Anda di halaman 1dari 4

PENYUSUNAN REKOMENDASI DAN TINDAK LANJUT RAPAT

KOORDINASI NASIONAL PENGUATAN PENGAWASAN NETRALITAS


ASN, TNI DAN POLRI DALAM PEMILIHAN UMUM 2019

Denpasar, 14 – 16 Maret 2019

Rapat Koordinasi Nasional Penguatan Pengawasan Netralitas ASN, TNI dan Polri dalam
Pemilihan Umum 2019, menghasilkan poin-poin sebagai berikut:
1. Membangun kesepahaman dan kolaborasi dalam rangka pengawasan netralitas
Aparatur Sipil Negara, anggota TNI dan anggota POLRI pada Pemilihan Umum
Tahun 2019. Kesepahaman ini bertujuan untuk mewujudkan kerja sama yang
sinergis dalam rangka pengawasan netralitas Aparatur Sipil Negara, anggota TNI
dan anggota POLRI pada Pemilihan Umum Tahun 2019. Kesepahaman ini
dilaksanakan untuk kegiatan:
a) pertukaran data dan/atau informasi;
b) pengawasan; dan
c) penegakan hukum.
2. Pertukaran data dan/atau informasi dalam rangka pengawasan netralitas Aparatur
Sipil Negara, anggota TNI dan anggota POLRI pada Pemilihan Umum Tahun 2019.
Dalam situasi mendesak, pertukaran data dan/atau informasi dapat dilakukan
secara lisan dan ditindaklanjuti secara tertulis;
3. Pengawasan dapat dilakukan dengan membentuk Satuan Tugas (Satgas)
Pengawasan Netralitas Aparatur Sipil Negara, Anggota TNI, dan Anggota POLRI
yang mana unsurnya terdiri dari Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu),
Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN), Tentara Nasional Indonesia (TNI), dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI);
4. Berdasarkan Peraturan Bawaslu Nomor 6 Tahun 2018 tentang Pengawasan
Netralitas Pegawai Aparatur Sipil Negara, Anggota Tentara Nasional Indonesia, dan
Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, Pasal 9 ayat (4), Pengawas Pemilu
meneruskan rekomendasi kepada TNI atau Polri secara berjenjang dengan
melampirkan kronologis dan hasil kajian;
Mekanisme rekomendasi pelanggaran netralitas sebagai berikut:

A. ASN
1) Pelanggaran Netralitas ASN di tingkat Kabupaten/Kota disampaikan oleh
Bawaslu Kabupaten/Kota kepada Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN). Tindak
lanjut KASN ditujukan kepada PPK dan ditembuskan kepada Bawaslu
Kabupaten/Kota;
2) Pelanggaran Netralitas ASN di tingkat Provinsi disampaikan oleh Bawaslu
Provinsi kepada Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN), dan Tindaklanjut KASN
dit kepada PPK Provinsi dan Bawaslu Provinsi;
3) Pelanggaran Netralitas ASN di tingkat Pusat disampaikan oleh Bawaslu kepada
Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN). Tindaklanjut KASN ditujukan kepada
PPK Pusat;
4) Pelanggaran netralitas ASN di lingkungan Polri di tingkat Kabupaten/Kota atau
Provinsi atau Pusat disampaikan oleh Bawaslu Kabupaten/Kota atau Bawaslu
Provinsi atau Bawaslu kepada Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN);
5) Pelanggaran netralitas ASN di lingkungan TNI di tingkat Kabupaten/Kota atau
Provinsi atau Pusat disampaikan oleh Bawaslu Kabupaten/Kota, Bawaslu
Provinsi dan Bawaslu kepada Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) dan
diteruskan kepada Kemhan; dan
6) Perlu adanya ketentuan yang mengatur tentang Netralitas Pegawai Honorer;

B. POLRI
1) Pelanggaran Netralitas Anggota Polri di tingkat Kabupaten/Kota disampaikan
oleh Bawaslu Kabupaten/Kota kepada Kasipropam Polres ditembuskan kepada
Kabidpropam Polda;
2) Pelanggaran Netralitas Anggota Polri di tingkat Provinsi disampaikan oleh
Bawaslu Provinsi kepada Propam Polda; dan
3) Pelanggaran Netralitas Anggota Polri di tingkat Pusat disampaikan oleh
Bawaslu kepada Kadivpropam Mabes Polri;
C. TNI
1) Pelanggaran Netralitas Anggota TNI Angkatan Darat yang terjadi di wilayah
Kodam disampaikan oleh Bawaslu Provinsi dan Kabupaten/Kota kepada
Pomdam atau Denpom/Subdenpom sesuai wilayah hukumnya;
2) Pelanggaran Netralitas Anggota TNI Angkatan Laut yang terjadi di wilayah
Koarmada disampaikan oleh Bawaslu Provinsi dan Kabupaten/Kota kepada
Pomkoarmada atau Pomlantamal/Pomlanal sesuai wilayah hukumnya; dan
3) Pelanggaran Netralitas Anggota TNI Angkatan Udara yang terjadi di wilayah
Koopsau disampaikan oleh Bawaslu Provinsi dan Kabupaten/Kota kepada
Pomkoopsau atau Satpomau sesuai wilayah hukumnya;
4) Dalam rangka pencegahan terhadap pelanggaran netralias ASN, TNI dan Polri
dalam Pemilu 2019:
a. dibentuk satuan tugas antara Bawaslu, TNI, Polri dan KASN;
b. posko terpadu; dan
c. sosialisasi dilakukan oleh masing-masing instansi atau secara bersama-
sama

5. Laporan Pelanggaran yang selanjutnya disebut Laporan adalah laporan langsung


Warga Negara Indonesia yang mempunyai hak pilih, Peserta Pemilu, dan
pemantau Pemilu kepada Bawaslu dan/atau Bawaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu
Kecamatan, Panwaslu Kelurahan/Desa, Panwaslu LN, dan/atau Pengawas TPS
pada setiap tahapan penyelenggaraan Pemilu. Kajian adalah proses memeriksa,
menelaah, dan menganalisa laporan dugaan pelanggaran;
6. Berdasarkan PP 53 Tahun 2010 Sanksi terhadap pelanggaran disiplin ASN terdiri
dari Hukuman Ringan, Hukuman Sedang dan Hukuman Berat. Disiplin Sedang
diberlakukan terhadap larangan memberikan dukungan kepada peserta Pemilu
dengan cara terlibat dalam kegiatan kampanye untuk mendukung serta
mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap peserta
pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye meliputi pertemuan,
ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada PNS dalam lingkungan
unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat. Hukuman terhadap disiplin
Sedang adalah penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun,
penundaan kenaikan pangka selama 1 (satu) tahun dan penundaan kenaikan
pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu) tahun);
7. Berdasarkan PP 53 Tahun 2010 Terhadap Hukuman Disiplin Berat dilakukan
terhadap larangan memberikan dukungan kepada calon Kepala Daerah/Wakil
Kepala Daerah, dengan cara menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatan
dalam kegiatan kampanye dan/atau membuat keputusan dan/atau tindakan yang
menguntungkan atau merugikan salah satu pasangan calon selama masa
kampanye. Jenis hukuman dalam pelanggaran berat adalah Penurunan pangkat
setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun, Pemindahan dalam rangka
penurunan jabatan setingkat lebih rendah, Pembebasan dari jabatan,
Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS dan
Pemberhentian dengan tidak hormat sebagai PNS;
8. Melakukan konsolidasi bersama dalam menyukseskan pelaksanaan pemilihan
umum tahun 2019 sesaui dengan kewenangan dan tugas masing-masing dengan
memberikan pemahaman kepada seluruh jajaran untuk dapat memahami dan
memedomani kewajiban dan larangan yang sudah diatur sesuai dengan peraturan
perundang-undangan;
9. Menyusun Surat Edaran secara bersama maupun sendiri-sendiri untuk
mengingatkan kembali menjaga aspek netralitas ASN, TNI dan POLRI serta
melakukan tugas dan kewajiban untuk memberikan sanksi yang adil dan sesuai
dengan tingkatannya; dan
10. Memberikan Pemahaman yang utuh kepada seluruh aparatur sipil negara dan
para pejabat pebina kepegawaian di lingkungan pemerintahan daerah serta
pimpinan instansi vertikal terhadap ketentuan larangan ASN untuk terlibat dalam
aktifitas politik dan ketentuan mengenai hukuman disiplin sebagaimana yang
diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Anda mungkin juga menyukai