Anda di halaman 1dari 43

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Gambaran Umum Penyakit


1. Diabetes Melitus
a. Definisi DM
Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin
atau kedua-duanya (Henderina, 2010). Menurut PERKENI (2011) seseorang dapat
didiagnosa diabetes melitus apabila mempunyai gejala klasik diabetes melitus seperti
poliuria, polidipsia dan polifagia disertai dengan kadar gula darah sewaktu ≥200 mg/dl
dan gula darah puasa ≥126 mg/dl.

b. Manifestasi Klinis
Beberapa gejala umum yang dapat ditimbulkan oleh penyakit Diabetes Mellitus
diantaranya :

1) Pengeluaran urin (Poliuria)

Poliuria adalah keadaan dimana volume air kemih dalam 24 jam meningkat
melebihi batas normal. Poliuria timbul sebagai gejala DM dikarenakan kadar gula
dalam tubuh relatif tinggi sehingga tubuh tidak sanggup untuk mengurainya dan
berusaha untuk mengeluarkannya melalui urin. Gejala pengeluaran urin ini lebih
sering terjadi pada malam hari dan urin yang dikeluarkan mengandung glukosa
(PERKENI, 2011).

1
2

2) Timbul rasa haus (Polidipsia)

Polidipsia adalah rasa haus berlebihan yang timbul karena kadar glukosa
terbawa oleh urin sehingga tubuh merespon untuk meningkatkan asupan
cairan (Subekti, 2009).

3) Timbul rasa lapar (Polifagia)

Pasien DM akan merasa cepat lapar dan lemas, hal tersebut disebabkan
karena glukosa dalam tubuh semakin habis sedangkan kadar glukosa dalam
darah cukup tinggi (PERKENI, 2011).

4) Penyusutan berat badan

Penyusutan berat badan pada pasien DM disebabkan karena tubuh


terpaksa mengambil dan membakar lemak sebagai cadangan energi (Subekti,
2009).

c. . Klasifikasi DM

1) Diabetes tipe 1

Diabetes tipe 1 biasanya terjadi pada remaja atau anak, dan terjadi
karena kerusakan sel β (beta) (WHO, 2014). Canadian Diabetes Association
(CDA) 2013 juga menambahkan bahwa rusaknya sel β pankreas diduga
karena proses autoimun, namun hal ini juga tidak diketahui secara pasti.
Diabetes tipe 1 rentan terhadap ketoasidosis, memiliki insidensi lebih sedikit
dibandingkan diabetes tipe 2, akan meningkat setiap tahun baik di negara
maju maupun di negara berkembang (IDF, 2014).

2) Diabetes tipe 2

Diabetes tipe 2 biasanya terjadi pada usia dewasa (WHO, 2014).


Seringkali diabetes tipe 2 didiagnosis beberapa tahun setelah onset, yaitu
setelah komplikasi muncul sehingga tinggi insidensinya sekitar 90% dari
penderita DM di seluruh dunia dan sebagian besar merupakan akibat dari
memburuknya faktor risiko seperti kelebihan berat badan dan kurangnya
aktivitas fisik (WHO, 2014).

2
3

3) Diabetes gestational

Gestational diabetes mellitus (GDM) adalah diabetes yang didiagnosis


selama kehamilan (ADA, 2014) dengan ditandai dengan hiperglikemia (kadar
glukosa darah di atas normal) (CDA, 2013 dan WHO, 2014). Wanita dengan
diabetes gestational memiliki peningkatan risiko komplikasi selama kehamilan
dan saat melahirkan, serta memiliki risiko diabetes tipe 2 yang lebih tinggi di
masa depan (IDF, 2014).

4) Tipe diabetes lainnya

Diabetes melitus tipe khusus merupakan diabetes yang terjadi karena


adanya kerusakan pada pankreas yang memproduksi insulin dan mutasi gen serta
mengganggu sel beta pankreas, sehingga mengakibatkan kegagalan dalam
menghasilkan insulin secara teratur sesuai dengan kebutuhan tubuh. Sindrom
hormonal yang dapat mengganggu sekresi dan menghambat kerja insulin yaitu
sindrom chusing, akromegali dan sindrom genetik (ADA, 2015).

d. Komplikasi DM

Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang dapat menimbulkan


berbagai macam komplikasi, antara lain :

1) Komplikasi metabolik akut

Kompikasi metabolik akut pada penyakit diabetes melitus terdapat tiga


macam yang berhubungan dengan gangguan keseimbangan kadar glukosa darah
jangka pendek, diantaranya:

a) Hipoglikemia

Hipoglikemia (kekurangan glukosa dalam darah) timbul sebagai


komplikasi diabetes yang disebabkan karena pengobatan yang kurang tepat
(Smeltzer & Bare, 2008).

b) Ketoasidosis diabetik

Ketoasidosis diabetik (KAD) disebabkan karena kelebihan kadar


glukosa dalam darah sedangkan kadar insulin dalam tubuh sangat menurun

3
4

sehingga mengakibatkan kekacauan metabolik yang ditandai oleh trias


hiperglikemia, asidosis dan ketosis (Soewondo, 2006).

c) Sindrom HHNK

Sindrom HHNK (koma hiperglikemia hiperosmoler nonketotik)


Sindrom HHNK adalah komplikasi diabetes melitus yang ditandai dengan
hiperglikemia berat dengan kadar glukosa serum lebih dari 600 mg/dl
(Price & Wilson, 2006).

e. Faktor Risiko DM

1) Faktor risiko yang dapat diubah

a) Gaya hidup

Gaya hidup merupakan perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam


aktivitas sehari-hari. Makanan cepat saji, olahraga tidak teratur dan
minuman bersoda adalah salah satu gaya hidup yang dapat memicu
terjadinya DM tipe 2 (ADA,

2009).

b) Diet yang tidak sehat

Perilaku diet yang tidak sehat yaitu kurang olahraga, menekan nafsu
makan, sering mengkonsumsi makan siap saji (Abdurrahman, 2014).

c) Obesitas

Obesitas merupakan salah satu faktor risiko utama untuk terjadinya


penyakit DM. Menurut Kariadi (2009) dalam Fathmi (2012), obesitas
dapat membuat sel tidak sensitif terhadap insulin (resisten insulin).
Semakin banyak jaringan lemak pada tubuh, maka tubuh semakin resisten
terhadap kerja insulin, terutama bila lemak tubuh terkumpul didaerah
sentral atau perut (central obesity).

4
5

f. Penatalaksanaan diet diabetes


Pengendalian faktor-faktor tersebut memerlukan perencanaan diet, terapi
farmakologi, dan pemeriksaan rutin (Mahan et al, 2013). Aktifitas fisik berupa
olahraga yang direkomendasikan ADA adalah 150 menit/minggu dengan
frekuensi 2-3 kali/minggu latihan sedang hingga berat. Aktifitas fisik yang teratur
akan memberi pengaruh positif pada kontrol glikemik, komposisi tubuh, tekanan
darah, profil lipid, sensitivitas insulin, serta menurunkan risiko komplikasi
makrovaskular dan mikrovaskular.
Dalam perencanaan diet penderita diabetes melitus tipe 2 harus
memperhatikan makronutrien berupa karbohidrat, protein, lemak serta beberapa
mikronutrien seperti vitamin B, C, D, dan E, kromium, mangan, zink, magnesium,
dan vanadium. Asupan karbohidrat pada penderita diabetes tetap sesuai dengan
kecukupan sehari yaitu 50-60% namun harus memperhatikan pemilihan sumber
karbohidrat seperti rendah indeks glikemik serta jenis karbohidrat kompleks.
Asupan protein tetap sesuai dengan kebutuhan sehari (15-20%) yang dibutuhkan
untuk meningkatkan respon insulin tanpa meningkatkan kadar gula darah. Asupan
lemak tetap diperbolehkan jumlah 25-35% dengan asupan lemak jenuh <7%,
lemak tidak jenuh ganda 10%, serta asupan monounsaturated fat 20%.
Penderita diabetes diharapkan meningkatkan asupan lemak tidak jenuh
sehingga profil lipid dapat terkontrol. Asupan serat yang cukup juga dapat
memperbaiki profil lipid serta meningkatkan kontrol glikemik. Beberapa macam
mikronutrien yang diberikan dalam bentuk suplemen atau asupan makan yang
cukup dapat mempengaruhi kontrol glikemik menjadi lebih baik serta beberapa
jenis mikronutrien seperti vitamin dan zink dapat berperan antioksidan sehingga
dapat menurunkan risiko terjadinya komplikasi makrovaskular maupun
mikrovaskular. Suplemen mikronutrien tersebut juga dibutuhkan penderita
diabetes karena umumnya penderita diabetes kekurangan zat mikronutrien yang
larut dalam urin.
Diabetes mellitus merupakan the silent killer karena penyakit ini dapat
mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan.
Keluhan yang akan ditimbulkan antara lain gangguan penglihatan mata, katarak,
penyakit jantung, sakit ginjal, impotensi seksual, luka sulit sembuh dan
membusuk atau gangren, infeksi paru, gangguan pembuluh darah, stroke dan
sebagainya (Trisnawati, 2013). Penyakit ini jika dibiarkan tidak terkendali dapat
5
6

menyebabkan komplikasi metabolik akut maupun komplikasi vaskuler jangka


panjang yaitu mikroangiopati dan makroangiopati (Rini, 2008 dalam MA, 2014).
Diabetes Melitus memiliki berbagai macam komplikasi kronik dan yang
paling sering dijumpai adalah kaki diabetik (diabetic foot). Ulkus diabetikum
adalah salah satu bentuk komplikasi kronis diabetes melitus berupa luka terbuka
pada permukaan kulit yang dapat disertai adanya kematian jaringan setempat.
Ulkus diakibatkan komplikasi makroangiopati sehingga terjadi vaskuler
insusifiensi dan neuropati, yang lebih lanjut terdapat luka pada penderita yang
sering tidak dirasakan dan dapat berkembang menjadi infeksi disebabkan oleh
bakteri aerob maupun anaerob (Hidayah, 2012). Terdapat beberapa tanda dan
gejala ulkus diabetes seperti sering kesemutan, nyeri kaki saat istirahat, sensasi
rasa berkurang, kerusakan jaringan (nekrosis), penurunan denyut nadi arteri
dorsalis pedis, tibialis, poplitea, kaki menjadi atrofi, dingin, kuku menebal dan
kulit kering. Terdapat 5 tingkatan atau grade ulkus diabetikum berdasarkan
Wagner-Meggitt, yaitu :

Grade 0 : mulai adanya perubahan bentuk kaki namun belum terdapat


ulkus yang terasa sakit dan berisiko mengalami ulkus
Grade 1 : terdapat ulkus yang tidak dalam (superficial) lokal
Grade 2 : ulkus dalam yang sudah mencapai tendon, sendi, dan tulang
Grade 3 : ulkus yang disertai abses atau osteomyelitis
Grade 4 : ulkus dengan sebagian telapak kaki mengalami gangrene.
Grade 5 : ulkus dengan gangrene meluas di seluruh kaki.

6
7

2. Anemia
a. Definisi Anemia
Anemia adalah keadaan berkurangnya jumlah eritrosit atau hemoglobin (protein
pembawa O2) dari nilai normal dalam darah sehingga tidak dapat memenuhi
fungsinya untuk membawa O2 dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer
sehingga pengiriman O2 ke jaringan menurun. Secara fisiologi, harga normal
hemoglobin bervariasi tergantung umur, jenis kelamin, kehamilan, dan ketinggian
tempat tinggal. Oleh karena itu, perlu ditentukan batasan kadar hemoglobin pada
anemia.
Tabel 1.1 Batasan kadar hemoglobin anemia berdasarkan usia
KELOMPOK UMUR HEMOGLOBIN
( gr/dl )
6 bulan – 6 tahun <11
Anak
6 tahun – 14 tahun <12

Wanita dewasa <12


Laki-laki dewasa <13
Dewasa
Ibu hamil <11
Sumber:WHO, 2001

b. Etimologi

Anemia dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :

1) Gangguan pembentukan eritrosit.


2) Gangguan pembentukan eritrosit terjadi apabila terdapat defisiensi substansi
tertentu seperti mineral (besi, tembaga), vitamin (B12, asam folat), asam
amino, serta gangguan pada sumsum tulang.

3) Perdarahan
Perdarahan baik akut maupun kronis mengakibatkan penurunan total sel
darah merah dalam sirkulasi.

4) Hemolisis
Hemolisis adalah proses penghancuran eritrosit.

7
8

c. Klasifikasi
Berdasarkan gambaran morfologik, anemia diklasifikasikan menjadi tiga
jenis anemia:
1) Anemia normositik normokrom.
Anemia normositik normokrom disebabkan oleh karena perdarahan akut,
hemolisis, dan penyakit-penyakit infiltratif metastatik pada sumsum tulang.
Terjadi penurunan jumlah eritrosit tidak disertai dengan perubahan
konsentrasi hemoglobin (Indeks eritrosit normal pada anak: MCV 73 – 101
fl, MCH 23 – 31 pg , MCHC 26 – 35 %), bentuk dan
ukuran eritrosit.

2) Anemia makrositik hiperkrom


Anemia dengan ukuran eritrosit yang lebih besar dari normal dan hiperkrom
karena konsentrasi hemoglobinnya lebih dari normal.
(Indeks eritrosit pada anak MCV > 73 fl, MCH = > 31 pg, MCHC = > 35
%). Ditemukan pada anemia megaloblastik (defisiensi vitamin B12, asam
folat), serta anemia makrositik non-megaloblastik (penyakit hati, dan
myelodisplasia)
3) Anemia mikrositik hipokrom
Anemia dengan ukuran eritrosit yang lebih kecil dari normal dan
mengandung konsentrasi hemoglobin yang kurang dari normal. (Indeks
eritrosit : MCV < 73 fl, MCH < 23 pg, MCHC 26 - 35 %).
Penyebab anemia mikrositik hipokrom:

1) Berkurangnya zat besi: Anemia Defisiensi Besi.


2) Berkurangnya sintesis globin: Thalasemia dan
Hemoglobinopati.
3) Berkurangnya sintesis heme: Anemia Sideroblastik.

8
9

B. Terapi Diet
Terapi diet yang diberikan adalah Diet DM 1900 kkal bentuk makanan yang
diberikan berupa bubur, dengan rute pemberian secara oral dan frekuensi makan 3 kali
makan utama dan 3 kali selingan.’
1. Tujuan Diet
- Mempertahankan kadar glukosa darah supaya tetap normal dengan
menyeimbangkan asupan makanan dengan insulin (endogenous atau
exogenous)
- Memberi cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai berat
badan menjadi normal.
- Memberikan makanan yang seimbang sesuai dengan keadaan penyakit
serta daya terima pasien
- Memenuhi kebutuhan kalori, protein, Karbohidrat, Vitamin dan Mineral
yang seimbang untuk mencegah terjadinya malnutrisi.
- Mencegah terjadinya infeksi dan komplikasi lebih lanjut.
2. Prinsip Diet
- Energi Cukup
- Protein Tinggi
- Lemak Sedang
- Karbohidrat Cukup
- Natrium Cukup
- Serat Cukup
3. Syarat Diet
- Energi cukup, yaitu sebesar 1970 kkal
- Protein tinggi untuk mempercepat penyembuhan sel sel yang rusak
akibat gangrene yaitu sebesar 20% dari total kebutuhan energi total.
- Lemak normal, yaitu 20 % dari kebutuhan energi total
- Karbohidrat Cukup, yaitu 55% dari kebutuhan energi total.
- Natrium diberikan sesuai kebutuhan
- Membatasi konsumsi karbohidrat sederhana.

9
10

BAB II

ASSESMENT

A. Anamnesis
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. A.R

Umur : 53 thn

Jenis kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Wirausaha

Pendidikan : SMP

RMK : 1-19-26-XX

Ruang : PDP Bed 18

Tanggal masuk : 11/03/2019

Tanggal kasus : 12 /03/2019

Alamat : Daerah Hulu Sungai

Diagnosa Medis : Ulkus Diabetikum Wagner Grade III + Hyponatremia


+ Anemia

10
11

2. Riwayat Penyakit
Tabel 2.1 Riwayat Penyakit
Keluhan utama Luka dikaki kanan akibat tertusuk, mual dan
muntah, kaki kesemutan, pusing
Riwayat penyakit sekarang Ulkus Diabetikum Wagner Grade III +
Hyponatremia + Anemia
Riwayat penyakit dahulu Tidak Ada
Riwayat penyakit keluarga Tidak Ada

3. Riwayat Gizi
Tabel 2.2 Riwayat Gizi
Data sosial ekonomi Penghasilan : pasien bekerja serabutan dan tidak
memiliki penghasilan tetap.
Status ekonomi : menengah bawah
Jumlah anggota keluarga : 6 orang
Suku : Banjar
Aktivitas fisik Jumlah jam kerja : -
Jumlah jam tidur sehari : 7 jam
Tidak ada aktivitas olahraga
Alergi makanan Tidak ada alergi makanan
Pantanga makanan Tidak ada pantangan makanan.

Masalah gastrointestinal Tidak ada masalah pada gastrointestinal


Penyakit kronik Jenis penyakit : Ulkus Diabetikum Wagner
Grade III + Hyponatremia + Anemia
Terapi diet : diberikan diet DM dengan jenis
makanan berupa bubur nasi.
Kesehatan mulut Mengalami kesulitan menelan, gigi lengkap
Suplemen/ vitamin Tidak ada.
Perubahan berat badan Ada terjadi penurunan berat badan sejak ± 6
bulan yang lalu sebanyak ± 10 kg sejak
menimbang badan terakhir kali.

11
12

Riwayat/pola makan Pola Makan


- Pasien tidak suka makan sayuran sejak
masuk rumah sakit dan dirawat dirumah
sakit
- Frekuensi makan 3 kali dalam sehari
- Pasien jarang mengkonsumsi buah, hanya
sejak masuk rumah sakit pasien mulai
mengkonsumsi buah
- Pasien jarang mengkonsumsi kopi dan
teh.
- Pasien suka megkonsumsi susu manis
sachet tiap pagi
- Pasien tidak suka makan pisang selain
pisang ambon
- Setiap kali konsumsi makanan pokok
yaitu nasi sebanyak 2 centong(200 gr)
- Konsumsi lauk hewani 1 potong sedang
(75 gr)
Asupan Zat Gizi Berdasarkan Recall 24 Jam
 Energi sebesar 984 kkal
 Protein sebesar 61 gram
 Lemak sebesar 49 gram
 Karbohidrat sebesar 77 gram
Asupan Zat Gizi Berdasarkan Angka
Kebutuhan Gizi
 Energi sebesar 1900 kkal
 Protein sebesar 57 gram
 Lemak sebesar 53 gram
 Karbohidrat sebesar 285 gram
Intake Asupan Zat Gizi
 Energi sebesar 49 % (defisit berat)
 Protein sebesar 86 % (normal)
 Lemak sebesar 71 % (defisit ringan)

12
13

 Karbohidrat sebesar 38 % (defisit berat)


Kategori Intake Asupan Zat Gizi (Depkes RI
1996)
>120% Diatas Kebutuhan
90 – 119% Normal
89 – 89 % Defisit ringan
70 – 79% Defisit sedang
<70% Defisit berat
Riwayat nutrisi dahulu Sebelum di diagnosis dengan penyakit DM
pasien menyukai makanan-makanan yang
digoreng, ditumis maupun yang berkuah.
Riwayat nutrisi sekarang Pasien menghindari makan pisang selain pisang
ambon karena pasien merasa dada panas dan
sesak bila memakan pisang selain pisang ambon.
Hasil asupan recall 24 Jam :
Energi : 984 kkal
Protein : 61 gr
Lemak : 49 gr
Karbohidrat : 77 gr

B. Antropometri
a. Perhitungan status gizi berdasarkan LILA : 23,5 cm
LILA Aktual
Persentile = X 100%
LILA persentile
23,5
Persentile = X 100%
32,2
Status Gizi = 72 ,9 % => Gizi Kurang

b. Perhitungan Estimasi Tinggi Badan menggunakan ULNA


64,605 + (3,8089 x Panjang Ulna (cm)
= 64,605 + 97,12
= 161,7 cm

13
14

c. Perhitungan Berat Badan Estimasi menggunakan LILA


= (2,592 x nilai individu LILA) – 12,902
= 60,912 – 23,5
= 60,912 – 12,902
= 48 kg

Tabel 2.3 Kategori Status Gizi Berdasarkan Persentile LILA


Kategori
Gizi Baik ≥ 85%
Gizi Kurang ≥ 70 - ≤ 85 %
Gizi Buruk < 70 %
Sumber: WHO
Kesimpulan :
Berdasarkan data antropometri diatas pada hasil pengukuran LILA didapat hasil 23,5, cm
dengan persentase status gizi sebesar 72,9 % dan termasuk kedalam kategori gizi kurang,
TB Estimasi 162,7 cm dan BB Estimasi 48 kg.
Pembahasan :
Pasien dalam keadaan tirah baring dan tidak dapat berdiri, sehingga peengukuran
antropometri dilakukan secara tidak langsung yaitu menggunakan pita LILA untuk
mengetahui status gizi pasien, estimasi berat badan pasien, dan Metlin untuk mengukur
panjang ULNA. Setelah pengukuran didapat hasil LILA yaitu 23,5 cm dengan presentase
status gizi sebesar 72,9% dan termasuk kedalam kategori gizi kurang berdasarkan kategori
WHO, panjang ULNA 25,5 cm dengan hasil perhitungan estimasi tinggi badan 161,7 cm
dan estimasi berat badan 48 kg. Status gizi kurang yang dialami pasien disebabkan karena
intake asupan makan pasien yang kurang dan pasien mengalami kesulitan menelan, pasien
DM juga cenderung mengalami penyusutan berat badan dikarenakan tubuh terpaksa
mengambi dan membakar lemak dalam tubuh sebagai cadangan energi, sedangkan tubuh
tidak mendapat asupan yang cukup.

14
15

C. Pemeriksaan Biokimia
Tabel 2.4 Pemeriksaan Biokimia
Pemeriksaan
Nilai Rujukan Hasil Kategori
11 Maret 2019
Hemoglobin 14,0 – 18,0 g/dl 9,7 g/dl Rendah

Glukosa Darah Sewaktu <200 mg/dl 387 mg/dl Tinggi

Natrium 136 – 145 MeqL 128 MeqL Rendah

Gula Darah 2 Jam PP <140.00 mg/dl 123 Normal

Albumin 3.5 – 5.2 1.7 Rendah

Pemeriksaan
Niai Rujukan Hasil Kategori
13 Maret 2019

Gula Darah Puasa 80 -115 mg/dl 113 Normal

Sumber : Buku Rekam Medik RSUD Ulin Banjarmasin, 2019

Kesimpulan :
Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium, tanggal 11 dan 13 Maret 2019 dapat
diketahui hasil pemeriksaan Hemoglobin, Natrium dan Albumin termasuk kedalam
kategori rendah, pemeriksaan Glukosa Darah Sewaktu termasuk kategori tinggi dan
pemeriksaan Gula Darah Puasa, Gula Darah 2 Jam PP termasuk kategori normal.

Pembahasan :
Hb rendah menyebabkan anemia pada pasien. Anemia pada penyakit kronis
penyebab utamanya adalah peradangan, karena adanya inflamasi dalam waktu yang lama
dapat mempengaruhi produksi sel darah merah yang sehat. Keadaan anemia menyebabkan
pasien nampak pucat. Natrium rendah disebabkan oleh (volume kencing) pasien DM
meningkat terus, natrium dikeluarkan bersamaan dengan urin sehingga pasien mengalami
hiponatremia dan kadar natriumnya rendah.
Gula Darah Sewaktu tinggi bisa disebabkan karena penyakit DM yang diderita
pasien atau riwayat makan pasien 24 jam sebelum pemeriksaan. Albumin adalah protein
utama yang terdapat dalam darah manusia, terjadinya gangguan pada protein tubuh yang

15
16

menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya ulkus diabetik, menyebabkan kadar albumin
dalam tubuh menjadi rendah.

D. Pemeriksaan Fisik & Klinis

Tabel 2.5 Pemeriksaan Fisik 13 Maret 2019

Pemeriksaan 13 Maret 2019


 Keadaan Umum Tampak pucat, ada luka dikaki kanan
 Kesadaran CM
 Keluhan Pusing, Sakit menelan, lemas

Tabel 2.6 Pemeriksaan Klinis 13 Maret 2019


Pemeriksaan Nilai Normal Hasil Kategori
 Suhu 36,5 – 37 o C 36,5 o C Normal
 Respirasi 20 – 30 x/ menit 22 Normal
 Nadi 60 -100 x/ menit 94 Normal
 Tensi (mmHg) ≤120/80 mmHg 120/60 mmHg Normal
Sumber : Buku Rekam Medik RSUD Ulin Banjarmasin
Kesimpulan:
Berdasarkan hasil pemeriksaan klinis didapatkan TD: 120/60 mmHg (normal), suhu 36,5
derajat celsius, nadi 94 x /menit (normal) dan respirasi 22 x/menit (normal). Sedangkan
hasil pemeriksaan klinis didapatkan keadaan umum : ada luka di kaki kanan , lemas dan
tampak pucat. Kesadaran: compos mentis.
Pembahasan :
Berdasarkan data diatas hasil pemeriksaan klinis TD:120/60 mmHg, tekanan darah
kategori normal, suhu termasuk dalam kategori normal, pemeriksaan fisik kesadaran
umum baik, pasien bisa berkomunikasi dengan cukup baik, pasien dalam keadaan bed
rest dan pasien terlihat pucat karena Hb rendah.. Keluhan pasien merasa pusing, lemas
dan sakit menelan, tidak ada mual atau muntah, ada luka dikaki kanan pasien akibat
tertusuk, karena penyakit yang di derita pasien adalah ulkus diabetikum, maka luka pasien
menjadi sukar sembuh, dan lama-kelamaan menjadi membusuk juga berbau.

16
17

E. Asupan Zat Gizi


Hasil recall 24 jam di rumah sakit
Tanggal : Selasa 12 Maret 2019
Diet RS: BB DM 1900 kal

Tabel 2.7 Hasil Recall 24 Jam Hari Selasa, 12 Maret 2019


Energi (kkal) Protein(gr) Lemak(gr) Karbohidrat(gr)
Asupan makan 984 61 49 77
Makanan RS 1900 55.5 36.5 275
% Asupan 51 % 91 % 134 % 28 %

Tabel 2.8 Standar % Asupan Menurut Depkes RI, 1996


Di atas kebutuhan >120 %
Normal 90 – 110 %
Defisit Ringan 80 -89 %
Defisit Sedang 70 – 79 %
Defisit Berat <70 %

Kesimpulan :
Diketahui asupan zat gizi pasien saat dilakukan recall 24 jam asupan:
energi sebesar 51 %, (deficit berat)
protein sebesar 91 % (normal)
asupan lemak 134 % (diatas kebutuhan)
asupan karbohidrat 28 % (defisit berat)

Pembahasan :
Berdasarkan data asupan recall diatas, hasil perhitungan persentase asupan pasien pada
tanggal 12 maret 2019 bila dibandingkan dengan nilai energi kebutuhan sehari pasien,
presentase asupan energi hanya sebesar 51% (defisit berat), asupan lemak 134 %
(termasuk kedalam kategori diatas kebutuhan) , asupan protein sebesar 91% (termasuk
kedalam kategori normal) dan asupan karbohidrat sebesar 28 % (defisit berat). Asupan

17
18

energi dan karbohidrat berada pada kategori defisit berat karena keadaan pasien yang
sulit menelan dan nafsu makan nya yang berkurang ketika sakit.

F. Terapi Medis
Tabel 2.9 Terapi Medis
Jenis obat / tindakan Fungsi Interaksi dengan zat gizi
NaCl Larutan elektrolit yang -
diberikan melalui
intravena untuk
memenuhi kebutuhan
normal akan cairan dan
elektrolit, untuk pasien
yang mual, muntah,
diare, dan tidak dapat
memenuhi
kebutuhannya melalui
mulut
Novorapid Jenis insulin aspart tipe Risiko hipoglikemi
fast-acting yang bekerja
dengan cara mengurangi
kadar gula
Lavemir Jenis insulin detemir Risiko hipoglikemi
tipe long-acting yang
bekerja dengan
menurunkan kadar gula
darah.
Cefritriaxone digunakan untuk
mengatasi berbagai
infeksi bakteri. Obat ini
bekerja dengan cara
menghambat
pertumbuhan bakteri
atau membunuh bakteri
dalam tubuh.

18
19

BAB III

DIAGNOSA GIZI

A. Problem Gizi
1. Diagnosa medis: Ulkus Diabetikum Wagner Grade III + Hyponatremia
+ Anemia.
2. Status Gizi menurut perhitungan LLA 23,5 cm termasuk dalam kategori
status gizi kurang dengan persentase 72,9 %
3. Hasil pemeriksaan Biokimia: Hb: 9,7 g/dl (rendah), GDS 387 mg/dl
(tinggi), GDP 113 mg/dl (normal), GD2JPP 123 mg/dl (normal),
Albumin 1,7 g/dl (rendah) dan Natrium 121 MeqL (rendah)
4. Hasil pemeriksaan fisik klinis : pasien mengalami demam, lemas dan ada
luka serta pasien mengalami kesulitan menelan.
5. Hasil recall 24 jam tanggal 12 maret 2019 : asupan energi: Energi sebesar
51 % (defisit berat) Protein sebesar 91 % (normal) Lemak sebesar 134
% (diatas kebutuhan) Karbohidrat sebesar 28 % (defisit berat)

B. Penentuan Diagnosa Gizi

NI.2.1 Kekurangan Intake Oral berkaitan dengan faktor fisiologis tidak nafsu
makan dan ada kesulitan menelan ditandai dengan asupan energi sebesar 51 %
(defisit berat) asupan karbohidrat 28 % (defisit berat).

NI-5.1 Peningkatan kebutuhan gizi spesifik (energi dan protein) berkaitan


dengan peningkatan metabolisme zat gizi ditandai dengan kadar Hb pasien
rendah 9,7 mg/dl

NC-2.2 Perubahan nilai Laboraturium terkait zat gizi khusus berkaitan dengan
pasien Diabetes Mellitus, hyponatremia dan anemia ditandai dengan nilai GDS
387 mg/dl, kadar hemoglobin 9,7 g/dl dan Natrium 121/MeqL,.

19
20

20
21

BAB IV
INTERVENSI GIZI

A. Planning
1. Terapi Diet
Terapi diet yang diberikan adalah Diet DM bentuk makanan yang diberikan
berupa bubur, dengan rute pemberian secara oral dan frekuensi makan 3 kali
makan utama dan 3 kali snack.
2. Tujuan Diet
a. Mencegah defisiensi gizi serta memperbaiki jaringan sel yang rusak akibat
gangrene.
b. Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit
c. Menjaga gula darah agar tetap terkontrol dan normal.
3. Prinsip Diet
a. Energi cukup
b. Protein Tinggi
c. Lemak Sedang
d. Karbohidrat Cukup
e. Natrium Cukup
4. Syarat Diet
a. Energi cukup, yaitu 1970,9 kkal pada pasien DM
b. Protein tinggi untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen dan
mengganti asam amino, serta untuk memperbaiki sel dan jaringan yang rusak
sebesar 20% dari total kebutuhan energy sehari yaitu 98,5 gr
c. Lemak Cukup, yaitu 25 % dari total kebutuhan energi yaitu 54,7 gr
d. Karbohidrat rendah, yaitu 55% dari total kebutuhan energy yaitu 270 gr
e. Natrium diberikan cukup

21
22

5. Perhitungan Kebutuhan Zat Gizi


Perhitungan Kebutuhan Energi (Menurut Harris Benedict)
BEE = 66 + (13,7 x BB) + (5 x TB) – (6,8 x U)
= 66 + (13 x 48) + (5 x 148) – (6,8 x 53)
= 66 + 657,6 + 810 – 360,4
= 1533,6 – 360,4
= 1173,2 kal

TEE = Energi Total x Faktor Aktifitas x Faktor Stress


= 1137,2 x 1,2 x 1,4
= 1970,9 kal

Protein = 20% x jumlah dari keb. energi total : 4


= 0,2 x 1970,9 : 4
= 394 : 4
= 98,5 gr
Lemak = 25% jumlah dari keb. energi total : 9
= 0,25 x 1970 : 9
= 492 : 9
= 54,7 gr
KH = 55% jumlah dari keb. energi total : 4
= 0,55 x 1970 :4
= 1083 : 4
= 270 gr

Energi yang diberikan pada hari pertama diberikan pertahap, sebesar 90 % dari
kebutuhan zat gizi sehari pasien yaitu :
Energi : 1773 kkal
Protein : 88.6 gr
Lemak : 49.2 gr
Karbohidrat : 243 gr

22
23

Bahan Makanan Untuk Pasien DM


1) Bahan Makanan yang dianjurkan
 Sumber karbohidrat kompleks : nasi; roti, mi, kentang, singkong, ubi dan
sagu
 Sumber protein : ikan, ayam tanpa kulit, susu skim, tempe , tahu, kacang-
kacangan.Sumber protein tinggi sangat diperlukan untuk membantu proses
pemulihan luka dan jaringan-jaringan dalam tubuh yang rusak
 Sayuran : semua jenis sayuran, termasuk jenis B, seperti bayam, buncis,
daun singkong, kacang panjang, labu siam dan wortel direbus, dikukus dan
ditumis.
 Buah-buahan : semua jenis buah segar, terlebih buah-buahan yang
mengandung vitamin C yang membantu penyerapan zat besi dari makanan.
 Lemak dan minyak : minyak goreng, mentega, margarin, santan encer.
 Bumbu : bumbu tidak tajam, seperti bawang merah, bawang putih, laos,
daun salam, dan kecap.

2) Bahan makanan yang tidak dianjurkan :


 Makanan yang mengandung banyak gula sederhana : gula pasir, gula merah,
sirop, jam, jeli, buah-buahan yang diawetkan dengan gula, susu kental
manis, minuman botol ringan dan es krim.
 Makanan yang mengandung banyak lemak : cake, makan siap saji (fast
food), gorengan
 Makanan yang mengandung tinggi natrium : ikan asin, telur asin, makanan
yang diawetkan.

23
24

6. Rencana monitoring dan evaluasi

Tabel 4.1 Rencana Monitoring Evaluasi


Pengamatan Yang diukur Pengukuran Evaluasi/ target
Antropometri LILA Awal dan akhir LILA normal

Biokimia Hb Uji laboratorium Menaikkan dan


Albumin mencapai nilai
GDS Hb, albumin,
GDP GDS dan GDP
agar mencapai
batas normal
Fisik dan klinis Keadaan umum, Setiap hari Fisik klinis yang
kesadaran, bermasalah
keluhan, tensi, berkurang dan
suhu, nadi dan mencapai
respirasi kategori normal
Asupan zat gizi Energi, protein, Recall 24 jam Meningkatkan
lemak dan asupan pasien
karbohidrat. sesuai dengan
kebutuhan.

7. Rencana konsultasi gizi


Sasaran : diberikan kepada pasien dan keluarga pasien yang menunggu.
Waktu : penyampaian edukasi kepada pasien yaitu pada hari sabtu 16 maret 2019
(15 menit)
Alat : leaflet
Metode : pemberian motivasi dan edukasi kepada pasien dan keluarga pasien.

24
25

4.2 Rencana Konsultasi Gizi


Masalah gizi Tujuan Materi konseling
Asupan makan 1) Memberikan pengetahuan 1.Jenis diet DM
pasien kurang. kepada pasien dan 2.Tujuan diet DM
keluarga mengenai diet 3.Syarat diet DM
DM dan makanan yang 4.Frekuensi makan
boleh dan tidak boleh 5.Makanan yang
dikonsumsi oleh pasien. dianjurkan dan yang
2) Memperbaiki kebiasaan tidak dianjurkan untuk
makan pasien. penderita DM
6. Mengedukasi pasien
tentang pentingnya
makanan yang
dikonsumsi dengan
penyakit yang diderita
pasien.
7.Contoh menu sehari
8.Memberikan edukasi
dan memotivasi pasien
dan keluarga pasien
untuk mengikuti diet
yang dianjurkan agar
asupan pasien membaik.

25
26

B. Implementasi
1. Kajian Terapi Diet di Rumah Sakit
Jenis Diet : DM 1900 kkal
Bentuk makanan : Bubur
Cara pemberian : Oral
Frekuensi : 3 makan utama dan 3 kali selingan

Tabel 4.3 Kajian terapi diet rumah sakit


Implementasi Energi Protein Lemak Karbohidrat
Makanan RS 1900 60 48 299
Infus - - - -
Kebutuhan 1970 98,5 54,7 270
% makanan RS/ kebutuhan 96 60 87 110%

Pembahasan diet RS

Berdasarkan data diatas diet yang diberikan adalah Diet DM 1900 kal yang
mengandung kalori cukup dan protein tinggi serta lemak cukup. Diet diberikan
dalam bentuk bubur ditambah bahan makanan sumber protein seperti susu,
daging dan ikan. Kajian terapi diet rumah sakit yang akan di berikan kepada
pasien dengan energi sebesar 96 % (normal), protein sebesar 60% (defisit ringan),
lemak 87% (defisit ringan), dan karbohidrat 110 % (normal)

26
27

2. Rekomendasi Diet I
Jenis Diet : DM 1900 kal
Bentuk makanan : Bubur
Cara pemberian : Oral
Frekuensi : 3 makan utama + 3 kali selingan buah + susu DM 2x 150c
Tabel 4.4 Rekomendasi Diet Hari I
Waktu Standar Diet RS Berat Rekomendasi Berat
(gr) Diet Hari I (gr)
Makan Pagi Nasi 100 Bubur 200
Lauk Hewani 25 Lauk Hewani 71
Sayur 75 Lauk Nabati -
Sayur 75
Selingan Buah 50 Buah 100
Susu 35
Makan Nasi 200 Bubur 200
Siang Lauk Hewani 50 Lauk Hewani 70
Lauk Nabati 50 Lauk Nabati -
Sayur 75 Sayur 50
Buah 50 Buah 89
Selingan Buah 50 Buah 58
Buah 50 Buah 73
Susu 35
Makan Sore Nasi 150 Bubur 200
Lauk Hewani 50 Lauk Hewani 77
Lauk Nabati 50 Lauk Nabati 66
Sayur 75 Sayur 75
Buah 50 Buah -
Selingan Buah 50 Susu 35
Energi (kkal) 1900 Energi (kkal) 1970
Protein (gr) 60 Protein (gr) 98.5
Lemak (gr) 48 Lemak (gr) 54.7
Karbohidrat (gr) 299 Karbohidrat (gr) 270

27
28

3. Rekomendasi Diet II
Jenis Diet : DM 1900 kkal
Bentuk makanan : Bubur
Cara pemberian : Oral
Frekuensi : 3 makan utama + 3 kali selingan buah + susu DM 2 x 150cc
Tabel 4.5 Rekomendasi Diet Hari II
Waktu Standar Diet RS Berat Rekomendasi Berat
Diet Hari II
Makan Nasi 100 Bubur 150
Pagi Lauk Hewani 25 Lauk Hewani 40
Sayur Lauk Hewani 70
75 Sayur 75
Selingan Buah 50 Buah 56
Susu Susu 35
Makan Nasi 200 Bubur 150
Siang Lauk Hewani 50 Lauk Hewani 117
Lauk Nabati 50 Lauk Nabati 43
Sayur 75 Sayur 50
Buah 50 Buah 61.5
Selingan Buah 50 Buah 70
Buah 50 Agar-Agar Jelly 55
Makan Nasi 150 Bubur 150
Sore Lauk Hewani 50 Lauk Hewani 70
Lauk Nabati 50 Lauk Nabati 40
Sayur 75 Sayur 85
Buah 50 Agar-Agar Jelly 50
Selingan Buah 50 Susu 35
Energi 1900 Energi 1970
Protein 60 Protein 86.5
Lemak 48 Lemak 54.7
Karbohidrat 299 Karbohidrat 270

28
29

4. Penerapan Diet Berdasarkan Rekomendasi Menu Diet Hari I


Jenis Diet : DM 1900 kal
Bentuk makanan : Bubur
Cara pemberian : Oral
Frekuensi : 3 makan utama + 3 kali selingan buah + susu DM 2 x 150cc
Tabel 4.4 Penerapan diet berdasarkan rekomendasi Menu hari I
Energi Protein Lemak Karbohidrat
Implementasi
(kkal) (gr) (gr) (gr)
Makan pagi 348.1 21.9 13.6 32
Selingan pagi 59 0.2 0.4 15.3
Makan siang 430.9 22.2 13.4 53.3
Selingan siang 126.9 6.1 4.2 26.95
Makan sore 488.6 34.2 19 46.7
Selingan malam 108.3 5.8 19 46.7
Total 1122.5 90 54.2 181.7
Kebutuhan 1970 98.5 54.7 270
% implementasi
dibandingkan dengan 57 91 91 67
kebutuhan

29
30

5. Penerapan Diet Berdasarkan Rekomendasi Menu Diet Hari II


Jenis Diet : DM 1900 kal
Bentuk makanan : Bubur
Cara pemberian : Oral
Frekuensi : 3 makan utama + 3 kali selingan buah + susu DM 2 x 150cc

Tabel 4.5 Penerapan diet berdasarkan rekomendasi menu hari II


Energi Protein Karbohidrat
Implementasi Lemak (gr)
(kkal) (gr) (gr)
Makan pagi 407.3 23.9 15.4 42.5
Selingan pagi 108.3 5.8 4 22.75
Makan siang 365.7 25.8 14.1 38.8
Selingan siang 53.4 1 0.3 12.7
Makan sore 353.1 21 13.5 34.5
Selingan malam 156.8 6.7 4.3 34.35
Total 1464 84.2 51.6 185.6
Kebutuhan 1970 98.5 54.7 270
% implementasi
dibandingkan dengan 74 85 94 69
kebutuhan

30
31

6. Hasil konseling gizi


Penerima konseling : pasien dan keluarga pasien
Waktu : Sabtu, 16 Maret 2019 jam 10 pagi
Tempat : Ruang PDP Kamar 3 Bed 18
Alat : leaflet
Metode : pemberian motivasi dan edukasi kepada pasien tentang diet DM

Tabel 4.6 Tabel Hasil Konseling Gizi


Tujuan Materi konseling Hasil
-Memberikan pengetahuan - Jenis diet DM Pasien memahami
kepada pasien dan keluarga - Tujuan diet DM edukasi tentang
mengenai diet dan makanan yang - Syarat diet DM diet DM
baik - Frekuensi makan /konseling yang
-Memperbaiki kebiasaan makan - Makanan yang diberikan.
pasien. dianjurkan dan tidak
dianjurkan untuk
pasien DM
- Contoh menu sehari

31
32

BAB V
MONITORING EVALUAS37I DAN TINDAK LANJUT
Monitoring Evaluasi dan tindak lanjut (terapi diet
Tgl/hari Diagnosis medis Monitoring asupan gizi (ABCD) diagnosis gizi dan konseling gizi)
pengamatan
Antropometri Biokimia Fisik & klinis Intake asupan
14 Maret 2019 Ulkus U: 53 th Hb 9,7 gr/dl, TD : 120/60 mmHg Energi : 57 % NI.2.1 Kekurangan Intake Oral Terapi dilanjutkan, pasien dimotivasi
Diabetikum BB: 48 kg GDS 387 mg/dl HR : 100 x/ mnt (deficit berat) berkaitan dengan faktor untuk meningkatkan asupan
Wagner Grade TB estimasi: 161 2JPP 123 mg/dl RR : 24 x/ mnt Protein : 91 % fisiologis tidak nafsu makan makannya.
III + cm Albumin 1.7 g/dl Temp : 39.1oc (normal) dan ada kesulitan menelan
Hyponatremia + ULNA = 25.5 cm Natrium 128 SPO2 : 96 % ditandai dengan asupan energi Menghitung kebutuhan pasien dan
Lemak : 91 %
Anemia LILA: 23.5 cm MeqL (normal) sebesar 57 % (defisit berat) recall pasien untuk dilakukan tindakan
Status Gizi asupan karbohidrat 67 % berikutnya.
Karbohidrat :67 %
menurut LILA = (defisit berat).
(deficit berat)
72, 9 % (kurang) NC-2.2 Perubahan nilai
Laboraturium terkait zat gizi
khusus berkaitan dengan pasien
ulkus diabetikum,
hyponatremia dan anemia
ditandai dengan kadar
hemoglobin 9,7 g/dl dan
Natrium 121/MeqL dan GDS
387 mg/dl
15 Maret 2019 Ulkus U: 53 th GDP : 113 mg/dl TD : 120/60 mmHg Energi : 74 % NI.2.1 Kekurangan Intake Oral Terapi dilanjutkan pasien dimotivasi
Diabetikum BB: 48 kg GDS : 245 mg/dl HR : 100 x/mnt (deficit ringan) berkaitan dengan faktor untuk meningkatkan asupan
Wagner Grade TB estimasi: 161 Albumin : 2.0 g/dl RR : 24 x/mnt Protein : 85 % fisiologis tidak nafsu makan makannya
III + cm Temp : 38.1oc (defisit ringan) dan ada kesulitan menelan
Hyponatremia + ULNA = 25.5 cm SPO2 : 98% ditandai dengan asupan energi
Lemak : 94 %
Anemia LILA: 23.5 cm (normal) sebesar 74 % (defisit ringan)

32
33

Status Gizi Karbohidrat :69 % asupan karbohidrat % (defisit Menghitung kebutuhan pasien dan
menurut LILA = (deficit berat) ringan). recall pasien untuk dilakukan tindakan
72, 9 % (kurang) NC-2.2 Perubahan nilai berikutnya
Laboraturium terkait zat gizi 8. Memberikan edukasi dan
khusus berkaitan dengan pasien konseling kepada pasien tentang
Ulkus Diabetikum dan Anemia diet yang berhubungan dengan
ditandai dengan kadar GDP 113 penyakit yang diderita pasien.
mg/dl dan 2JPP 123 mg/dl,
albumin 2.0 (meningkat dari
nilai sebelumnya, 1.7 g/dl)

NI-5.7.1 Kekurangan intake


protein berkaitan dengan pasien
menderita Anemia ditandai
dengan Hb 9,7 g/dl (rendah) dan
persentase intake protein
menurun.

33
34

Pembahasan:

A. Antropometri

Pengukuran antropometri dilakukan sekali ketika akan mengintervensi asien,


Berdasarkan data penpasien Tn. A.R Ulkus Diabetikum DM tipe II + Hyponatremia dan
Anemia dengan status gizi berdasarkan LILA pada pengukuran antropometri yang
dilakukan pada hari pertama tanggal 13 Maret 2019 LILA persentil 23.5 cm, pengukuran
ulna 25,5 cm. Didapatkan hasil penimbangan berat badan estimasi 48 kg, pengukuran
tinggi badan estimasi sebesar 161 cm, perhitungan BBI sebesar 55,5 kg dengan status
gizi berdasarkan persentile lila 72,9 % (Status gizi kurang).

B. Data Biokimia
Tabel 5.1 Data Biokimia
Pemeriksaan
11 Maret 2019 Nilai Rujukan Hasil Kategori

Hemoglobin 14,0 – 18,0 g/dl 9,7 g/dl Rendah

Glukosa Darah Sewaktu <200 mg/dl 387 mg/dl Tinggi

Natrium 136 – 145 MeqL 128 MeqL Rendah

Gula Darah 2 Jam PP <140.00 mg/dl 123 mg/dl Normal

Albumin 3.5 – 5.2 g/dl 1.7 g/dl Rendah

Pemeriksaan
Nilai Rujukan Hasil Kategori
14 Maret 2019
Gula Darah Puasa 80 -115 mg/dl 245 mg/dl Tinggi

Pemeriksaan
15 Maret 2019 Niai Rujukan Hasil Kategori

Gula Darah Puasa 80 -115 mg/dl 113 Normal

Albumin 3.5 – 5.2 g/dl 2.0 g/dl Rendah

34
35

Pembahasan
a. Biokimia
Pemeriksaan biokimia pada pasien dilakukan 3 kali, sebelum pasien masuk
rumah sakit, yaitu pada tanggal 11 maret 2019 yang meliputi pemeriksaan
Hemoglobin, Gula Darah Sewaktu, Natrium, Gula Darah 2 Jam PP dan Albumin, yang
kedua kali nya pemeriksaan Gula Darah Puasa pada tanggal 14 Maret 2019 dan yang
ketiga pemeriksaan Gula Darah Puasa dan Albumin pada tanggal 15 Maret 2019..
Hasil pemeriksaan Hb pasien pada tanggal 11 Maret 2019 yaitu 9.7 g/dl rendahnya
kadar Hb disebabkan karena pasien kekurangan intake protein dalam tubuh, sehingga
pasien menderita Anemia, yang menyebabkan pasien menjadi pucat dan mengeluhkan
selalu merasa pusing.
Pemeriksaan Albumin yang dilakukan 2 kali pada tanggal 11 dan 15 Maret
memperlihatkan adanya perubahan pada nilai Albumin dalam tubuh, kenaikan
Albumin dari 1.7 g/dl menjadi 2.0 /dl masih berada dalam kategori rendah, Glycated
Albumin (GA) adalah albumin yang berikatan dengan glukosa. Glycated Albumin
menggambarkan rata-rata glukosa darah 2-4 minggu sebelum pengukuran. Jumlah
Glycated Albumin menurun jika kadar glukosa darah berkurang dan meningkat ketika
kadar glukosa darah tinggi. Sehingga Glycated Albumin merupakan suatu indeks
kontrol glikemik yang tidak dipengaruhi oleh gangguan metabolisme hemoglobin dan
masa hidup eritrosit seperti HbA1c. Hasil pemeriksaan Gula Darah Sewaktu pada
tanggal 11 Maret 2019 termasuk kedalam kategori tinggi, tingginya hasil pemeriksaan
gula darah mengindikasikan adanya masalah terhadap gula darahnya, pemeriksaan
Gula Darah Puasa pada tanggal 14 maret termasuk kedalam kategori tinggi, tetapi pada
tanggal 15 aret gula darah puasa turun kembali menjadi normal.
Rendahnya kadar natrium dalam tubuh terjadi karena natrium plasma
kehilangan air dan larutan ekstrasel (dehidrasi pada pasien diabetes) hipernatremia
juga dapat terjadi bila ada defisit cairan tubuh akibat ekskresi air melebihi ekskresi
natrium atau asupan air yang kurang. Misalnya pada pengeluaran air tanpa elektrolit
melalui insensible water loss atau keringat, diare osmotik akibat pemberian laktulose
atau sorbitol, diabetes.

35
36

Hasil pemeriksaan laboratorium merupakan data yang sangat penting untuk


membedakan diagnosis, mengkonfirmasi diagnosis, menilai status klinik pasien,
mengevaluasi efektivitas terapi dan munculnya reaksi obat yang tidak diinginkan,
hasil pemeriksaan laboratorium dapat dipengaruhi oleh banyak faktor terdiri atas
faktor terkait pasien dan laboratorium, faktor yang terkait pasien antara lain: umur,
jenis kelamin, ras, genetik, tinggi badan, berat badan, kondisi klinik, status nutrisi dan
penggunaan obat. Sedangkan yang terkait laboratorium antara lain: cara pengambilan
spesimen, penanganan spesimen, waktu pengambilan, metode analisis, kualitas
spesimen, jenis alat dan teknik pengukuran (Pedoman Interpretasi Data Klinik, 2011).

C. Fisik Klinis
Tabel 5.2 Fisik Klinis
Fisik Klinis
Pemeriksaan 14 Maret 2019 15 Maret 2019
 Keadaan Umum Lemas Lemas
 Kesadaran CM CM
 Keluhan Ada luka pada kaki Ada luka pada kaki
Pusing Pusing
Sulit Menelan Sulit Menelan
Nafsu Makan Cukup Baik Nafsu Makan Cukup Baik
Demam Demam
 Tensi (mmHg) 120/60 mmHg 120/60 mmHg
 Suhu 39,1 ºC (T) 38,1 ºC (N)
 Nadi (x/menit) 100x/menit (N) 94x/menit (N)
 RR (x/menit) 24x/menit (N) 22x/menit (N)

Fisik Klinis
Pada pemeriksaan fisik klinis dilakukan ketika dilakukan intervensi selama 2 hari,
yaitu pada tanggal 14 dan 15 Maret. Keadaan umum pasien lemas dan pasien
mengeluhkan pusing, dikarenakan Anemia yang diderita pasien, Nafsu makan pasien
cukup baik walaupun pasien mengalami kesulitan menelan. Suhu tubuh pasien
mengalami kenaikan pada tanggal 14 Maret 2019 dan pasien mengalami demam,
tanggal 15 Maret 2019 suhu menurun tetapi pasien masih demam. Nadi, dan respirasi
pasien masih dalam batas normal, ada luka dikaki kanan pasien akibat tertusuk benda
tajam, penyakit ulkus diabetikum yang diderita pasien menyebabkan luka terbuka di

36
37

kaki pasien sulit sembuh dan menyebabkan bakteri masuk dan mengakibatkan luka
menjadi makin parah.

D. Asupan

Anjuran yang diberikan pada saat monitoring dan evaluasi selama 2 hari dengan
keluhan sulit menelan dan nafsu makan berkurang, dianjurkan pasien mengkonsumsi
sayur, buah dan minum air putih yang cukup serta membatasi konsumsi makanan yang
atau yang mengandung glukosa untuk menaikkan kadar natrium dalam darah pasien.
Perkembangan asupan makanan pasien didapat dari hasil recall 24 jam. Hasil
perkembangan asupan makanan adalah sebagai berikut:

Tabel 5.3 Asupan Pemorsian hari ke I


Hari Pertama Energi Protein Lemak Karbohidrat
Total Asupan 1122.5 90 54.3 181
Kebutuhan 1970 98 54 270
% Asupan 57 91 99 67

Tabel 5.4 Asupan Pemorsian hari ke II


Hari Kedua Energi Protein Lemak Karbohidrat
Total Asupan 1464.6 84.2 51.6 185.6
Kebutuhan 1970 98 54 270
% Asupan 74 85 94 69

Tabel 5.5 Rata-rata asupan 2 hari intervensi


Rata-rata Energi Protein Lemak Karbohidrat
Asupan
Hari I 1122.5 90 54.3 181
Hari II 1464.6 84.2 51.6 185.6
Total Hari I & II 2587,1 174.2 105.9 366.6
Rata-Rata 1293.5 87.1 52.9 183.3
Kebutuhan 1970 98 54 270
% Asupan 65 88 97 67

37
38

1) Asupan Energi
Grafik 5.1 Asupan Energi 2 Hari Intervensi

Energi
2500

2000

1500

1000 1970
1464.6
1293.5
500 1122.5

0
Hari I Hari II Rata-Rata Kebutuhan
Energi 1122.5 1464.6 1293.5 1970

Energi dibutuhkan sebesar 1970 kalori, sebagai sumber energi dari kebutuhan
pasien dalam sehari, jika dilihat dalam grafik diatas, asupan energi pada hari pertama
pemberian intervensi total asupan energi yang dikonsumsi pasien masih jauh dibanding
dengan kebutuhan pasien dalam sehari, tetapi pada hari kedua intervensi, terlihat ada
peningkatan intake energi ± 300 kalori menjadi 1464.6 kalori dengan rata-rata asupan
energi dalam 2 hari intervensi sebanyak 1293.5 kalori, hanya sekitar 65 % kebutuhan
energi yang terpenuhi, keadaan pasien yang lemas dan mengalami kesulitan untuk
menelan adalah salah satu hal yang mempengaruhi banyak atau tidaknya asupan energi
yang dikonsumsi oleh pasien, terlebih pasien mengalami demam pada hari ketika
sedang di intervensi, dan hal tersebut menyebabkan terjadinya peningkatan kebutuhan
energi terhadap pasien.

38
39

2) Asupan Protein

Protein
100

95

90

98
85
90
87.1
80 84.2

75
Hari I Hari II Rata-Rata Kebutuhan
Protein 90 84.2 87.1 98

Grafik 5.1 Asupan Protein 2 Hari Intervensi

Pengaruh asupan protein memegang peranan yang penting dalam mencegah


katabolisme protein tubuh oleh karena itu semakin baik asupan protein semakin baik
pula dalam mempertahankan status gizinya. Pasien ulkus diabetikum memerlukan
kebutuhan protein yang tinggi untuk mengganti jaringan – jaringan tubuh yang rusak
akibat infeksi dari luka terbuka karena tertusuk, Asupan protein pasien selama 2 hari
asupan rata-rata protein yaitu 87.1 gram atau sekitar 88 % asupan protein yang
dibutuhkan oleh tubuh terpenuhi, itu dikarenakan pasien selalu menghabiskan ekstra
susu yang diberikan, susu yang diberikan mengandung tinggi protein, dan pasien
menghabiskan lauk hewaninya, asupan protein pasien berada pada kategori normal.

39
40

3) Asupan Lemak

Lemak
55
54.5
54
53.5
53
52.5
52 54.3 54
51.5 52.9
51
51.6
50.5
50
Hari I Hari II Rata-Rata Kebutuhan
Lemak 54.3 51.6 52.9 54

Grafik 5.1 Asupan Lemak 2 Hari Intervensi

Asupan lemak pasien 25% dari total kebutuhan kalori. asupan lemak yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan kalori. Asupan lemak pasien pada hari pertama normal,
namun pada hari kedua mengalami penurunan, dapat dilihat pada tingkat asupan lemak
hari pertama 54.3 gr atau 100% memenuhi kebutuhan lemak dalam tubuh dan hari
kedua lemak yang dikonsumsi menurun menjadi 51,6 gr atau 95 % dari total kebutuhan
lemak sehari, dengan rata-rata asupan lemak dalam 2 hari sebanyak 52.9 gram. Lemak
dalam tubuh sangat berperan penting dalam pengurangan fungsi protein sehingga fungsi
protein dalam tubuh dapat digunakan untuk memaksimalkan fungsi lain yang
membutuhkan sumber protein.

40
41

4) Asupan Karbohidrat

Karbohidrat
300

250

200

150
270
100 185.6
181 183.3

50

0
Hari I Hari II Rata-Rata Kebutuhan
Karbohidrat 181 185.6 183.3 270

Grafik 5.4 Asupan Karbohidrat 2 Hari Intervensi

Karbohidrat merupakan asupan utama tubuh agar bisa mendapatkan sumber


energi dan membantu dalam mengoptimalkan kerja otak, jantung dan saraf, sistem
pencernaan dan kekebalan tubuh. Serta berperan dalam proses metabolisme, yaitu
proses untuk menjaga keseimbangan asam dan basa dalam tubuh, pembentuk struktur
sel, jaringan serta organ tubuh. Asupan karbohidrat pasien selama 2 hari masih belum
memenuhi total asupan karbohidrat yang diperlukan tubuh dalam sehari, tingkat asupan
hari pertama sebanyak 181 gr atau 67% dan termasuk dalam kategori defisit ringan,
pada hari kedua tingkat asupan meningkat menjadi 185.6 gr atau sekitar 68 % tetapi
masih dalam kategori defisit berat. Rendahnya asupan karbohidrat pada pasien
dikarenakan pasien hanya mendapatkan asupan sumber karbohidrat tinggi dari bubur,
susu dan lauk hewani, serta adanya perbedaan nilai zat gizi yang terkandung dalam
makanan antara pasien yang diberikan diet bubur dengan pasien yang diberikan diet
nasi biasa, zat gizi yang terkandung dalam bubur lebih rendah dari energi yang ada
dalam nasi.

41
42

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

1) Tn. A.R Usia 53 thn di diagnosa dengan penyakit Ulkus Diabetikum Wagner
grade III + Hyponatremia dan Anemia dengan status gizi berdasarkan LILA
dengan persentase 72,9 % termasuk kedalam Status gizi Kurang.
2) Pemeriksaan klinis kesadaran umum: Sakit sedang, kesadaran:compos mentis,
keluhan: Luka dikaki kanan akibat tertusuk, tekanan darah tinggi (-) , mual dan
muntah (-) kesulitan menelan (+) , kaki kesemutan (-)
3) Diketahui asupan zat gizi pasien saat dilakukan recall 24 jam sebelum intervensi:
energi sebesar 51 %, (deficit berat)
protein sebesar 91 % (normal)
asupan lemak 134 % diatas kebutuhan)
asupan karbohidrat 28 % (defisit berat)
4) Terapi Diet yang diberikan adalah diet DM 1900 kal, frekuensi makan 3 makan
utama, 3 kali selingan buah dan susu DM 2 x 150cc dengan rute pemberian oral.
5) Rata-rata asupan pasien selama 2 hari diintervensi, didapatkan hasil
implementasi diet rata-rata asupan energi sebesar 1293.5 kkal protein 87.1 gr,
lemak 52.9 gr, dan karbohidrat 183.3 gr, dengan persentase asupan energi 65 %
(defisit berat), protein 98% (normal), lemak 54% (defisit berat) dan karbohidrat
67% (defisit berat)
6) Pemberian edukasi pasien dan keluarga berupa jenis diet untuk penderita DM ,
tujuan pemberian diet, syarat diet, frekuensi makan, makanan yang dianjurkan
dan tidak dianjurkan, contoh menu sehari, memberikan edukasi kepada pasien
dan keluarga untuk menghabiskan makanannya serta memberikan anjuran
makan membatasi makanan yang bisa meningkatkan kadar gula dalam darah.

42
43

B. Saran
1. Pasien dianjurkan tetap menjalankan diet yang diberikan untuk mempercepat
proses penyembuhan
2. Mengkonsumsi makanan yang bervariasi dan bergizi setiap hari untuk
meningkatkan nafsu makan
3. Pasien memeriksakan kesehatan ke pelayanan kesehatan seperti puskesmas dan
lain-lain.

43

Anda mungkin juga menyukai