur oleh Peraturan Presiden)

Ciri-ciri usaha menengah, antara lain:

a. Pada umumnya telah memiliki manajemen dan organisasi yang lebih baik, lebih
teratur bahkan lebih modern, dengan pembagian tugas yang jelas antara lain, bagian
keuangan, bagian pemasaran dan bagian produksi;
b. Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem akuntansi dengan
teratur, sehingga memudahkan untuk auditing dan penilaian atau pemeriksaan
termasuk oleh perbankan;
c. Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi perburuhan, telah ada
Jamsostek, pemeliharaan kesehatan dll;
d. Sudah memiliki segala persyaratan legalitas antara lain izin tetangga, izin usaha, izin
tempat, NPWP, upaya pengelolaan lingkungan dll;

8
e. Sudah akses kepada sumber-sumber pendanaan perbankan;
f. Pada umumnya telah memiliki sumber daya manusia yang terlatih dan terdidik.

Jenis atau macam usaha menengah hampir menggarap komoditi dari hampir seluruh sektor
mungkin hampir secara merata, yaitu:

a. Usaha pertanian, perternakan, perkebunan, kehutanan skala menengah;


b. Usaha perdagangan (grosir) termasuk expor dan impor;
c. Usaha jasa EMKL (Ekspedisi Muatan Kapal Laut), garment dan jasa transportasi taxi
dan bus antar propinsi;
d. Usaha industri makanan dan minuman, elektronik dan logam;
e. Usaha pertambangan batu gunung untuk kontruksi dan marmer buatan.

3. Aspek-Aspek Non Finansial Pendukung Kemajuan UMKM di Indonesia


Aspek-aspek non finansial pendukung kemajuan UMKM di indonesia adalah
pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang berperan melakukan penumbuhan iklim
usaha, menumbuhkan iklim usaha dengan menetapkan peraturan perundang-undangan
dan kebijakan yang meliputi aspek :
a. Sarana dan prasarana
b. Informasi usaha
c. Kemitraan
d. Perizinan usaha
e. Kesempatan berusaha
f. Promosi dagang
g. Dukungan kelembagaan dunia usaha dan masyarakat berperan secara aktif membantu
menumbuhkan iklim usaha.

4. Peran,Prospek,Kekuatan dan Kelemahan UKM

4.1 Peran Dan Prospek UMKM Untuk Perekonomian Di Indonesia

Berbicara mengenai kontribusi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terhadap
produk domestic bruto memang mengalami peningkatan dan menggeliat dalam 5 tahun
terakhir. Hal itu dikarenakan Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) yang

9
memberikan peluang untuk pebisnis kecil berkembang. Kementrian telah mencatat bahwa
kontribusi disektor UMKM meningkat mulai dari 57.84 persen menjadi 60,34 persen. Tidak
sampai disini saja, ternyata sektor UMKM juga mampu menyerap tenaga kerja didalam negri.
Dilihat dari segi tenaga kerja UMKM tumbuh dari 96,99 menjadi 97,22 persen dalam 5 tahun
terakhir. Hal itu tentu bisa membantu pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi lebih baik.
Dengan penyerapan tenaga kerja yang cukup meningkat maka UMKM juga mampu
meningkatkan pendapatan masyarakat. Dengan kata lain, UMKM ini bisa dianggap memiliki
peran yang cukup strategis dalam memerangi kemiskinan dan pengangguran yang ada di
Indonesia. Selain itu, anda juga perlu ketahui bahwa kontribusi terbesar dari usaha UMKM
adalah industri ekonomi kreatif. Hal ini bisa dilihat dari data pertumbuhan yang cukup positf
dengan pertumbuhan hingga 5,6 persen sejak 2010 sampai 2013.

Bisnis kecil ini juga mampu memberikan sumbangsih terhadap PDB yang tercatat
mencapai 7,1 persen dan mampu menyerap 10,7 persen atau sekitar 12 juta total dari tenaga
kerja. Memang kontribusinya cukup besar meskipun hanya usaha kecil.

Pelaku usaha UMKM Untuk industri ekonomi kreatif ini sendiri juga tumbuh 5,76 persen
pada tahun sebelumnya. Hal itu bisa dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi ini diatas rata-
rata. Untuk PDB nasional ini peran umkm ini cukup penting karena mampu memberi nilai
tambah hingga Rp 641,8 triliun. Walaupun begitu, pemerintah juga memiliki target tersendiri
dari UMKM ini karena pemerintah merencanakan kontribusi PDB Ekonomi kreatif ditahun
2019 bisa mencapai 7 – 7,5 persen. Untuk sektor ekonomi kreatif ini pemerintah menargetkan
15 subsektor ekonomi kreatif dimana 3 diantaranya telah tercatat mampu memberikan
kontribusi PDB yang cukup besar. Ketiganya itu diantaranya adalah usaha kuliner sebesar Rp
209 triliun atau 32,5 persen. Fashion sebesar Rp 182 triliun (28,3 persen) dan kerajinan
sebesar Rp 93 triliun (14,4 persen).

4.2.Kelebihan UMKM

Usaha kecil pada kenyataannya mampu bertahan dan mengantisipasi kelesuan


perekonomian yang diakibatkan inflasi maupun berbagai faktor penyebab lainnya. Tanpa
subsidi maupun proteksi, usaha kecil mampu menambah nilai devisa negara khususnya
industri kecil di sektor informal dan mampu berperan sebagai penyangga dalam
perekonomian masyarakat kecil/lapisan bawah. Di samping itu, usaha kecil juga memiliki
nilai strategis bagi perkembangan perekonomian negara kita, antara lain sebagai berikut :

10
a. Banyaknya Produk-produk tertentu yang dikerjakan oleh perusahaan kecil.
Perusahaan besar dan menengah banyak ketergantungan kepada usaha kecil, karena
jika hanya dikerjakan perusahaan besar dan menengah marginnya menjadi tidak
ekonomis.
b. Merupakan pemerataan konsentrasi dari kekuatan ekonomi dalam masyarakat.

Secara umum perusahaan dalam skala kecil baik usaha perseorangan maupun persekutuan
(kerjasama) memiliki kelabihan dan daya tarik. Kelebihan dan daya tarik tersebut adalah
sebagai berikut :

a. Pemilik merangkap menejer perusahaan dan merangkap semua fungsi manajerial


seperti marketing, finance, dan administrasi.
b. Dalam pengelolaannya mungkin tidak memiliki keahlian manajerial yang handal.
c. Sebagian besar membuat lapangan pekerjaan yang baru, inovasi, sumberdaya baru
serta barang dan jasa-jasa baru.
d. Resiko usaha menjadi beban pemilik.
e. Pertumbuhannya lambat, tidak teratur, tetapi kadan cepat dan bahkan prematur.
f. Fleksibel terhadap bentuk fluktuasi jangka pendek, namun tidak memiliki rencana
jangka panjang.
g. Bebas menentukan harga produksi atas barang dan jasa.
h. Prosedur hukum sederhana
i. Pajak relatif ringan, karena yang dikenakan pajak adalah pribadi pengusaha, bukan
perusahaannya.
j. Komunikansi dengan pihak luar bersifat pribadi
k. Mudah dalam proses pendiriannya.
l. Mudah dibubarkan setiap saat jika dikehendaki
m. Pemilik mengelola secara mandiri dan bebas waktu.
n. Pemilik menerima seluruh laba.
o. Umumnya mampu untuk survive
p. Cocok untuk mengelola produk, jasa, atau proyek perintisan yang sama sekali baru,
atau belum pernah ada yang mengelolanya sehingga memiliki pesaing.
q. Memberikan peluang dan kemudahan dalam peraturan dan kebijakan pemerintah
demi berkembangnya usaha.
r. Diverifikasi usaha terbuka luas sepanjang waktu dan pasar konsumen senantiasa
tergali melalui kreativitas pengelola.

11
s. Relatif tidak membutuhkan investasi terlalu besar, tenaga kerja tidak berpendidikan
tinggi, dan sara produksi lainnya relatif tidak terlalu mahal.

4.3.Kelemahan Usaha Kecil

Kelemahan dan hambatan dalam pengelolaan usaha kecil umumnya berkaitan dengan
faktor intern dari usaha kecil itu sendiri. Kelemahan dan hambatan-hambatan tersebut adalah
sebagai berikut :

a. Terlalu banyak biaya yang dikeluarkan, utang yang tidak bermanfaat, tidak mematuhi
ketentuan pembukuan standar.
b. Pembagian kerja yang tidak proporsional, dan karyawan sering bekerja di luar batas
jam kerja standar.
c. Tidak mengetahui secara tepat berapa kebutuhan modal kerja karena tidak adanya
perencanaan kas.
d. Persediaan barang terlalu banyak sehingga beberapa jenis barang ada yang kurang
laku.
e. Sering terjadi mist-manajemen dan ketidakpedulian pengelolaan terhadap prinsip-
prinsip manajerial.
f. Sumber modal yang terbatas pada kemampuan pemilik.
g. Perencanaan dan program pengendalian sering tidak ada atau belum pernah
merumuskan.

Adapun yang menyangkut faktor eksternal :

a. Risiko dan utang-utang kepada pihak ketiga ditanggung oleh kekayaan pribadi
pemilik.
b. Sering kekurangan informasi bisnis, hanya mengacu pada intuisi dan ambisi
pengelola, serta lemah dalam promosi.
c. Tidak pernah melakukan studi kelayakan, penelitian pasar, dan analisis perputaran
uang tunai.
5. Pemberdayaan Koperasi di Indonesia

Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah, salah satu
bidang yang diharapkan dapat memberikan kontribusi positif adalah koperasi. Koperasi

12
sebagai sebuah gerakan ekonomi rakyat yang telah mendapat tempat sebagai salah satu pilar
ekonomi, diharapkan dapat memenuhi harapan tersebut. Pemerintah baik pusat maupun
daerah dalam upaya untuk mengurangi pengangguran dan mengentaskan kemiskinan, terus
mendorong pemberdayaan ekonomi rakyat melalui koperasi. Dalam upaya untuk
memberdayakan koperasi tersebut, pemerintah dalam hal ini Kementerian Koperasi dan
UKM telah berupaya mendapatkan dukungan ketersediaan data yang akurat dan aktual yang
menggambarkan kondisi yang sebenarnya dilapangan. Diharapkan apabila jumlah koperasi
terus bertambah dan mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang signifikan maka akan
dapat mengurangi pengangguran dan koperasi mampu ikut berperan dalam pengentasan
kemiskinan masyarakat. Mengacu pada data statistik koperasi yang dikeluarkan oleh
Kementerian Koperasi dan UKM (2009), jumlah koperasi di Indonesia periode 2004–2008
dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dari 130.730 unit pada tahun 2004 menjadi
154.964 unit pada tahun 2008 atau meningkat 24.234 unit (18,54%). Dari data tersebut,
koperasi yang aktif pada tahun 2004 tercatat sebanyak 93.402 unit dan menjadi 108.930 unit
pada tahun 2008 atau meningkat 15.528 unit (16,62%), selebihnya tidak aktif dan
memerlukan pembinaan lebih lanjut.

Di beberapa daerah, koperasi masih mengalami perkembangan yang cukup signifikan,


baik dalam hal peningkatan jumlah anggota, permodalan, penyerapan tenaga kerja, volume
usaha, maupun sisa hasil usaha (SHU). Peningkatan yang mencakup jumlah koperasi, jumlah
anggota, dan penyerapan tenaga kerja menunjukkan bahwa koperasi makin merakyat sebagai
unit usaha yang menghidupi sejumlah besar penduduk. Peningkatan dalam permodalan
merupakan wujud bergeraknya bisnis koperasi menuju penguatan usaha untuk berkompetisi
secara terbuka didalam ekonomi nasional menuju efisiensi. Peningkatan pada output/volume
usaha dan SHU menjadi indikasi peningkatan kinerja dan produktivitas bisnis serta
berkontribusi pada peningkatan income masyarakat. Namun demikian, data statistik tersebut
belum mencerminkan kinerja koperasi yang baik karena dalam beberapa tahun terakhir secara
umum perkembangan koperasi cenderung mengalami penurunan ditengah persaingan usaha
yang semakin ketat.Pemberdayaan koperasi dapat diartikan segala upaya yang ditujukan
untuk menjadikan koperasi lebih berdaya. Yang dimaksud dengan koperasi yang berdaya
adalah koperasi yang dapat menjalankan dan mengembangkan organisasi dan usahanya,
melayani dan memberikan manfaat ekonomi bagi anggotanya (Atmadja, 2004). Alasan utama
pentingnya pemberdayaan koperasi diawali dari sebuah keyakinan bahwa kelompok
masyarakat yang berada pada kondisi ekonomi kelas bawah (seperti buruh, petani, nelayan,

13
pedagang kecil, pegawai kecil, dsb) akan relatif lebih mudah diperjuangkan
kepentingan ekonominya melalui koperasi (Widarmanto, 2008). Tentu saja keyakinan
tersebut harus didukung dengan kualitas koperasi yang baik. Dengan demikian upaya untuk
membuat koperasi sebagai sebuah lembaga ekonomi yang tangguh menjadi sebuah
keharusan.

Dalam pengertian pemberdayaan seperti tersebut diatas terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan yaitu upaya pemberdayaan, pelaku pemberdayaan, obyek pemberdayaan
dan hasil pemberdayaan. Upaya pemberdayaan adalah segala hal yang dilakukan untuk
menjadikan koperasi menjadi lebih berdaya. Pelaku pemberdayaan adalah pihak yang
melakukan pemberdayaan yaitu anggota dan pengurus koperasi, pemerintah dan juga
berbagai pihak terkait lainnya. Obyek pemberdayaan koperasi mencakup anggota koperasi
pada khususnya, masyarakat pada umumnya maupun lingkungan koperasi. Hasil
pemberdayaan koperasi berkaitan dengan tumbuh dan berkembangnya koperasi yang
berkualitas. Koperasi yang berkualitas adalah koperasi yang mampu melaksanakan fungsi
dan peran yang diharapkan secara berkelanjutan, yaitu memberikan pelayanan yang
bermanfaat bagi anggota dan mempertanggungjawabkan kegiatannya dalam Rapat Anggota
Tahunan (RAT).Pemberdayaan koperasi merupakan suatu upaya pengembangan koperasi
yang berkelanjutan dimulai dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, monitoring & evaluasi
dan selanjutnya kembali ke proses awal yang membentuk suatu siklus. Monitoring pada
dasarnya adalah mengukur hasil pemberdayaan sedangkan evaluasi berkaitan dengan
penilaian hasil pemberdayaan. Untuk melakukan pengukuran hasil pemberdayaan diperlukan
adanya indikator hasil pemberdayaan, sedangkan untuk menilai hasil pemberdayaan
diperlukan kriteria penilaian hasil pemberdayaan. Pemeringkatan koperasi adalah sistem
penilaian hasil pemberdayaan koperasi yang saat ini diterapkan oleh pemerintah.
Pemeringkatan koperasi merupakan kegiatan penilaiankinerja koperasi dengan berpedoman
atas pelaksanaan yang bersendikan pada nilai-nilai dan prinsip-prinsip koperasi. Adapun
tujuan umum dari kegiatan pemeringkatan koperasi adalah mengidentifikasi kinerja koperasi
pada masing-masing fungsi sehingga dapat berjalan sesuai dengan yang digariskan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Atmadja, P. 2004. Model Pemeringkatan Koperasi: Instrumen Penilaian Hasil dan Deteksi
Keperluan Pemberdayaan Koperasi. Infokop. Nomor 24 Tahun XX. Website:
www.smecda.com.
http://internetmarketing.co.id/peran-umkm-bagi-perekonomian-indonesia/ (diakses pada 12
Maret 2019)
http://gema-rahmadhania.blogspot.com/2017/10/makalah-koperasi-dan-umkm-di-
indonesia.html?m=1(diakses pada 12 Maret 2019)
Sri Lestari Rahayu, 2005. Analisis Peranan Perusahaan Modal Ventura Dalam
Mengembangkan UKM Di Indonesia : Kajian Ekonomi dan Keuangan,Badan Pengkajian
Ekonomi, Keuangan dan Kerjasama Internasional.
Widarmanto, T. 2008. Enam Puluh Satu Tahun Membangun Koperasi: Membangun
Koperasi Berkualitas Berbasis Kompetensi SDM. Gemari, Edisi 90, Tahun IX Juli.

15

Anda mungkin juga menyukai