Anda di halaman 1dari 7

Manajeman Keperawatan

Konsep Dasar Kepemimpinan

Nama : Audya Pansela

Tingkat : II.A

NIM : PO.71.20.1.17.008

Dosen pengampu : Hj.Maliha Amin, SKM,M.Kes

DIII KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG

TAHUN AJARAN 2018/2019


KONSEP DASAR KEPEMIMPINAN

A. Pengertian Kepemimpinan

Beberapa ahli dibidang manejemen memiliki pandangan masing masing mengenai


pengertian kepemimpinan, antara lain :
1. Harsey, Blanchard dan Jonson
Menurut Harsey, Blanchard dan Jonson (1999) dalam Huber (2006),
kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas individu atau kelompok
dalam upaya mencapai tujuan pada suatu situasi.
2. Hasibuan
Sedikit berbeda dengan Harsey dkk, Hasibuan (2005), menjelaskan bahwa
Kepemimpinan merupakan cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku
bawahannya sehingga mampu bekerja sama dan mampu bekerja secara produktif
agar tujuan organisasu tercapai.
3. Robbin
Robbin (2003), berpendapat bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan
mempengaruhi kelompok agar mencapai sasaran yang menjadi tujuan.
4. Stoner
Kepemimpinan adalah suatu proses pengarahan, Stoner (1982), menambahkan
bahwa dalam proses pengarahan tersebut terjadi pemberian pengaruh pada
kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang bertugas berkaitan.
5. Talbott
Menurut talbott (1971), dalam buku swansburg (1993) menyatakan bahwa
kepemimpinan adalah bumbu vital yang mengubah sekelompok orang menjadi
organisasi yang berfungsi dan berguna.

Dari pengertian di atas, dapat diartikan kepmimpinan erat kaitannya dengan


mengatur dan mengarahkan orang lain, yang tidak lain adalah bawahan. Bawahan yang
bersedia menerima pengarahan dari pemimpinnya seorang manajer. Bawahan merupakan
kunci yang menentukan kedudukan pemimpin serta jalannya proses kepemimpinan.
B. Sifat – Sifat Kepemimpinan
Sifat-sifat kepemimpinan yang dimilki seseorang dianggap sebagai pembawaan sejak
lahir dan bukan karena dibuat. Namun demikian banyak keterbatasan mengenai
pendekatan teori kesifatan karena banyak pemimpin yang memiliki sifat kepemimpinan
yang berbeda bukan hanya karena bawaan lahir. Sifat kepemimpinan memang sudah ada
sejak lahir pada setiap pemimpin namun tidak semuanya bersifat absolute esensial,
artinya sifat kepemimpinan bisa dibentuk bahkan dikembangkan.
Edwin Ghiselli (1971) dalam Handoko (1999), berpendapat bahwa seorang manajer
bisa menjadi pemimpin yang efektif apabila dapat membangun sifat-sifat berikut :
1. Mempunyai kemampuan dalam pengawasan (supervisiory ability) atas
pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen khususnya dalam pengarahan dan
pengawasan terhadapat pekerjaan bawahan.
2. Mengerti kebutuhan prestasi dalam pekerjaan. Pemimpin yang efektif
bertanggungjawab terhadap pekerjaanya dan mempunyai keinginan untuk maj dan
sukses.
3. Mempunyai kecerdasan. Pemimpin yang efektif harus mampu merumuskan dan
membuat kebijakan dengan daya pikir yang kreatif.
4. Mempunyai ketegasan (decisiveness). Ketegasan adalah kemampuan dalam
membuat keputusan dan memecahkan masalah secara cakap dan tepat.
5. Mempunyai kepercayaan diri. Kepercayaan diri adalah kunci seorang pemimpin
dalam memandang dirinya untuk menghadapi masalah.
6. Mempunyai inisitaif. Artinya seorang pemimpin harus mampu bertindak secara
mandiri,mampu mengembangkan berbagai kegiaan dengan cara-cara yang baru
dan inovatif.

C. Gaya-Gaya Kepemimpinan

Dalam konteks kepemimpinan untuk memahami kondisi tertentu, utamanya mengenai


kepemimpinan. Gillies (1994), mengungkapkan bahwa gaya kepemimpinan dapat
diidentifikasi menurut perilaku individu yang menjadi pemimpin. Itulah sebabnya,
karakter seseorang dapat mempengaruhi gaya memimpin pada sebuah organisasi. Menrut
Ronald lippith dan Rapph K. White dalam nursalam (2011), terdapat 3 gaya kepimpinan
sebagai berikut :
1. Gaya Kepemimpinan Otoriter
Merupakan gaya kepemimpinan yang terpusat pada pemimpin. Cirinya antara lain
kewenangan dan keputusan yang mutlak di pegang pemimpin. Gaya ini dapat
diterapkan secara efektif pada tahap awal beroperasinya suatu organisasi atau ketika
terjadi konflik/kontrovensi. Ciri yang lain adalah :
a. Wewenang sepenuhnya berada di tangan pimpinan.
b. Segala bentuk keputusan ditentukan oleh pimpinan.
c. Kebijakan organisasi/perusahaan diputuskan oleh pimpinan.
d. Komunikasi berlangsung satu arah.
e. Sikap, tingkah laku, kegiatan bawahan diawasi secara ketat oleh pimpinan.
f. Bawahan tidak memiliki kesempatan untuk memberikan saran dan pertimbangan.
g. Tugas-tugas bawahan diberikan melalui instruksi pujian.
h. Lebih sering memberi kritik daripada pujian.
i. Pimpinan menuntut prestasi kerja kepada bawahan.
j. Pimpinan menghendaki komitmen dan kesetiaan.
k. Cenderung kasar dalam bersikap.
l. Tanggung jawab keberhasilan organisasi berada ditangan pimpinan.

2. Gaya Kepemimpinan Demokratis


Pemimpin dengan gaya kepemimpinan demokratis memiliki kemampuan dalam
mempengaruhi orang lain untuk bersedia bekerja sama mewujudkan tujuan organisasi.
Rencana kerja dan berbagai kegiatan organisasi diputuskan bersama antara pimpinan
dan bawahan. Gaya kepimpinan demokratis memiliki ciri seperti :
a. Wewenang sepenuhnya tidak berada di tangan pimpinan.
b. Segala bentuk keputusan ditentukan melalui diskusi dan musyawarah.
c. Kebijakan organisasi/perusahaan bersama dengan SDM
d. Komunikasi berlangsung dua arah atau timbal balik.
e. Sikap, tingkah laku, kegiatan bawahan diawasi secara wajar oleh pimpinan.
f. Bawahan diberi kesempatan untuk memberikan saran dan pertimbangan.
g. Tugas-tugas bawahan diberikan melalui rapat/musyawarah bersama.
h. Pujian dan kritik diberikan sewajarnya dan seimbang.
i. Pimpinan menuntut prestasi kerja kepada bawahan berdasaekan pakasitas bawahan.
j. Pimpinan menghendaki komitmen dan kesetiaan dnegan wajar.
k. Keberhasilan organisasi menjadi tanggung jawab bersama.
3. Gaya Kepemimpinan Liberal
Merupakan gaya kepemimpinan yang cenderung memberi kebebasan pada
bawahan. Mempunyai ciri seorang pemimpinan yang membebaskan bawahannya
dalam melakukan tugas hampir tanpa pengaharan/bimbingan terhadapa bawahan. Ciri
dan gaya kepemimpinan ini adalah :
a. Pimpinan cenderung melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahannya.
b. Keputusan kerja/organisasi lebih banyak disusun oleh bawahan.
c. Kebijakan-kebijakan organisasi juga banyak disusun oleh bawahan.
d. Tidak ada pengawasan atas kinerja bawahan.
e. Prakarsa dan ide kerja mayoritas muncul dari inisiatif bawahan.
f. Peranan pimpinan sangan minim dalam pekerjaan kelompok.
g. Kepentingan pribadi lebih terlihat menonjol daripada kepentingan kelompok.
h. Tanggung jawab atas keberhasilan organisasi berada di tangan perorangan.

Selain tiga gaya tersebut, Asmuji (2005) menerangkan terdapat 2 jenis gaya
kepemimpinan berdasarkan pendekatan tugas, yaitu :
1. Orientasi Tugas (Task Oriented)
Manajer/pimpinan dengan gaya ini berorientasi pada tugas dalam melakukan
pekerjaannya. Artinya pemimpin memberi arahan dan mengawasi bawahan secara
tertutup dengan tujuan untuk menjamin tugas yang dilakukan bawahannya sesuai
keinginannya. Gaya kepemimpinan ini hanya berorientasi pada pekerjaan dan
cenderung tidak memperhatikan perkembangan dan pertumbuhan organisasi
terutama yang berkaitan dengan karyawan.
2. Orientasi Karyawan (employee oriented)
Gaya kepemimpinan ini mengutamakan cara memimpin dengan memotivasi
bawahan dari pada mengawasi. Manajer/pemimpin cederung mendorong bawahan
agar mengembangkan diri dan berpartisipasi dalam mengambil keputusan. Dalam
gaya kepemimpinan ini dibangun suasana pertemanan yang akrab, saling
menghormati dam mempercayai diantara karyawan.

D. Teori Kepemimpinan
Asmuji (2005) menyebutkan, beberapa ahli membedakan konsep dan metode
kepemimpinan ke dalam banyak pendekatan/teori, seperti :
1. Pendekatan kesifatan
Dalam teori ini ditekankan mengenai sifat kepemimpinan yang sudah dibawa
sejak lahir, bukan dibuat. Seseorang dilahirkan dengan membawa atau tidak
membawa sifat yang dimiliki oleh seorang pemimpin. Seseorang tersebut dilahirkan
dengan membawa karakteristik yang berbeda dengan orang lain. Supardi dan Anwar
(2004) menjelaskan bahwa kepemimpinan merupakan fungsi kualitas seseorang dari
suatu indivisu, bukan dari situasi, teknologi, maupun dukungan masyarakat. Teori ini
disebut dengan great man theory. Namun demikian teori kontemporer menjelaskan
bahwa kepmimpinan yang dibawa dan dimiliki sesorang dapat dikembangkan, tidak
semata-mata sifat yang dibawa sejak lahir.
2. Teori Situasional (Pendekatan Situasi)
Teori ini menjelaskan peranan kepemimpinan seorang manajer yang dipengaruhi
oleh situasi-situasi tertentu. Situasi yang menguntungkan akan meningkatkan
efektivitas kepemimpinan. Fieddler berpendapat situasi empiris tersebut dapat dibagi
menjadi tiga dimensi :
a. Hubungan pimpinan dengan anggota
b. Tingkatan dalam struktur tugas
c. Posisi kekuasaan pemimpin yang didapat melalui kewenangan formal.

Jika tiga dimensi itu dapat dipenuhi maka akan menguntungkan pemimpin, begitu
juga sebaliknya. Siagian (2007) menyatakan beberapa situasi yang mempengaruhi
seorng menejer, yaitu :

a. Kompleksitas pekerjaan
b. Jenis pekerjaan
c. Teknologi yang digunakan
d. Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan
e. Nilai dan norma yang dianut
f. Rentan kendali yang dianggap tepat
g. Ancaman, hambatan, dan gangguan.
h. Tingkat stress yang mungkin muncul
i. Iklim organisasi.
3. Teori Path-Goal
Teori ini cenderung menggunakan pendektan analisis mengenai pengaruh
kepemimpinan terhadap motivasi dan pelaksanaan kerja bawahan. Dalam teori ini
diajarkan empat tipe kepemimpinan, sebagai berikut :
a. Directive leadership (Kepemimpinan Direktif)
Model kepemimpinan dengan ciri tidak ada partisipasi bawahan dan
hanya terjadi dalam kepemimpinan otokratif. Komunikasi yang terjadi hanya
satu arah atau berupa perintah saja.
b. Supportive leadership (Kepemimpinan Suportif)
Ciri model ini adalah pemberian dukungan dan dorongan terhadap
bawahan, sesorang pemimpin dengan model ini akan berusaha dekat dengan
bawahan tanpa menjaga jarak dan berusaha keluhan bawahan. Model ini
berpengaruhi positif terhadap bawahan yang sedang frustasi atau tertekan atas
pekerjaannya
c. Pastisipate Leadership (Kepemimpinan Partisipasi)
Metode ini menekankan pada pastisipasi aktif bawahan meskipun
keputusan tetap dibawah pemimpin. Model ini akan menciptkan kepuasan
kerja bagi bawahan.
d. Achicment oriented leadership ( Kepemimpinan Berorientasin Prestasi )
Model ini memiliki ciri seorang pemimpin yang memberikan
tantangan. Hal ini dimaksdukan untuk merangsang bawahan melakukan
pekerjaannya, sehingga bawahan akan menunjukan kemampuannya dalam
bekerja dengan baik dan maksimal.

Anda mungkin juga menyukai