SHARING JURNAL
Oleh:
KELOMPOK 2B
Firdausy Ratna Witrianingrum 180070300111017
Haryadi Kurniawan 180070300111011
Maya Cintia Melani 180070300111003
Nadia Elsa Fibriyana 180070300111043
Novia Ecci 180070300111012
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan telaah jurnal ini masih kurang sempurna.
Oleh karena itu penulis membuka diri untuk segala saran dan kritik yang membangun bagi
penulis, sehingga dapat bermanfaat untuk penulis dan penulis selanjutnya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Identitas Jurnal
Judul Jurnal : Nurses’ perceptions of reason for persistent low rates in hand hygiene
Compliance
Penulis : Nohemi Sadule-Rios, Graciela Aguilera
Baptist Health South Florida (BHSF), United States
Sumber : http://dx.doi.org/10.1016/j.iccn.2017.02.005
Publikasi : Intensive and Critical Care Nursing 42 (2017) 17–21
Waktu Publikasi : 17 Februari 2017
B. Topik Jurnal
Mengeksplorasi persepsi perawat tentang alasan rendahnya tingkat kepatuhan dalam
cuci tangan di Unit Perawatan Kritis dan rekomendasi perbaikan terhadap kepatuhan cuci
tangan.
C. Latar Belakang
Hand hygiene merupakan istilah yang digunakan untuk mencuci tangan
menggunakan antiseptic pencuci tangan. Pada tahun 2009, WHO mencetuskan global
patien safet Challenge dengan clean care is safe care, yaitu merumuskan inovasi
strategy penerapan hand hygiene untuk petugas kesehatan dengan My five moment for
hand hygiene, yaitu melakukan cuci tangan sebelum bersentuhan dengan pasien,
sebelum melakukan prosedur bersih dan steril, setelah bersentuhan dengan cairan tubuh
pasien, setelah bersentuhan dengan pasien, setelah bersentuhan dengan lingkungan
sekitar pasien (Jamaluddin dkk, 2012)
Tangan merupakan mediator yang mudah untuk penyebaran infeksi. Kebersihan
tangan merupakan salah satu cara yang paling penting untuk mencegah penyebaran
infeksi. Penyedia layanan kesehatan terutama perawat haru berlatih dan membiasakan
dengan kebersihan tangan pada titik-titik kunci sebelum kontak dengan pasien, setelah
kontak dengan pasien, setelah kontak dengan cairan tubuh atau darah atau permukaan
yang terkontaminasi, sebelum prosedur invasive dan setelah melepas handscone (CDC,
2012).
Perawat memiliki kontribusi yang cukup besar dalam pencegahan infeksi. Perawat
adalah salah satu tenaga kesehatan paling rentan dalam penularan infeksi kepada
pasien karena selama 24 jam mendampingi pasien (Fauzia, dkk., 2014). Banyak perawat
yang tidak mencuci tangan sesuai dengan prosedur dan five moment yang belum
diterapkan. Sehingga kami memilih jurnal ini untuk mengetahui beberapa alasan perawat
mengenai kepatuhan cuci tangan sesuai prosedur dan penerapan five moment.
BAB II
TELAAH JURNAL
A. Pendahuluan
Kepatuhan kebersihan tangan yang buruk pada tenaga kesehatan berperan terhadap
penyebaran penyakit, lama perawatan pasien di rumah saki, kecacatan, peningkatan
resistensi terhadap antibiotik, peningkatan mortalitas dan peningkatan biaya perawatan
kesehatan (WHO, 2009). Masalah kepatuhan tenaga kesehatan dalam kebersihan
tangan yang rendah telah dipelajari beberapa kali, namun, intervensi yang disarankan
untuk meningkatkan kepatuhan kebersihan tangan bervariasi dan kepatuhan tentang
kebersihan tangan terus rendah di rumah sakit di seluruh Amerika Serikat dan negara-
negara dunia lainnya. Ketidakpatuhan terhadap kebersihan tangan adalah masalah
internasional, dibuktikan dengan berbagai pendekatan yang dirancang di seluruh dunia
untuk meningkatkan kepatuhan kebersihan tangan.
Sebuah penelitian Huis (2013) pada kelompok acak untuk mengevaluasi efektivitas
intervensi yang melibatkan kepemimpinan rumah sakit dalam meningkatkan kepatuhan
kebersihan tangan di antara perawat di Belanda, penelitian tersebut dilakukan dari
September 2008 hingga November 2009 di 67 ruang perawatan di tiga rumah sakit.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa keberadaan leader dalam ruangan yang
terlibat dalam mempromosikan kebersihan tangan berpengaruh terhadap peningkatkan
kepatuhan kebersihan tangan di antara perawat (Huis et al., 2013).
Tingkat kepatuhan kebersihan tangan tidak optimal di banyak rumah sakit di seluruh
Amerika Serikat dan negara-negara lain di dunia (Borg et al., 2014; CDC, 2016). Baru-
baru ini, tim ahli dari The Joint Commission Centre for Transforming Healthcare
melaporkan bahwa kepatuhan kebersihan tangan rata-rata 45,5% di delapan rumah sakit
di Amerika Serikat (Chassin et al., 2015). Di Inggris, Irlandia, dan negara-negara Eropa
Tengah / Timur, rumah sakit telah menetapkan langkah-langkah disipliner dan pelatihan
kebersihan tangan wajib untuk tenaga kesehatan (Borg et al., 2014). Di Arab Saudi,
peneliti mengamati 242 petugas kesehatan termasuk dokter, perawat, dan terapis,
melakukan kebersihan tangan di lima unit perawatan intensif (Alsubaie et al., 2013).
Mereka melaporkan tingkat ketidakpatuhan 58% pada unit perawatan intensif (ICU),
dengan tingkat lebih tinggi ketidakpatuhan di ICU medis dan ICU pediatrik. Selain itu,
ada peningkatan ketidakpatuhan yang signifikan antara dokter (64,4%) dan staf layanan
kesehatan lainnya (65,1%), diikuti oleh perawat (55,4%), bekerja pada siang hari dan
ketika merawat pasien (Alsubaie et al., 2013). Menurut peneliti, rekomendasi untuk studi
untuk menyelidiki tuntutan lingkungan unit mungkin membantu dalam mengidentifikasi
faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan (Alsubaie et al., 2013). Kurangnya
kepatuhan kebersihan tangan merupakan masalah serius dan terus-menerus belum
dipahami dengan baik. Lebih banyak studi harus dilakukan memeriksa hambatan
spesifik untuk kepatuhan kebersihan tangan di bkrbagai rumah sakit (Chassin et al.,
2015). Terdapat hubungan antara Ketidakpatuhan kebersihan tangan dan infeksi rumah
sakit yang menyebabkan hilangnya jutaan nyawa manusia di seluruh dunia dan
akibatnya peningkatan beban keuangan pada sistem perawatan kesehatan (WHO,
2009). Sayangnya, terlepas dari beragam inisiatif, kampanye, dan upaya untuk
meningkatkan kepatuhan kebersihan tangan di antara petugas kesehatan di seluruh
dunia, 61% petugas kesehatan masih belum mematuhi rekomendasi praktik terbaik
untuk kebersihan tangan (WHO, 2016).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi persepsi perawat tentang
alasan rendahnya tingkat kepatuhan dalam kebersihan tangan di Unit Perawatan Kritis
dan rekomendasi untuk perbaikannya. Hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan
baru tentang apa yang telah menjadi masalah persisten dalam pelayanan kesehatan,
tentang ketidakpatuhan kebersihan tangan. Penelitian ini juga akan memberikan perawat
critical care berkesempatan untuk berkontribusi dalam melakukan perbaikan melalui
rekomendasi mereka untuk peningkatan kepatuhan kebersihan tangan.
B. Metode Jurnal
Penelitian ini menggunakan desain survei deskriptif eksploratif untuk mengidentifikasi
persepsi perawat critical care terhadap hambatan kepatuhan kebersihan tangan di unit
dan rekomendasi mereka untuk perbaikan.
Pertanyaan penelitian
(1) Apa persepsi perawat tentang alasan rendahnya penilaian kepatuhan kebersihan
tangan di unit perawatan kritis?
(2) Apa saran perawat untuk meningkatkan kepatuhan kebersihan tangan di unit
perawatan kritis?
Pertimbangan etis
Peneliti menerima persetujuan dari dewan peninjau kelembagaan (IRB 16-029) untuk
melakukan penelitian ini. Ini termasuk penilaian awal oleh proses peninjauan yang
difasilitasi oleh rekan kerja dan tinjauan akhir serta persetujuan oleh IRB. Untuk
meminimalkan risiko pelanggaran kerahasiaan bagi peserta, kuesioner diisi dan
diserahkan secara anonim dan tidak ada demografi atau informasi identifikasi yang
diminta untuk memungkinkan perawat mengekspresikan diri secara bebas.
Instrumen
Isi kuesioner berasal dari tinjauan literatur yang mengidentifikasi hambatan paling umum
terkait dengan kurangnya kepatuhan dalam kebersihan tangan dalam layanan kesehatan
termasuk hambatan lingkungan dan keyakinan dalam sikap (Chagpar et al., 2010).
Kuesioner mencakup 18 item yang menilai hambatan perawat terhadap kepatuhan
kebersihan tangan di unit perawatan kritis dan dua pertanyaan terbuka yang memberi
perawat kesempatan untuk menjelaskan masalah utama yang mereka anggap sebagai
penghambat kepatuhan kebersihan tangan dan saran mereka untuk perbaikan. Sebelum
penelitian, kuesioner ditinjau oleh enam orang yang menunjukkan karakteristik yang
mirip dengan yang terdapat dalam populasi penelitian. Tujuan meninjau kuesioner
adalah untuk mencari pendapat para ahli konten profesional untuk menilai kejelasan
kuesioner, keterbacaan, kelengkapan, dan penerimaan pertanyaan serta alternatif
tanggapan (Waltz et al., 2010). Revisi terhadap isi kuesioner tidak diperlukan
berdasarkan input yang diterima.
Prosedur
Perawat yang saat ini sedang bekerja di unit critical care, ditanyakan tentang minat
partisipasi mereka. Mereka yang menyatakan keinginan untuk berpartisipasi, diberi
salinan surat pengantar dan kuesioner. Perawat yang setuju untuk berpartisipasi dalam
penelitian ini, diinstruksikan untuk menjawab kuesioner yang mengidentifikasi hambatan
paling umum terkait dengan kurangnya kepatuhan dalam kebersihan tangan dan
mengembalikan kuesioner yang telah diisi ke kotak yang diletakkan di unit. Tidak ada
kontak lebih lanjut antara peneliti dan peserta. Peneliti mengumpulkan kuesioner yang
telah dimasukkan ke dalam kotak terkunci pada akhir setiap hari kerja.
Analisis data
Statistik deskriptif digunakan untuk merangkum tanggapan dari item kuesioner dengan
SPSS, versi 23.0. Konten dari pertanyaan terbuka dirangkum dan dianalisis berdasarkan
pengulangan kata dan frekuensi tanggapan.
C. Hasil
Empat puluh tujuh perawat menyelesaikan kuesioner selama periode satu bulan
penelitian. Dari 47 peserta, 25 (53%) merespons dengan memberikan contoh masalah
utama yang mereka hadapi dengan kebersihan tangan di unit perawatan kritis. Tiga
puluh dua (68%) menawarkan saran spesifik tentang cara meningkatkan kepatuhan
kebersihan tangan di unit perawatan kritis. Hasil berdasarkan jumlah dan persentase
perawat yang memilih item tertentu tercantum Tabel 1.
Tujuh alasan utama yang dipilih oleh perawat mengenai rendahnya kepatuhan
kebersihan tangan di unit perawatan kritis adalah sebagai berikut:
1) Dua puluh empat perawat memilih beban kerja yang tinggi dan kurangnya staf
sebagai alasan utama rendahnya kepatuhan cuci tangan, yang merupakan
persentase tertinggi dari jawaban (51%) (soal kuisioner no 14)
2) Kesulitan mengenakan sarung tangan ketika tangan lembab dan kesulitan
mengakses lokasi wastafel, dipilih oleh 22 (47%) perawat sebagai alasan utama
kedua untuk rendahnya kepatuhan (soal kuisioner 2 dan 3)
3) Dua puluh perawat (43%) memilih merk sabun untuk cuci tangan yang tidak nyaman
sebagai alasan utama ketiga untuk tingkat rendahnya kepatuhan kebersihan tangan
di antara perawat perawatan kritis (soal kuisioner 4)
4) Iritasi kulit dipilih oleh delapan belas perawat (38%) untuk rendahnya kepatuhan
(soal kuisioner 8).
5) Tujuh belas perawat (36%) memilih kurangnya tempat untuk cuci tangan (wastfel)
yang tepat yang tersedia di tempat perawatan (soal kuisioner 1) dan kurangnya
pendidikan kesehatan tentang efek pemakaian handrub pada saat cuci tangan (soal
kuisioner 9) sebagai alasan utama untuk peringkat rendah dalam kepatuhan
kebersihan tangan di unit perawatan kritis.
6) Hanya empat perawat yang memberikan alasan spesifik lainnya (soal kuisioner 18)
sebagai masalah utama yang mereka hadapi dengan kebersihan cuci tangan di unit
perawatan kritis.
Alasan paling umum yang diberikan adalah tidak ada wastafel di luar kamar dan
kurangnya kepatuhan kebersihan tangan dan saran mereka untuk perbaikan. Respons
terhadap pertanyaan terbuka dikelompokkan berdasarkan pengulangan kata dan
frekuensi respons. Dua puluh lima perawat melaporkan bahwa masalah utama dengan
kebersihan tangan di unit perawatan kritis adalah handrub untuk cuci tangan yang
terletak tidak tepat, tidak cukup dan kurangnya waktu. Terakhir, tiga puluh dua perawat
memberikan saran khusus untuk kepatuhan kebersihan tangan (Tabel 2)
D. Diskusi
Pada penelitian ini ditemukan bahwa hambatan paling utama yang mempengaruhi
kepatuhan cuci tangan adalah beban kerja yang tinggi dan kekurangan staf. Menurut
pendapat perawat kekurangan staf menyebabkan beban kerja yang tinggi karena
keterbatasan dan tidak memadainya staf dalam memberikan perawatan kepada pasien
sesuai kebutuhan. Beban kerja yang tinggi dapat memakan waktu yang banyak
sehingga mengurangi kepatuhan cuci tangan di ICU. Hambatan yang selanjutnya yaitu
kesulitan akses lokasi wastafel dan kurangnya penempatan handsanitizer di lokasi-lokasi
yang mudah dijangkau sehingga menurunkan kepatuhan cuci tangan perawat.
Kepatuhan cuci tangan yang rendah dapat dikaitkan dengan tingkat infeksi yang
terjadi di rumah sakit yang tinggi dan dapat meningkatkan kematian pasien (Allegranzi
dan Pittet, 2009). Terdapat saran dari perawat dalam meningkatkan kepatuhan cuci
tangan yaitu dengan menempatkan handsanitizer di lokasi aman dan mudah untuk
diakses, menempatkan lebih banyak wastafel dan lokasi yang mudah dijangkau. Sumber
daya kebersihan tangan mudah tersedia bagi perawat dapat meningkatkan kepatuhan
cuci tangan (Suresh dan Cahill, 2007). Kepatuhan cuci tangan pada perawat sebagai
metode penting untuk mencegah infeksi terkait perawatan kesehatan. Sebagian besar
responden dalam penelitian ini memandang keberhasilan tangan sebagai kunci untuk
mencegah infeksi. Namun pengetahuan tidak cukup untuk meningkatkan kepatuhan cuci
tangan. Oleh karena itu, harus dilakukan intervensi lain untuk mengatasi hambatan yang
paling mempengaruhi kepatuhan cuci tangan selain pendidikan dan surveilans.
E. Implikasi klinis
Memiliki rasio perawat-pasien yang memadai dan lokasi wastafel yang tepat dapat
memfasilitasi dan meningkatkan kebersihan cuci tangan. Peneliti menyarankan
menerapkan perawatan kritis untuk memperbaiki tingkat kebersihan cuci tangan,
diantaranya yaitu:
1) Sering diadakan rapat untuk membahas mengenai rasio dan tanggungjawab
perawat-pasien di unit perawatan kritis untuk meningkatkan kepatuhan kebersihan
tangan
2) Kebersihan tangan untuk meningkatkan kepatuhan cuci tangan harus dibuat mudah,
dengan cara:
Meletakkan handrub di dekat tempat perawatan, seperti:
Di sebelah bed masing-masing pasien
Di samping pintu kamar masing-masing pasien
Di tempat nurse station dan di troli obat
Disediakan handrub yang dapat dibawa kemana-mana oleh perawat
sehingga memudahkan untuk cuci tangan
3) Memberikan tanggung jawab kepada perawat secara bergantian untuk memeriksa
kesediaan handrub agar dapat memastikan:
Handrub tidak kosong
Handrub dapat digunakan dan tidak macet
Kesediaan handrub memadai sampai perawatan selesai
4) Menugaskan tim untuk mengevaluasi aksesibilitas dan wastafel
5) Menyediakan bahan publikasi (misalnya, poster dan leaflet) untuk tanda pengingat
kepatuhan cuci tangan
6) Menciptakan budaya untuk saling meingatkan mengenai kepatuhan cuci tangan
1) Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa beban kerja yang tinggi dan kurangnya staf menambah
tangan dalam pengaturan ini. Diperlukan studi lebih lanjut tentang hubungan antara
beban kerja perawat, staf unit, dan tingkat kepatuhan kebersihan tangan.
2) Saran
Bagi Institusi
perawat-pasien agar beban kerja perawat tidak terlalu tinggi sehingga dapat
memadai sehingga akan terwujud kualitas penelitian yang lebih baik demi
1) Kelebihan
Jurnal dalam penelitian ini telah menggunakan kaidah IMRAD yaitu Introduction,
Method, Result, dan Discussion serta dilengkapi conclusion dan implikasi klinis.
Penelitian ini menggunakan kuesioner yang terdiri dari 18 item yang menilai
kritis dan dua pertanyaan terbuka yang memberi perawat kesempatan untuk
kepatuhan kebersihan tangan dan saran mereka untuk perbaikan, sehingga isi
tangan
mengenai kepatuhan cuci tangan dengan masalah utama: beban kerja yang
tinggi perawat, kurangnya tenaga kerja, dan faktor keberadaan wastafel atau
2) Kekurangan
Penelitian ini hanya mensurvei perawat critical care dari satu rumah sakit.
Penelitian ini hanya mencakup perawat di critical care yang memenuhi kriteria
inklusi. Hasil mungkin berbeda jika penelitian ini dilakukan di rumah sakit atau
Penelitian ini sudah diterapkan di Indonesia, untuk meningkatkan kepatuhan cuci tangan
sudah banyak metode yang dilakukan di Indonesia salah satunya dengan menempelkan
poster langkah-langkah cuci tangan dapat berpengaruh terhadap meningkatkan kepatuhan
cuci tangan. Sudah banyak penelitian tentang pengaruh penggunaan poster sebagai media
pengingat terhadap kepatuhan kebershian tangan yang hasilnya berpengaruh baik. Salah
satunya penelitian yang dilakuak oleh Fillion et all. Menyatakan bahwa penggunaan poster
dan ketersedian alat yang mudah diakses dapat meningkatkan kepatuhan kebersihan tangan
secara meneyeluruh di kantin rumah sakit Amerika.
Selain meningkatkan motivasi kepatuhan cuci tangan harus terdapat fasilitas yang
memadai terkait cuci tangan, diantaranya hand rub yang selalu terisi dan westafel yang
tersedia sabun antiseptic dan air bersih yang mengalir dengan lancar, tissue sekali pakai,
sabun memadai. Dimana setiap rumah sakit sudah menerapkan menyediakan fasilitas
kebersihan untuk cuci tangan baik hand rub maupun westafel yang tersedia di setiap
ruangan namun masih terdapat beberapa rumah sakit yang fasilitas masih kurang memadai.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bramantya (2015) yang dilakukan di
rumah sakit IGD RSUD Dr. Iskak Tulungagung jumlah hand rub yang tidak sebanding
dengan jumlah pasien, misalnya di yellow zone dengan jumlah pasien rata-rata 10-30 orang
hanya memiliki hand rub. Dan kepatuhan perawat akan cuci tangan paling tinggi terdapat
pada saat sebelum perawat melakukan tindakan aseptis dan kepatuhan paling rendah
terdapat pada setelah perawat menyentuh sekitar pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Sofyani Ardita. 2012. Persepsi Perawat tentang Pemenuhan Pelaksanaan Hand Hygine
Perawat di Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit MH Tamrin Salemba. Universitas
Indonesia
Sarah Alsubaie MD., Abdallah bin Maither.,Waddah Alalmaei MD., et al. Determinants of
Hand Hygine Noncompliance in Intensive Care Units. American Journal of Infection
Control (41).