Anda di halaman 1dari 4

Alif Rahman Mujahid

18311377

A. UMAR BIN KHATTAB

Umar bin al-Khattab lahir di Mekkah dari Bani Adi yang masih satu rumpun dari suku
Quraisy dengan nama lengkap Umar bin al-Khattab bin abdul Uzza. Keluarga Umar tergolong
keluarga kelas menengah, ia bisa membaca dan menulis yang pada masa itu merupakan sesuatu
yang sangat jarang terjadi.Umar bin Khattab dikenal memiliki fisik yang kuat, bahkan ia menjadi
juara gulat di Mekkah. Umar tumbuh menjadi pemuda yang disegani dan ditakuti pada masa itu.
Beliau memiliki watak yang keras hingga dijuluki sebagai “Singa Padang Pasir”. Beliau
termasuk pemuda yang amat keras dalam membela agama tradisional Arab yang saat itu masih
menyembah berhala serta menjaga adat istiadat mereka.

Faktor-faktor dan analisis kepemimpinan:

1. Suka Bermusyawarah

Dalam bermusyawarah, Umar Radhiyallahu Anhu tidak pernah


memposisikan dirinya sebagai penguasa. Ia meletakkan dirinya sebagai manusia
yang sama kedudukannya dengan anggota musywarah lain. Ketika ia meminta
pendapat mengenai satu urusan, ia tidak pernah menunjukkan bahwa ia adalah
pemegang kekuasaan, bahkan Umar selalu menanamkan perasan bahwa mereka
adalah guru yang akan menunjukkannya ke jalan kebaikan, menyelamatkannya
dari kesengsaraan hisab di akhirat, karena mereka membantunya dengan
pendapat-pendapat mereka untuk memperjelas kebenaran.

2. Mementingkan kepentingan untuk rakyat

Semua kekayaan negara dipergunakan untuk melayani rakyat. Kala itu,


sesuai kebutuhan zaman, Umar mendirikan tembok-tembok dan benteng untuk
melindungi kaum Muslimin. Umar juga membangun kota-kota untuk
mensejahterakan seluruh rakyatnya. Umar tidak pernah berpikir mengambil
kesempatan atau keuntungan dari ‘APBN’ untuk kesenangan diri dan
keluarganya. Malah Umar hidup dengan sangat zuhud, sehingga tidak tertarik
dengan kemewahan, kenikmatan dan segala bentuk pujian manusia yang mudah
kagum dengan harta benda.

3. Menjunjung tinggi kebebasan.

Dalam satu muhasabahnya, Umar berkata pada dirinya sendiri, “Sejak


kapan engkau memperbudak manusia, sedangkan mereka dilahirkan ibunya dalam
keadaan merdeka?” Menurut Umar, semua orang memiliki kemerdekaan sejak
lahir ke dunia. Umar sama sekali tidak takut akan kebebasan bangsanya, tidak
pula khawatir akan mengancamnya, bahkan ia mencintai kebebasan manusia itu
sendiri, seperti cinta seorang yang mabuk kepayang serta menyanjungnya dengan
penuh ketulusan. Pemahaman kebebasan menurut Umar sangat sederhana dan
bersifat universal. Kebebasan menurutnya adalah kebebasan kebenaran. Artinya,
kebenearan berada di atas semua aturan. Kebenaran apa itu? Tentu kebenaran
Islam, bukan kebenaran kebebasan yang disandarkan pada logika liberalisme..

4. Siap mendengar kritik

Suatu hari Umar terlibat percakapan dengan salah seorang rakatnya, orang
itu bersikeras dengan pendapatnya dan berkata kepada Amirul Mukminin,
“Takutlah engkau kepada Allah.” Dan, orang itu mengatakan hal itu berulang kali.
Lalu, salah seorang sahabat Umar membentak laki-laki itu dengan berkata,
“Celakalah engkau, engkau terlalu banyak bicara dengan Amirul Mukminin!”
Menyaksikan hal itu, Umar justru berkata, “Biarlah dia, tidak ada kebaikan dalam
diri kalian jika kalian tidak mengatakannya, dan kita tidak ada kebaikan dalam
diri kita jika tidak mendengarnya.”

5. Terjun langsung mengatasi masalah rakyatnya

Sangat masyhur (populer) di kalangan umat Islam bahwa Umar adalah


sosok pemimpin yang benar-benar merakyat. Tengah malam, saat orang terlelap,
ia justru patroli, mengecek kondisi rakyatnya. “Jangan-jangan ada yang tidak bisa
tidur karena lapar,” begitu mungkin pikirnya. [Baca: Belajar “Blusukan’ dari
Umar Bin Khattab. Begitu ia menemukan seorang ibu yang anak-anaknya
menangis karena lapar, sedangkan tidak ada bahan makanan yang bisa dimasak
dan disuguhkan, dengan segenap daya Umar pergi ke Baitul Maal dan memikul
sendiri sekarung gandum untuk kebutuhan makan keluarga tersebut. Seperti
itulah, setidaknya setiap pemimpin Muslim di negeri ini. Bekerja atas dasar iman,
sehingga tidak ada yang didahulukan selain iman, takwa dan kesejahteraan
rakyatnya. Ia ‘blusukan’ malam hari, bukan siang hari apalagi hanya sekedar
dilihat orang.

B. USMAN BIN AFFAN

Utsman adalah khalifah ketiga yang memerintah dari tahun 644 (umur 69–70 tahun)
hingga 656 (selama 11–12 tahun). Selain itu sahabat nabi yang satu ini memiliki sifat lemah
lembut, tutur kata yang baik, dan sangat pemalu. Utsman bin Affan adalah sahabat nabi dan juga
khalifah ketiga dalam Khulafaur Rasyidin. Beliau dikenal sebagai pedagang yang kaya raya dan
handal dalam bidang ekonomi namun sangat dermawan. Banyak bantuan ekonomi yang
diberikannya kepada umat Islam di awal dakwah Islam. Ia mendapat julukan Dzun Nurain yang
berarti yang memiliki dua cahaya. Julukan ini didapat karena Utsman telah menikahi puteri
kedua dan ketiga dari Rasullah S.A.W yaitu Ruqayyah dan Ummu Kultsum. Setelah
kekhalifahan berpindah tangan pada ‘Utsman maka gagasan itu diangkat kembali ke permukaan
dan berhasil menjadi kesepakatan bahwa kaum muslimin memang harus ada yang mengarungi
lautan meskipun sang khalifah mengajukan syarat untuk tidak memaksa seorangpun kecuali
dengan sukarela. Berkat armada laut ini wilayah Islam bertambah luas setelah menaklukkan
pulau Cyprus meski harus melewati peperangan yang melelahkan.

Gaya kepemimpinan Utsman bin Affan itu ada 5, yaitu:

1. Seniman

2. Komandan

3. Pelayan

4. Birokrat

5. Manager
Faktor keberhasilan kepemimpinan oleh ‘Utsman adalah :

1. Gaya kepemimpinan yang bersifat melayani (pelayan) dan komandan (tegas).

Melayani ketika banyak masyarakat yang membutuhkan bantuan maka ia


membantu (membeli sumur dari seorang yahudi untuk kepentingan bersama dan
memberikan gandum yang dibawa oleh 1000 ekor unta untuk rakyat miskin yang
hidup kekurangan).

2. Bersikap tegas

Ketika banyak para pemerintah/ pembesar yang dalam kepemimpinannya


itu dianggap tidak cakap maka ia mengganti dengan pemimpin yang dianggap
lebih kredibel dalam memimpin.

Anda mungkin juga menyukai