Anda di halaman 1dari 18

TUGAS KIMIA ELEKTRO

REKASI REDOKS SECARA UMUM BESERTA ATURANNYA SERTA REAKSI


REDOKS YANG TERDAPAT PADA BATERE PRIMER DAN BATERE SEKUNDER

Disusun oleh:
Elma Alfianti Indri Lestari (17030234007)
Nur Wanda Aini N (17030234021)
Amelia Putri Divindha (17030234055)

KIMIA 2017

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2019
A. KONSEP REDOKS

Dalam elektrokimia terjadi reaksi redoks yang terdiri dari reaksi oksidasi dan
reaksi reduksi. Reaksi redoks adalah reaksi yang terjadi perubahan bilangan oksidasi.
Pada abad kesembilanbelas konsep oksidasi digunakan untuk menjelaskan reaksi suatu zat
dengan oksigen sedangkan konsep reduksi digunakan untuk menjelaskan reaksi pelepasan
oksigen dari suatu zat. Sekarang konsep oksidasi dan reduksi telah diperluas sehingga
menyangkut reaksi dari spesi-spesi kimia yang tidak melibatkan oksigen.

Oksidasi ialah suatu reaksi kimia

a. jika suatu spesi kimia melepaskan elektron.

b. jika suatu spesi kimiamengalami pertambahan bilangan atau tingkat oksidasi.

c. yang terjadi di anoda suatu sel elektrokimia.

contohnya : Zn (s) → Zn2+ (aq) + 2e

Reduksi ialah suatu reaksi kimia.

a. jika suatu spesi kimia menangkap elektron.

b. jika suatu spesi kimia mengalami pengurangan bilangan atau tingkat oksidasi

c. yang terjadi di katoda suatu sel elektrokimia.

Contohnya : Cu2+ (aq) + 2e → Cu (s)

Pada reaksi redoks zat yang mengoksidasi zat lain disebut oksidator atau
pengoksidasi, sedangkan zat yang mereduksi zat lain disebut reduktor atau pereduksi.
Oksidator mengalami reduksisedangkan reduktor mengalami oksidasi. Dalam reaksi redoks,
reaksi reduksi dan oksidasi terjadi secara simultan, maka reaksi diatas menjadi :

Cu2+ (aq) + Zn (s) → Cu (s) + Zn2+ (aq)


Reaksi autoredoks, atau istilah lainnya reaksi disproporsionasi adalah reaksi dimana
suatu zat dapat mengalami reaksi reduksi dan oksidasi. Contoh :

Cl2 (g) + 2 KOH (aq) → KBr (aq) + KClO (aq) + 2 H2O (l)

B. PENYETARAAN REAKSI REDOKS

Penyetaraan reaksi redoks harus memperhatikan dua poin utama yaitu kekekalan
massa dan kekekalan muatan. Hukum kekekalan massa ditunjukkan dengan jumlah atom-
atom sejenis sebelum bereaksi (disebelah kiri tanda panah) harus sama dengan setelah
bereaksi (disebelah kanan tanda panah). Demikian pula dengan kekekalan muatan, yaitu
jumlah muatan spesi-spesi kimia sebelum bereaksi harus sama dengan sesudah bereaksi.

Ada dua cara menyetarakan reaksi redoks, yaitucara setengah reaksi dan cara perubaan
bilangan oksidasi.

a. Penyetaraan reaksi dengan cara setengah reaksi

Cara penyetaraan reaksi redoks dengan sistem setengah reaksi dilakukan dengan
tahapan-tahapan sebagai berikut :

1. menuliskan masing-masing persamaan setengah reaksi reduksi dan reaksi oksidasi


2. menyetarakan unsur-unsur yang mengalami reaksi redoks
3. menambahkan molekul H2O :
- pada yang kekurangan atom O, jika reaksi berlangsung dalam suasana asam
- pada yang kelebihan atom O, jika reaksi berlangsung dalam suasana basa
4. menyetarakan atom hidrogen dengan ion H+ jika suasana asam atau dengan
ion OH- jika suasana basa
5. menyetarakan muatan dengan menambahan elektron di sebelah kanan atau
kiri persamaan reaksi
6. menjumlahkan kedua persamaan setengah reaksi dengan menyamakan
elektronnya
Contoh :

Reaksi : Cr2O72- + Cu+ → Cr3+ + Cu2+

Tahap 1 : Cr2O72- → Cr3+

Cu+ → Cu2+

Tahap 2 : Cr2O72- → 2 Cr3+

Cu+ → Cu2+

Tahap 3 : Cr2O72- → 2 Cr3+ + 7 H2O

Cu+ → Cu2+

Tahap 4 : 14 H+ + Cr2O72- → 2 Cr3+ + 7 H2O

Cu+ → Cu2+

Tahap 5 : 6e + 14 H+ + Cr2O72- → 2 Cr3+ + 7 H2O (I)

Cu+ → Cu2+ + e

Tahap 6: 6e + 14 H+ + Cr2O72- → 2 Cr3+ + 7 H2O (I) x1

6 Cu+ → 6 Cu2+ + 6 e x6 +

Reaksi akhir: Cr2O72- + 6 Cu+ + 14 H+ → 2 Cr3+ + 6 Cu2+ + 7 H2O

b. Menyetarakan reaksi dengan cara perubahan bilangan oksidasi


Cara penyetaraan reaksi redoks dengan cara perubahan bilangan oksidasi (biloks)
dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
1. menyetarakan (menyamakan) unsur-unsur yang mengalami perubahan bilangan
oksdasi
2. menentukan biloks unsur-unsur tersebut dan menentukan perubahannya
3. menyamakan kedua perubahan biloks
4. menentukan jumlah muatan di ruas kiri dan di ruas kanan
5. menyamakan muatan dengan cara :
- jika muatan di ruas kiri lebih negatif maka menambahkan ion H+ sebanyak
perbedaan muatan (ini berarti reaksi berlangsung dalam suasana asam)
- jika muatan di ruas kanan lebih positif maka menambahkan ion OH- sebanyak
perbedaan muatan (ini berarti reaksi berlangsung dalam suasana basa)
6. menyamakan atom hidrogen di ruas kiri dan kanan dengan cara menambahkan
H2O.
Contoh :
Reaksi : MnO4- + Br- → Mn2+ + Br2
Tahap 1 : MnO4- + Br- → Mn2+ + Br2
Tahap 2 : MnO4- + Br- → Mn2+ + Br2

↑ ↑ ↑ ↑

+7 -2 +2 0
-5
+2
Tahap 3 : MnO4- x 2 dan Br- x 5, sehingga persamaan menjadi:
2 MnO4- + 10 Br- → 2 Mn2+ + 5 Br2
Tahap 4 : 2 MnO4- + 10 Br- → 2 Mn2+ + 5 Br2

-12
+4
Tahap 5 : di sebelah kiri lebih bermuatan negatif (-1) maka ditambahkan ion H+
sebanyak 16 buah, supaya muatannya sama dengan disebelah kanan +4.
16 H+ + 2 MnO4- + 10 Br- → 2 Mn2+ + 5 Br2
Tahap 6 : 16 H+ + 2 MnO4- + 10 Br- → 2 Mn2+ + 5 Br2 + 8 H2O
Periksa jumlah atom di ruas kiri dan kanan, jika sudah setara berarti reaksinya
betul. Karena jumlah atom di sebelah kiri dan kanan sudah sama, serta muatannya juga
sama maka persamaan akhirnya adalah:
16 H+ + 2 MnO4- + 10 Br- → 2 Mn2+ + 5 Br2 + 8 H2O
Contoh Soal :
1. Setarakan reaksi : Al + NO3- → AlO2- + NH3 (basa)
Jawab :
Oksidasi : Al → AlO2-
Al + 4OH- → AlO2- + 2H2O + 3e
Reduksi : NO3- → NH3-
NO3- + 6H2O + 8e → NH3 + 9OH-

Reaksi oksidasi dikalikan 8, dan reaksi reduksi dikalikan 3.


Oksidasi : 8Al + 32OH- → 8AlO2- + 16H2O + 24e
Reduksi : 3NO3- + 18H2O + 24e → 3NH3 + 27OH-
: 8Al + 3NO3- + 5OH- + 2H2O → 8AlO2- + 3NH3

2. Berdasarkan reaksi : H2 + Cl2 → 2HCl


Tertukan zat oksidator, zat reduktor, zat yang dioksidasi, dan zat yang di reduksi.
H2 + Cl2 → 2HCl
Zat Yang dioksidasi : H2
Zat yang direduksi : Cl2
Oksidator :Cl2
Reduktor : H2
C. REAKSI REDOKS PADA BATERAI PRIMER

Baterai primer adalah baterai yang hanya dapat digunakan sekali saja dan tidak dapat
diisi ulang. Baterai primer tidak digunakan dalam sistem PV. Baterai primer banyak dijual
di pasaran dan hrganya cukup murah, baterai primer biasanya dibuat dalam bentuk silinder
dalam 3 ukuran dengan potensial sama sebesar 1,5 volt. Sedangkan yang berbentuk kotak
dibuat dengan beberapa ukuran dengan potensial bervariasi dari 6 Volt sampai 12 volt,
dalam baterai berbentuk kotak tersebut berisi beberapa sel yang tersusun secara seri
(Parastiwi, 2018)

Macam-macam Baterai Primer:

1. Sel Kering Karbon Seng


Sel Laclanche atau sel kering terdiri atas silinder yang terbuat dari logam zink yang
berisi pasta dan terbuat dari campuran batu kawi (MnO2), NH4Cl, serbuk karbon dan
sedikit air. Logam zink berfungsi sebagai anode sedangkan katode berupa grafit yang
merupakan elektode inert yang ditempatkan di tengah-tengah pasta, sedangkan pasta itu
sendiri berfungsi sebagai oksidator. Reaksi-reaksi yang terjadi dalam sel Laclanche
sebenarnya sangat rumit, tetapi pada garis besarnya sebagai berikut :

Anoda: Zn (s) Zn2+ (aq) + 2e

Katoda: 2MnO2 (s) + 2NH4+ (aq) + 2e Mn2O3 (s) + 2NH3 (aq) + H2O (l)

Zn (s) + 2MnO2 (s) + 2NH4+ (aq) Zn2+ (aq) + Mn2O3 (s) + 2NH3 (aq) + H2O (l)

Ion Zn2+ yang terbentuk mengikat NH3 membentuk ion kompleks Zn(NH3)42+

Reaksi:

Zn2+ (aq) + 4NH3 (aq) Zn(NH3)42+ (aq)

(Jankowska, 1991).
2. Baterai Alkalin
Baterai alkalin memiliki beberapa keunggulan dibanding dengan baterai biasa
(sel Laclanche), baterai ini mampu menyediakan arus listrik yang lebih stabil dalam
waktu yang lebih lama, dengan potensial yang tetap walaupun bahan pereaksinya telah
berkurang.

Baterai alkalin memiliki kekuatan arus listrik dan beda potensial sebesar 1,5
Volt. Dalam baterai alkalin digunakan padataan KOH dan NaOH yang digunakan sebagai
pengganti NH4Cl. Penggunaan KOH/NaOH yang bersifat basa menyebabkan baterai
alkali memiliki umur lebih panjang dan menyebabkan energy yang lebih kuat dan tahan
lama (Parastiwi, 2018).

Reaksi pada baterai alkali:

Anoda Zn(-) : Zn(s) + 2OH-(aq) Zn(OH)2(s) + 2e

Katoda C(+) : 2MnO2(s) + 2H2O(l) + 2e 2MnO(OH)(s) + 2OH-(aq)

Zn(s) + 2MnO2(s) + 2H2O Zn(OH)2(s) + 2MnO(OH)(s) + 2OH-

Baterai alkalin sangat cocok digunakan untuk peralatan elektronik yang


memerlukan kestabilan arus dan tegangan, misalnya untuk walkman sistem digital, lampu
kilat pada kamera, ataupun peralatan yang lainnya.

3. Baterai Perak Oksida


Baterai perak oksida terdiri atas anoda Zn dan Ag2O sebagai katoda dan pasta KOH
sebagai elektrolit, di mana antara ruang katoda dan anoda dipisahkan oleh separator.

Reaksi pada baterai perak oksida:

Anoda: Zn(s) + 2OH-(aq) Zn(OH)2(s) + 2e

Katoda: Ag2O(s) + H2O(l) + 2e 2Ag(s) + 2OH-(aq)

Zn(s) + Ag2O(s) + H2O(l) Zn(OH)2(s) + 2Ag(s)


Baterai perak oksida biasanya dikemas dalam kemasan logam yang sangat kecil,
dan digunakan untuk peralatan elektronik portable dan kecil seperti jam tangan quartz,
kalkulator, dan lainnya. Masa pakai baterai perak oksida dapat mencapai 1 tahun, hal ini
karena penyediaan bahan pereaksi dalam baterai yang cukup dan juga efisiensi peralatan
yang tinggi dalam penggunaan arus listrik (Parastiwi, 2018).

4. Baterai Merkuri Oksida


Sel merkuri atau baterai kancing jenis Ruben Mallory telah dilarang
penggunaannya dan ditarik dari peredaran karena bahaya logam berat merkuri yang
terkandung di dalamnya. Baterai merkuri terdiri atas Zn sebagai anoda dan HgO sebagai
katoda. Kedua elektroda tersebut berupa serbuk padat, dan kedua elektroda diisi dengan
bahan penyerap yang mengandung elektrolit Kalium Hidroksida (Basa, alkalin).

Reaksi pada baterai merkuri oksida:

Anoda: Zn(s) + 2OH-(aq) ZnO(s) + H2O(l) + 2e

Katoda: HgO(s) + H2O(l) + 2e Hg(l) + 2OH-(aq)

Zn(s) + HgO(s) ZnO(s) + Hg(l)

Potensial sel yang dihasilkan oleh baterai merkuri oksida adalah 1,35 Volt, baterai
ini digunakan sebagai sumber arus pada alat-alat elektronik yang kecil.

D. REAKSI REDOKS PADA BATERAI SEKUNDER


a. Pengertian Baterai Sekunder (Baterai Isi Ulang/Rechargeable)
Baterai Sekunder adalah jenis baterai yang dapat di isi ulang atau Rechargeable
Battery. Pada prinsipnya, cara Baterai Sekunder menghasilkan arus listrik adalah sama
dengan Baterai Primer. Hanya saja, Reaksi Kimia pada Baterai Sekunder ini dapat
berbalik (Reversible). Pada saat Baterai digunakan dengan menghubungkan beban pada
terminal Baterai (discharge), Elektron akan mengalir dari Negatif ke Positif. Sedangkan
pada saat Sumber Energi Luar (Charger) dihubungkan ke Baterai Sekunder, elektron akan
mengalir dari Positif ke Negatif sehingga terjadi pengisian muatan pada baterai(Winter,
2004). Jenis-jenis Baterai yang dapat di isi ulang (rechargeable Battery) yang sering kita
temukan antara lain seperti Baterai Ni-cd (Nickel-Cadmium), Ni-MH (Nickel-Metal
Hydride) dan Li-Ion (Lithium-Ion).

b. Jenis-jenis Baterai yang tergolong dalam Kategori Baterai Sekunder (Baterai Isi
Ulang) diantaranya adalah :
1. Baterai Ni-Cd (Nickel-Cadmium)

Baterai Ni-Cd (NIcket-Cadmium) adalah jenis baterai sekunder (isi ulang)


yang menggunakan Nickel Oxide Hydroxide dan Metallic Cadmium sebagai bahan
Elektrolitnya. Baterai Ni-Cd memiliki kemampuan beroperasi dalam jangkauan suhu
yang luas dan siklus daya tahan yang lama. Di satu sisi, Baterai Ni-Cd akan
melakukan discharge sendiri (self discharge) sekitar 30% per bulan saat tidak
digunakan. Baterai Ni-Cd juga mengandung 15% Tosik/racun yaitu bahan
Carcinogenic Cadmium yang dapat membahayakan kesehatan manusia dan
Lingkungan Hidup. Saat ini, Penggunaan dan penjualan Baterai Ni-Cd (Nickel-
Cadmiun) dalam perangkat Portabel Konsumen telah dilarang oleh EU (European
Union) berdasarkan peraturan “Directive 2006/66/EC” atau dikenal dengan “Battery
Directive”.

2. Baterai Ni-MH (Nickel-Metal Hydride)

Baterai Ni-MH (Nickel-Metal Hydride) memiliki keunggulan yang hampir


sama dengan Ni-Cd, tetapi baterai Ni-MH mempunyai kapasitas 30% lebih tinggi
dibandingkan dengan Baterai Ni-Cd serta tidak memiliki zat berbahaya Cadmium
yang dapat merusak lingkungan dan kesehatan manusia. Baterai Ni-MH dapat diisi
ulang hingga ratusan kali sehingga dapat menghemat biaya dalam pembelian baterai.
Baterai Ni-MH memiliki Self-discharge sekitar 40% setiap bulan jika tidak
digunakan. Saat ini Baterai Ni-MH banyak digunakan dalam Kamera dan Radio
Komunikasi. Meskipun tidak memiliki zat berbahaya Cadmium, Baterai Ni-MH tetap
mengandung sedikit zat berbahaya yang dapat merusak kesehatan manusia dan
Lingkungan hidup, sehingga perlu dilakukan daur ulang (recycle) dan tidak boleh
dibuang di sembarang tempat.

3. Baterai Li-Ion (Lithium-Ion)

Baterai jenis Li-Ion (Lithium-Ion) merupakan jenis Baterai yang paling


banyak digunakan pada peralatan Elektronika portabel seperti Digital Kamera,
Handphone, Video Kamera ataupun Laptop. Baterai Li-Ion memiliki daya tahan
siklus yang tinggi dan juga lebih ringan sekitar 30% serta menyediakan kapasitas
yang lebih tinggi sekitar 30% jika dibandingkan dengan Baterai Ni-MH. Lithium ion
tidak memiliki definisi kimia yang unik seperti asam timbal, nikel metal hidrida atau
Baterai Nickel Cadmium. Sebuah sel lithium ion memiliki tiga utama komponen:
elektroda positif (katoda), elektroda negatif (anoda) dan separator. Di setiap sel
memiliki kelebihan dan kekurangan. Di satu sisi, berbagai bahan katoda dan anoda
memberikan fleksibilitas untuk merancang baterai untuk kebutuhan aplikasi yang
spesifik, namun di sisi lain dalam jumlah yang besar, kemungkinan menimbulkan
kebingungan pada reaksi kimia tertentu yang dikembangkan dan berhasil diuji di
lapangan(Whittingham, 1976).

Skema dasar baterai (menggunakan elektrolit Li-ion) ditunjukkan pada


Gambar (2.1) dua elektroda dipisahkan oleh elektronik isolasi dan ionically
melakukan elektrolit, saat sedang terhubung dengan sebuah sirkuit eksternal yang
mengalir elektron. elektrolit biasanya larutan garam. Jika elektrolit tidak elektronik
isolasi, elektron akan diangkut melalui elektrolit bukan melalui sirkuit eksternal, dan
baterai akan hubung pendek, sehingga menimbulkan kerugian kapasitas. Namun
demikian, banyak elektrolit memiliki beberapa konduksi elektronik dan meskipun itu
rendah, masih ada. Sementara konduksi ini tidak cukup untuk baterai sirkuit pendek
dan rate yang cepat, hal itu akan menyebabkan lambat self-discharge dari waktu ke
waktu, sehingga dalam waktu penyimpanan yang terbatas dari baterai (Winter,
2004).
Gambar 2.1. Skema baterai Lithium ion yang sederhana

Gambar (2.1) menampilkan skema yang sangat sederhana dari baterai. Namun, ada
beberapa komponen yang lebih diperlukan untuk sebagian besar baterai agar berfungsi
praktis. Skema dari baterai bekerja lebih sering terlihat seperti pada Gambar (2.2)
elektroda harus dipisahkan secara mekanis, jika baterai akan pendek sirkuit dan bisa
hancur. elektrolit cair lebih disukai karena konduktivitas ionikyang tinggi, tetapi cairan
elektrolit memiliki stabilitas mekanik yang kurang untuk mencegah kontak antara
elektroda. Solusi untuk ini telah menjadi pemisah, sering kali polimer atau gelas berpori
serat direndam dengan cairan elektrolit untuk mengabungkan pemisahan fisik dan
konduktifitas ionik. Bahan aktif itu sendiri sering disebut dengan konduktor elektronik
rendah, dan oleh karena itu elektroda dibuat sebagai komposit dengan bahan aditif untuk
meningkatkan konduktivitasnya. Saat current collector memberikan kontak yang baik
antara elektroda dan sirkuit eksternal (Winter, 2004).

Gambar 2.2. Skema lengkap baterai Lithium ion


Menunjukan bahwa baterai yang mengandung air hanya memiliki jendela
potensial yang stabil antara -0.83V dan 1.229 V tanpa menghasilkan gas hidrogen
atau oksigen. Kebanyakan baterai Li-ion komersial memiliki potensial bekerjanya
dibawah -0.83 V, dan oleh karena itu yang terpenting untuk memastikan agar
menghilangkan semua air saat pembuatan baterai Li-ion jika ada semburan gas
beracun itu harus dihindari.
Sejak diproduksi tahun 1991, lithium-ion baterai tidak mengalami perubahan
signifikan pada sifat kerja baterai ini. Ada 3 elemen yang berperan dalam
proses discharge dan recharge yaitu: elektroda positif yang mengandung LiCoO2,
elektroda negatif yang terbuat dari karbon grafit (C6), dan separator yang terbuat dari
lapisan tipis plastik yang dapat dilalui oleh ion-ion. Pada proses discharge atau saat
kita memakai baterai, Li+ ion bergerak dari negatif ke positif melalui separator,
sehingga elektron bergerak dengan arah yang sama. Aliran elektron inilah yang
menghasilkan energi listrik.

Anodanya adalah Li dalam grafit, sementara katodanya adalah oksida logam


transisi (seperti CoO2). Elektrolit yang digunakan adalah pelarut organik dan
sejumlah garam organik.

Prinsip Kerja Baterai Lithium Ion


Pada Tabel (Gambar) dibawah ini, memperlihatkan perbandingan dari 3 jenis baterai
yang menjadi perhatian saat ini. Yaitu, Fuel cells, Baterai Nikel-metal
hydride dan Baterai Lithium- 6 ion. Terlihat pada tabel tersebut, jika ketiga jenis
baterai sama-sama memanfaatkan reaksi redoks (reduksi dan oksidasi) pada kedua
elektroda untuk menghasilkan listrik.

Fuel cells memanfaatkan reaksi antara hydrogen dan oksigen untuk menghasilkan
listrik. Voltase yang dihasilkan, secara teoritis 1.23 V, namun pada kenyataannya
hanya menghasilkan dibawah 1.0 V. Sedangkan baterai nikel-metal hydride,
menggunakan material penyimpan hydrogen sebagai anoda, dan nikel hidroksida
sebagai katoda. Baterai ini mampu menghasilkan 1.32 V.

Cobalihat dan dibandingakan antara ketiga tabel dibawah ini

Fuel Cells
Baterai Nikel-Metal Hydride

Baterai Lithium Ion

Diantara ketiga jenis baterai, baterai lithium-ion lah yang menghasilkan voltase
tertinggi, 2 kali lipat dari yang dihasilkan baterai nickel-metal hydride. Baterai
lithium menggunakan komposit berstruktur layer, Litium Cobalt
Oxide (LiCoO2), sebagai katoda, dan material karbon (dimana lithium disisipkan
diantara lapisan karbon) sebagai anoda.

Cara Kerja :

1. Pada saat digunakan berkerja sebagai sel volta

Lithium akan mengantarkan elektron dari anoda menuju alat yang


membutuhkan elektron seperti kapasitor dan processor di handphone atau
laptop kemudian berakhir di katoda. Sedangkan proton dari katoda masuk
menembus separator diantara anoda dan katoda (proses interkalasi). Proses ini
berlangsung terus menerus hingga kapasitas penggunaan baterai habis
(ditunjukkan dengan garis atau persentase kapasitas baterai di layar handphone
atau laptop).

2. Pada saat di-charge dia bekerja sebagai elektrolisis

Sedangkan bila baterai diisi ulang atau recharge maka elektron akan kembali
dari katoda ke anoda melalui alat pengisi ulang (charger) dan dengan dibantu
arus yang masuk dari charger, proton akan kembali menuju katoda. Sehingga
kondisi kembali menjadi seperti semula.
Reaksinya :

a) Discharging (pemakaian) :

Elektroda positif ( + ) : Li1-x CoO2 + xLi + xe– → LiCoO2

Elektroda negatif (–) : CnLi → Cn + xLi + xe–

Reaksi keseluruhan : Li1-xCoO2 + CnLiX → LiCoO2 +Cn E sel =


3.70V

b) Sebaliknya Charging (pengiisian ulang) :

Elektroda positif ( + ) : LiCoO2 → Li1-x CoO2 + xLi + xe–

Elektroda negatif (–) : Cn + xLi + xe– → CnLi

+ Reaksi keseluruhan : LiCoO2 +Cn → Li1-xCoO2 + CnLiX


Dimana x menyatakan jumlah ion litium yang berpindah dari LiCoO2 ke grafit.
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa baterai Li-ion terbagi atas
dua tipe, yaitu Mangan (Mn) dan Kobalt (Co).

Untuk tipe mangan, sel terdiri dari anode Li1-xMn2O4 dan katode grafit.
Elektrolitnya adalah garam Li yang larut dalam pelarut organik.

Reaksinya : Li1-xMn2O4 + CnLiX ↔ LiMn2O4 + Cn voltase : 3.50V

Untuk tipe kobalt, sel terdiri dari anode Li1-xCoO2 dan katode grafit.
Elektrolitnya adalah garam Li yang larut dalam pelarut organik.

Reaksinya : Li1-xCoO2 + CnLiX ↔ LiCoO2 +Cn voltase :


3.70V dimana x menyatakan jumlah ion litium yang berpindah dari LiCoO2 ke
grafit.
Latihan Soal dan Jawaban :

1. Apa kelebihan dari pemakain baterai sekunder ?


Jawab :
1). Beratnya yang relatif lebih ringan dibanding baterai nikel-kadmium. 2).
Mampu menyimpan daya lebih banyak hingga 20% sebelum diisi ulang (re-
charge). 3). Lithium ion tidak memiliki efek memori artinya tidak perlu
menunggu sampai habis kapasitas penggunaannya untuk diisi ulang artinya
walau kapasitasnya masih 50% bisa langsung diisi ulang bandingkan dengan
baterai nikel-kadmium yang boleh diisi ulang jika kapasitasnya sudah habis. 4).
Lithium ion bisa didaur ulang jika telah rusak atau habis masa pakainya.

2. Apa kekurangan dari pemakaian baterai sekunder ?


Jawab :
1). Memiliki masa pakai relatif terbatas yaitu sekitar 2-3 tahun setelah pembuatan
baterai supaya mendapatkan kinerja yang optimal. 2). Sensitif terhadap suhu
jadi jika terlalu panas mudah sekali meledak termasuk kasus meledaknya
baterai ketika diisi ulang (re-charge). 3). Mudah rusak apabila kita sering
mengisi ulang hingga menunggu habis kapasitas penggunaannya.

3. Jelaskan secara singkat proses penghasilan listrik pada baterai litium-ion


Jawab :
Jika anoda dan katoda dihubungkan, maka elektron mengalir dari anoda
menuju katoda, bersamaan dengan itu listrik pun mengalir. Pada bagian dalam
baterai, terjadi proses pelepasan ion litium pada anoda, untuk kemudian ion
tersebut berpindah menuju katoda melalui elektrolit. Dan di katoda, bilangan
oksidasi kobalt berubah dari 4 menjadi 3, karena masuknya elektron dan ion
litium dari anoda. Sedangkan proses pengisian ulang, berkebalikan dengan
proses ini.
4. Bagaimana reaksi litium ionpada saat proses pemakaian?
Jawab :
Discharging (pemakaian) :

Elektroda positif ( + ) : Li1-x CoO2 + xLi + xe– → LiCoO2

Elektroda negatif (–) : CnLi → Cn + xLi + xe–

Reaksi keseluruhan : Li1-xCoO2 + CnLiX → LiCoO2 +Cn E sel = 3.70V

5. Sebutkan 3 elemen yang berperan dalam proses discharge dan recharge

Jawab :

elektroda positif yang mengandung LiCoO2, elektroda negatif yang terbuat dari
karbon grafit (C6), dan separator yang terbuat dari lapisan tipis plastik yang dapat
dilalui oleh ion-ion.
Daftar Pustaka :

Jankowska, H. Swiatkowski, A. dan Choma, J. 1991. Active Carbon. London: Horwood.

Parastiwi, Andriani. 2018. Baterai. Malang: Polinema Press, Politeknik Negeri Malang.

Whittingham. (1976). Electrical Energy Storage and Intercalation. vol. 192, no. 4244, pp. 1126-
1127.

Winter, M. B. (2004). What Are Batteries, Fuel Cell, and Supercapacito. Chemical Reviews,
104, 4245-4269.

Anda mungkin juga menyukai