Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

Pada Klien dengan : Perilaku Kekerasan

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti ujian praktek

Mata kuliah : Keperawatan Jiwa I

Disusun Oleh:

1. Yashinta febriyanti
2. Shabila Sulihasnie N
3. Astridh Putri A.
4. Nur Alifah
5. Cahya Mei Santi
6. Rika Dwi Handayani
7. Fina Nopiyanti
8. Dwi Ayu Kartika Sari
9. Tri Utami Nurfadilah
10. Ristika Nur Liyanti
11. Mufida
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

PROGRAM DIII KEPERAWATAN BLORA

2019
I. TOPIK

Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu dengan yang lain,
saling bergantung dan mempunyai norma yang sama (Stuart & Laraia, 2001). Kelompok
berfungsi sebagai tempat berbagi pengalaman dan saling membantu satu sama lain, untuk
menemukan cara menyelesaikan masalah.

Terapi aktivitas kelompok adalah suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok pasien
bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau arahkan oleh
seorang terapis atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih. Fokus terapi aktivitas
kelompok adalah membuat sadar diri, peningkatan hubungan interpersonal, membuat
perubahan atau ketiganya. Terapi aktivitas kelompok dibagi kedalam 4, yaitu terapi
aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok sensori, terapi
aktivitas kelompok realita dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi.

Dalam penyusunan proposal ini, kami akan membahas terapi aktivitas kelompok
stimulasi persepsi. Dalam terapi aktivitas kelompok ini, klien dilatih mempersepsikan
stimulus yang disediakan atau yang pernah dialami. Dengan proses ini diharapkan respon
klien terhadap berbagai stimulasi dalam kehidupan menjadi adaptif

II. TUJUAN
1. Tujuan umum:

Klien mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang diakibatkan oleh


paparan stimulasi kepadanya.

2. Tujuan khusus:

1. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien


2. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku kekerasan
3. Klien dapat mendemonstrasikan dua kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku
kekerasan
III. LANDASAN TEORI
1. Pengertian Perilaku Kekerasan
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan
untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. (Berkowitz, 1993).
Berdasarkan definisi ini maka perilaku kekerasan dapat dibagi menjadi dua yaitu
perilaku kekerasan secara verbal dan fisik. (Keltner et al, 1995). Sedangkan marah
tidak harus memiliki tujuan khusus. Marah lebih menunjuak kepada suatu perangkat
perasaan-perasaan tertentu dengan perasaan marah. (Berkowitz, 1993).
2. Penyebab Perilaku Kekerasan
Respon kemarahan dapat di fluktuasi dalam rentang adaptif – mal adaptif. Rentang
respon kemarahan dapat digambarkan sebagai berikut : (Keliat, 1997, hlm 6)
a. Assertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai perasaan orang
lain, atau tanpa merendahkan harga diri orang lain.
b. Frustasi adalah respon yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau keinginan.
Frustasi dapat dialami sebagai suatu ancaman dan kecemasan. Akibat dari ancaman
tersebut dapat menimbulkan kemarahan.
c. Pasif adalah respon dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan yang
dialami.
d. Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah namun masih dapat dikontrol
oleh individu. Orang agresif bisaanya tidak mau mengetahui hak orang lain. Dia
berpendapat bahwa setiap orang harus bertarung untuk mendapatkan kepentingan
sendiri dan mengharapkan perlakuan yang sama dari orang lain.
e. Mengamuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan
control diri. Pada keadaan ini individu dapat merusak dirinya sendiri maupun
terhadap orang lain.
3. Proses Marah
Strees, cemas, marah merupakan bagian kehidupan sehari-hari yang harus dihadapi
oleh setiap individu. Strees dapat menyebabkan pemicu kemarahan. Stressor yang
kuat dapat menyebabkan mekanisme koping seseorang tak adekuat sehingga terjadi
penyimpangan perilaku kekerasan pada seseorang.
4. Gejala Marah
Kemarahan dinyatakan dalam berbagai bentuk, ada yang menimbulkan
pengrusakan, tetapi ada juga yang hanya diam seribu bahasa.
Gejala-gejala atau perubahan-perubahan yang timbul pada klien dalam keadaan
marah diantaranya sebagai berikut :
a. Perubahan Fisioligik : tekanan darah meningkat, denyut nadi dan pernapasan
meningkat, pupil dilatasi, tonus otot meningkat, mual, frekuensi buang air besar
meningkat, kadang-kadang konstipasi, refleks tendon tinggi.
b. Perubahan Emosional : mudah tersinggung, tidak sabar, frustasi, ekspresi wajah
tampak tegang, bila mengamuk kehilangan control diri.
c. Perubahan Perilaku : agresif pasif, menarik diri, bermusuhan, sinis, curiga,
mengamuk, nada suara keras dan kasar.
5. Perilaku Marah
Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :
a. Menyerang atau menghindar (fight of flight)
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena system syaraf otonom bereaksi
terhadap sekresi
b. Menyatakan secara asertif (assertiveness)
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan kemarahannya
yaitu dengan perilaku pasif, agresif, dan asesif. Perilaku asertif adalah cara yang
terbaik untuk mengekspresikan marah karena individu dapat mengekspresikan rasa
marahnya tanpa menyakiti orang lain secara fisik maupun psikologis. Di samping
itu perilaku ini dapat juga untuk mengembangkan diri klien.
c. Memberontak (acting out)
Perilaku yang muncul basanya disertai akibat konflik perilaku “acting out” untuk
menarik perhatian orang lain.
d. Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang lain,
maupun lingkungan.
6. Mekanisme Koping
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan strees,
termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang
digunakan untuk melindungi diri. (Stuart dan Sundeen, 1998, hlm 33)
Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena adanya
ancaman. Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk
melindungi diri antara lain ( Maramis, 1998, hlm 83 ) :
a. Sublimasi : menerima suatu pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat
untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyaluran secara normal.
Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada obyek
lain seperti meremas adonan kue, meninju tembok, dan sebagainya, tujuannya adalah
untuk mengurangi ketagangan akibat rasa marah.

b. Proyeksi : menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya


yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia
mempunyai perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa
temannya tersebut mencoba merayu, mencumbunya.
c. Resepsi : mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk
kealam sadar. Misalnya : seseorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang
tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak
kecil bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh
Tuhan, sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakannya.
d. Reaksi formasi : mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan,
dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya
sebagai rintangan. Misalnya seseorang yang tertarik pada teman suaminya, akan
memperlakukan orang tersebut dengan kasar.
e. Displacement : melepaskan perasaan yang tertekan bisaanya bermusuhan, pada
obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya membangkitkan
emosi itu. Misalnya Timmy berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapat
hukuman dari ibunya karena menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain
perang-perangan dengan temannya.
IV. KRITERIA KLIEN
1. Klien yang tidak terlalu gelisah
2. Klien yang bisa kooperratif dan tidak mengganggu berlangsungnya aktifitas
kelompok
3. Kondisi fisik dalam keadaan baik.
4. Klien dalam keadaan tenang
5. Klien mau mengikuti kegiatan TAK

V. URAIAN STRUKTUR KELOMPOK


a. Tempat : R. Abimanyu
b. Hari/Tanggal :
c. Waktu :
d. Pengorganisasian
1. Jumlah dan nama klien
2. Leader dan uraian tugas
Bertugas menganalisa dan mengobservasi pola-pola komunikasi dalam
kelompok, membantu anggota kelompok untuk menyadari dinamisasi
kelompok, menjadi motivator, membantu kelompok untuk menetapkan tujuan
dan membuat peraturan. Pemimpin dan anggota kelompok mendiskusikan apa
yang harus dilakukan selanjutnya, memotivasi kesatuan kelompok dan
membantu kelompok untuk berkembang dan bergerak secara dinamis
3. Co leader dan uraian tugas

Bertugas menganalisa dan mengobservasi pola-pola komunikasi dalam


kelompok, membantu anggota kelompok untuk menyadari dinamisasi
kelompok, menjadi motivator, membantu kelompok untuk menetapkan tujuan
dan membuat peraturan. Pemimpin dan anggota kelompok mendiskusikan apa
yang harus dilakukan selanjutnya, memotivasi kesatuan kelompok dan
membantu kelompok untuk berkembang dan bergerak secara dinamis
4. Fasilitator dan uraian tugas
Bertugas memberikan stimulus kepada anggota kelompok lain agar dapat
mengikuti jalannya kegiatan dalam kelompok
5. Observe dan uraian tugas
Mencatat serta mengamati respon klien, jalannya aktivitas therapi, peserta
yang aktif dan pasif dalam kelompok serta yang drop out (tidak dapat
mengikuti kegiatan sampai selesai)

e. Langkah-langkah
1.) Persiapan (5 menit)
a) Memilih klien sesuai indikasi yaitu klien dengan perilaku kekerasan
b) Membuat kontrak dengan klien tentang terapi aktivitas kelompok
c) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2.) Orientasi (10 menit)
a) Salam teurapetik
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Perkenalkan nama dan panggilan terapis
3) Menanyakan nama dan panggilan semua klien

b) Evaluasi / validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini
2) Menanyakan apakah ada kejadian perilaku kekerasan : penyebab,
perilaku kekerasan serta akibatnya

c) Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu cara fisik untuk mencegah perilaku
kekerasan
2) Menjelaskan aturan main:
 Membacakan peraturan
 Lama kegiatan 45 menit
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3.) Tahap Kerja (20 menit)
a) Semua klien harus memperkenalkan diri, menyebutkan nama, nama
panggilan dan hobi.
b) Semua menyanyikan lagu “konsentrasi, konsentrasi dimulai
saya…(menyebutkan nama) contoh: ARIF…(menyebutkan nama klien
yang lain). permainan ini membutuhkan konsentrasi, jika klien telat
menyebutkan nama teman klien maka klien harus mendapatkan hukuman.
Dan klien harus mendemonstrasikan salah satu cara marah yang sehat : tarik
napas dalam, memukul bantal, senam, dan menyanyi.
c) Ulangi langkah a dan b sampai semua anggota kelompok mendapat giliran.
d) Menanyakan perasaan klien setelah mempraktikan cara penyaluran
kemarahan
e) Beri pujian dan ajak klien bertepuk tangan setiap keberhasilan anggota
kelompok.

4.) Tahap Terminasi (10 menit)


a. Evaluasi
1. terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti terapi
2. terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Tindak lanjut
Terapis menganjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah
dipelajari jika stimulus penyebab perilaku kekerasan serta melatih secara
teratur cara yang telah dipelajari.

c. Kontrak yang akan datang


1. menyepakati kegiatan terapi aktivitas kelompok yang akan datang
2. menyepakati waktu dan tempat
f. Perilaku yang diharapkan

1. Persiapan

a) Terapis/perawat

1) Memilih klien perilaku kekerasan yang sudah kooperatif

2) Membuat kontrak dengan klien

3) Mempersiapkan alat dan tempat

b) Klien

1) Mengikuti kegiatan terapi

2. Proses

a) Tahap Pelaksanaan :

1) Persiapan
 Mengingat kontrak dengan klien yang telah ikut sesi 1
 Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2) Orientasi
 Salam terapeutik
 Salam dan terapis kepada klien
 Klien dan terapis (pakai papan nama)
3) Evaluasi validasi
 Menayakan perasaan klien saat ini
 Menayakan masalah yang di rasakan, apakah ada kejadian prilaku
keekrasan: penyebab tanda dan gejala prilaku kekerasan serta akibatnya
4) Kontrak
Menjelaskan tujuan kegiatan , yaitu cara fisik untuk mencegah prilaku
kekerasan
Menjelaskan aturan main berikut:

 Jika ada yang ingin meninggalkan kelompok harus minta izin


kepada terapis
 Lama kegiatan 45 menit
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai

b. Tahap kerja
1. Mediskusikan kegiatan fisik yang biasa di lakukan oleh klien :
2. Tanyakan kegiatan : rumah tangga, harian, dan olah raga yang biasa di
lakukan klien.
3. Tuliskan di papan tulis
4. Menjelaskan kegiatan fisik yang dapat di gunakan untuk menyalurkan
kemarahan secara sehat : tarik nafas dalam, menjemur/ memukul bantal,
menyikat kamar mandi, main bola, senam, memukul bantal pasir tinju dan
memukul gendang. Tanyakan perasaan tiap klien saat terpapar oleh
penyebab ( tanda dan gejala)
5. Membantu klien memilih 2 kegiatan yang dapat di lakukan
6. Bersama klien mempraktikkan 2 kegiatan yang di pilih
7. Terapis mempraktikkan
8. Klien melakukan demontrasi
9. Menayakan perasaan klien setelah mempraktekkan cara menyalurkan
kemarahan.
10. Memberika pujian pada peran serta klien.
11. Upayakan semua klien berperan aktif

```````
c. Tahap terminasi
1. Evaluasi

a) Terapis menayakan perasaan klien setelah mengikuti TAK

b) Menyakan ulang cara baru yang sehat mencegah perilaku kekerasan

2. Tindak lanjut
a) Menganjurkan klien menggunakan cara yang telah di pelajari jika
stimulus penyebab prilaku kekerasan.
b) Menganjurkan klien melatih secara teratur cara yang telah di pelajari
c) Memasukkan pada jadwal kegiatan perawat.
3. Kontrak yang akan datang

a) Menyepakati belajar cara yang baru yang sehat untuk mencegah


prilaku kekerasan

b) Menyepakati kontrak waktu dan tempat TAK berikutnya

VI. TATA TERTIB


1. Peserta bersedia mengikuti terapi aktivitas kelompok
2. Peserta berpakaian rapi dan bersih
3. Peserta tidak diperbolehkan makan, minum, merokok selama mengikuti terapi aktivitas
kelompok
4. Peserta harus hadir 5 menit sebelum acara berlangsung
5. Peserta tidak boleh meninggalkan ruangan selama terapi aktivitas kelompok
berlangsung
6. Jika ada pertanyaan peserta mengangkat tangan terlebih dahulu dan berbicara setelah
dipersilahkan oleh leader
7. Anggota harus berperan aktif dalam terapi aktivitas kelompok
8. Anggota harus bersikap terbuka
9. Waktu sesuai dengan yang sudah disepakati
VII. PROGRAM ANTISIPASI
1. Sebelum TAK dimulai, pasien disuruh BAB/BAK
2. Jika pasien ingin minum, maka harus ijin dengan terapis
3. Anjurkan kepada terapis agar dapat menjaga perasaan anggota kelompok, menahan diri
untuk tertawa atau sikap yang menyinggung.
4. Bila ada peserta yang direncanakan tidak bisa hadir, maka diganti oleh cadangan yang
telah disiapkan dengan cara ditawarkan terlebih dahulu kepada peserta.
5. Bila ada peserta yang tidak menaati tata tertib, diperingatkan dan jika tidak bisa
diperingatkan, dikeluarkan dari kegiatan setelah dilakukan penawaran.
6. Bila ada anggota yang ingin keluar, dibicarakan dan diminta persetujuan dari peserta
TAK yang lain.
7. Bila ada peserta TAK yang melakukan kegiatan tidak sesuai dengan tujuan, leader
memperingatkan dan mengarahkan kembali bila tidak bisa, dikeluarkan dari kelompok.
8. Bila peserta pasif, leader memotivasi dibantu oleh fasilitator.

VIII. SETTING TEMPAT

a. terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran


b. ruangan nyaman dan tenang
c. tempat dan denah

L
CL
O
F
K
F K

KK F

F K K
K F
K
K
Keterangan:

L : Leader

CL : Co-Leader

O : Observer

F : Fasilitator

K : Klien

Evaluasi

Evaluasi dilakukan saat proses TAK betlangsung , khususnya pada tahap kerja. Aspek
yang di evaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK
stimualsi persepsi prilaku kekerasan Sesi 2, kemampuan yang diharapkan adalah
kemampuan mencegah prilaku keekrasan secara fisik.

Anda mungkin juga menyukai