Anda di halaman 1dari 16

Makalah Biologi Sel

“Sistem Selaput Sitoplastik”

Disusun oleh:

NAMA : Jerikson Rorimpandey

STAMBUK : A 221 17 164

KELAS :D

DOSEN PENGAMPU : Dr. Hj. Gamar B. N Shamdas.,M.P

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan ke Hadirat Allah SWT karena


dengan Rahmat dan Hidayah-Nya semata, pembuatan makalah yang berjudul sistem
selaput sitoplastik dapat terselesaikan dengan baik.

Shalawat dan salam senantiasa tetap tercurahkan kepada suri tauladan kita
Nabi Muhammad SAW yang telah mengantarkan umat manusia dari dunia kegelapan
dan kebodohan menuju dunia yang penuh dengan cahaya dan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Pembuatan makalah ini tidak akan terwujud tanpa
adanya bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak, semoga amal baik
tersebut dibalas oleh Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak diharapkan untuk perbaikan
makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak, sehingga dapat membuka cakrawala berpikir serta memberikan setitik
khazanah pengetahuan untuk terus memajukan dunia pendidikan.

Palu Mei 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN
KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................2
1.3 Tujuan..........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kompleks Golgi…………………………………………………………..3
2.2 Lisosoma dan Perosisom ……………………………………………...….7

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan..................................................................................................12
3.2 Saran........................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Sel merupakan unit dasar struktural, fungsional, hereditas, genetika, dan


reproduksi, yang di dalamnya membahas tentang struktur dang fungsi. Dimana tidak
ada satupun yang lebih kecil dari pada sel.
Berdasarkan struktur internalnya, sel dibedakan atas dua golongan yaitu
prokariotik dan eukariotik. Pada sel prokariotik, senyawa genetik terdapat dalam satu
badan inti atau badan sebelum inti yang tidak dikelilingi membran. Sedangkan pada
sel eukariotik yang terdapat dalam semua sel hewan dan tumbuhan, inti sel yang amat
kompleks dan telah jauh berkembang, dikelilingi oleh selubung inti yang terdiri dari
dua membran atau membran ganda yang berdekatan. Kedua membrane menyatu di
sekitar pori-pori inti yang berdiameter kira-kira 90 nm sehingga berbagai senyawa
antara inti sel dan sitoplasma terdapat pada berbagai organel antara lain Retikulum
Endoplasma (RE), Mitokondria, Lisosom, Ribosom dan Diktikosom (Badan Golgi).
Masing-masing organel ini dengan berbagai bentuk dan ukuran mempunyai struktur
yang khas dalam jumlah yang bervariasi dengan fungsi tertentu di dalam Sitoplasma.
Dan pada makalah ini terutama akan membahas tentang salah satu organel sel yang
paling dekat dengan RE, yaitu Aparatus Golgi. Sebelumnya kita telah mempelajari
tentang RE yang kita ketahui bahwa organel ini menghasilkan enzim hormone, dan
senyawa-senyawa lainnya hasil sintesis fosfolipid dan kolesterol. Senyawa-senyawa
tersebut diperlukan oleh sel, baik untuk sarana reparasi maupun aktivitas sel lainnya.
Beberapa senyawa tesebut disintesis dalam keadaan belum siap benar untuk
digunakan oleh sel (mature) maka harus ada organel melakukan tugas tersebut. Dan
organel tersebut adalah Aparatus Golgi. Lisosom merupakan organel pencerna yang
ada dalam sel hewan. Pada sel tumbuhan organel ini lebih dikenal sebagai vakuola,
yang selain untuk mencerna, mempunyai fungsi menyimpan senyawa organik yang
dihasilkan tanaman.

Seperti halnya RE, aparatus Golgi, lisosom juga tersusun dari membran
seperti halnya membran sel, tetapi hanya terdiri dari satu lapis saja.Hasil pengamatan
dari mikroskop electron menunjukkan bahwa bentuk dan ukuran lisosom sangat
bervariasi. Meski demikian lisosom tetap dapat diidentifikasi sebagai salah satu
organel sel. Lisosom terbagi menjadi beberapa macam jika ditinjau darisegi
fisiologis. Didalamnya ada lebih dari 40 jenis enzim hidrolitik asam. Selain itu fungsi
utama lisosom adalah endositosis, fagositosis, dan autofagi.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun masalah yang ingin diajukan penulis pada makalah ini yaitu sebagai berikut:

1) Apakah yang dimaksud dengan Kompleks Golgi?


2) Apakah yang dimaksud dengan Lisosoma dan Perosisom?

1.3. Tujuan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:

1) Untuk mengetahui dan memahami Kompleks Golgi


2) Untuk mengetahui dan memahami Lisosoma dan Perosisom
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Badan Golgi

A. Struktur kompleks badan golgi

Struktur badan Golgi yaitu berupa berkas kantung yang memiliki bentuk
seperti cakram yang bercabang dan menjadi serangkaian pembuluh yang kecil di
ujungnya. Karena badan golgi memiliki hubungan dengan fungsi pengeluaran sel
sangat erat, pembuluh mengumpulkan dan juga membungkus karbohidrat serta zat-
zat lainnya untuk diangkut ke permukaan sel. Pembuluh tersebut juga
menyumbang Badan golgi dibangun oleh membran yang memiliki bentuk tubulus
dan vesikula. Dari tubulus tersebut dilepaskan kantung-kantung yang berukuran kecil
yang berisi berbagai bahan-bahan yang diperlukan seperti misalnya enzim–
enzim pembentuk dinding sel. Badan golgi ialah bagian sel yang hampir serupa
dengan Retikulum Endoplasma. Hanya saja, badan golgi terdiri dari berlapis ruangan
yang ditutupi membran. Badan golgi mempunyai 2 bagian, yaitu bagian cis serta
bagian trans. Bagian cis menerima vesikel yang biasanya berasal dari REK
(Retikulum Endoplasma Kasar). Vesikel tersebut diserap ke ruangan-ruangan dalam
badan golgi serta isi dari vesikel akan diproses untuk penyempurnaan dan sebagainya.
Ruangan tersebut bergerak dari bagian cis ke bagian trans. Di bagian tersebutlah
ruangan-ruangan akan memecahkan dirinya dan juga akan membentuk vesikel, serta
siap disalurkan ke berbagai bagian sel yang lain ataupun ke luar sel.
B. Peranan fisiologis kompleks golgi

Salah satu peranan dari badan golgi yaitu dalam hal pengepakan dan
penyortiran molekul-molekul untuk sekresi sel. Diawal dari Badan Golgi yang
menerima produk sel tertentu dari RE dan membawa produk ini ke dalam vesikula
sekretori yang akan meneruskan lintasannya menuju ke bagian luar membran plasma
sel, dan berdifusi dengan membran. Bagian ini dapat terbuka untuk membebaskan isi
vesikula keluar. Proses ini disebut eksositosis. Setelah meninggalkan RE, banyak
vesikula transport berpindah ke apparatus Golgi. Kita dapat membayangkan Golgi ini
sebagai pusat manufaktur, pergudangan, penyortiran, dan pengiriman. Di sini, produk
RE dimodifikasi dan disimpan, dan kemudiandikirim ke tujuan lain. Tidak
mengejutkan, jika apparatus Golgi ini sangat banyak dalam sel yang terspesialisasi
untuk sekresi. Apparatus Golgi terdiri dari kantung membrane yang pipih-sisterne-
yang tampak sebagai tumpukan roti pita(roti bulat dan datar dari Timur Tengah).
Suatu sel dapat memiliki beberapa tumpukan seperti ini. Membrane setiap sisterne
dalam satu tumpukan memisahkan ruangan internalnya dari sitosol. Vesikula yang
berkonsentrasi di sekitar apparatus Golgi terlibat dalam transfer materi di antara
Golgi dan struktur lainnya. Apparatus Golgi memiliki polaritas yang jelas, dengan
membrane sisterne pada ujung-ujung yang berlawanan merupakan suatu tumpukan
yang berbeda ketebalan dan komposisi molekulernya. Kedua kutub tumpukan golgi
disebut sebagai muka cis dan muka trans; yang masing-masing bertindak sebagai
bagian penerima dan pengirim pada apparatus golgi. Muka cis biasanya terletak di
dekat RE. vesikula transport memindahkan materi dari RE ke golgi. Vesikula yang
bertunas daru RE akan menambah membrannya dan kandungan lumen (rongga) nya
ke muka cis dengan bergabung (berfusi) dengan membrane golgi. Muka trans
menghasilkan vesikula yang akan tercabut dan pindah ke tempat lain.

C. Pemulihan selaput sel dan sekresi

Membran sel yang telah rusak akan dipulihkan kembali menggunakan


vesikel-vesikel pengangkut dari apparatus golgi yang dirangsang untuk melebur
dengan membran sel setelah meninggalkan apparatus golgi secara kontinyu. Protein
transmembran dan lipid membran vesikel ini akan menjadi protein dan lipid baru bagi
membran sel, protein yang diangkut vesikula disekresikan ke ruang antar sel.

Ginjal berperan dalam proses pembentukan urin yang terjadi melalui


serangkaian proses, yaitu: penyaringan, penyerapan kembali dan augmentasi.. Tahap
penyaringan (filtrasi). Tahap filtrasi terjadi di badan Malpighi yang di dalamnya
terdapat glomerulus yang dikelilingi sangat dekat oleh kapsula Bowman . Proses
filtrasi: Ketika darah yang mengandung air, garam, gula, urea dan zat-zat lain serta
sel-sel darah dan molekul protein masuk ke glomerulus, tekanan darah menjadi tinggi
sehingga mendorong air dan komponen-komponen yang tidak dapat larut, melewati
pori-pori endotelium kapiler glomerulus, kecuali sel-sel darah dan molekul protein.
Kemudian menuju membran dasar dan melewati lempeng filtrasi, masuk ke dalam
ruang kapsula Bowman. Hasil filtrasi dari glomerulus dan kapsula Bowman disebut
filtrat glomerulus atau urine primer. Urine primer ini mengandung: air, protein,
glukosa, asam amino, urea dan ion anorganik. Glukosa, ion anorganik dan asam
amino masih diperlukan tubuh. Tahap penyerapan kembali (reabsorpsi). Filtrat
glomerulus atau urine primer mengalami tahap reabsorpsi yang terjadi di dalam
tubulus kontortus proksimal, dan lengkung Henle. Proses tahap ini dilakukan oleh
sel-sel epitelium di seluruh tubulus ginjal. Banyaknya zat yang direabsorpsi
tergantung kebutuhan tubuh saat itu. Zat-zat yang direabsorpsi antara lain adalah:
glukosa, asam amino, ion-ion Na+, K+, Ca, 2+, Cl-, HCO3-, dan HbO42-, sedangkan
kadar urea menjadi lebih tinggi. Proses reabsorpsi : mula-mula urine primer masuk
dari glomerulus ke tubulus kontortus proksimal, kemudian mulai direabsorpsi hingga
mencapai lengkung Henle. Zat-zat yang direabsorpsi di sepanjang tubulus ini adalah
glukosa, ion Na+, air, dan ion Cl-. Setiba di lengkung Henle, volume filtrat telah
berkurang. Hasil tahap reabsorpsi ini dinamakan urine sekunder atau filtrat tubulus.
Kandungan urine sekunder adalah air, garam, urea, dan pigmen empedu yang
berfungsi memberi warna dan bau pada urine. Urine sekunder masuk ke dalam
tubulus kontortus distal dan terjadi lagi penyerapan zat-zat yang tidak digunakan dan
kelebihan air diserap sehingga terbentuk urine. 3. Tahap Pengeluaran (Augmentasi).
Urine sekunder dari tubulus kontortus distal akan turun menuju saluran pengumpul
(tubulus kolektivas). Dari tubulus kolektivas, urine dibawa ke pelvis renalis, lalu ke
ureter menuju kantung kemih (vesika urinaria). Kantung kemih merupakan tempat
penyimpanan sementara urine. Jika kantung kemih sudah penuh oleh urine, maka
urine harus dikeluarkan dari tubuh, melalui saluran uretra.

Banyak sedikitnya urine dipengaruhi pula oleh faktor-faktor berikut :


a. Jumlah air yang diminum Akibat banyaknya air yang diminum, akan
menurunkan konsentrasi protein yang dapat menyebabkan tekanan koloid protein
menurun sehingga tekanan filtrasi kurang efektif. Hasilnya, urin yang diproduksi
banyak.
b. Saraf Rangsangan pada saraf ginjal akan menyebabkan penyempitan
duktus aferen sehingga aliran darah ke glomerulus berkurang. Akibatnya, filtrasi
kurang efektif karena tekanan darah menurun.
c. Banyak sedikitnya hormon insulin Apabila hormon insulin kurang
(penderita diabetes melitus), kadar gula dalam darah akan dikeluarkan lewat tubulus
distal. Kelebihan kadar gula dalam tubulus distal mengganggu proses penyerapan air,
sehingga orang akan sering mengeluarkan urin.

2.2 Lisosoma dan Perosisom

A. Lisosom

Lisosom telah diketahui dengan baik sejak dideskripsikan oleh Christian de


Duve pada awal tahun 1950-an. Lisosom berukuran kecil. Biasanya berbentuk oval
dan mengandung enzim-enzim digestif yang kuat dalam lingkungan yang asam.
Lisosom berisi enzim-enzim hidrolitik yang dapat memecah karbohidrat, lemak,
protein, dan asam nukleat. Lisosom adalah organel sel berupa kantong terikat
membran yang berisi enzim hidrolitik yang berguna untuk mengontrol pencernaan
intraseluler pada berbagai keadaan. Seperti halnya, RE, aparatus Golgi, lisosom juga
tersusun dari membran seperti halnya membran sel, tetapi hanya terdiri atas satu lapis
sel saja. Hasil pengamatan melaui mikroskop elektron menunjukkan bahwa bentuk
dan ukuran lisosom sangat bervariasi. Meski demikian lisosom tetap dapat
diidentifikasi sebagai salah satu organela sel. Lisosom ditinjau dari segi fisiologis
terdiri dari dua kategori yaitu lisosom primer yang hanya berisi enzim-enzim
hidrolase dan lisosom sekunder yang selain berisi enzim hidrolase juga terdapat
substrat yang dapat dicerna (Sumadi dan Marianti A., 2007: 140). Pada tumbuhan
organel ini lebih dikenal sebagai vakuola, yang selain untuk mencerna, mempunyai
fungsi menyimpan senyawa organik yang dihasilkan tanaman.

Organel ini memiliki 40 jenis enzim hidrolitik asam seperti protease,


nuklease, glikosidase, lipase, fosfolipase, fosfatase, ataupun sulfatase. Semua enzim
tersebut aktif pada pH 5 . Dari kesemua enzim tersebut, enzim didominasi oleh enzim
fosfatase. Enzim fosfatase yang lain adalah monofosfat dan fosfodieterase asam yang
substratnta oligobukleotida dan diester fosfat, sedangkan asal lisosomnya adalah
sama dengan fosfatase asam yaitu jaringan hewan, tumbuhan dan protista. Enzim
yang tergolong dalam nuklease adalah RNA ase substratnya RNA dan DNA-ase
substratnya DNA. Enzim hidrolase terdiri dari :

1. β-galaktosidase substartnya galaktosidasi.

2. α-glukosidase substratnya glikogen.

3. α-manosidase substratnya manosida.

4. β-glukoronidase substarnya polisakarida dan mukopolisakarida.

Kelompok enzim protease adalah enzim katepsin substartnya protein, asal lisosomnya
adalah sel hewan. Enzim kolagenase, substratnya kolagen, asal lisosomnya sel tulang.
Enzim terakhir dari kelompok protease adalah peptidase substyratnya peptida, asal
lisosomnya adalah jaringan hewan, tumbuhan dan protista. Kelompok enzim terakhir
yang terdapat dalam lisosom adalah enzim perombak lipid yang terdiri dari esterase
dengan substratnya ester asam lemak, asal lisosomnya jaringan hewan, tumbuhan dan
protista, dan enzim fosfolipase dengan substratnya fosfolipid, lisosomnya diduga
berasal dari jaringan tumbuhan.

Mekanisme secara enzimatis yang dilakukan oleh lisosom terdiri dari berbagai
macam tergantung dari jenis, asal dan bahan yang akan dicerna. Bila bahan yang
dicerna berasal dari luar sel, proses pencernaannya disebut heterofagi, sedangkan bila
bahannya berasal dari dalam sel, maka disebut proses autofagi. Kedua mekanisme ini,
sering dijumpai misalnya pada pertahanan tubuh, nutrisi, pengaturan sekresi. Selain
kedua mekanisme tersebut yang sifatnya intraseluler, enzim lisosom dapat pula
disekresikan ke luar dari sel atau disebut pencernaan ekstra sel, misalnya terjadi pada
jaringan pengikat hewan dan juga pada sejenis jamur (Sumadi dan Marianti A., 2007:
142).

Proses pencernaan heterofagi terjadi dengan jalan endositosis, artinya bahan


yang berasal dari luar akan masuk ke dalam sel dengan jalan endositosis membentuk
endosom. Endosom akan melebur dengan lisosom primer sehingga enzim lisosom
akan berkontak langsung dengan bahan yang dicerna. Selanjutnya proses pencernaan
berlangsung, terbentuk lisosom sekunder, kemudian sisa pencernaan akan
dikeluarkan dari sel dengan cara eksositosis. Pada pencernaan autofagi berbeda
dengan pencernaan heterofagi. Pada autofagi ini, bahan yang menjadi substrat berasal
dari komponen sel itu sendiri. Mekanismenya dimulai dengan kegiatan sebuah
sisterna RE yang akan melengkung dan mengelilingi sebagian sitoplasma yang
terdapat berbagai macam organel dan inklusi. Setelah terbentuk vesikel maka enzim
akan segera dicurahkan sehingga terjadi autolisosoma yang akan menghasilkan
badan-badan residu yang akan dikeluarkan dari sel. Proses mekanisme ekstraseluler
yang dilakukan oleh lisosom dengan mencurahkan isi lisosom ke dalam daerah
ekstraseluler. Jadi pada proses ini yang dicerna adalah substansi antar sel, misalnya
pencernaan ekstra sel yang menyebabkan perubahan tulang dan tulang rawan.

Lisosom telah diketahui dengan baik sejak dideskripsikan oleh Christian de


Duve pada awal tahun 1950-an. Membran yang mengelilingi organel tersebut hanya
selapis dan berfungsi untuk menjaga keasaman internal yang tinggi. Enzim-enzim
lisosom yang memiliki potensi merusak barang kali disintesis oleh ribosom, yang
kemudian meneruskan enzim-enzim tersebut melalui retikulum endoplasma menuju
ke aparatus golgi. Lisosom tampaknya merupakan pecahan dari aparatus golgi pada
sejumlah sel. Lisosom memiliki peran dalam digesti seluler. Lisosom berfungsi
dengan badan-badan lain dalam sel untuk melakukan digesti terhadap berbagai zat.
Dalam sel-sel darah putih, yang berfungsi untuk fagositosis misalnya neutrofil pada
mamalia, lisosom menyebabkan perusakan bakteri dan zat-zat asing lainnya yang
ditelan oleh sel. Lisosom terlibat pula dalam penghancuran sel-sel yang cedera atau
tak lagi dapat bertahan hidup. Contoh, Selama tahap perkembangan katak, ekor
panjang yang merupakan ciri kecebong diresporpsi melalui kerja lisosom dan
molekul-molekulnya digunakan untuk struktur-struktur baru yang terbentuk. Dalam
kelenjar tiroid, lisosom berperan dalam pengubahan tiroglobulin menjadi hormon
aktif tiroksin. Seperti yang dapat diduga, enzim degradatif produksi lisosom bekerja
paling baik pada pH rendah (asam).

B. Peroksisom

Peroksisom adalah organel yang ditemukan di hampir semua sel eukariotik


yang terbungkus oleh membran tunggal dari lipid yang mengandung protein reseptor.
Peroksisom awalnya diidentifikasi sebagai komponen untuk memproduksi hidrogen
peroksida, degradasi hidrogen peroksida, dan metabolisme asam lemak, yang
merupakan fungsi umum untuk hampir semua organisme. Peroksisom terlibat dalam
proses metabolisme asam lemak, asam amino, dan biosintesis plasmalogens, yaitu
efek fosfolipid yang penting untuk fungsi otak mamalia dan paru-paru. Peroksisom
tidak memiliki genom dan mengandung sekitar 50 enzim, seperti katalase dan ureat
oksidase yang mengkristal di pusatnya. Peroksisom mampu beradaptasi dengan
kondisi yang berubah-ubah. Peroksisom pertama kali dikenal sebagai organel oleh
sitologis dari Belgia Christian de Duve pada tahin 1967 setelah pertama kali
dijelaskan oleh mahasiswa doktor dari Swedia, J. Rhodin pada tahun 1954.

1. Fungsi Peroksisom

Fungsi utama peroksisom adalah menyederhanakan rantai asam lemak yang panjang
melalui beta oksidasi. Dalam sel hewan, asam lemak yang sangat panjang menjadi
rantai medium asam lemak, yang kemudian dibawa ke mitokondria dan akhirnya
dipecah menjadi karbon dioksida dan air. Dalam sel tanaman, proses ini hanya untuk
peroksisom. Reaksi pertama dalam pembentukan plasmalogen dalam sel-sel hewan
juga terjadi di peroksisom. Plasmalogen adalah fosfolipid terbanyak di selubung
mielin. Kekurangan plasmalogens menyebabkan kelainan di bagian selubung mielin
pada sel saraf, yang merupakan salah satu alasan mengapa gangguan pada
peroksisom mempengaruhi sistem saraf. Peroksisom juga berperan dalam produksi
asam empedu yang penting untuk pencernaan lemak dan vitamin yang larut dalam
lemak seperti vitamin A dan K. Gangguan kulit adalah kelainan genetik yang
mempengaruhi fungsi peroksisom. Peroksisom berisi enzim oksidatif, katalase, asam
amino, dan asam urat. Namun enzim asam urat terdapat pada manusia, dan dapat
mengakibatkan penyakit yang dikenal sebagai asam urat yang disebabkan oleh
akumulasi asam urat. Enzim tertentu dalam peroksisom, dengan menggunakan
molekul oksigen dan menghapus atom hidrogen, menghasilkan hidrogen peroksida
(H2O2) yang beracun. Enzim katalase yang terdapat di dalam peroksisom
menggunakan H2O2 untuk mengoksidasi substrat lainnya, seperti fenol, asam format,
formaldehida, dan alkohol. Proses ini akan menghilangkan hidrogen peroksida yang
beracun tersebut. Reaksi ini sangat penting dalam hati dan sel-sel ginjal, dimana
peroksisom mendetoksifikasi berbagai zat-zat beracum yang masuk ke dalam darah.
Sekitar 25% etanol pada minumal keras teroksidasi dengan cara ini. Selain itu, ketika
kelebihan H2O2 di dalam sel, enzim katalasi mengubahnya melalui reaksi ini. Pada
tanaman yang lebih tinggi tingkatannya, peroksisom juga berisi antioksida. Ini
membuktikan bahwa peroksisom menghasilkan superoksida (O2-) dan nitrat oksida
(NO). Peroksisom pada sel tumbuhan terpolarisasi ketika melawan jamur penetrasi.

2. Reaksi di dalam Peroksisom

Peroksisom menggunakan oksigen (O2) dan hidrogen peroksida (H2O2) untuk


melakukan reaksi oksidatif. Enzim-enzim dalam peroksisom ini menggunakan
molekul oksigen untuk melepaskan atom hidrogen dari substrat organik (R) tertentu
dalam suatu reaksi oksidatif yang menghasilkan hidrogen peroksida (H2O2).
H2O2 dimanfaatkan oleh enzim katalase untuk mengoksidasi substrat lain (fenol,
asam format, formaldehida, dan alkohol). Reaksi oksidasi ini berperan untuk
mendetoksifikasi bermacam-macam molekul racun dalam darah. Penumpukan H2O2
diubah oleh katalase menjadi O2. Salah satu fungsi penting dari reaksi oksidatif yang
dilakukan di peroksisom adalah pemecahan molekul-molekul asam lemak dalam
proses yang disebut beta-oksidasi. Oksidasi asam lemak diikuti pembentukan H2O2
yang berasal dari oksigen. H2O2 akan diuraikan oleh katalase dengan cara diubah
menjadi molekul H2O atau dioksidasi oleh senyawa organik lain. Peroksisom dapat
berasal dari retikulum endoplasma dan replikasi oleh fisi. Peroksisom mempunyai
komposisi enzim yang berbeda dalam jenis sel yang berbeda. Matriks peroksisom
diterjemahkan di dalam sitoplasma sebelum dilepas. Ada setidaknya 32 protein
peroksisom yang disebut peroksin, yang berperan dalam proses perakitan peroksisom.
Reseptor protein, peroksin PEX5 dan peroksin PEX7 mengantarkan peroksisom
(mengandung PTS1 atau urutan asam amino PTS2) dan kembali ke sitosol.
Mekanisme ini disebut mekanisme antar-jemput. Sekarang, telah ada bukti bahwa
hidrolisis ATP diperlukan untuk daur ulang reseptor untuk sitosol.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Struktur badan Golgi yaitu berupa berkas kantung yang memiliki bentuk
seperti cakram yang bercabang dan menjadi serangkaian pembuluh yang kecil di
ujungnya. Karena badan golgi memiliki hubungan dengan fungsi pengeluaran sel
sangat erat, pembuluh mengumpulkan dan juga membungkus karbohidrat serta zat-
zat lainnya untuk diangkut ke permukaan sel. Salah satu peranan dari badan golgi
yaitu dalam hal pengepakan dan penyortiran molekul-molekul untuk sekresi sel.
Diawal dari Badan Golgi yang menerima produk sel tertentu dari RE dan membawa
produk ini ke dalam vesikula sekretori yang akan meneruskan lintasannya menuju ke
bagian luar membran plasma sel, dan berdifusi dengan membran. Bagian ini dapat
terbuka untuk membebaskan isi vesikula keluar. Proses ini disebut eksositosis.

Lisosom telah diketahui dengan baik sejak dideskripsikan oleh Christian de


Duve pada awal tahun 1950-an. Lisosom berukuran kecil. Biasanya berbentuk oval
dan mengandung enzim-enzim digestif yang kuat dalam lingkungan yang asam.
Lisosom berisi enzim-enzim hidrolitik yang dapat memecah karbohidrat, lemak,
protein, dan asam nukleat. Lisosom adalah organel sel berupa kantong terikat
membran yang berisi enzim hidrolitik yang berguna untuk mengontrol pencernaan
intraseluler pada berbagai keadaan. Seperti halnya, RE, aparatus Golgi, lisosom juga
tersusun dari membran seperti halnya membran sel, tetapi hanya terdiri atas satu lapis
sel saja. Peroksisom adalah organel yang ditemukan di hampir semua sel eukariotik
yang terbungkus oleh membran tunggal dari lipid yang mengandung protein reseptor.
Peroksisom awalnya diidentifikasi sebagai komponen untuk memproduksi hidrogen
peroksida, degradasi hidrogen peroksida, dan metabolisme asam lemak, yang
merupakan fungsi umum untuk hampir semua organisme. Peroksisom terlibat dalam
proses metabolisme asam lemak, asam amino, dan biosintesis plasmalogens, yaitu
efek fosfolipid yang penting untuk fungsi otak mamalia dan paru-paru.

3.2 Saran
Mohon kritik atau saran dari pembaca demi perbaikan lebih lanjut
dalamproses pembuatan makalah kedepannya. Agar tidak terjadi kesalahan konsep
dalam memberikan informasi mengenai ilmu pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
Sumandi.AdityaMarianti(2007).BiologiSel.Yogyakarta:GrahaIlmu.

Kimbal, J. W. 1990. Biologi. Jakarta: Erlangga

Alberts B. 1994. Biologi Molekuler Sel, Edisi Kedua. Jakarta PT Gramedia Pustaka
Utama.

Campbell, Reece. Biologi: Edisi Kedelapan Jilid 1, Jakarta: Erlangga, 2010.

Wildan Yatim, Biologi Modern: Biologi Sel, Bandung: PT. TARSITO BANDUNG

Anda mungkin juga menyukai