Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Sistematika penulisan

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Definisi

Etiologi

Patofisiologi

Manifestasi klinis

Komplikasi

Pemeriksaan diagnosis

Penatalaksanaan

Konsep Askep

BAB III TINJAUAN KASUS

Format pengkajian

Analisa data

Prioritas Masalah

intervensi dan rasional

Implementasi dan rasional

Catatan perkembangan

BAB V PENUTUP

Kesimpulan

Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1
Penyakit Campak sering menyerang anak anak balita. Penyakit ini mudah menular kepada anak anak
sekitarnya, oleh karena itu, anak yang menderita Campak harus diisolasi untuk mencegah penularan.
Campak disebabkan oleh kuman yang disebut Virus Morbili. Anak yang terserang campak kelihatan
sangat menderita, suhu badan panas, bercak bercak seluruh tubuh terkadang sampai borok
bernanah. Biasanya penyakit ini timbul pada masa anak dan kemudian menyebabkan kekebalan
seumur hidup. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita morbili akan mendapat
kekebalan secara pasif (melalui plasenta) sampai umur 4-6 bulan dan setelah umur tersebut
kekebalan akan mengurang sehingga si bayi dapat menderita morbili. Bila seseorang wanita
menderita morbili ketika ia hamil 1 atau 2 bulan, maka 50% kemungkinan akan mengalami abortus,
bila ia menderita morbili pada trimester I, II, atau III maka ia akan mungkin melahirkan seorang anak
dengan kelainan bawaan atau seorang anak dengan BBLR, atau lahir mati atau anak yang kemudian
meninggal sebelum usia 1 tahun.

Morbili / campak adalah penyakit akut yang disebabkan virus campak yang sangat menular pada
umumnya menyerang anak-anak. Menurut kriteria diagnostiknya, ada 4 stadium campak meliputi
stadium tunas, stadium prodormal / kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalesensi. Gejala klinis
morbili meliputi demam mencapai 400C, pilek, batuk, konjungtivitis, ruam erupsi makulopapular, dan
koplik’s spot (merupakan tanda pathognomonis penyakit campak, bentuk bintik tidak teratur dan
kecil berwarna merah terang, pada pertengahan di dapat noda putih keabuan, mula-mula 2-6 bintik).
Pada pasien ini masih di observasi febris hari ke-2 dengan suspek morbili. Untuk terapi
medikamentosa diberikan infus KAEN 3A, antipiretik (parasetamol), ambroxol, vitamin A dan C.
Sedangkan untuk Supportifnya, pasien diminta untuk istirahat, dan pasien dirawat di bangsal isolasi
untuk mencegah penularan ke pasien lain.

1.2. Rumusan Masalah

1.Mengapa morbili dapat menular?

1.3.Tujuan Penulisan

a.Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui bagaimana cara membuat Asuhan


Keperawatan pada Pasien Anak dengan Morbili.

b.Tujuan Khusus

Mahasiswa akan mampu:

2
a. Memahami definisi Morbili

b.Mengetahui etiologi terjadinya Morbili

c.Mengetahui manifestasi klinis dari Morbili

d.Mengetahui cara penularan dari Morbili

e.Mengetahui patofisiologi terjadinya Morbili

f.Mengetahui komplikasi dari Morbili

g.Mengetahui pemeriksaan penunjang untuk Morbili

h.Mengidentifikasi penatalaksanaan klien anak dengan Morbili

i.Mengetahui bagaimana pencegahan Morbili

j.Merumuskan asuhan keperawatan pada klien anak dengan Morbili meliputi pengkajian,
diagnosis keperawatan, dan intervensi keperawatan.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Definisi

Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium yaitu : stadium
inkubasi, stadium prodromal dan stadium erupsi (Rampengan, 1997: 90)

Campak adalah organisme yang sangat menular ditularkan melalui rute udara dari seseorang yang
terinfeksi pada orang lain yang rentan (Smeltzer, 2001:2443)

Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu : stadium
kataral, stadium erupsi dan stadirum konvelensi. (Rusepno, 2002:624)

Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium
kataral, stadium erupsi dan stadirum konvelensi. (Ngastiyah, 1997:351)

2.2 Etiologi

Penyebab penyakit ini adalah sejenis virus yang tergolong dalam famili paramyxovirus yaitu genus
virus morbili. Virus ini sangat sensitif terhadap panas dan dingin, dan dapat diinaktifkan pada suhu
30oC dan -20oC, sinar matahari, eter, tripsin, dan beta propiolakton. Sedang formalin dapat
memusnahkan daya infeksinya tetapi tidak mengganggu aktivitas komplemen. (Rampengan, 1997 :
90-91)

3
Penyebab morbili adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring dan darah selama masa
prodromal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak, cara penularan dengan droplet dan kontak
(Ngastiyah, 1997:351)

Campak adalah suatu virus RNA, yang termasuk famili Paramiksoviridae, genus Morbilivirus.
Dikenal hanya 1 tipe antigen saja; yang strukturnya mirip dengan virus penyebab parotitis epidemis
dan parainfluenza. Virus tersebut ditemukan di dalam sekresi nasofaring, darah dan air kemih, paling
tidak selama periode prodromal dan untuk waktu singkat setelah munculnya ruam kulit. Pada suhu
ruangan, virus tersebut dapat tetap aktif selama 34 jam. (Nelson, 1992 : 198).

2.3.Patofisiolgi

Gejala awal ditunjukkan dengan adanya kemerahan yang mulai timbul pada bagian belakang
telinga, dahi, dan menjalar ke wajah dan anggota badan. Selain itu, timbul gejala seperti flu disertai
mata berair dan kemerahan (konjungtivis). Setelah 3-4 hari, kemerahan mulai hilang dan berubah
menjadi kehitaman yang akan tampak bertambah dalam 1-2 minggu dan apabila sembuh, kulit akan
tampak seperti bersisik. (Supartini, 2002 : 179). Penularannya sangat efektif, dengan sedikit virus
yang infeksius sudah dapat menimbulkan infeksi pada seseorang.

Penularan campak terjadi melalui droplet melalui udara, terjadi antara 1-2 hari sebelum
timbul gejala klinis sampai 4 hari setelah timbul ruam. Di tempat awal infeksi, penggadaan virus
sangat minimal dan jarang dapat ditemukan virusnya. Virus masuk kedalam limfatik lokal, bebas
maupun berhubungan dengan sel mononuklear mencapai kelenjar getah bening lokal. Di tempat ini
virus memperbanyak diri dengan sangat perlahan dan dari tempat ini mulailah penyebaran ke sel
jaringan limforetikular seperti limpa.

Sel mononuklear yang terinfeksi menyebabkan terbentuknya sel raksasa berinti banyak
Sedangkan limfosit T meliputi klas penekanan dan penolong yang rentan terhadap infeksi, aktif
membelah. Gambaran kejadian awal di jaringan limfoid masih belum diketahui secara lengkap, tetapi
5-6 hari setelah infeksi awal, fokus infeksi terwujud yaitu ketika virus masuk kedalam pembuluh
darah dan menyebar ke permukaan epitel orofaring, konjungtiva, saluran napas, kulit, kandung
kemih, usus.Pada hari ke 9-10 fokus infeksi yang berada di epitel aluran nafas dan konjungtiva, 1-2
lapisan mengalami nekrosis. Pada saat itu virus dalam jumlah banyak masuk kembali ke pembuluh
darah dan menimbulkan manifestasi klinik dari sistem saluran napas diawali dengan keluhan batuk
pilek disertai selaput konjungtiva yang tampak merah.

Respon imun yang terjadi adalah proses peradangan epitel pada sistem saluran pernapasan diikuti
dengan manifestasi klinis berupa demam tinggi, anak tampak sakit berat dan ruam yang menyebar ke
seluruh tubuh, tanpa suatu ulsera kecil pada mukosa pipi yang disebut bercak koplik. Muncul ruam
makulopapular pada hari ke-14 sesudah awal infeksi dan pada saat itu antibody humoral dapat
dideteksi. Selanjutnya daya tahan tubuh menurun, sebagai akibat respon delayed hypersensitivity
terhadap antigen virus terjadilah ruam pada kulit, kejadian ini tidak tampak pada kasus yang
mengalami defisit sel-T. Fokus infeksi tidak menyebar jauh ke pembuluh darah. Vesikel tampak secara
mikroskopik di epidermis tetapi virus tidak berhasil tumbuh di kulit. Daerah epitel yang nekrotik di
nasofaring dan saluran pernapasan memberikan kesempatan serangan infeksi bakteri sekunder
berupa bronkopneumonia, otitis media dan lain-lain. Dalam keadaan tertentu adenovirus dan herpes
virus pneumonia dapat terjadi pada kasus campak.

4
2.4 Manifestasi klinis

Masa tunas 10-20 hari dan kemudian timbul gejala-gejala yang dibagi dalam 3 stadium :

A .Stadium kataral (prodiomal) berlangsung 4-5 hari, gejala menyerupai influenza yaitu demam,
malaise, batuk, fotofobia, konjungtiva. Gejala khas (photognomonik) adalah timbulnya bercak
komplik menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul erantem. Bercak komplik
berwarna putih kelabu sebesar ujung jarum dikelilingi dieritema dan berlokalisasi gukalis dengan
molar bawah.

B .Stadium erupsi gejala pada stadium kataral bertambah dan timbulnya enantem dipalatum durum
dan palatum mole. Kemudian terjadi ruam eritomatosa yang berbentuk macula disertai
meningkatnya suhu badan, ruam mula-mula timbul dibelakang telinga, dibagian atas lateral tengkuk,
sepanjang rambut dan bagian belakang bawah, dapat terjadi perdarahan dingan, rasa gatal dan muka
bengkak. Ruam mencapai bagian bawah pada hari ketiga dan menghilang sesuai urutan terjadinya
dapat terjadi pembesaran kelenjar getah bening mandibula dan leher bagian belakang, splenomegali,
diare dan muntah,variasi mulut, yaitu measlek yaitu morbili yang disertai perdarahan pada kulit
mulut,hidung dan traktus dingestivus.

C .Stadium kovalensi : gejala-gejala pada stadium kataral mulai menghilang, erupsi menghilang dan
meninggalakan bekas dikulit berupa hiperpigmentasi dan kulit bersisik yang bersifat patogenik.

(Arief Mansjoer, 2000 :418)

2.5 Komplikasi

· Otitis media

· Pneumonia

· Bronkhitis

· Ensefaliotis

· Laringngitis obstruksi

2.6.Pemeriksaan Diagnostik ( Rampengan,T.H., 1993

A . Pemeriksaan laboratorium

Pada pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan adanya lekopenia.Dalam sputum , sekresi nasal,
sediment urin dapat ditemukan adanya multinucleated giant cells yang khas

B . Pada pemeriksaan serologis

dengan cara Hemaglutination inhibition test dan Complemen fixation test akan ditemukan adanya
antibody yang spesifik dalam 1 – 3 hari setelah timbulnya rashdan mencapai puncaknya pada 2 – 4
minggu kemudian.tes ini cukup praktis dan spesifik untuk mendiagnosis morbili atipik atau subklinik.

5
2.7.Penatalaksanaan / Pengobatan

a.Medik

pemberian suplemsi vitamin A, tirah baring selama periode demam, pengobatan simtomatik
dengan anti piretika bila suhu badan tinggi, sedativum obat batuk dan memperbaiki keadaan umum.
Tindakan lain adalah pencegahan / pengobatan segera terhadap komplikasi yang timbul anti piretik
antibody untuk mencegah infeksi bakteri sekunderpada anak beresiko tinggi.

b.Keperawatan

Isolasi sampai ruam hari ke-5 ; bila dihospitalisasi, lakukan kewaspadaan pernafasan, perhatikan
tirah baring selama prodromal, berikan aktivitas tenang.

· Demam : - anjurkan orangtua memberikan anti piretik

- hindari menggigil

- bila cenderung kejang, lakukan kewaspadaan yang tepat

(puncak demam dapat mencapai 400C hari ke-5 dan ke-5)

· Perawatan mata : - beri cahaya redup bila terjadi fotofogia

- bersihakan kelopaka mata dengan larutan salin

hangat untuk menghilangkan secret.

- jaga anak tidak menggosok mata

- periksa mata (kornea) untuk tanda ulserasi

· Koriza / batuk : - gunakan vaporizer embun dingin

- lindungi kulit sekitar hidung dengan lapisan

petroleum

- anjurkan agar mngkonsumsi makanan dan cairan

· Perawatan kulit : - jaga agar kulit tetap bersih

- gunakan mandi air hangat bila perlu

BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian

I.DENTITAS DATA

Nama : An.T

Tempat/Tgl Lahir : Medan, 18 Februari 2010

6
Umur : 5 Tahun

Nama Ayah : Tn.B

Nama Ibu : Ny.A

Pekerjaan Ayah : Pengacara

Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga

Alamat : JL.Pondok Kelapa No.26 Medan

Agama : Katolik

Suku/Bangsa : Batak

Pendidkan Ayah : Sarjana Hukum

Pendidikan Ibu : DIII komputer

II. KELUHAN UTAMA

Pada tanggal 20 Maret 2014 dilakukan pengkajian dengan keluhan utama gatal dan timbul
binti-bintik merah (rash) pada bagian hampir seluruh tubuh

III. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN

1. Prenatal : Ibu mengatakan pada saat hamil mengalami mual, muntah dan badan terasa lemas.

2. Intranatal : Ibu mengatakan pada saat melahirkan pendarahan masih dalam batas normal.

3. Postnatal : Ibu mengatakan BB baru lahir 3.4 kg dan TB 50 cm, lingkar kepala 35 cm, lingkar lengan
atas 12 cm, lingkar dada 31 cm.

IV. RIWAYAT MASA LALU

1. Penyakit waktu kecil : Demam, Flu, Batuk

2. Pernah di Rawat di RS : Tidak pernah dirawat di RS

3. Obat-Obatan Yang di gunakan : Bodrexin,Paracetamol

4. Tindakan Operasi : Tidak pernah operasi

5. Alergi : Tidak ada alergi

6. Kecelakaan : Tidak mengalami kecelakaan

7. Imunisasi : Imunisasi dasar lengkap

7
V. RIWAYAT KELUARGA (GENOGRAM)

Keterangan

: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien

: Serumah

VI. RIWAYAT SOSIAL

1. Yang mengasuh : Kedua orang tua dan pengasuhnya

2. Hubungan dengan anggota keluarga

Baik,banyak keluarga yang mengunjunginnya saat anak itu sakit

3. Hubungan dengan teman sebaya

Kurang bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya

4. Pembawaan secara umum : Anak sangat aktif

5. Lingkungan rumah : Daerah sekitar rumah bersih

VII. KEBUTUHAN DASAR

A. Makanan yang di sukai

Selera : Ayam goreng, mie goreng, sop ayam

Alat makan yang dipakai : Menggunakan sendok dan piring

Pola makanan : Pola makan belum teratur

8
B. Kebiasaan sebelum tidur

Tidur siang : Setiap hari tidur siang, tetapi belum teratur

Mandi : 2x sehari

Eliminasi : Teratur 1x sehari

VIII. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI

1. Diagnosa Medis : Morbili

2. Tindakan Operasi : Tidak ada tindakan operasi

3. Status Nutrisi : Nafsu makan anak menurun, hanya menghabiskan 4 sendok bubur
setiap kali makan

4. Status Cairan : Cairan infus Ring as 10 tts/ menit

5. Obat-Obatan

sanmol 10 ml 3x/hari via oral

IX. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Compos Mentis

TB/BB : 80cm

BB : 16 kg

Lingkar kepala :tidak dilakukan

- Mata (simetris KA/KI),konjungtivitis,fotofobia

Sekresi : Dalam batas normal

Purulen : Tidak terdapat purulen

Strabismus : Tidak ada strabismus

Joundice : Tidak ada joundice

Gerakan Bola Mata : Tidak ada kelainan pada gerakan bola mata

- Hidung

Bentuk : Simetris

Cuping Hidung : Tidak ada kelainan

9
- Mulut,Gusi,Gigi

Bentuk Mulut : Tidak ada kelainan, Mukosa bibir kering,

Saliva : mulut terasa pahit

Palatum : Tampak kering

Lidah : Tampak kering, kotor,merah bagian belakang

- Telinga

Bentuk : Simetris kanan dan kiri

Cairan : Masih di batas normal

-Tengkuk : Normal (Tidak ada kelainan)

Dada : Normal (Tidak ada kelainan)

- Jantung : Dalam batas normal

- Genetalia :Tidak ada kelainan pada genetalia

- Ekstremitas :Tidak ada kelainan

- Kulit : Banyak bintik merah pada kulit (rash)

X.PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN

1.Kemandirian dan pergaulan : Anak bergantung pada orang tuannya

2.Motorik Halus : menggambar dan memegang pensil (Tidak ada kelainan)

3.Motorik Kasar : Mulai berlari,main

lompat lompatan (Tidak ada kelainan)

3.2. Analisa data

No Tanggal Symtom Etiologi Problem

1 Jumat, DS : pasien mengungkapkan rasa Kulit menonjol sekitar sebasea Gangguan integritas
ketidaknyamanan terhadap bintik yang dan folikel rambut kulit
timbul pada kulit tubuhnya.

10
21-03-2014 DO : Banyak terdapat rash pada tubuh
dan terasa gatal.

Nadi 80 x per menit,


Kulit eritema membentuk
Pernafasan 18 x per menit, macula papula di kulit normal

Suhu tubuh 390 C,

TD 100/60 mmHg.

Rash pada balik telinga, leher,


pipi, muka, seluruh tubuh dan
terasa gatal

2 Jumat, DS : pasien mengatakan pahit pada Saluran cerna


saat makan dan kurang nafsu makan
21-03-2014
DO :

BB anak 15 Kg,
Terdapat bercak koplik warna
Porsi makan 4 sendok makan (bubur) kelabu pada mukosa bukalis,
molar, palatum durum, mole
Nadi 80 x per menit,

Pernafasan 18 x per menit,

Suhu tubuh 390 C.


Mulut pahit timbul anoreksia Gangguan kebutuhan
TD 100/60 mmHg
nutrisi

3 Jumat, DS : pasien mengeluh panas pada Droplet infection Gangguan rasa nyaman
seluruh tubuhnya
20-03-2014
DO :

Hipertermi
Produksi eksudat berlebih
Akral terasa hangat

Nadi 80 x per menit,

Pernafasan 18 x per menit,

11
Suhu tubuh 390 C. Reaksi inflamasi : hiperemi ,
TD 100/60 mmHg RR naik

3.3 Prioritas masalah

1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya rash (erupsi kulit )

2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia

3. Gangguan rasa nyaman : peningkatan suhu tubuh bd proses inflamasi / infeksi virus.

3.4 Intervensi dan Rasional

Perencanaan
No Tanggal Diagnosa
Intervensi
Tujuan Rasional

1 Jumat , Gangguan integritas Setelah dilakukan tindakan ü -Pertahankan kuku ü -Untuk mencegah
kulit berhubungan keperawatan selama 2 x 24 anak tetap pendek, terjadinya luka pada
20-032014
dengan adanya rash jam bintik-bintik merah menjelaskan kepada saat anak menggaruk
pada kulit akan hilang. anak untuk tidak
menggaruk rash

Kriteria hasil :
ü -Berikan obat
· Pasien tidak
antipruritus topikal, dan
merasakan gatal dan
anestesi topikal
nyaman dengan keadaannya
ü
· Rash pada kulit -Agar tidak merasakan
berkurang -Mandikan klien dengan

12
menggunakan sabun gatal dan sakit pada
yang tidak perih kulit pasien

ü Kolaborasi:

-Pemberian
antihistamin
-Untuk mencegah
infeksi Untuk mencegah
terjadinya luka pada
saat anak menggaruk

-Agar tidak merasakan


gatal dan sakit pada
kulit

2 Jumat, Gangguan kebutuhan Setelah dilakukan askep 2x · -Berikan banyak · -Untuk


nutrisi kurang dari 24 jam diharapakan pasien minum (sari buah- mengkompensasi
20-03-2014
kebutuhan tubuh menunjukkan peningkatan buahan, sirup yang tidak adanya peningkatan
berhubungan dengan nafsu makan dengan. memakai es). suhu tubuh dan
anoreksia merangsang nafsu
makan
Kriteria Hasil :
·
· BB meningkat
----Untuk memenuhi
· Nafsu makan -Berikan susu porsi kebutuhan nutrisi
meningkat. sedikit tetapi sering melalui cairan
(susu dibuat encer dan bernutrisi.
(dapat menghabiskan 1
tidak terlalu manis.
porsi untuk anak)

· - Berikan makanan
lunak, misalnya bubur
yang memakai kuah, · -Untuk
dengan porsi sedikir memudahkan mencerna
tetapi dengan kuantitas makanan dan
yang sering. meningkatkan asupan
makanan.

13
3 Jumat, Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan askep · - Libatkan keluarga · - Agar keluarga
: peningkatan suhu selama 2 x 24 jam dalam perawatan serta lebih kooperatif dalam
20-03-2014
tubuh bd proses diharapkan suhu badan ajari cara menurunkan terapi
inflamasi / infeksi virus pasien berkurang suhu tubuh

Kriteria hasil : · - Berikan


kompres hangat.
· Suhu tubuh 36,5 – 37,50C

· Nadi normal
· - untuk membantu
· Badan tidak terasa panas dalam penurunan suhu
· tubuh pada pasien.
· Akral Normal
-Pantau suhu · -suhu ruangan /
lingkungan, batasi / jumlah selimut harus
tambahkan linen diubah untuk
tempat tidur sesuai mempertahankan
indikasi.

· -Monitor perubahan
· -untuk mengetahui
suhu tubuh
dan merencanakan
intervensi selanjutnya

3.5 Implementasi dan Evaluasi

No Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi

14
1. 1Jumat,20 Gangguan ü -Mempertahankan kuku anak tetap pendek, S : S;Pasien mengatakan rasa
maret 2014 integritas kulit menjelaskan kepada anak untuk tidak menggaruk gatalnya masih ada
berhubungan rasa
08.00 wib O :O: ditandai dengan
dengan adanya
ü -Memberikan obat antipruritus topikal, dan jarangnya pasien menggaruk
rash
anestesi topikal kulit

ü -Memandikan klien dengan menggunakan sabun A : A:Masalah belum teratasi


yang tidak perih
P : Intervensi dilanjutkan
ü -Memberikan antihistamin

2. 2Jumat,20 Gangguan ü -Memberikan banyak minum (sari buah-buahan, S : S :Pasien mengatakan sudah
maret 2014 kebutuhan sirup yang tidak memakai es). merasakan pahit pada mulutnya
nutrisi kurang sewaktu makan
11.30 wib ü -Memberikan susu porsi sedikit tetapi sering (susu
dari kebutuhan
dibuat encer dan tidak terlalu manis, dan berikan O : O :ditandai
tubuh
susu tersebut dalam keadaan yang hangat ketika dengan kurangnafsu makan
berhubungan
diminum). pada anak
dengan
anoreksia ü -Memberikan makanan lunak, misalnya bubur yang A : A:Masalah belum teratasi
memakai kuah, sup atau bubur santan memakai gula
P : Intervensi dilanjutkan
dengan porsi sedikir tetapi dengan kuantitas yang
sering.

3. 3 Jumat,20 Gangguan rasa ü -Melibatkan keluarga dalam perawatan serta ajari S : S : pasien mengatakan
maret 2014 nyaman : cara menurunkan suhu tubuh badannya sudah tidak panas
peningkatan lagi
09.00 wib ü Memberikan kompres hangat.
suhu tubuh bd
O :O : ditandai dengan
proses ü Memantau suhu lingkungan, batasi / tambahkan
pengukuran suhu tubuh normal
inflamasi / linen tempat tidur sesuai indikasi.
370 C
infeksi virus
ü Monitor perubahan suhu tubuh
A : Masalah teratasi

P : Intervensi dihentikan

3.6 Catatan Perkembangan

No Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi

1. 1sabtu,21 maret Gangguan ü -Mempertahankan kuku anak tetap pendek, S : S;Pasien mengatakan
2014 integritas kulit menjelaskan kepada anak untuk tidak berkurang rasa gatalnya
berhubungan menggaruk rash
08.00 wib O: ditandai dengan jarangnya
dengan adanya
ü -Memberikan obat antipruritus topikal, dan
rash O:pasien menggaruk kulit
anestesi topikal
A : A:Masalah
ü -Memandikan klien dengan menggunakan
teratasi sebagian
sabun yang tidak perih

15
ü -Memberikan antihistamin P : Intervensi dilanjutkan

2. 2Sabtu,21 maret Gangguan ü -Memberikan banyak minum (sari buah- S : S :Pasien mengatakan
2014 kebutuhan nutrisi buahan, sirup yang tidak memakai es). sudah merasakan tidak pahit
kurang dari pada mulutnya sewaktu
11.30 wib ü -Memberikan susu porsi sedikit tetapi sering
kebutuhan tubuh makan
(susu dibuat encer dan tidak terlalu manis, dan
berhubungan
berikan susu tersebut dalam keadaan yang O : O :ditandai dengan
dengan anoreksia
hangat ketika diminum). meningkatnya nafsu makan
pada anak
ü -Memberikan makanan lunak, misalnya
bubur yang memakai kuah, sup atau bubur A : A:Masalah teratasi
santan memakai gula dengan porsi sedikir sebagian
tetapi dengan kuantitas yang sering.
P : Intervensi dilanjutkan

1 Minggu 21 Gangguan -Mmempertahankan kuku anak tetap S; S:Pasien mengatakan berkuran


maret 2014 integritas kulit pendek, menjelaskan kepada anak gatalnya
berhubungan untuk tidak menggaruk rash
O :O: ditandai dengan jarangnya
dengan adanya
ü -Memberikan obat antipruritus
08.00 wib rash pasien menggaruk kulit
topikal, dan anestesi topikal
A : A:Masalah teratasi sebagian
ü --Memandikan klien dengan
menggunakan sabun yang tidak perih P : Intervensi dilanjutkan
-Memberikan antihistamin

- Memberikan banyak minum (sari


buah-buahan, sirup yang tidak
memakai es).

ü -Memberikan susu porsi sedikit


Gangguan tetapi sering (susu dibuat encer dan
kebutuhan tidak terlalu manis, dan berikan susu
nutrisi kurang tersebut dalam keadaan yang hangat
dari kebutuhan ketika diminum).
tubuh
Minggu 21 ü -Memberikan makanan lunak, S : S:pasien mengatakan sudah
2 berhubungan
maret 2014 misalnya bubur yang memakai kuah, merasakan tidak pahit pada mulut
dengan
sup atau bubur santan memakai gula sewaktu makan
anoreksia
dengan porsi sedikir tetapi dengan
kuantitas yang sering. O : O :ditandai dengan meningkat
12.00 wib
nafsu makan pada anak

16
A : A:Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pengobatan campak dilakukan dengan mengobati gejala yang timbul. Demam yang terjadi akan
ditangani dengan obat penurun demam. Jika anak mengalami diare maka diberi obat untuk
mengatasi diarenya. Batuk akan diatasi dengan mengobati batuknya. Dokter pun akan menyiapkan
obat antikejang bila anak punya bakat kejang.

Intinya, segala gejala yang muncul harus diobati karena jika tidak, maka campak bisa berbahaya.
Dampaknya bisa bermacam-macam, bahkan bisa terjadi komplikasi. Perlu diketahui, penyakit campak
dikategorikan sebagai penyakit campak ringan dan yang berat. Disebut ringan, bila setelah 1-2 hari
pengobatan, gejala-gejala yang timbul membaik. Disebut berat bila pengobatan yang diberikan sudah
tak mempan karena mungkin sudah ada komplikasi.

Komplikasi dapat terjadi karena virus campak menyebar melalui aliran darah ke jaringan tubuh
lainnya. Yang paling sering menimbulkan kematian pada anak adalah kompilkasi radang paru-paru
(broncho pneumonia) dan radang otak (ensefalitis). Komplikasi ini bisa terjadi cepat
selama berlangsung penyakitnya.
Gejala ensefalitis yaitu kejang satu kali atau berulang, kesadaran anak menurun, dan panasnya susah
turun karena sudah terjadi infeksi “tumpangan” yang sampai ke otak. Lain halnya, komplikasi radang
paru-paru ditandai dengan batuk berdahak, pilek, dan sesak napas. Jadi, kematian yang ditimbulkan
biasanya bukan karena penyakit campak itu sendiri, melainkan karena komplikasi. Umumnya campak
yang berat terjadi pada anak yang kurang gizi.

17
4.2 Saran

Penyakit Campak dapat dicegah dengan melakukan pemberian imunisasi pada anak yang masih bayi.

1. Imunusasi aktif

Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan vaksin campak hidup yang telah dilemahkan. Vaksin
hidup yang pertama kali digunakan adalah Strain Edmonston B. Pelemahan berikutnya dari Strain
Edmonston B. Tersbut membawa perkembangan dan pemakaian Strain Schwartz dan Moraten secara
luas. Vaksin tersebut diberikan secara subkutan dan menyebabkan imunitas yang berlangsung lama.

Pada penyelidikan serulogis ternyata bahwa imunitas tersebut mulai mengurang 8-10 tahun setelah
vaksinasi. Dianjurkan agar vaksinasi campak rutin tidak dapat dilakukan sebelum bayi berusia 15
bulan karena sebelum umur 15 bulan diperkirakan anak tidak dapat membentuk antibodi secara baik
karena masih ada antibodi dari ibu. Pada suatu komunitas dimana campak terdapat secara endemis,
imunisasi dapat diberikan ketika bayi berusia 12 bulan.

2. Imunusasi pasif

Imunusasi pasif dengan serum oarng dewasa yang dikumpulkan, serum stadium penyembuhan yang
dikumpulkan, globulin placenta (gama globulin plasma) yang dikumpulkan dapat memberikan hasil
yang efektif untuk pencegahan atau melemahkan campak. Campak dapat dicegah dengan serum
imunoglobulin dengan dosis 0,25 ml/kg BB secara IM dan diberikan selama 5 hari setelah pemaparan
atau sesegera mungkin.

Terdapat indikasi pemberian obat sedatif, antipiretik untuk mengatasi demam tinggi. Istirahat
ditempat tidur dan pemasukan cairan yang adekuat. Mungkin diperlukan humidikasi ruangan bagi
penderita laringitis atau batuk mengganggu dan lebih baik mempertahanakan suhu ruangan yang
hangat.

18

Anda mungkin juga menyukai