Anda di halaman 1dari 12

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS LITERASI SAINS

PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA


Hesti Widya Prasida*, Woro Sumarni, Sri Susilogati Sumarti
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang
Kampus Sekaran Gunungpati Semarang, 50229, Telp. (024)8508035
E-mail: hestiwidyap@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan instrumen penilaian berbasis literasi sains yang
dapat digunakan untuk mengukur literasi kimia siswa pada materi larutan penyangga. Penelitian
ini merupakan jenis penelitian Research and Development (R & D) dengan model pengembangan
ADDIE. Tahap analisis dilakukan melalui studi pustaka dan studi lapangan. Tahap desain
dilakukan pembuatan rancangan instrumen dengan mengacu pada hasil studi pustaka. Instrumen
penilaian yang dikembangkan terdiri atas soal tipe pilihan ganda beralasan dan lembar angket.
Soal yang dihasilkan terdiri atas 30 butir soal, sedangkan lembar angket terdiri atas 23 butir
pernyataan. Instrumen hasil pengembangan dinyatakan valid berdasarkan penilaian ahli.
Reliabilitas naskah soal yang diperoleh menggunakan rumus KR-20 pada uji skala kecil adalah
0,7951, sedangkan pada uji skala besar adalah 0,6482. Reliabilitas lembar angket yang diperoleh
menggunakan rumus Cronbach’s Alpha pada uji skala kecil adalah 0,8958 dan pada uji skala
besar adalah 0,8648. Instrumen tersebut efektif untuk mengukur kemampuan literasi kimia siswa.

Kata kunci: instrumen penilaian, literasi sains, pengembangan

ABSTRACK

This study aims to develop a science-based literacy assessment instrument that can be used to
measure student’s chemical literacy in buffer solution materials. This research is a kind of
Research and Development (R & D) research with ADDIE development model. The analysis
phase is done through literature study and field study. Design stage is done making of instrument
design with reference to result of literature study. The developed assessment instrument
consisted of an explanation multiple choice questions and a questionnaire. The resulting problem
consists of 30 items, while the questionnaire consists of 23 points statement. The instrument of
development result is declared valid based on expert judgment. The reliability of the script
questions obtained using the KR-20 formula on a small-scale test is 0.7951, while the large-scale
test is 0.6482. The reliability of the questionnaire sheet obtained using Cronbach's Alpha formula
on a small-scale test is 0.8958 and the large-scale test is 0.8648. The instrument is effective for
measuring students' chemical literacy skills.

Keywords: assessment instrument, development, scientific literacy

PENDAHULUAN
Ilmu kimia merupakan salah satu diharapkan dapat menjadi wahana peserta
cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam
dimasukkan dalam kurikulum pendidikan di sekitar, serta menerapkan ilmu
Indonesia sebagai salah satu mata pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari
pelajaran pada jenjang SMA/MA. Kimia (Aeni et al., 2013). Ilmu kimia penting dalam
merupakan bagian dari rumpun sains, kehidupan manusia, karena semua aspek
sehingga pembelajaran kimia merupakan yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari
bagian dari pembelajaran sains yang berhubungan dengan ilmu kimia (Sujana et
al., 2014), sehingga pemahaman terhadap siswa di Indonesia pada tahun 2009 berada
kimia sangat penting. pada peringkat 57 dari 65 negara (OECD,
Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 2010), pada tahun 2012 menempati
2015 menyatakan bahwa pendidikan di peringkat 64 dari 65 negara (OECD, 2014),
Indonesia membutuhkan standar nasional dan pada tahun 2015 menempati peringkat
yang memerlukan penyesuaian terhadap 62 dari 70 negara (OECD, 2016). Data
dinamika kehidupan yang berkembang di tersebut menunjukkan tingkat literasi sains
masyarakat. Peserta didik diharapkan siswa di Indonesia masih sangat rendah.
mampu menjawab tantangan eksternal Tingkat literasi sains siswa yang rendah
terkait arus globalisasi dan berbagai dapat disebabkan oleh teknik asesmen yang
masalah di lingkungan sekitar, sehingga tidak mengakomodasi secara penuh kriteria
tujuan pendidikan di Indonesia adalah untuk menilai literasi sains (Permanasari,
mewujudkan masyarakat berliterasi sains. 2011). Penelitian Sudiatmika (2010)
Literasi sains merupakan salah satu dari menemukan hasil bahwa kumpulan tes yang
beberapa jenis literasi, seperti literasi biasa digunakan di sekolah lebih banyak
membaca dan menulis, literasi matematika, mengujikan pengetahuan sains dari aspek
dan literasi digital (Adolphus et al., 2012). kognitif dan perhitungan matematis saja,
Literasi sains didefinisikan dalam PISA 2015 sedangkan aspek proses dan konteks luput
sebagai kemampuan untuk terlibat dalam dari penilaian. Hasil wawancara dengan
isu-isu terkait ilmu pengetahuan dan guru kimia SMA Negeri 2 Bae Kudus juga
memberikan ide-ide ilmiah dalam rangka menunjukkan bahwa soal-soal yang
menyelesaikan permasalahan atau isu-isu dijadikan untuk mengukur hasil belajar siswa
tersebut dalam kehidupan, sebagai manusia belum bermuatan literasi sains, soal
yang reflektif (OECD, 2016: 20). Literasi tersebut lebih menekankan aspek konten
sains bukan semata-mata kemampuan dan belum memuat aspek proses dan
untuk memahami ilmu pengetahuan ilmiah, konteks.
tetapi juga kemampuan untuk memahami Larutan penyangga merupakan salah
proses sains dan diaplikasikan untuk satu materi pada pelajaran kimia yang
menghadapi kondisi nyata yang terjadi di membutuhkan pemahaman, selain itu materi
lingkungan. Barnea et al. (2010) larutan penyangga juga mengandung
sebagaimana dikutip oleh Celik (2014) konsep-konsep yang dekat dengan
menyatakan bahwa literasi kimia meliputi kehidupan sehari-hari (Premono et al.,
pemahaman tentang sifat partikel materi, 2009). Siswa perlu memahami materi
reaksi kimia, hukum dan teori kimia, dan larutan penyangga, tidak hanya menghafal
aplikasi kimia umum dalam kehidupan rumus dan menghitung pH saja, melainkan
sehari-hari siswa juga harus tanggap terhadap hal-hal
Hasil studi PISA (Programme for di lingkungan sekitarnya yang berkaitan
Internasional Student Assessment) dengan larutan penyangga. Oleh karena itu,
menunjukkan bahwa prestasi literasi sains pengembangan instrumen penilaian
berbasis literasi sains pada materi larutan angket penilaian aspek sikap terhadap sains
penyangga perlu dilakukan, sebab yang terdiri atas 23 butir pernyataan. Tahap
instrumen tersebut dapat digunakan untuk implementasi (implementation) dilakukan
mengukur kemampuan literasi kimia siswa. analisis kemampuan literasi kimia siswa dan
Instrumen penilaian yang dapat alasan siswa.
menilai literasi kimia siswa penting Validasi instrumen dilakukan melalui
dikembangkan karena prestasi belajar kimia expert judgement oleh 2 dosen jurusan kimia
membutuhkan alat penilaian yang tidak Universitas Negeri Semarang dan 1 guru
hanya menilai pemahaman dan hafalan kimia SMA Negeri 2 Bae Kudus. Uji coba
tetapi juga dapat menilai penerapan konsep skala kecil dilakukan kepada 16 siswa kelas
siswa saat menghadapi permasalahan XII IPA SMA Negeri 2 Bae Kudus. Uji coba
(Sumarni et al., 2016). Penilaian terhadap skala besar dilakukan kepada 35 siswa
literasi kimia sangat penting untuk kelas XI IPA SMA Negeri 2 Bae Kudus.
mengetahui sejauh mana tingkat literasi Tahap uji coba skala kecil dilakukan
kimia siswa. Hal tersebut dapat digunakan pengecekan keterbacaan menggunakan
sebagai tolok ukur untuk meningkatkan angket tanggapan siswa, kemudian
kualitas pendidikan di Indonesia agar dapat dilakukan analisis validitas butir soal, daya
bersaing dengan negara-negara lain pembeda, tingkat kesukaran, reliabilitas,
(Rusilowati et al., 2016). dan kualitas pengecoh. Tahap uji coba skala
besar dilakukan analisis validitas butir soal,
METODE PENELITIAN daya pembeda, reliabilitas, dan tingkat
Penelitian ini merupakan jenis kesukaran. Validitas butir soal dianalisis
penelitian Research and Development (R & menggunakan rumus korelasi product
D) dan menggunakan model ADDIE. Tahap moment, sedangkan reliabilitas
analisis (analysis) dilakukan studi pustaka menggunakan rumus KR-20 (Arikunto,
dan studi lapangan, yakni analisis soal-soal 2012: 115). Lembar angket penilaian aspek
yang ada di sekolah dan wawancara dengan sikap terhadap sains dilakukan analisis
guru kimia. Tahap ini dilakukan untuk reliabilitas pada tahap uji coba skala kecil
menganalisis masalah dan mencari dan skala besar menggunakan rumus
informasi terkait pengembangan instrumen Cronbach’s Alpha.
penilaian berbasis literasi sains. Tahap
desain (design) merancang instrumen HASIL DAN PEMBAHASAN
berbasis literasi sains berupa pilihan ganda Hasil studi pustaka diperoleh
beralasan dan angket. Tahap informasi mengenai karakteristik soal literasi
pengembangan (development) sains. Rustaman (2006) menyatakan bahwa
dikembangkan soal pilihan ganda beralasan soal literasi sains dalam PISA memiliki enam
pada materi larutan penyangga sebanyak 40 karakteristik, yaitu (1) mengandung konsep
butir sesuai dengan aspek literasi sains, yang lebih diperluas dari konsep dalam
yakni aspek konten dan proses, serta lembar kurikulum, (2) menyajikan sejumlah
informasi atau data yang dapat dianalisis motivasi dalam sains (Osman et al., 2007).
oleh siswa, (3) meminta siswa untuk Hasil studi pustaka tersebut dijadikan acuan
mengolah atau menghubungkan informasi dalam mengembangkan instrumen penilaian
dalam soal, (4) memuat pernyataan yang berbasis literasi sains.
membutuhkan analisis dan meminta siswa Tahap desain telah dirancang
memberi alasan jawaban, (5) berbentuk instrumen pilihan ganda beralasan dan
pilihan ganda, isian singkat, atau esai, dan lembar angket. Desain awal instrumen
(6) mencakup konteks dalam kehidupan. pilihan ganda beralasan terdiri atas bacaan
Penilaian kemampuan literasi sains tidak sains, soal dan pilihan jawaban, serta kolom
hanya dilakukan menggunakan soal tes, untuk menuliskan alasan (Ridwan et al.,
tetapi dapat dilakukan penilaian 2013). Desain awal lembar angket penilaian
menggunakan lembar angket. Penilaian aspek sikap terhadap sains terdiri atas
menggunakan lembar angket cocok nomor, pernyataan tiap dimensi aspek sikap
digunakan pada aspek sikap terhadap sains, terhadap sains, serta tanggapan. Desain
meliputi dimensi sikap terhadap guru sains, instrumen pilihan ganda beralasan dan
kekhawatiran terhadap sains, kepentingan lembar angket penilaian sikap terhadap
sains dalam masyarakat, konsep diri dalam sains berturut-turut tersaji pada Gambar 1
sains, kesenangan dalam sains, dan dan Gambar 2.

Bacaan

Soal....
A.
B.
C.
D.
E.
Alasan jawaban

Gambar 1. Desain Instrumen Berbasis Literasi Sains Tipe Pilihan Ganda Beralasan

No Pernyataan Tanggapan
Dimensi sikap terhadap sains TS KS S SS
1.
2.
3.
Dimensi sikap terhadap sains
4.
5.
6.
Gambar 2. Desain Lembar Angket Penilaian Sikap Terhadap Sains
Desain yang sudah dibuat selanjutnya penilaian 3 validator menjadi penentu
dikembangkan menjadi produk awal kelayakan instrumen penilaian yang
instrumen penilaian. Alur pengembangan dikembangkan. Hasil penilaian validator
dimulai dari menyusun kisi-kisi dan terhadap instrumen pilihan ganda beralasan
menentukan proporsi tiap aspek literasi dan lembar angket penilaian aspek sikap
sains. Produk awal yang sudah jadi terhadap sains berturut-turut tersaji pada
kemudian dilakukan validasi ahli. Hasil Tabel 1 dan Tabel 2.

Tabel 1. Hasil Validasi Ahli pada Instrumen Pilihan Ganda Beralasan


No Responden Kriteria Total Skor Persentase (%)
1. Validator I Sangat Layak 41 85,42%
2. Validator II Sangat Layak 43 89,58%
3. Validator III Layak 36 75%

Tabel 2. Hasil Validasi Ahli pada Lembar Angket Penilaian Sikap terhadap Sains
No Responden Kriteria Total Skor Persentase (%)
1. Validator I Sangat Layak 35 87,50%
2. Validator II Sangat Layak 33 82,50%
3. Validator III Sangat Layak 38 95%

Tabel 1 dan Tabel 2 menunjukkan Uji coba skala kecil diperoleh hasil
bahwa produk awal instrumen penilaian bahwa tingkat keterbacaan soal adalah baik.
yang dikembangkan sudah layak. Instrumen Hasil tanggapan siswa diketahui 71,88%
penilaian tersebut sudah memenuhi kriteria siswa menyatakan bahasa yang digunakan
layak pada aspek substansi, konstruksi, dan dalam soal mudah dipahami dan 67,19%
bahasa. Validator juga memberikan siswa menyatakan bahwa kalimat dalam
komentar dan saran untuk perbaikan soal tidak menimbulkan penafsiran ganda.
instrumen penilaian berbasis literasi sains. Sebanyak 57,81% siswa menyatakan
Saran dari validator terhadap instrumen alokasi waktu pengerjaan kurang.
pilihan ganda beralasan antara lain: (1) Analisis data diperoleh hasil bahwa
komponen buffer dalam soal divariasi dari 40 soal yang diujikan terdapat 13 soal
sehingga tidak hanya menggunakan yang dinyatakan valid. Sebanyak 27 soal
CH3COOH dan CH3COONa saja, Kb basa tidak valid karena rxy < r tabel. Soal-soal
lemah dan Ka asam lemah harus ditulis tersebut memiliki daya pembeda baik sekali,
lengkap sesuai teori, (2) instrumen perlu baik, cukup, jelek, dan negatif. Validitas butir
sedikit revisi pada kunci jawaban soal nomor dan daya pembeda soal dijadikan acuan
3, dan (3) perbaikan beberapa kalimat yang dalam menentukan keputusan butir soal.
kurang sesuai. Validator memberikan Apabila daya pembeda ≥ 0,40 maka soal
komentar baik terhadap lembar angket dapat digunakan untuk uji coba skala besar
penilaian sikap terhadap sains dan tidak ada tanpa revisi, apabila 0,30 ≤ D ≤ 0,39 dan
yang perlu direvisi. soal valid maka dapat digunakan untuk uji
skala besar tanpa revisi, apabila 0,30 ≤ D ≤
0,39 dan soal tidak valid maka dapat dipakai dipakai untuk uji skala besar (Sudiatmika,
untuk uji skala besar dengan revisi, apabila 2010). Keputusan butir soal tersaji pada
0,20 ≤ D ≤ 0,29 maka dapat dipakai untuk Tabel 3.
uji skala besar dengan revisi, dan apabila -
1,00 ≤ D ≤ 0,19 maka soal tidak dapat
Tabel 3. Keputusan Butir Soal Uji Coba Skala Kecil
No Soal Keputusan
5, 8, 11, 20, 22, 24, 26, 27, 29, 30, 31, 33, 35, 36, 40 Dapat dipakai untuk uji skala besar
2, 4, 10, 12, 17, 18, 21, 23, 25, 32, 34 Dipakai untuk uji skala besar dengan
revisi
1, 3, 6, 7, 9, 13, 14, 15, 16, 19, 28, 37, 38, 39 Tidak dapat dipakai untuk uji skala
besar

Tingkat kesukaran soal pada uji coba tingkat kesukaran soal. Soal yang dipakai
skala kecil memiliki kriteria sukar, sedang, dalam uji coba skala besar sebanyak 30
dan mudah. Hasil uji coba skala kecil butir soal. Hasil analisis validitas butir
terdapat 13 butir soal dengan kriteria sukar, diketahui bahwa sebanyak 11 soal tergolong
22 butir soal dengan kriteria sedang, dan 5 valid, yaitu soal nomor 8, 9, 13, 14, 15, 16,
butir soal dengan kriteria mudah. Kualitas 21, 27, 28, 29, dan 30. Daya pembeda soal
pengecoh soal terdiri atas lima kriteria, yaitu terdiri atas kriteria baik, cukup, dan jelek.
sangat baik, baik, kurang baik, jelek, dan Tingkat kesukaran soal terdapat tiga kriteria
sangat jelek. Pengecoh soal sudah yaitu sukar, sedang, dan mudah. Soal nomor
berfungsi cukup baik. Pengecoh dalam soal 1, 2, 5, 12, 15, 16, 20, 26, dan 27 memiliki
tipe pilihan ganda beralasan sebenarnya kriteria sukar. Soal nomor 7, 22, dan 30
tidak mempengaruhi kualitas soal, sebab memiliki kriteria sedang, dan 18 soal sisanya
skor tidak hanya ditentukan dari pilihan memiliki tingkat kesukaran dengan kriteria
jawaban tetapi ditentukan juga dari alasan mudah.
yang dituliskan siswa (Ridwan et al., 2013).
Hasil analisis reliabilitas naskah soal
Hasil analisis reliabilitas naskah soal uji skala besar menggunakan rumus KR-20
uji coba skala kecil sebesar 0,7951. yaitu sebesar 0,6482. Hasil analisis lembar
Reliabilitas lembar angket penilaian sikap angket penilaian sikap terhadap sains
terhadap sains pada uji coba skala kecil menggunakan rumus Cronbach’s Alpha
sebesar 0,8958. Hasil tersebut diperoleh hasil r11 sebesar 0,8648. Hasil
menunjukkan bahwa instrumen penilaian tersebut menunjukkan bahwa instrumen
berbasis literasi sains tipe pilihan ganda penilaian berbasis literasi sains pada uji
beralasan dan lembar angket dinyatakan skala besar dinyatakan reliabel.
reliabel. Instrumen tersebut selanjutnya
Hasil analisis kemampuan literasi
digunakan untuk uji coba skala besar.
kimia siswa menunjukkan bahwa
Hasil uji coba skala besar juga kemampuan literasi kimia siswa pada aspek
dianalisis validitas butir, daya pembeda, dan konten (pengetahuan) dan proses
(kompetensi) terbagi menjadi empat kriteria, Kemampuan literasi kimia siswa pada
yaitu tinggi, sedang, rendah, dan sangat aspek konten dan proses dinilai
rendah. Rata-rata kemampuan literasi kimia berdasarkan benar atau tidaknya siswa
siswa berada pada kategori sedang. Data dalam memilih opsi soal pilihan ganda serta
tingkatan kemampuan literasi kimia siswa alasan yang diberikan. Setiap nomor soal
aspek konten dan proses tersaji pada memiliki skor maksimal 2. Alasan pemilihan
Gambar 3. jawaban turut diperhitungkan dalam
penilaian ini dikarenakan siswa harus
30
25 memiliki konsekuensi dengan memberikan
20 argumen (Ridwan et al., 2013). Kemampuan
Jumlah Siswa

15
10 literasi kimia siswa secara umum berada
5 pada kategori sedang sampai sangat rendah
0
dapat disebabkan oleh dua faktor mendasar,
yaitu faktor instrumen yang dikembangkan
serta faktor kondisi siswa, sebagaimana
yang dikemukakan oleh Zein et al. (2013)
Kemampuan Literasi Kimia
bahwa tingkat kesukaran dan daya

Gambar 3. Hasil Tes berdasarkan pembeda soal sangat dipengaruhi oleh


Tingkatan Kemampuan Literasi Kimia kondisi siswa saat melakukan tes.
Kemampuan literasi kimia siswa pada
Hasil analisis terhadap instrumen
aspek sikap terhadap sains terdiri atas
penilaian yang digunakan oleh guru terdapat
emapat kriteria, yaitu snagat tinggi, tinggi,
perbedaan dengan instrumen penilaian
sedang, dan rendah. Sebagian besar siswa
berbasis literasi sains yang dikembangkan.
berada pada kategori tinggi dan sedang.
Analisis tersebut dilakukan pada instrumen
Data tingkatan kemampuan literasi kimia
dengan indikator soal yang sama. Indikator
siswa aspek sikap terhadap sains tersaji
tersebut meliputi perhitungan pH larutan
pada Gambar 4.
penyangga dan perbandingan volume pada
30 larutan penyangga. Hasil tes yang dicapai
25 oleh siswa menggunakan soal yang
20
Jumlah Siswa

15 diberikan oleh guru menunjukkan hasil yang


10 lebih baik dari hasil tes menggunakan
5
0 instrumen penilaian berbasis literasi sains.
Perbedaan ini disebabkan karena pada soal
yang dibuat guru memiliki karakteristik yang
langsung merujuk pada permasalahan yang
ditanyakan, yakni sudah dipaparkan dengan
Kemampuan Literasi Kimia
jelas data-data yang akan digunakan dalam
Gambar 4. Hasil Angket berdasarkan
perhitungan. Hal tersebut berbeda dengan
Tingkatan Kemampuan Literasi Kimia
karakteristik soal berbasis literasi sains yang tersebut memang sukar, melainkan soal
dikembangkan. Soal berbasis literasi sains tersebut sebenarnya mudah tetapi karena
memiliki karakteristik yang menuntut siswa siswa kurang mampu dalam memahami
melakukan analisis terhadap permasalahan konsep maka soal menjadi sukar dikerjakan
yang disajikan melalui bacaan. Data-data (Rahayu et al., 2014). Soal dengan kriteria
ilmiah disajikan dalam bentuk bacaan dan sukar pada indikator 3 tersebut merupakan
dikaitkan dengan suatu peristiwa atau soal yang berkaitan dengan pemahaman
fenomena yang dekat dengan kehidupan tentang komponen penyangga asam dan
siswa. Soal berbasis literasi sains juga penyangga basa. Siswa mengalami
menuntut siswa untuk memberikan alasan kesalahan dalam menyebutkan basa
jawaban, sedangkan pada soal yang dibuat konjugasi yang terdapat dalam penyangga
guru hanya berupa pilihan ganda dan tidak asam, selain itu pada komponen penyangga
menuntut siswa untuk memberikan alasan. basa sebagian besar siswa banyak yang
Perbedaan karakteristik instrumen tersebut mengalami kesalahan. Hasil ini sesuai
menjadi salah satu penyebab perbedaan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
hasil tes siswa sehingga dalam pengukuran Sihaloho (2013) bahwa tingkat pemahaman
literasi kimia ini rata-rata kemampuan siswa siswa dalam mengidentifikasi spesies-
berada pada kategori sedang sampai sangat spesies zat yang terbentuk dalam larutan
rendah. penyangga asam adalah rendah dan pada
Soal pada aspek konten memiliki larutan penyangga basa adalah sangat
tingkat kesukaran dengan kriteria mudah, rendah.
sedang, dan sukar. Indikator 1, indikator 6, Soal pada aspek proses
dan indikator 13 memiliki rerata skor yang mengevaluasi dan merancang penyelidikan
paling tinggi diantara rerata skor pada ilmiah memiliki tingkat kesukaran dengan
indikator yang lain. Soal-soal pada indikator kriteria sukar dan mudah. Seluruh siswa
1, 6, dan 13 memiliki tingkat kesukaran tidak dapat menjawab soal yang berkaitan
dengan kriteria mudah. Soal dengan kriteria dengan perhitungan pH larutan penyangga
mudah mengandung arti bahwa siswa telah setelah ditambahkan sedikit asam atau
memahami materi yang ditanyakan dan basa. Hasil penelitian Mentari et al. (2014)
banyak siswa yang menjawab dengan benar ditemukan kesalahan pada konsep
(Rahayu et al., 2014). Indikator 3 memiliki perhitungan pH yang dilakukan siswa lebih
rerata skor yang paling rendah. Soal dengan banyak disebabkan karena siswa langsung
kriteria sukar dapat disebabkan oleh menggunakan mol dari masing-masing
pernyataan atau kalimat dalam soal terlalu larutan dan tidak mereaksikannya terlebih
panjang dan kompleks sehingga siswa tidak dahulu. Indikator 4 memiliki skor rerata
dapat menjawab dengan benar karena tidak paling rendah diantara skor rerata pada
memahami pertanyaan (Djanuarsih, 2012). indikator yang lain. Kesukaran soal pada
Tingkat kesukaran soal yang tinggi tidak indikator 4 disebabkan karena informasi
dapat dijadikan sebagai patokan bahwa soal
yang disajikan dalam bacaan kurang bisa memiliki tingkat kesukaran dengan kriteria
dimengerti siswa. mudah dan sukar. Indikator 2 memiliki skor
Soal pada aspek proses/kompetensi rerata yang rendah sebab pada soal nomor
menggunakan bukti ilmiah memiliki tingkat 15 dan 16 memiliki kriteria sukar. Sebagian
kesukaran sedang dan sukar. Indikator 5 besar siswa mengalami kesulitan pada
dan 17 memiliki skor rerata sangat rendah. proses identifikasi larutan penyangga asam
Rata-rata siswa mengalami kesulitan pada maupun bukan larutan penyangga
soal nomor 2 ketika diminta untuk berdasarkan suatu peristiwa yang disajikan.
menganalisis perlakuan yang dapat Hasil ini sesuai dengan penelitian Marsita et
menunjukkan larutan penyangga al. (2010) bahwa salah satu kesulitan siswa
berdasarkan data-data ilmiah yang pada konsep larutan penyangga adalah
disajikan. Sebagian siswa menganggap kesulitan dalam membedakan larutan
bahwa asam lemah yang dicampur dengan penyangga asam dan basa jika diketahui
basa kuat berlebih atau basa lemah yang percampuran zat penyusunnya.
dicampur dengan asam kuat berlebih dapat Kemampuan literasi kimia siswa pada
membentuk larutan penyangga. aspek sikap terhadap sains berada pada
Miskonsepsi ini juga ditemukan pada kategori yang beragam, yakni sangat tinggi,
penelitian Mentari et al. (2014), siswa tinggi, sedang, bahkan rendah. Siswa
menyatakan bahwa larutan KOH yang dengan kategori kemampuan literasi kimia
dicampurkan dengan larutan HCOOH harus yang tinggi mengindikasikan bahwa siswa
berlebih karena larutan penyangga dapat tersebut rata-rata menyatakan setuju pada
terbentuk apabila yang kuat yang berlebih. setiap dimensi sikap terhadap sains yang
Soal nomor 20 sebenarnya adalah soal yang disajikan, sebaliknya siswa dengan kategori
mudah, namun rata-rata siswa kurang rendah rata-rata menyatakan tidak setuju.
cermat dalam memahami bacaan. Bacaan Persentase dimensi konsep diri dalam sains
yang cukup panjang memang menjadi paling tinggi diantara dimensi-dimensi yang
kelemahan dalam instrumen ini, sebab soal lain, hal tersebut dapat diartikan bahwa rata-
dengan kalimat panjang dapat membuat rata siswa menyatakan setuju dan merasa
siswa kesulitan dalam menangkap bahwa dirinya memiliki konsep diri dalam
maknanya (Djanuarsih, 2012). Ada pula sains yang baik. Konsep diri dalam sains
siswa yang dapat menjawab pilihan ganda penting bagi seorang pelajar untuk
dengan tepat namun tidak dapat memperoleh ilmu sains melalui
memberikan alasan. Hal ini dapat penemuannya sendiri, hal ini perlu
disebabkan karena siswa asal menebak ditingkatkan di kalangan pelajar agar
pilihan jawaban, namun sebenarnya tidak keterlibatan mereka dalam bidang sains
memahami konsep sehingga tidak bisa dapat ditingkatkan (Osman et al., 2007).
memberikan alasan dengan tepat. Persentase yang paling rendah adalah
Soal pada aspek proses/kompetensi dimensi kekhawatiran terhadap sains
menjelaskan fenomena secara ilmiah (kimia). Kekhawatiran siswa terhadap sains
mengindikasikan bahwa mereka memiliki dinyatakan sangat efektif karena dapat
rasa takut, rasa tidak nyaman bahkan menggolongkan kemampuan literasi kimia
tertekan dalam mengikuti pembelajaran siswa sampai empat kriteria. Instrumen
sains (kimia). tersebut juga mendapat tanggapan yang
Instrumen penilaian aspek sikap positif dari siswa dan guru.
terhadap sains yang dikembangkan ini
merupakan angket yang disusun SIMPULAN
menggunakan kalimat-kalimat positif. Instrumen penilaian berbasis literasi
Dimensi sikap terhadap sains diuraikan sains yang dikembangkan layak digunakan
menjadi beberapa pernyataan positif. untuk mengukur literasi kimia siswa pada
Analisis terhadap jawaban siswa diketahui pembelajaran larutan penyangga. Instrumen
bahwa pada setiap dimensi sikap terhadap tersebut memiliki validitas dalam kategori
sains hanya terdiri atas kriteria tinggi dan valid. Reliabilitas instrumen pilihan ganda
sedang, tidak ada kriteria sangat tinggi dan beralasan pada uji coba skala kecil adalah
rendah. Hal tersebut menunjukkan bahwa 0,7951, sedangkan pada uji skala besar
pernyataan-pernyataan dalam angket adalah 0,6482. Reliabilitas lembar angket
mampu menggiring siswa ke jawaban pada uji skala kecil adalah 0,8958 dan pada
positif, namun tidak serta merta menggiring uji skala besar adalah 0,8648. Hasil tersebut
siswa ke jawaban positif saja karena masih menunjukkan bahwa instrumen berada pada
ada siswa yang memberikan jawaban kategori reliabel. Instrumen penilaian
negatif. Sugiyono (2014: 144) berbasis literasi sains ini juga efektif untuk
mengemukakan bahwa pertanyaan dalam digunakan karena dapat mengungkap atau
angket sebaiknya tidak menggiring siswa ke menjenjangkan kemampuan literasi kimia
jawaban yang baik saja atau jawaban yang siswa ke dalam 4 kriteria.
jelek saja.
Hasil analisis kemampuan literasi DAFTAR PUSTAKA
kimia tersebut dijadikan penentu keefektivan Adolphus, Telima, & A. A. Arokoyu. 2012.
Improving Scientific Literacy among
instrumen penilaian berbasis literasi sains
Secondary School Students through
yang dikembangkan. Keefektivan instrumen Integration of Information and
Communication Technology. ARPN
penilaian berbasis literasi sains didasarkan
Journal of Science and Technology,
pada banyaknya kriteria kemampuan literasi Vol 2, No 5, Hal. 444-448.
kimia siswa yang dapat diungkap dari
Aeni, S. R. N., A. Mudzakir, & Hernani. 2013.
instrumen tersebut. Hasil analisis
Desain Pembelajaran Elektrokimia
kemampuan literasi kimia siswa Menggunakan Konteks Keris sebagai
Kearifan Lokal Indonesia untuk
menunjukkan bahwa terdapat kriteria
Meningkatkan Literasi Sains Siswa
kemampuan yang beragam. Masing-masing SMA. Jurnal Riset dan Praktik
Pendidikan Kimia, Vol 1, No 1, Hal.
siswa terdeteksi mempunyai kemampuan
44-51.
yang berbeda-beda. Oleh karena itu,
instrumen penilaian berbasis literasi sains ini
Arikunto, S. 2012. Dasar – Dasar Evaluasi
Pendidikan (2nd ed). Jakarta: Bumi
Permanasari, A. 2011. Pembelajaran Sains:
Aksara.
Wahana Potensial untuk
Membelajarkan Soft Skill dan
Celik, S. 2014. Chemical Literacy Levels of Karakter. Prosiding Seminar Nasional
Science and Mathematics Teacher Pendidikan MIPA. Bandar Lampung:
Candidates. Australian Journal of Universitas Lampung.
Teacher Education, Vol 39, No 1, Hal.
1-15.
Premono, S., A. Wardani, & N. Hidayati.
2009. Kimia SMA/MA Kelas XI.
Djanuarsih, E. 2012. Validitas dan Jakarta: Pusat Perbukuan
Reliabilitas Butir Soal. E-jurnal Dinas Departemen Pendidikan Nasional.
Pendidikan Kota Surabaya, Vol 1,
Hal. 1-12.
Rahayu, T. D., B. H. Purnomo, & Sukidin.
2014. Analisis Tingkat Kesukaran dan
Marsita, R. A., S. Priatmoko, & E. Kusuma. Daya Beda Pada Soal Ujian Tengah
2010. Analisis Kesulitan Belajar Kimia Semester Ganjil Bentuk Pilihan
Siswa SMA dalam Memahami Materi Ganda Mata Pelajaran Ekonomi
Larutan Penyangga dengan Kelas X di SMA Negeri 5 Jember
Menggunakan Two-Tier Multiple Tahun Ajaran 2012-2013. Jurnal
Choice Diagnostic Instrument. Jurnal Edukasi UNEJ, Vol 1, No 1, Hal. 39-
Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 4, No 1, 43.
Hal. 512-520.
Republik Indonesia. 2015. Peraturan
Mentari, L., I. N. Suardana, & I. W. Subagia. Pemerintah Republik Indonesia
2014. Analisis Miskonsepsi Siswa Nomor 13 Tahun 2015. Lembaran
SMA pada Pembelajaran Kimia untuk Negara Republik Indonesia Tahun
Materi Larutan Penyangga. E-Journal 2015 Nomor 45. Sekretariat Negara.
Kimia Visvitalis Universitas Jakarta.
Pendidikan Ganesha Jurusan
Pendidikan Kimia, Vol 2, No 1, Hal.
Ridwan, M. S., L. A. Mardhiyyah, & A.
76-87.
Rusilowati. 2013. Pengembangan
Instrumen Asesmen dengan
OECD. 2010. PISA 2009 Result: Executive Pendekatan Kontekstual untuk
Summary. Paris: OECD Publishing. Mengukur Level Literasi Sains Siswa.
Makalah dipresentasikan pada
Seminar Nasional Evaluasi
-------. 2014. PISA 2012 Results in Focus:
Pendidikan Tahun 2013.
What 15-Year-Olds Know and What
They Can Do with What They Know.
Paris: OECD Publishing. Rusilowati, A., L. Kurniawati, S. E. Nugroho,
& A. Widiyatmoko. 2016. Developing
an Instrument of Scientific Literacy
-------. 2016. PISA 2015 Assessment and
Asessment on the Cycle Theme.
Analytical Framework: Science,
International Journal of Environmental
Reading, Mathematic and Financial
& Science Education, Vol 11, No 12,
Literacy. Paris: OECD Publishing.
Hal. 5718-5727.

-------. 2016. PISA 2015 Results in Focus.


Rustaman, N. Y. 2006. Literasi Sains Anak
Paris: OECD Publishing.
Indonesia 2000 dan 2003. Seminar
Sehari Hasil Studi Internasional
Osman, K., Z. H. Iksan, & L. Halim. 2007. Prestasi Siswa Indonesia dalam
Sikap terhadap Sains dan Sikap Bidang Matematika, Sains, dan
Saintifik di Kalangan Pelajar Sains. Membaca. Bandung: Universitas
Jurnal Pendidikan, Vol 32, Hal. 39-60. Pendidikan Indonesia.
Sumarni, W., Sudarmin, Wiyanto, &
Supartono. 2016. Preliminary
Sihaloho, M. 2013. Analisis Kesalahan
Analysis of Assessment Instrument
Siswa dalam Memahami Konsep Design to Reveal Science Generic
Larutan Buffer pada Tingkat Skill and Chemistry Literacy.
Makroskopis dan Mikroskopis. Jurnal International Journal of Evaluation
Entropi, Vol 8, No 1, Hal. 488-499. and Research in Education (IJERE),
Vol 5, No 4, Hal. 331-340.
Sudiatmika, A. A. I. R. 2010. Pengembangan
Alat Ukur Tes Literasi Sains Siswa Zein, A., M. Fadillah, & R. Novianti. 2013.
SMP dalam Konteks Budaya Bali. Hubungan Antara Validitas Butir,
Disertasi. Buleleng: FPMIPA Reliabilitas, Tingkat Kesukaran dan
Universitas Pendidikan Ganesha. Daya Pembeda Soal Ujian Semester
Genap Bidang Studi Biologi Kelas XI
Sujana, A., A. Permanasari, W. Sopandi, & SMA/MA Negeri di Kota Padang
A. Mudzakir. 2014. Literasi Kimia Tahun Pelajaran 2010/2011.
Mahasiswa PGSD dan Guru IPA Prosiding Semirata FMIPA
Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Universitas Lampung. Lampung:
IPA Indonesia, Vol 3, No 1, Hal. 5-11. Universitas Lampung.

Anda mungkin juga menyukai