Anda di halaman 1dari 38

KUERSETIN DARI EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI

MERAH (Psidium guajava) DAN KINERJANYA SEBAGAI


PENGHAMBAT PROLIFERASI SEL KANKER

MUHAMMAD YUNUS

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kuersetin dari Ekstrak
Daun Jambu Biji Merah (Psidium guajava) dan Kinerjanya sebagai Penghambat
Proliferasi Sel Kanker adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2014

Muhammad Yunus
NIM G44100063
ABSTRAK
MUHAMMAD YUNUS. Kuersetin dari Ekstrak Daun Jambu Biji Merah
(Psidium guajava) dan Kinerjanya sebagai Penghambat. Dibimbing oleh
SUMINAR SETIATI ACHMADI dan GUSTINI SYAHBIRIN.

Ekstrak daun jambu biji merah (Psidium guajava) telah diketahui


menghambat proliferasi sel kanker. Namun, penelitian lebih jauh mengenai
aktivitas senyawa flavonoid daun jambu biji merah sebagai agen antikanker belum
banyak dilakukan. Penelitian ini bertujuan menguji aktivitas daya hambat
senyawa kuersetin daun jambu biji pada sel kanker Raji (ATCC CCL-86). Ekstrak
kasar metanol difraksionasi menggunakan teknik kromatografi cair vakum dan
kromatografi kolom untuk mendapatkan fraksi kuersetin. Dari proses fraksionasi
tersebut didapatkan fraksi kuersetin yang menunjukkan noda yang sama dengan
kuersetin standar pada Rf 0.675. Identifikasi fraksi kuersetin dengan LC-MS
menunjukkan spektrum ion fragmen dari pembelahan senyawa kuersetin (m/z 150,
151, 152). Fraksi kuersetin yang telah diperoleh diuji aktivitasnya pada sel Raji
dan sel Vero. Fraksi kuersetin menghambat proliferasi sel Raji sebesar 60% pada
konsentrasi 100 µg mL-1, tetapi hanya menghambat proliferasi sel Vero sebesar
10%. Hasil ini menunjukkan fraksi kuersetin daun jambu biji merah mampu
menghambat proliferasi sel Raji, tetapi tidak menghambat proliferasi sel Vero.

Kata kunci: flavonoid, kuersetin, proliferasi sel kanker, Psidium guajava

ABSTRACT
MUHAMMAD YUNUS. Quercetin of Red Guava Leaf Extract (Psidium
guajava) and the Inhibition toward Cancer Cell Proliferation. Supervised by
SUMINAR SETIATI ACHMADI and GUSTINI SYAHBIRIN.

Red guava leaf (Psidium guajava) extract has been known to inhibit cancer
cell proliferation. However, further studies on the activity of flavonoids in red
guava leaves as an anticancer agent has not been done. This study aims to test the
inhibitory activity on Raji cells (ATCC CCL-86) by quercetin in guava leaves.
Methanol crude extract was fractionated using vacuum liquid chromatography and
column chromatography techniques to obtain fraction rich of quercetin.
Fractionation of the crude methanol extract gave a fraction which shows a spot at
Rf 0.675, which is similar to that of standard quercetin. Identification of quercetin
fraction with liquid chromatography-mass spectrometry showed the fragment ion
spectra of the quercetin (m/z 150, 151, 152). The quercetin fraction has been
tested for its activity toward Raji cells and Vero cells. The quercetin fraction
inhibited proliferation of Raji cells by 60%, at a concentration of 100 mg mL-1,
but only inhibits the proliferation of Vero cells by 10%. This result indicates the
quercetin fraction of guava leaf is able to inhibit the proliferation of Raji cells, but
not toward Vero cells.

Key words: cancer cells proliferation, flavonoids, Psidium guajava, quercetin


KUERSETIN DARI EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI
MERAH (Psidium guajava) DAN KINERJANYA SEBAGAI
PENGHAMBAT PROLIFERASI SEL KANKER

MUHAMMAD YUNUS

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Kimia

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Kuersetin dari Ekstrak Daun Jambu Biji Merah (Psidium guajava)
dan Kinerjanya sebagai Penghambat Proliferasi Sel Kanker
Nama : Muhammad Yunus
NIM : G44100063

Disetujui oleh

Prof Ir Suminar Setiati Achmadi, PhD Dr Dra Gustini Syahbirin, MS


Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Dra Purwantiningsih Sugita, MS


Ketua Departemen

Tanggal Lulus:
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2014 ini adalah
senyawaan antikanker, dengan judul Kuersetin dari Ekstrak Daun Jambu Biji
Merah (Psidium guajava) dan Kinerjanya sebagai Penghambat Proliferasi Sel
Kanker
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Prof Ir Suminar Setiati Achmadi
PhD dan Ibu Dr Dra Gustini Syahbirin selaku pembimbing yang telah banyak
memberi saran, bimbingan, serta nasihat-nasihat sehingga penelitian ini dapat
berjalan dengan lancar. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada
Pusat Studi Biofarmaka yang telah bersedia memberikan standar kuersetin bagi
penelitian ini dan Pusat Studi Satwa Primata yang telah menyediakan sarana dan
prasarana untuk uji sel, Ibu Silmi dan Mbak Iin yang membantu analisis uji MTT,
Ibu Puspa yang membantu analisis LC-MS dan Bapak Sabur yang telah
memberikan saran terkait teknis kerja di Laboratorium Kimia Organik. Ungkapan
terima kasih juga disampaikan kepada Ayah, Ibu, serta seluruh keluarga, atas
segala doa dan kasih sayangnya. Rasa terima kasih juga disampaikan untuk Mega
Udara Nusantara, Ferra Dwiangga Noviandini, Febrina Miharti, Ichsan Irwanto,
dan Muhana Nurul Hidayah yang telah memberikan semangat, nasihat, dan
bantuannya selama penelitian ini berlangsung. Penelitian ini disponsori oleh
kegiatan BOPTN Pusat Studi Bioframaka tahun 2013.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2014

Muhammad Yunus
DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
BAHAN DAN METODE 1
Alat dan Bahan 1
Determinasi Tumbuhan 2
Penentuan Kadar Air 2
Ekstraksi dan Uji Flavonoid 2
Uji Shinoda 2
Uji NaOH 3
Fraksionasi Flavonoid 3
Identifikasi Senyawa dalam Fraksi 3
Uji Aktivitas Penghambatan Proliferasi terhadap Sel Vero dan Sel Raji 4
HASIL DAN PEMBAHASAN 4
Ekstrak dan Fitokimia Senyawa Flavonoid 4
Efektivitas Ekstrak Metanol terhadap Proliferasi Sel Vero 6
Fraksi Ekstrak Metanol 7
Identitas Flavonoid 9
Aktivitas Fraksi Kaya-Kuersetin dalam Penghambatan Proliferasi Sel Vero
dan Sel Raji 12
SIMPULAN DAN SARAN 14
Simpulan 14
Saran 14
DAFTAR PUSTAKA 14
LAMPIRAN 17
RIWAYAT HIDUP 24
DAFTAR GAMBAR

1 Hasil uji NaOH pada ekstrak metanol A, setelah penambahan NaOH


(B), setelah penambahan HCl (C) 5
2 Hasil uji Shinoda 6
3 Sel Vero tanpa pemberian ekstrak (A) dan sel Vero yang telah
diberikan ekstrak kasar metanol sebesar 500 µg mL-1 (B) 7
4 Fraksi 1-4 n-heksana-etil asetat (A), fraksi 5-6 n-heksana-etil asetat
(B), dan fraksi 7 metanol dibandingkan dengan standar kuersetin (C)
yang dipantau di bawah sinar UV pada panjang gelombang 366 nm 8
5 Fraksi kuersetin dibandingkan dengan standar kuersetin yang
dipantau pada di bawah sinar UV pada panjang gelombang 366 nm 9
6 Pola fragmentasi fraksi kaya-kuersetin 10
7 Pola fragmentasi standar kuersetin 10
8 Pola fragmentasi fraksi kaya-kuersetin yang menunjukkan puncak ion
molekul senyawa kuersetin 11
9 Pola fragmentasi senyawa dugaan fraksi kaya-kuersetin 11
10 Kurva penghambatan proliferasi fraksi kaya-kuersetin daun jambu
biji terhadap sel Vero dan sel Raji 12
11 Sel Raji tanpa pemberian fraksi kaya-kuersetin (A), sel Raji yang
diberikan fraksi kaya-kuersetin pada konsentrasi 100 µg mL-1 (B), sel
Vero tanpa pemberian fraksi kaya-kuersetin (C), dan sel Vero yang
diberikan fraksi kaya-kuersetin pada konsentrasi 100 µg mL-1 (D) 13

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil determinasi tumbuhan daun jambu biji merah 17


2 Bagan alir penelitian 18
3 Bagan alir metode MTT 20
4 Kadar air daun jambu biji merah 21
5 Data hasil uji penghambatan ekstrak metanol terhadap sel Vero 21
6 Data hasil uji penghambatan fraksi kaya-kuersetin terhadap sel Vero 22
7 Data hasil uji penghambatan fraksi kaya-kuersetin terhadap sel Raji 23
8 Nilai IC50 ekstrak metanol dan fraksi kaya-kuersetin terhadap sel
Vero dan sel Raji 23
PENDAHULUAN

Jambu biji (Psidium guajava) termasuk dalam famili tanaman Myrtaceae.


Daun tanaman ini banyak mengandung senyawaan fenolik yang dapat
menghambat reaksi peroksidasi di dalam tubuh. Oleh karena itu, tanaman ini
diharapkan dapat mencegah terjadinya berbagai macam penyakit kronis seperti
diabetes, kanker, dan penyakit pada hati (Qian dan Nihorimbere 2004). Tanaman
ini telah banyak diteliti sebagai agen pencegah terjadinya berbagai jenis penyakit
kronis sebagaimana dilaporkan oleh Seo et al. (2005), Wu et al. (2009), Roy dan
Das (2011), dan Choudhury et al. (2012). Beberapa bagian dari tanaman ini
banyak digunakan dalam bidang pengobatan, yaitu buah, daun, akar, batang,
bunga, dan kulit (Coser et al. 2012).
Hasil penelitian Wu et al. (2009) menunjukkan bahwa ekstrak daun jambu
biji mengandung beberapa senyawa fenolik, yaitu asam galat, katekin, dan
kuersetin. Botempo et al. (2012) meneliti aktivitas antikanker dari komponen
bioflavonoid dalam buah jambu biji yang salah satunya adalah kuersetin. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa beberapa komponen bioflavonoid dalam buah
jambu biji berkhasiat sebagai antikanker. Kuersetin merupakan salah satu
senyawa golongan flavonoid yang telah banyak diuji aktivitasnya dalam
menghambat pertumbuhan sel kanker seperti yang dilaporkan oleh Harwood et al.
(2007), Borska et al. (2012), dan Zhang et al. (2012).
Telah banyak penelitian yang dilakukan untuk menguji kemampuan daun
jambu biji dalam menghambat pertumbuhan sel kanker. Akan tetapi, penelitian-
penelitian tersebut lebih banyak dilakukan dalam bentuk ekstrak kasar dari daun
jambu biji seperti yang dilaporkan oleh Seo et al. (2005), Joseph dan Priya (2010),
Botempo et al. (2012), dan Sul’ain et al. (2012). Temuan ini dilanjutkan dengan
analisis aktivitas flavonoid dari fraksi ekstrak kasar yang kaya akan kuersetin
dalam menghambat pertumbuhan sel kanker. Penelitian ini menguji daya hambat
pada sel kanker Raji dari fraksi kuersetin ekstrak metanol daun jambu biji.

BAHAN DAN METODE

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan meliputi radas kromatografi cair vakum (KCV),


kromatografi kolom, kromatografi cair yang ditandem dengan spektrometer massa
(LC-MS) dengan modus ionisasi semprotan ion (ESI-MS) Mariner
Biospectrometry di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Serpong, dan
alat pembaca uji imunosorben tertaut-enzim (ELISA) di Pusat Studi Satwa
Primata IPB.
Bahan yang digunakan meliputi daun jambu biji merah, silika gel KCV 60
G, silika gel kromatografi kolom 60 (70–230 mesh), [3-(4,5-dimetiltiazol-2-il)-
2,5-difeniltetrazolium bromida] (MTT), Dulbecco’s Modified Eagle’s Medium
(DMEM), Roswell Park Memorial Institute-1640 (RPMI), kuersetin standar
(Wako, Jepang), sel Vero (ATCC CCL-81), dan sel Raji (ATCC CCL-86). Kedua
jenis sel adalah koleksi Pusat Studi Satwa Primata IPB.
2

Determinasi Tumbuhan

Bahan yang digunakan ialah daun jambu biji tua yang didapatkan dari Pusat
Studi Biofarmaka. Sampel telah diidentifikasi oleh Herbarium Bogoriense, LIPI,
Cibinong, Bogor (Lampiran 1).

Penentuan Kadar Air

Cawan porselen terlebih dahulu dikeringkan dalam oven pada suhu 100 C
selama 30 menit. Cawan porselin kemudian didinginkan dalam eksikator dan
ditimbang. Sebanyak 2 g sampel daun jambu biji diletakkan dalam cawan tersebut.
Sampel kemudian dipanaskan dalam oven pada suhu 100 1 C selama 5 jam.
Selanjutnya, cawan berisi sampel beserta cawan porselin didinginkan dalam
eksikator untuk selanjutnya ditimbang. Pengeringan dan penimbangan diulangi
setiap 1 jam hingga didapatkan bobot konstan (AOAC 2005). Persentase kadar air
dihitung menggunakan rumus

Keterangan:
a = bobot sampel sebelum dikeringkan (g)
b = bobot sampel setelah dikeringkan (g)

Ekstraksi dan Uji Flavonoid

Pada tahap awal, daun dikeringkan di bawah sinar matahari secara tidak
langsung dan diserbukkan menggunakan alat penggiling. Ekstraksi flavonoid
mengacu pada Fitrya (2011). Sebanyak 1 kg serbuk kering sampel dimaserasi
menggunakan pelarut metanol sebanyak 3 2.5 L. Filtrat hasil ekstraksi
dipekatkan menggunakan penguap putar hingga didapatkan ekstrak pekat.
Rendemen ekstrak dihitung menggunakan rumus

Keterangan:
a = bobot ekstrak (g)
b = bobot sampel kering (g)
ka = kadar air
Ekstrak metanol diuji flavonoidnya menggunakan uji Shinoda dan uji NaOH.
Selain itu, ekstrak juga digunakan untuk uji awal penghambatan proliferasi pada
sel normal (Bhatt dan Dhyan 2011).

Uji Shinoda

Sebanyak 2‒ 3 mL ekstrak metanol diberi beberapa butir logam Mg pada


pelat tetes. Ke dalam campuran tersebut kemudian ditambahkan beberapa tetes
HCl pekat. Pada uji ini, ekstrak positif mengandung flavonoid apabila terbentuk
warna magenta (Bhatt dan Dhyan 2011).
3

Uji NaOH

Ke dalam 2‒ 3 mL ekstrak sampel ditambahkan beberapa tetes larutan


NaOH pada plat tetes. Pada uji ini, ekstrak positif mengandung flavonoid apabila
terbentuk warna kuning ketika ditambahkan NaOH. Warna kuning akan memudar
dengan penambahan beberapa tetes HCl (Bhatt dan Dhyan 2011).

Fraksionasi Flavonoid

Fraksionasi flavonoid kuersetin dalam sampel mengacu pada Fitrya (2011).


Ekstrak metanol difraksionasi menggunakan teknik KCV. Sebanyak 20 g ekstrak
pekat sampel dipraabsorpsi menggunakan silika gel G60 (70‒ 230 mesh) sebagai
fase diam. Campuran kemudian digerus hingga homogen dan kering. Selanjutnya
sampel dimasukkan ke dalam kolom kromatografi dan dielusi menggunakan eluen
dengan kepolaran meningkat (n-heksana-etil asetat). Nisbah eluen (n-heksana-etil
asetat) yang digunakan adalah 9:1 hingga 0:10. Eluat kemudian ditampung dalam
sejumlah vial dengan volume masing-masing 100 mL. Keberadaan kuersetin
dalam setiap vial kemudian dicek menggunakan pelat kromatografi lapis tipis
(KLT) yang dipantau menggunakan sinar ultraviolet (UV) pada panjang
gelombang 366 nm. Eluat yang menghasilkan noda yang sama dikelompokkan
menjadi 1 fraksi eluat. Fraksi-fraksi eluat yang didapatkan kemudian
dibandingkan nilai Rf setiap senyawanya dengan nilai Rf kuersetin standar.
Sebanyak 1 g fraksi eluat yang menghasilkan noda utama kuersetin
dipraabsorpsi menggunakan silika gel G60 (70‒ 230 mesh) sebagai fase diam.
Sampel dimasukkan ke dalam kolom kromatografi untuk dielusi. Eluen yang
digunakan adalah kloroform-aseton-metanol dengan nisbah 6.5:3:0.5. Eluat
ditampung dalam vial-vial dengan volume masing-masing 5 mL. Eluat dari vial
yang menunjukkan noda yang sama pada pelat KLT dikelompokkan menjadi 1
fraksi eluat. Fraksi eluat yang menghasilkan noda utama kuersetin pada KLT
diidentifikasi senyawa hasil isolasinya. Selain itu, fraksi tersebut juga diuji
aktivitas antikankernya pada sel kanker secara in vitro.

Identifikasi Senyawa dalam Fraksi

Senyawa dalam fraksi diidentifikasi setelah fraksi dihidrolisis dengan asam.


Tahapan hidrolisis asam merujuk pada Sultana dan Anwar (2008). Pada tahap
awal, 0.3 g isolat ditambahkan 5 mL HCl 1.2 N. Larutan yang dihasilkan
kemudian direfluks pada suhu 90 C selama 2 jam dengan pengadukan. Hidrolisat
didinginkan untuk selanjutnya dipisahkan antara endapan dan supernatan melalui
sentrifugasi selama 10 menit dengan laju 5000 rpm. Supernatan dipisahkan dan
dimasukkan ke dalam alat sonikator selama 5 menit. Larutan yang didapatkan
kemudian diinjeksikan ke dalam injektor LC-MS.
Analisis LC-MS menggunakan pelarut campuran air dan metanol yang
masing-masing menggandung asam asetat 0.3% dengan nisbah pelarut (95:5).
Pelarut dielusikan dalam sistem isokratik dengan laju alir total sebesar 1
mL/menit. Puncak-puncak ion fragmen yang didapatkan dari hasil analisis sampel
dibandingkan dengan puncak-puncak ion fragmen dari kuersetin standar. Diagram
4

alir fraksionasi ekstrak daun jambu biji merah selengkapnya terdapat pada
Lampiran 2.

Uji Aktivitas Penghambatan Proliferasi terhadap Sel Vero dan Sel Raji

Uji aktivitas penghambatan proliferasi kanker pada sel Raji merujuk Sajuthi
(2001), Wang et al. (2009), dan Mustariani (2011). Pada tahap awal, sel Vero dan
sel Raji ditumbuhkan pada suatu media tumbuh. Sel Vero ditumbuhkan pada
media tumbuh DMEM, sedangkan sel Raji ditumbuhkan pada media tumbuh
RPMI. Pada setiap media tumbuh ditambahkan 10% FBS dan 1% penisilin-
streptomisin. Sel dengan konsentrasi 2 103 sel/sumur kemudian didistribusikan
ke dalam pelat kultur jaringan 96 sumur. Sel selanjutnya diinkubasi menggunakan
inkubator CO2 dengan konsentrasi 5% dan suhu 37 C selama 24 jam. Pada setiap
sumur ditambahkan ekstrak flavonoid yang kaya-kuersetin dengan konsentrasi
125, 100, 50, 12.5, dan 6.25 ppm. Kontrol dibuat sebagai pembanding. Kontrol
yang digunakan merupakan sel Vero dan sel Raji yang ditumbuhkan pada media
tumbuhnya masing-masing, tanpa penambahan ekstrak kaya-kuersetin. Sel yang
telah ditambahkan ekstrak kaya-kuersetin diinkubasi kembali dengan kondisi yang
sama pada proses inkubasi pertama selama 48 jam. Ke dalam setiap sel
ditambahkan sebanyak 10 L MTT/sumur selama 4 jam sampai terbentuk
formazan pada sel hidup yang tampak sebagai warna biru. Selanjutnya reaksi
MTT dihentikan dengan menambahkan reagen etanol sebanyak 100 L/sumur dan
diaduk di atas shaker selama 10 menit. Serapan dibaca menggunakan alat
pembaca ELISA pada panjang gelombang 595 nm. Persentase inhibisi
pertumbuhan sel kanker dihitung menggunakan rumus

Berdasarkan persentase inhibisi yang didapatkan, ditentukan nilai


penghambatan sel kanker pada setiap konsentrasi senyawa flavonoid yang
diujikan. Aktivitas penghambatan yang terbesar dari senyawa flavonoid yang
diperoleh juga ditentukan. Grafik hubungan konsentrasi sampel uji dengan
persentase inhibisi dibuat untuk menentukan nilai konsentrasi penghambatan 50%
(IC50). Nilai IC50 dapat ditentukan melalui persamaan regresi linear dari grafik
tersebut. Diagram alir metode MTT diberikan pada Lampiran 3.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ekstrak dan Fitokimia Senyawa Flavonoid

Setelah proses pengeringan, sampel daun jambu diproses menggunakan


metode maserasi dengan memasukkan sampel ke dalam larutan n-heksana. Proses
ini bertujuan memisahkan senyawa nonpolar dari sampel daun jambu karena sifat
n-heksana yang dapat melarutkan senyawa nonpolar. Selain itu, proses ini
5

memudahkan pemisahan lebih lanjut senyawa flavonoid yang umumnya bersifat


polar karena telah terbebas dari senyawa-senyawa nonpolar yang terkandung di
dalam sampel daun jambu biji (Mustariani 2011). Sampel yang telah terbebas dari
senyawa-senyawa nonpolar kemudian diproses menggunakan metode maserasi
kembali dengan melarutkan sampel ke dalam pelarut metanol. Hal ini bertujuan
mendapatkan senyawa-senyawa flavonoid dalam sampel yang umumnya masih
berbentuk glikosida seperti yang dinyatakan oleh Erlund (2004). Berdasarkan
penelitian Wach et al. (2007), umumnya pelarut polar seperti metanol baik untuk
mengekstraksi kuersetin dalam tanaman karena sifat kuersetin yang masih sangat
polar dalam bentuk glikosidanya. Ekstrak metanol yang diperoleh sebesar 388.5 g,
atau 42%, dan kadar air 7% (Lampiran 4).
Kandungan senyawa flavonoid dalam ekstrak metanol ditentukan melalui
uji fitokimia. Hasil uji fitokimia dengan uji NaOH diperlihatkan pada Gambar 1.
Didapatkan hasil uji positif flavonoid yang ditunjukkan dengan terbentuknya
warna kuning pada ekstrak metanol setelah ditambahkan NaOH. Perubahan warna
ini terbentuk dari perubahaan senyawaan flavon yang mengandung satu atau lebih
gugus hidroksil bebas seperti mirisetin menjadi senyawaan turunan
antosianidinnya (Krishnaswamy 2003).

A B C

Gambar 1 Hasil uji NaOH pada ekstrak metanol (A), setelah penambahan NaOH
(B), dan setelah penambahan HCl (C)
Uji fitokimia dengan uji Shinoda juga menunjukkan hasil uji positif
flavonoid seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2. Terbentuknya warna
magenta pada lapisan atas ekstrak metanol, yang disebabkan oleh reaksi reduksi
dari senyawaan seperti flavonol-3-glikosida atau 3-O-metileter oleh logam Mg
yang bereaksi dengan HCl. Menurut Krishnaswamy (2003), kepekatan warna
yang terbentuk pada setiap uji fitokimia dipengaruhi oleh kelimpahan senyawa
penghasil warna yang terkandung di dalam sampel. Berdasarkan uji fitokimia
tersebut, didapatkan hasil uji yang sejalan dengan penelitian Botempo et al.
(2012) yang menyimpulkan terdapatnya senyawaan flavonoid dalam daun jambu
biji seperti kuersetin dan guaijavarin.
6

Gambar 2 Hasil uji Shinoda pada ekstrak metanol

Efektivitas Ekstrak Metanol terhadap Proliferasi Sel Vero

Ekstrak metanol yang didapatkan kemudian terlebih dahulu diujikan


terhadap sel Vero sebagai sel normal. Proses ini untuk mengetahui batas
konsentrasi ekstrak metanol yang masih dapat menghambat proliferasi sel Vero.
Proses ini memberikan informasi mengenai konsentrasi ekstrak yang aman bagi
proliferasi sel Vero saat dilakukannya analisis penghambatan terhadap sel kanker.
Analisis ini dilakukan pada beragam konsentrasi sampel, mulai dari 10000
sampai 250 µg mL-1 (Tabel 1). Berdasarkan data analisis, diketahui semakin
tinggi konsentrasi ekstrak metanol yang digunakan, semakin besar penghambatan
terhadap proliferasi sel Vero. Penghambatan proliferasi sel Vero menurun menjadi
di bawah 50% ketika konsentrasi ekstrak metanol yang digunakan diturunkan
menjadi 1000 µg mL-1. Pada konsentrasi terendah yang digunakan, yaitu 250 µg
mL-1, ekstrak metanol masih dapat menghambat proliferasi sel Vero sebesar
17.85%. Oleh karena itu, konsentrasi ekstrak yang aman digunakan untuk analisis
penghambatan sel kanker adalah di bawah 250 µg mL-1 (Lampiran 5).

Tabel 1 penghambatan proliferasi ekstrak kasar metanol daun jambu biji terhadap
proliferasi sel Vero

Konsentrasi ekstrak
Rata-rata absorbans % Penghambatan
(ppm)
10000 0.0200 94.88
5000 0.0853 78.14
1500 0.1127 71.14
1000 0.2070 46.97
500 0.2427 37.83
250 0.3207 17.85

Berdasarkan pengamatan secara makroskopis pada pertumbuhan sel Vero


(Gambar 3), ekstrak kasar metanol diketahui mampu mengurangi pertumbuhan sel
Vero dalam jumlah besar. Akan tetapi, jumlah sel Vero yang mati tidak dapat
diketahui karena keterbatasan metode MTT yang tidak dapat menghitung jumlah
sel yang mati, tetapi hanya dapat menghitung persentase penghambatan proliferasi
sel.
7

A B

Gambar 3 Sel Vero tanpa pemberian ekstrak (A) dan sel Vero yang telah diberi
ekstrak kasar metanol sebesar 500 µg mL-1 (B) (perbesaran 40×100)

Fraksi Ekstrak Metanol

Ekstrak kasarmetanol yang didapatkan pada proses sebelumnya,


difraksionasi lebih lanjut untuk mendapatkan fraksi target, yaitu fraksi kuersetin.
Proses impregnasi terlebih dahulu dilakukan pada 20 g ekstrak metanol tersebut
sebelum dilakukan proses kromatografi dengan metode kromatografi cair vakum
(KCV). Ekstrak metanol dielusi menggunakan pelarut n-heksana-etil asetat
dengan nisbah 9:1 sampai 0:10 untuk selanjutnya dielusi kembali dengan metanol.
Pelarut n-heksana-etil asetat digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa
yang bersifat non-polar sampai semipolar, sementara senyawa yang bersifat polar
akan terpisah saat dielusi dengan pelarut metanol. Eluat-eluat yang didapatkan
kemudian dielusi lebih lanjut dengan metode KLT menggunakan eluen n-
heksana:etil asetat (4:6). Eluen tersebut digunakan karena paling baik
memisahkan ekstrak metanol. Berdasarkan hasil pemisahan, diketahui terdapat 7
fraksi hasil KCV dengan 6 fraksi merupakan fraksi n-heksana-etil asetat dan 1
fraksi merupakan fraksi metanol (Gambar 4). Fraksi-fraksi tersebut kemudian
dibandingkan nilai Rf senyawa-senyawa yang terkandung dengan nilai Rf kuersetin
standar. Fraksi metanol memiliki noda dan nilai Rf yang sama dengan kuersetin
standar, yaitu 0.675 (Gambar 4c) ketika dielusi menggunakan pelarut metilena
klorida-etil asetat (7:3). Senyawa kuersetin terdapat dalam fraksi metanol diduga
karena masih berada dalam bentuk glikosidanya sehingga bersifat sangat polar
sesuai yang dinyatakan oleh Wach et al. (2007).
8

A B

Noda
Kuersetin Standar Noda
Fraksi Metanol

Gambar 4 Fraksi 1‒ 4 n-heksana-etil asetat (A), fraksi 5‒ 6 n-heksana-etil asetat


(B), dan fraksi 7 metanol dibandingkan dengan kuersetin standar (C)
yang dipantau di bawah sinar UV pada panjang gelombang 366 nm
Fraksi metanol yang mengandung senyawa target, yaitu kuersetin lebih
lanjut dipisahkan kembali menggunakan metode kromatografi kolom. Proses ini
dilakukan untuk memisahkan lebih lanjut senyawa-senyawa yang masih
bercampur dengan fraksi kuersetin. Fraksi metanol tersebut dipisahkan
menggunakan eluen kloroform-aseton-metanol (6.5:3:0.5) dengan elusi secara
isokratik. Pelarut-pelarut tersebut digunakan untuk memisahkan senyawa bersifat
semipolar sampai polar. Eluat-eluat yang didapatkan dielusi kembali
menggunakan pelarut metilena klorida-etil asetat (7:3) pada KLT dan semua eluat
yang masih mengandung senyawa kuersetin dikumpulkan (Gambar 5). Dari
sebanyak 3.12 g fraksi metanol yang didapatkan dari proses KCV, fraksi kaya-
kuersetin yang berhasil dikumpulkan sebesar 1.29 g atau 6.25% dari total ekstrak
yang digunakan pada penelitian ini. Berdasarkan hasil analisis yang didapatkan,
senyawa kuersetin masih bercampur dengan senyawa lain yang terkandung dalam
ekstrak seperti kaemferol dan mirisetin. Berdasarkan penelitian Wang et al.
(2010), senyawa kuersetin, kaemferol, dan mirisetin berhasil diisolasi dari ekstrak
daun jambu biji. Senyawa-senyawa tersebut memiliki struktur yang hampir sama.
Hal ini diduga membuat senyawa-senyawa tersebut sulit untuk dipisahkan
menggunakan teknik kromatografi kolom.
9

Noda
Kuersetin Standar

Noda
Fraksi Kuersetin

Gambar 5 Fraksi kuersetin dibandingkan dengan kuersetin standar yang dipantau


pada di bawah sinar UV pada panjang gelombang 366 nm

Identitas Flavonoid

Fraksi senyawa target yang diinginkan, yaitu fraksi kaya-kuersetin


diidentifikasi lebih lanjut menggunakan radas LC-MS. Akan tetapi, terlebih
dahulu dilakukan proses hidrolisis asam pada fraksi tersebut. Proses ini dilakukan
dengan menambahkan HCl 1.2 N dan dipanaskan dalam suhu 90 C untuk
melepaskan senyawa kuersetin target yang masih dalam bentuk glikosida menjadi
bentuk aglikonnya (Sultana dan Anwar 2007).
Didapatkan pola fragmentasi sederhana pada sampel hasil hidrolisis ketika
sampel diinjeksikan ke dalam radas LC-MS (Gambar 6). Munculnya pola
fragmentasi yang sederhana tersebut dapat disebabkan oleh molekul dalam sampel
yang relatif stabil atau proses ionisasi sampel yang menggunakan energi yang
rendah. Tsimogiannis et al. (2007) menyatakan, spektrum [M+H]+ tidak dapat
terfragmentasi secara menyeluruh ketika energi tumbukan yang digunakan pada
proses ionisasi sampel rendah.
10
Mariner Spec /102:103 (T /3.89:3.93) -97:100 (T -3.89:3.93) ASC=>NR(2.00)[BP = 150.1, 295]

150.1182 295.4
100

90

80

70

60
% I ntensi ty

50

40

30

20

151.1260
10
150.2674
152.1174
147.8736
0 0
145.0 148.2 151.4 154.6 157.8 161.0
Mass (m/z)

Gambar 6 Pola fragmentasi fraksi kaya-kuersetin


Pada analisis kuersetin standar dengan radas LC-MS, didapatkan puncak
spektrum [M+H]+ dengan nilai m/z 303 (Gambar 7) yang merupakan puncak khas
senyawa kuersetin seperti yang dilaporkan oleh Sanchez-Rabaneda et al. (2003).
Pada sampel fraksi kaya-kuersetin didapatkan puncak spektrum [M+H]+ dengan
nilai m/z 303 seperti pada standar kuersetin, tetapi dengan intensitas yang rendah
(Gambar 8).

Mariner Spec /89:90 (T /3.39:3.43) -81:85 (T -3.39:3.43) ASC=>NR(2.00)[BP = 303.2, 538]

303.2404 537.8
100

90

80

70

60
% I ntensi ty

50

40

30

304.2464
20

10 303.4468 325.2461
305.2292
299.4518 317.3546 326.2397
0 0
291.0 301.4 311.8 322.2 332.6 343.0
Mass (m/z)

Gambar 7 Pola fragmentasi kuersetin standar


11

Mariner Spec /70:90 (T /2.66:3.43) -9:38 (T -2.66:3.43) ASC[BP = 538.3, 220]

301.2678 2.8
100

90
303.2643
299.3226

80

70

60
% I ntensi ty

50
299.1517

40

30

298.6994
20

10

0 0
296.0 298.2 300.4 302.6 304.8 307.0
Mass (m/z)

Gambar 8 Pola fragmentasi fraksi kaya-kuersetin yang menunjukkan puncak ion


molekul senyawa kuersetin
Menurut Sanchez-Rabaneda et al. (2003), munculnya ion fragmen dengan
nilai m/z 150, 151, dan 152 seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6 dihasilkan
melalui pembelahan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 9.

Gambar 9 Pola fragmentasi senyawa dugaan dalam fraksi kaya-kuersetin


Berdasarkan pola spektrum ion fragmen pada Gambar 6, didapatkan puncak
dasar pembelahan senyawa kuersetin pada m/z 151. Nilai tersebut diduga
12

merupakan ion molekul [M+H]+ dari pembelahan senyawa kuersetin dengan


bobot molekul 150. Hal ini dapat terjadi karena terbentuknya ion molekul semu
(pseudomolecular ion). Ion molekul semu tersebut terbentuk sebagai hasil dari
reaksi antara kation dalam pelarut yang mengadisi ion molekul atau fragmennya.
Intensitas ion fragmen 150 yang tinggi dapat disebabkan oleh pemecahan dari
senyawa lain seperti kaemferol dan mirisetin yang mungkin masih terdapat dalam
fraksi kuersetin seperti yang dilaporkan oleh Sanchez-Rabaneda et al. (2003).
Berdasarkan argumentasi tersebut, diduga senyawa yang terkandung dalam fraksi
kaya-kuersetin merupakan senyawa target, yaitu kuersetin.

Aktivitas Fraksi Kaya-Kuersetin dalam Penghambatan Proliferasi Sel Vero


dan Sel Raji

Fraksi kaya-kuersetin yang didapatkan dari hasil fraksionasi terhadap


ekstrak metanol daun jambu biji dianalisis aktivitas daya hambatnya terhadap
proliferasi sel Vero dan sel Raji. Konsentrasi fraksi kaya-kuersetin yang
digunakan sebesar 6.25, 12.5, 50, 100, dan 125 µg mL-1. Nilai konsentrasi tersebut
ditentukan berdasarkan hasil analisis aktivitas ekstrak metanol daun jambu biji
terhadap proliferasi sel Vero. Berdasarkan hasil analisis, konsentrasi yang aman
digunakan dalam uji aktivitas fraksi kaya-kuersetin adalah di bawah 250 µg mL-1.

70,00%

60,00%

50,00%
% penghambatan

40,00%

30,00% Sel Vero


Sel Raji
20,00%

10,00%

0,00%
0 50 100 150
konsentrasi (ppm)

Gambar 10 kurva penghambatan proliferasi fraksi kaya-kuersetin daun jambu biji


terhadap sel Vero dan sel Raji
Berdasarkan kurva pada Gambar 10 dan Lampiran 6, diketahui fraksi kaya-
kuersetin pada konsentrasi 125 µg mL-1 masih menghambat proliferasi sel Vero
sebesar 17.36%. Akan tetapi, aktivitas penghambatan proliferasi tersebut menurun
pada konsentrasi 50 µg mL-1 menjadi hanya di bawah 5%. Hasil analisis
penghambatan proliferasi sel Raji menunjukkan bahwa pada konsentrasi 125 µg
mL-1, fraksi kaya-kuersetin sudah dapat menghambat proliferasi sel Raji sebesar
63.48% (Lampiran 7). Nilai IC50 fraksi kaya-kuersetin terhadap penghambatan
proliferasi sel Raji adalah 1.35 µg mL-1 (Lampiran 8). Zhang et al. (2012) telah
13

meneliti aktivitas penghambatan proliferasi kuersetin standar pada sel Lovo yang
menunjukkan nilai IC50 sebesar 13.05 µg mL-1. Berdasarkan informasi tersebut,
fraksi kaya-kuersetin daun jambu biji memiliki aktivitas yang lebih baik jika
dibandingkan dengan nilai IC50 kuersetin standar pada penelitian yang dilakukan
oleh Zhang et al. (2012). Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya efek sinergis
dari senyawa-senyawa yang terkandung dalam fraksi kaya-kuersetin daun jambu
biji sehingga meningkatkan aktivitasnya terhadap penghambatan proliferasi sel
Raji (Gambar 10).
Kurva dalam Gambar 10 menunjukkan aktivitas penghambatan proliferasi
fraksi kaya-kuersetin yang bergantung pada konsentrasi fraksi yang digunakan.
Semakin tinggi konsentrasi yang digunakan, semakin tinggi aktivitas yang muncul.
Nilai tersebut memiliki korelasi dengan jumlah sel yang hidup. Pada konsentrasi
tinggi, didapatkan nilai absorbans sampel yang rendah. Hal ini disebabkan oleh
rendahnya jumlah sel yang hidup, sehingga jumlah enzim mitokondria
dehidrogenase yang akan memotong cincin tetrazolium menjadi rendah.
Akibatnya, formazan MTT biru yang terbentuk sedikit, sehingga nilai absorbans
menjadi rendah (Freshney 2010). Berdasarkan kurva pada Gambar 10, fraksi
kaya-kuersetin menunjukkan aktivitas yang spesifik menghambat proliferasi sel
kanker, tetapi tidak pada sel normal. Hal ini sesuai dengan penelitian Chen et al.
(2013) yang menyatakan kuersetin memiliki sifat selektif anti-proliferasi pada sel
kanker, tetapi tidak terjadi pada sel normal.

A B C

Gambar 11 Sel Raji tanpa pemberian fraksi kaya-kuersetin (A), sel Raji yang
diberikan fraksi kaya-kuersetin pada konsentrasi 100 µg mL-1(B), sel
Vero tanpa pemberian fraksi kaya-kuersetin (C), dan sel Vero yang
diberikan fraksi kaya-kuersetin pada konsentrasi 100 µg mL-1 (D)
(perbesaran 10×100)
14

Berdasarkan pengamatan secara makroskopis, terjadi perbedaan pengaruh


penambahan fraksi kaya-kuersetin pada sel Vero dan sel Raji. Pada sel Raji,
terlihat perbedaan yang jauh antara jumlah sel pada kontrol jika dibandingkan
dengan sel yang telah ditambahkan fraksi kaya-kuersetin. Pada sel yang diberi
fraksi kaya-kuersetin, sel Raji berkurang dengan signifikan, tetapi hal ini tidak
terjadi pada sel Vero (Gambar 11). Pada sel Raji, sel juga mengalami perubahan
morfologi yang menunjukkan kematian sel seperti yang ditunjukkan pada Gambar
11. Perubahan pada morfologi sel terjadi secara nekrosis, pembengkakan terjadi
pada sel yang mengalami nekrosis untuk kemudian sel akan menjadi lisis. Hal ini
sesuai dengan kajian Psahoulia et al. (2007), yaitu kuersetin dapat meningkatkan
faktor nekrosis pada sel kanker.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil fraksionasi ekstrak metanol daun jambu biji dan analisis
menggunakan radas LC-MS, diketahui terkandung senyawa kuersetin pada fraksi
kaya-kuersetin yang digunakan dalam aktivitas penghambatan proliferasi sel Raji.
Rendemen ekstrak metanol adalah 42% dan rendemen fraksi kaya-kuersetin
adalah 6.5%. Hasil uji aktivitas menyatakan fraksi kaya-kuersetin menghambat
proliferasi sel Raji sebesar 60% pada konsentrasi 100 µg mL-1, sedangkan pada
konsentrasi yang sama fraksi kaya-kuersetin hanya menghambat proliferasi sel
Vero sebesar 10%. Dapat disimpulkan bahwa fraksi kaya-kuersetin daun jambu
biji terbukti menghambat proliferasi sel Raji, tetapi tidak menghambat proliferasi
sel Vero.

Saran

Perlu dilakukan analisis lebih lanjut aktivitas fraksi kaya-kuersetin daun


jambu biji pada jenis sel kanker yang lain, sehingga kegunaan fraksi kaya-
kuersetin daun jambu biji dapat digunakan sebagai obat antikanker dapat
dibuktikan. Selain itu, perlu juga dilakukan analisis lebih lanjut mengenai
mekanisme penghambatan proliferasi sel kanker oleh fraksi kaya-kuersetin daun
jambu biji.

DAFTAR PUSTAKA

[AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 2005. Official Method of


Analysis of The Association of Official Analytical Chemist. Ed ke-18.
Washington DC (US):AOAC.
Bhatt S, Dhyani S. 2012. Preliminary phytochemical screening of Ailanthus
excelsa Roxb. Int J Curr Pharm Res. 4:87-89.
15

Borska S, Chmielewska M, Wysocka T, Drag-Zalesinska M, Zabel M, Dziegiel P.


2012. In vitro effect of quercetin on human gastric carcinoma: targeting
cancer cells death and MDR. Food Chem Toxicol. 50:3375-3383.
doi:10.1016/j.fct.2012.06.035.
Botempo P, Boto A, Miceli M, Mita L, Benedetti R, Nebbioso A, Veglione M,
Rigano D, Cioffi M, Sica V et al. 2012. Psidium guajava L. anti-neoplastic
effects: induction of apoptosis and cell differentiation. Cell Prolif. 45:22-31.
doi:10.1111/j.1365-2184.2011.00797.
Chen SF, Nien S, Wu CH, Liu CL, Chang YC, Lin YS. 2013. Reappraisal of the
anticancer efficacy of quercetin in oral cancer cells. J Chin Med Assoc.
76:146-152. doi: 10.1016/j.jcma.2012.11.008.
Choudhury S, Sharan L, Sinha MP. 2012. Phytochemical and antimicrobial
screening of Psidium Guajava L. leaf extracts against clinically important
gastrointestinal pathogens. J Nat Prod Plant Resour. 2(4):524-529.
Coser SM, Ferreira da Silva MF, Ferreira A, Mitre LK, Carvalho CR, Clarindo
WR. 2012. Assessment of genetic diversity in Psidium guajava L. using
different approaches. Scientia Horticult. 148:223-229. doi: 10.1016/
j.scienta.2012.09.030.
Erlund I. 2004. Review of the flavonoids quercetin, hesperetin and naringenin.
Dietary sources, bioactivities, bioavailability, and epidemiology. J Nutr Res.
7(5):851-874.
Fitrya. 2011. Flavonoid kuersetin dari tumbuhan benalu teh (Scrulla atropurpurea
BL. Dans). J Penel Sains. 14(4):33-37.
Freshney RI. 2010. Culture of Animal Cells. A Manual of Basic Technique and
Specialized Applications. Ed ke-6. New Jersey (US): J Wiley.
Harwood M, Danielewska-Nikiel B, Borzelleca JF, Flamm GW, Williams GM,
Lines TC. 2007. A critical review of the data related to the safety of
quercetin and lack of evidence of in vivo toxicity, including lack of
genotoxic/carcinogenic properties. Food Chem Toxicol. 45:2179-2205.
doi:10.1016/j.fct.2007.05.015.
Joseph B, Priya RM. 2010. Preliminary phytochemicals of Psidium guajava L.
leaf of methanol extract and its cytotoxic study on HeLa cell lines.
Ethnopharmacol. 1:87.
Krishnaswamy NR. 2003. Chemistry of Natural Product. Hyderabad (IN):
Universities Press.
Mustariani BAA. 2011. Flavonoid dari daun Annona muricata dan aktivitas
penghambatannya dalam proliferasi sel kanker [tesis]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Psahoulia FH, Drosopoulos KG, Doubravska L, Andera L, Pintzas A. 2007.
Quercetin enhances TRAIL-mediated apoptosis in colon cancer cells by
inducing the accumulation of death receptors in lipid rafts. Mol Cancer Ther.
6(9):2591-2599. doi:10.1158/1535-7163.MCT-07-0001.
Qian H, Nihorimbere V. 2004. Antioxidant power of phytochemicals from
Psidium guajava leaf. Zhejiang Univ Sci. 5(6):676-683.
Roy CK, Das AK. 2011. Effect of Psidium guajava Linn. leaf extract on liver
cells. NSHM J Pharm Health Manag. 2:83-88.
16

Sajuthi D. 2001. Ekstraksi, fraksionasi, karakterisasi, dan uji hayati in vitro


senyawa bioaktif daun dewa (Gynura pseudochina (Linn.) DC.) sebagai
antikanker, tahap II. Bul Kim. 1:75-79.
Sanchez-Rabaneda F, Jauregui O, Casals I, Andres-Lacueva C, Izquierdo-Pulido
M, Lamuela-Raventos RM. 2003. Liquid chromatographic/electrospray
ionization tandem mass spectrometric study of the phenolic composition of
cocoa (Theobroma cacao). J Mass Spectrom. 38:35-42.doi: 10.1002/jms.395.
Seo N, Ito T, Wang N, Yao X, Tokura Y, Furukawa F, Takigawa M, Kitanaka S.
2005. Anti-allergic Psidium guajava extracts exert an antitumor effect by
inhibition of T regulatory cells and resultant augmentation of Th1 cells.
Anticancer Res. 25:3763-3770.
Sul’ain MD, Zazali KE, Ahmad N. 2012. Screening on anti-proliferative activity
of Psidium Guajava leaves extract towards selected cancer cell lines. J US-
China Med Sci. 9(1):30-37.
Sultana B, Anwar F. 2008. Flavonols (kaempferol, quercetin, myricetin) contents
of selected fruits, vegetables and medicinal plants. Food Chemistry.
108:879–884.doi:10.1016/j.foodchem.2007.11.053.
Tsimogiannis D, Samiotaki M, Panayotou G, Oreopoulou V. 2007.
Characterization of flavonoid subgroups and hydroxy substitution by HPLC-
MS/MS. Molecules. 12:593-606.
Wach A, Pryzynska K, Biesaga M. 2007. Quercetin content in some food and
herbal samples. Food Chem. 100:699-704. doi:10.1016/
j.foodchem.2005.10.028.
Wang H, Du YJ, Song HC. 2010. α-Glucosidase and α-amylase inhibitory
activities of guava leaves. Food Chem. 123:6-13. doi:10.1016/
j.foodchem.2010.03.088
Wang Y, Hong C, Zhou C, Xu D, Hai-bin Q, Cheng Y. 2009. Screening antitumor
compounds psoralen and isopsoralen from Psoralea corylifolia L. seeds.
eCAM Advance Access 1-7. doi:10.1093/ecam/nen087.
Wu JW, Hsieh CL, Wang HY, Chen HY. 2009. Inhibitory effects of guava
(Psidium guajava L.) leaf extracts and its active compounds on the glycation
process of protein. Food Chem. 113:78-84. doi:10.1016/
j.foodchem.2008.07.025.
Zhang H, Zhang M, Yu L, Zhao Y, He N, Yang X. 2012. Antitumor activities of
quercetin and quercetin-5,8-disulfonate in human colon and breast cancer
cell lines. Food Chem Toxicol. 50:1589-1599. doi:10.1016/j.fct.2012.01.025.
LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil determinasi tumbuhan daun jambu biji merah


18

Lampiran 2 Bagan alir penelitian

Serbuk daun jambu

.
dimaserasi (n-heksana); disaring

Ekstrak n-heksana Residu

dimaserasi (metanol); disaring

diuji flavonoid Lapisan MeOH

Fraksionasi KCV, eluen n- Uji aktivitas penghambatan


heksana:etil asetat (9:1-0:10) proliferasi pada sel normal

Fraksi 1 Fraksi 2 Fraksi n

Uji noda pada KLT


19

Lanjutan bagan alir penelitian

Fraksionasi kolom
Kloroform-aseton-metanol
6.5:3:0.5 (1g)

Fraksi 1 Fraksi 2 Fraksi n

Uji noda pada KLT

Uji flavonoid

Identifikasi flavonoid LC-MS

Uji aktivitas penghambatan proliferasi


sel kanker
20

Lampiran 3 Bagan alir metode MTT

Penumbuhan sel

Dinkubasi sel pada suhu 37 °C selama 24 jam

Ditambah senyawa flavonoid dengan konsentrasi


3, 6.25, 12.5, 25, 50, 100, 125, 250 ppm

Diinkubasi pada suhu 37 °C selama 48 jam

+ 10 µL MTT

Diinkubasi 37 °C selama 4 jam

+ 100 µL HCl 0.1 N dalam isopropanol 10%

Diinkubasi selama 10 menit

Serapan sampel dibaca dengan spektrofotometer pada 5λ5 nm


21

Lampiran 4 Kadar air daun jambu biji merah

Bobot
Bobot serbuk Bobot serbuk Bobot serbuk Kadar air
serbuk
jam ke-10 (g) jam ke-11 (g) jam ke-12 (g) (%)
(g)
21.869 20.181 20.179 20.177 7.73

Contoh perhitungan:

Lampiran 5 Data hasil uji penghambatan ekstrak metanol terhadap sel Vero

Konsentrasi Serapan Serapan Serapan rata-rata %


ekstrak (µg mL-1) 1 2 3 (b) penghambatan
10000 0.0140 0.0180 0.0280 0.0200 94.88
5000 0.0880 0.0900 0.0780 0.0853 78.14
1500 0.1040 0.0680 0.1660 0.1127 71.14
1000 0.2040 0.1970 0.2200 0.2070 46.97
500 0.0900 0.3280 0.3100 0.2427 37.83
250 0.2830 0.3620 0.3170 0.3207 17.85

Kontrol Sel
Rata-rata
Serapan 1 Serapan 2 Serapan 3
(a)
0.3910 0.3900 0.3900 0.3903

Contoh perhitungan % penghambatan sel:


22

Lampiran 6 Data hasil uji penghambatan fraksi kaya-kuersetin terhadap sel Vero

Konsentrasi Serapan Serapan Rata-rata %


(µg mL -1) 1 2 (b) Penghambatan
125 0.2920 0.3550 0.3235 17.36
100 0.3400 0.3610 0.3505 10.47
50 0.3500 0.3990 0.3745 4.34
12.5 0.3620 0.3870 0.3745 4.34
6.25 0.3650 0.3910 0.3780 3.45

Kontrol Sel
Rata-rata
Serapan 1 Serapan 2
(a)
0.3920 0.3910 0.3915

Contoh perhitungan % penghambatan sel:


23

Lampiran 7 Data hasil uji penghambatan fraksi kaya-kuersetin terhadap sel Raji

Konsentrasi Serapan Serapan Serapan Rata-rata %


(µg mL -1) 1 2 3 (b) Penghambatan
125 0.1480 0.1440 0.1440 0.1453 63.48
100 0.1570 0.1580 0.1570 0.1573 60.47
50 0.1680 0.1580 0.1550 0.1603 59.71
12.5 0.1720 0.1660 0.1610 0.1663 58.21
6.25 0.1810 0.1690 0.1680 0.1727 56.62

Kontrol Sel
Rata-rata
Serapan 1 Serapan 2 Serapan 3
(a)
0.3340 0.4140 0.4460 0.3980

Contoh perhitungan % penghambatan sel:

Lampiran 8 Nilai IC50 ekstrak metanol dan fraksi kaya-kuersetin terhadap sel
Vero dan sel Raji

Perlakuan Persamaan garis R2 IC50


Ekstrak metanol pada sel y = 20.02 ln x‒ 88.01 0.946 985.95
Vero
Fraksi kaya-kuersetin pada y = 3.607 ln x‒ 4.781 0.633 -
sel Vero
Fraksi kaya-kuersetin pada y = 2.819 ln x‒ 49.14 0.820 1.35
sel Raji
24

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tangerang pada 7 Juni 1992 dari ayah Achmad


Muchtar dan Ibu Juwarni. Penulis merupakan anak ke-2 dari 3 bersaudara. Penulis
lulus dari SMA Negeri 7 Kota Tangerang pada tahun 2010 dan pada tahun yang
sama pula penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur
masuk Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI IPB) dan diterima di Departemen
Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis terpilih menjadi asisten praktikum
Kimia Organik Berbasis Kompetensi (2013/2014). Penulis pernah aktif dalam
Ikatan Alumni SMAN 7 Tangerang perwakilan IPB pada tahun 2010‒ 2013.
Penulis juga berkesempatan melaksanakan praktik lapangan di Laboratorium
Kimia dan Minyak Bumi, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Minyak dan Gas Bumi
dengan judul Karakterisasi Sampel Bahan Bakar Bensin (A, B, C, D) yang
Beredar di Indonesia.
Penulis juga aktif dalam program kepanitiaan di antaranya sebagai ketua
pelaksana bakti sosial Chemistry Raising Skill (CRS) Imasika IPB, staf divisi
logistik dan transportasi pada acara Seminar Nasional Teknologi Kimia Aplikatif
pada tahun 2012, staf divisi logistik dan transportasi pada acara Jalan Pagi Sehat
FMIPA IPB dalam memperingati 50 tahun IPB berdiri pada tahun 2013. Prestasi
yang diraih penulis di antaranya terpilih sebagai penerima beasiswa Tanoto
Nation Scholarship oleh Yayasan Bhakti Tanoto pada tahun 2011‒ 2014.

Anda mungkin juga menyukai