Durasi : 90 menit
Suatu hari Haris (Ence bagus) pulang merantau dari Serawak- Malaysia.
Haris adalah seorang duda yang memiliki dua anak yaitu Salman (Aji
Santoso) dan Salina (Salina Biani Azzahra) yang dititipkan kepada
ayahnya (Fuad Idris) yang seorang pejuang yang pernah berperang di
tahun 1965 melawan Malaysia. Haris berbincang-bincang dengan sang
ayah tentang Malaysia yang makmur. Haris lalu mengajak sang ayah untuk
pindah ke Malaysia dengan alasan kondisi disana lebih baik, fasilitas
pendidikan dan kesehatan yang mudah diakses serta lowongan pekerjaan
banyak dari pada tetap tinggal di pelosok Kalimantan yang segala
fasilitasnya sangat-sangat minim. Tetapi sang ayah memilih tetap tinggal,
karena Indonesia adalah tanah surga dibandingkan dengan Malaysia.
Meskipun Haris tidak berhasil mengajak sang ayah, tapi Haris berhasil
mengajak Salina untuk pindah ke Malaysia. Sedangkan Salman memilih
tetap tinggal bersama kakek.
Pendidikan disana pernah vakum selama satu tahun. Lalu mulai ada
kegiatan belajar-mengajar setelah Bu Astuti (Astri Nurdin) ditugaskan
disana. Bu Astuti satu-satunya guru yang mengajar di sekolah. Dia memiliki
wajah yang cantik. Dia baru mengajar dua bulan di sekolah. Dia mengajar
kelas 3 dan 4. Bu Astuti juga ditemani seorang dokter muda, namanya
Anwar (Ringgo Agus Rahman), akrab dipanggil dokter intel.
Pada suatu sore, setelah Salman bekerja dan mendapatkan upah, dia
membeli dua sarung untuk kakeknya. Saat di perjalanan pulang dia melihat
seorang pedagang yang menggunakan bendera merah putih untuk
menutupi dagangannya. Salman lalu menghampiri pedagang tadi dan
meminta menukarkan kain merah putih tadi dengan sarung yang tadi dibeli.
Sesampainya dirumah penyakit kakek kambuh dan semakin parah.
Akhirnya dokter Anwar, bu Astuti dan Salman membawa kakek ke rumah
sakit Malaysia melalui danau. Bersamaan dengan itu Haris sedang
menonton pertandingan bola antara Indonesia dan Malaysia. Haris lalu
menelpon Salman mengabarkan bahwa Malaysia menang, saat itu juga
Salman menyuruh ayahnya untuk pulang karena kakek sudah meninggal.
Kelemahan :
Ceritanya apik sebagai kritikan sosial kepada pemerintah untuk lebih memprihatikan lagi
daerah-daerah pelosok