Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sebagaimana diketahui, dewasa ini, keberadaan bank yang merupakan salah


satu lembaga yang menyediakan fasilitas jasa baik dalam hal penyimpanan,
penukaran, penyaluran, hingga jasa perantara terlihat terus mengembangkan
penyediaan jasa-jasa tersebut guna mengikuti tuntunan kemajuan perekonomian
yang begitu pesat baik dalam cara bertransaksi, cara penukaran, hingga
pengambilan dana yang semakin modern. Dari beberapa jasa di atas, peran serta
bank di dalam penghimpunan dana (funding) yang ada di masyarakat
menjadikannya sebagai salah satu indikator inflasi penting dan bersama pemerintah
dapat bekerja sama untuk menjaga tingkat inflasi serta meningkatkan kesejahteraan
ekonomi masyarakat Indonesia. Kemampuan bank untuk menghimpun dana dalam
lingkup besar serta luas menjadikannya sangat efektif untuk menjalankan tugas
keduanya yaitu penyaluran dana dari masyarakat tersebut kembali kepada
masyarakat yang tujuannya tiada lain untuk terus meningkatkan kesejahteraan
rakyat Indonesia.

Dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga penyalur dana kepada


masyarakat, bank memiliki salah satu kegiatan penyaluran dana tersebut melalui
kegiatan pemberian kredit. Jika dilihat dari skema penghimpunan dana hingga
penyaluran dana tersebut, untuk bank konvensional dalam penghimpunan dana,
penabung diberikan jasa dalam bentuk bunga simpanan. Sementara dalam
pemberian kredit, penerima kredit (debitur) dikenakan jasa pinjaman dalam bentuk
bunga dan biaya administrasi.

Dari beberapa penjelasan dan perkembangan di bidang perbankan tersebut


timbullah suatu masalah yang cukup rumit dikarenakan begitu pesatnya
pertumbuhan dan perkembangan perbankan di negara Indonesia ini. Masalah
tersebut berkutat pada beberapa masalah dasar yang tidak diketahui masyarakat

1
awam pada umumnya. Jika masalah ini dibiarkan maka tujuan awal bank didirikan
sebagai salah satu lembaga keuangan yang bertujuan untuk mensejahterakan rakyat
dapat meleset karena tidak seluruh masyarakatnya mengetahui mekanisme yang
berlaku dan keuntungan serta hal-hal apa saja yang harus diperhatikan apabila
mereka menggunakan jasa perbankan ini. Masalah tersebut di antaranya: cara-cara
yang dilakukan oleh bank di dalam menghimpun dana dari masyarakat luas,
produk-produk dari perbankan, serta bagaimana tujuan serta mekanisme dari kredit
yang diberikan oleh bank. Melihat permasalahan tersebut, penulis ingin
membahasnya di dalam makalah ini untuk memberikan penjelasan lebih rinci bagi
para pembaca akan pentingnya perihal-perihal di atas di dalam kehidupan
perekonomian di Indonesia.

1.2 Tujuan Penulisan Makalah

Tujuan penulisan makalah ini ialah sebagai persyaratan untuk memenuhi


nilai mata kuliah Bank dan Lembaga Keuangan. Tujuan lainnya ialah sebagai
bentuk dari kepedulian penulis terhadap permasalahan-permasalahan tentang
tersendatnya arus informasi mengenai perbankan di Indonesia yang membuat
masyarakat belum mengetahui secara jelas mengenai cara penghimpunan,
penyaluran dana dan kredit perbankan.

1.3 Rumusan Masalah

Dengan tujuan penulisan makalah di atas maka penulis ingin memberikan


informasi tentang penghimpunan, penyaluran dana dan kredit perbankan kepada
pembaca. Agar makalah ini memiliki kepaduan informasi yang baik maka penulis
membuat rumusan masalah di dalam makalah ini sebagai berikut :

1. Bagaimanakah proses penghimpunan dana oleh bank konvensional dan


dengan cara apa melakukannya?
2. Produk-produk seperti apakah yang ditawarkan oleh bank konvensional?
3. Seperti apakah penyaluran dana yang dilakukan oleh bank konvensional
kepada masyarakat Indonesia?
4. Bagaimanakah deskripsi tentang kredit perbankan di Indonesia?

2
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sumber Dana Bank

Sumber dana bank adalah suatu usaha yang dilakukan oleh bank untuk
mencari atau menghimpun dana untuk digunakan sebagai biaya operasi dan
pengelolaan bank. Dana yang dihimpun dapat berasal dari dalam perusahaan
maupun lembaga lain di luar perusahaan dan juga dan dapat diperoleh dari
masyarakat.

2.2 Pengertian Penyaluran Dana

Definisi penyaluran dana adalah menjual kembali dana yang diperoleh dari
penghimpunan dana dalam bentuk simpanan. Dalam penyaluran dana ini, pihak
bank harus memiliki strategi yang mumpuni untuk menyalurkan dananya ke
masyarakat melalui alokasi yang strategis sehingga keuntungan yang didapat bisa
dimaksimalkan. Tujuan bank dari pengalokasian dana adalah memperoleh
keuntungan semaksimal mungkin. Dalam mengalokasikan dana, pihak perbankan
membaginya ke dalam prosentase-prosentase tertentu sesuai dengan kondisi yang
terjadi di dalam perekonomian pada saat sekarang ini, misalnya untuk bidang
pertanian diberikan 20 % sedangkan untuk bidang industri diberikan 40%. Dalam
hal penyaluran dananya ke masyarakat pihak perbankan membebankan bunga
dengan prosentasi tertentu sesuai dengan penetapan harga bunga oleh BI. Untuk
saat tahun 2007 BI menetapkan suku bunga untuk pengalokasian dana
kemasyarakat berkisar 1% per bulan.

2.3 Pengertian Kredit dan Pembiayaan

Menurut Undang-Undang perbankan No 10 tahun 1998, kredit adalah


penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang

3
mewajibkan pihak peminjam melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu
dengan pemberian bunga. Sedangkan pengertian pembiayaan adalah penyediaan
uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan
atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang
dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu
tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.

Dalam pemberian kredit pihak perbankkan akan mengadakan perjanjian


terlebih dahulu dengan pihak peminjam, namun sebelum hal terjadi pihak peminjam
mengajukan proposal terlebih dahulu kepada pihak perbankan untuk dianalisa
dalam hal latar belakang nasabah atau perusahaan, prospek usahanya, jaminan yang
diberikan. Hal ini dilakukan agar pihak perbankan menjadi yakin serta bahwa
nasabah adalah orang yang tepat untuk diberikan pinjaman. Pemberian kredit yang
tanpa melalui tahap analisis akan dapat menyebabkan kerugian bagi pihak
perbankan itu sendiri karena akan dapat menimbulkan kredit macet di kemudian
hari, hal inilah yang terjadi di banyak tubuh perbakkan pada tahun 1997 dimana
banyak bank umum yang dilikuidasi oleh BI dikarenakan likuiditasnya berada
dibawah standar BI.

4
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Penghimpunan Dana Bank

Untuk menopang kegiatan bank sebagai penjual uang (memberikan


pinjaman), bank harus lebih dahulu membeli uang (menghimpun dana) sehingga
dari selisih bunga yang didapat maka bank mendapat keuntungan. Penghimpunan
dana ini terdapat pada sumber-sumber dana bank. Sumber dana ini merupakan
sumber dana dari modal sendiri. Modal sendiri maksudnya adalah modal setoran
dari para pemegang sahamnya. Apabila saham dalam portepel belum habis terjual,
sedangkan kebutuhan dana masih perlu, maka pencariannya dapat dilakukan
dengan menjual saham kepada pemegang saham lama. Akan tetapi jika tujuan
perusahaan untuk melakukan ekspansi, maka perusahaan dapat mengeluarkan
saham baru dan menjual saham baru tersebut di pasar modal. Di samping itu, pihak
perbankan dapat pula menggunakan cadangan-cadangan laba yang belum
digunakan. Secara garis besar dapat disimpulkan pencarian dana sendiri terdiri dari
:

a. Setoran modal dari pemegang saham, maksudnya adalah setoran para


pemegang saham lama.
b. Cadangan-cadangan bank, maksudnya adalah cadangan-cadangan laba
pada tahun lalu yang tidak dibagi kepada para pemegang sahamnya.
Cadangan ini sengaja disediakan untuk mengantisipasi laba tahun yang
akan datang.
c. Laba bank yang belum dibagi, merupakan laba yang memang belum
dibagikan pada tahun yang bersangkutan sehingga dapat dimanfaatkan
sebagai modal untuk sementara waktu.

Keuntungan dari sumber dana sendiri adalah tidak perlu membayar bunga
yang relatif lebih besar daripada jika meminjam ke lembaga lain. Sumber yang
kedua adalah dana yang berasal dari masyarakat Sumber dana ini merupakan

5
sumber dana terpenting bagi kegiatan operasi bank dan merupakan ukuran
keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana ini.
Pencarian dana dari sumber ini relatif paling mudah jika dibandingkan dengan
sumber lainnya dan pencarian dana dari sumber dana ini paling dominan, asalkan
bank dapat memberikan bunga dan fasilitas menarik lainnya. Akan tetapi pencarian
sumber dana dari sumber ini relatif lebih mahal jika dibandingkan dari dana sendiri.
Adapun sumber dana dari masyarakat luas dapat dilakukan dalam bentuk :

1. Rekening giro (demand deposit) yaitu simpanan yang penarikannya


setiap saat dengan cek, bilyet giro atau tunai.
2. Rekening tabungan (saving deposit) dana yang penarikannya dengan
syarat tertentu ( buku tabungan, atm, dll) dan tidak dengan cek atau
bilyet giro.
3. Rekening deposito (time deposit) yaitu simpanan yang penarikannya
hanya saat jatuh tempo sesuai kesepakatan, yang berasal dari nasabah
atau perorangan.
4. Deposito yang tidak ditransaksikan merupakan sumber utama
pendanaan bank. Pemilik tidak dapat menuliskan cek pada deposito
yang tidak ditransaksikan. Ada dua jenis deposito yang tidak dapat
ditransaksikan yaitu tabungan dan deposito berjangka

Di mana rekening giro merupakan dana murah bagi bank karena bunga atau
balas jasa yang dibayar paling murah jika dibandingkan rekening tabungan dan
rekening deposito yang ditanggung oleh bank dengan bunga dan pengembalian
yang cukup tinggi. Dana-dana seperti inilah yang ditargetkan oleh bank harus lebih
tinggi daripada beberapa sumber dana yang lain agar keuntungan bank dapat
dimaksimalkan tanpa mengecewakan nasabah.

Sumber dan yang ketiga adalah dana yang bersumber dari lembaga lainnya.
Sumber dana yang ketiga ini merupakan tambahan jika bank mengalami kesulitan
dalam pencarian sumber dana pertama dan kedua di atas. Pencarian dari sumber
dana ini relatif mahal dan sifatnya hanya sementara waktu saja. Kemudian dana
yang diperoleh dari sumber ini digunakan untuk membiayai atau membayar

6
transaksi-transaksi tertentu. Perolehan dana dari sumber ini antara lain dapat
diperoleh dari :

a. Kredit likuiditas dari Bank Indonesia


Merupakan kredit yang diberikan bank Indonesia kepada bank-bank
yang mengalami kesulitan likuiditasnya. Kredit likuiditas ini juga
diberikan kepada pembiayaan sektor-sektor tertentu.
b. Pinjaman antar bank (call money)
Biasanya pinjaman ini diberikan kepada bank-bank yang kalah kliring
sehingga membutuhkan dana yang cukup besar dalam tempo yang
mendesak sehingga mengharuskan bank meminjam kepada bank lain
dengan jangka waktu pengembalian yang pendek serta tingkat
pengembalian bunga yang cukup tinggi.
c. Pinjaman antar bank melalui interbank call money market
Pinjaman ini bersifat jangka pendek berupa pinjaman dari bank lain
melalui interbank call money market dengan bunga yang relatif tinggi.
Pinjaman antar bank ini berbeda dengan call moneykarena pinjaman ini
dilakukan bukan untuk memenuhi kebutuhan dana mendesak dalam
jangka pendek, melainkan untuk memenuhi suatu kebutuhan dana yang
lebih terencana dalam rangka pengembangan usaha atau meningkatkan
penerimaan bank.
d. Pinjaman dari luar negeri
Merupakan pinjaman yang diperoleh oleh perbankkan dari pihak luar
negeri. Sebagai contoh: Bank mendapatkan dana dari meminjam
kepada the Federal Reserve System (Bank Sentral AS), the Federal
Home Loan Bank, atau bank lain dan perusahaan.
e. Surat berharga pasar uang (SBPU)
Dalam hal ini pihak perbankan menerbitkan SBPU kemudian
diperjualkan kepada pihak yang berminat, baik perusahaan keuangan
maupun nonkeuangan.

7
3.2 Penyaluran Dana Bank

Dana yang berhasil dihimpun oleh bank akan menjadi beban apabila
dibiarkan saja tanpa ada alokasi penggunaan dana tersebut yang produktif. Bank
berusaha mengalokasikan dananya dalam bentuk beberapa aktiva dengan berbagai
macam pertimbangan.

Ada 3 hal yang yang selalu diperhatikan bank yaitu ; Resiko, hasil , jangka
waktu dan likuiditas.Secara lebih rinci alokasi dana yang telah berhasil dihimpun
oleh bank didapat dalam bentuk:

1. Cadangan Likuiditas yaitu aktiva yang ditujukan untuk memenuhi


kebutuhan likuiditas jangka pendek dan resiko dari aktiva ini tergolong
rendah bahkan terkadang aktiva ini disebut aktiva yang tidak produktif
(idle fund). Cadangan likuiditas terdiri dari 2 kategori yaitu : cadangan
primer (primary reserves) dan cadangan sekunder.
2. Penyaluran kredit merupakan salah satu dari cara bank menyalurkan
dana yang didapatnya. Penyaluran kredit ini tergolong aktiva produktif
atau tingkat penerimaannya tinggi tetapi resiko dari pernyaluran kredit
ini juga tergolong tinggi dibanding yang lain.
3. Investasi yang dilakukan bank termasuk ke dalam cara bank
menyalurkan dananya ke beberapa bidang atau proyek yang sedang
berjalan maupun yang akan dilakukan melalui keikutsertaan bank di
dalam kepemilikan saham. Investasi ini dapat berupa penerimaan dana
dalam bentuk surat-surat berharga jangka pendek dan panjang, atau
berupa penyertaan langsung pada badan usaha lain (saham). Bentuk
surat berharga berupa saham dan obligasi. Tentang penyertaan langsung
berdasarkan UU no 7 tahun 1992 bank hanya boleh melakukan
penyertaan pada dua jenis badan usaha yaitu lembaga keuangan dan
debitor yang kreditnya macet dan penyertaannya bersifat sementara.
Resiko investasi tergolong tinggi karena aktiva ini termasuk aktiva yang
produktif.

8
4. Bank dapat menyalurkan dananya untuk aktiva tetap dan
inventaris. Aktiva ini tergolong aktiva yang tidak produktif tetapi
beresiko sangat tinggi namun bank harus tetap mengalokasikan dananya
pada aktiva ini karena bank harus mempunyain inventaris kantor dan
dengan mengalokasikannya diharapkan gambaran masyarakat terhadap
bank dapat lebih baik.

Produk-Produk Bank Dalam Penyediaan Jasa

Dalam rangka menambah sumber-sumber penerimaan bagi bank serta untuk


memberikan pelayanan kepada nasabahnya, bank menyediakan berbagai bentuk
jasa. Penerimaan atau income yang berasal dari pemberian jasa-jasa ini desebut fee-
based income.

Bentuk- bentuk jasa yang ditawarkan bank antara lain adalah :

1. Pengiriman uang,
2. Letter of credit,
3. Surat kredit yang diberikan kepada para eksportir dan importir yang
digunakan untuk melakukan pembayaran atas transaksi ekspor- impor
yang mereka lakukan,
4. Bank garansi, jaminan bank yang diberikan kepada nasabah dalam
rangka membiayai suatu usaha,
5. Kliring dan inkaso, penagihan warkat atau surat berharga yang berasal
dari dalam kota sedangkan inkaso penagihan warkat dari luar kota,
6. Kartu kredit dan Kartu Debet(ATM),
7. Money changer
8. Traveller’s check, cek perjalanan yang biasa digunakan oleh turis atau
wisatawan. Cek wisata ini dapat digunakan untuk pembayaran ditempat-
tempat tertentu seperi hotel, supermarket, dll.
9. Telebanking,
10. Custodian,
11. Wali amanat,
12. Standing order, dan

9
13. Safe deposit box, pemberian pelayanan penyewaan box atau kotak
pengaman tempat penyimpanan surat-surat berharga milik nasabah.

3.3 Kredit Bank Di Indonesia

1. Kredit Bank Masa Kolonial Hingga Masa Kemerdekaan

Pada perkembangan awal penyediaan kredit oleh bank, sebelum lahirnya


“Algemene Volkscredietbank” (“A. V. B.”), perkreditan rakyat mencakup
kelompok-kelompok lembaga sebagai berikut: lumbung desa, bank desa dan bank
kredit rakyat (volkscredietbank). Di atasnya, “Centrale Kas” berfungsi sebagai
instansi penilik dan pembina, serta sebagai pusat keuangan.Fungsi bank-bank
rakyat adalah menyediakan kredit untuk kebutuhan-kebutuhan penduduk petani.
Yang dimaksudkan tidaklah pertama-pertama kredit pertanian dalam arti yang
sebenarnya, melainkan kredit yang diberikan kepada petani. Sebab, tidaklah banyak
gunanya untuk mengadakan perbedaan antara kredit produksi dan kredit konsumsi.

Sudah tentu, sebagian dari kredit yang diberikan itu, dengan sendirinya
digunakan untuk menutup biaya menggarap lahan, membeli bibit padi, peralatan
pertanian dan pupuk, menyewa atau membeli tanah dan ternak—semua
pengeluaran yang berkaitan dengan usaha tani. Tetapi, sebagian besar dari kredit
itu juga digunakan untuk tujuan-tujuan yang bersifat konsumsi semata-mata: untuk
kebutuhan hidup pada masa paceklik, membeli pakaian, perabot rumah, dan
sebagainya.Selain kredit untuk golongan petani, juga disediakan pinjaman bagi
mereka yang lebih terlibat dalam perdagangan dan industri: baik mereka yang hidup
dalam lingkungan desa mau menyediakan apa yang dinamakan
“Middenstandscrediet” (kredit golongan menengah). Secara relatif kredit ini lebih
sering dijumpai di Luar Jawa daripada di pulau Jawa sendiri pada masa itu.

Selanjutnya bank-bank rakyat (sesudah tahun 1934 menjadi kantor-kantor


“A. V. B.” setempat) juga menyediakan kredit bagi golongan amtenar (pegawai
negeri), kaum pensiunan, dan karyawan swasta.Bentuk-bentuk kredit yang paling
lazim diberikan oleh bank-bank rakyat (di kemudian hari, dengan tampilnya

10
“A.V.B.”, bentuk-bentuk kredit itu juga menjadi lebih beragam) adalah pinjaman
musiman dan pinjaman angsuran. Pinjaman musiman adalah pinjaman yang
dibayar kembali sesudah satu kali atau beberapa kali panen. Sebaliknya, pinjaman
angsuran pelunasannya dilakukan dalam 10 sampai 20 cicilan bulanan, Kredit yang
diberikan oleh bank rakyat pada pokoknya merupakan kredit pribadi (persoonlijk
crediet). Jaminan (agunan) hanya disyaratkan bagi kredit-kredit yang lebih besar
dengan jangka waktu yang lebih lama.Seperti diketahui, ketika dulu orang
mendirikan lembaga-lembaga kredit desa, titik tolaknya adalah pemikiran untuk
menjadikannya sebagai lembaga-lembaga kredit rakyat yang sesungguhnya
didasarkan atas asas-asas koperasi. Dalam pertumbuhan selanjutnya, sifat koperatif
itu harus terus dikembangkan. De Wolff van Westerrode, Bapak dinas
perkreditan rakyat, adalah orang yang sangat mengagumi sistemRaiffeisen, dan
ingin menerapkannya dalam masyarakat Indonesia untuk meringankan kesulitan
kredit, yang jelas dirasakan oleh penduduk. Tetapi, karena berbagai keadaan,
organisasi kredit itu telah mengalami suatu perubahan arti bagi penduduk: badan-
badan perkreditan rakyat itu lama-kelamaan lebih merupakan “Popular banks”
daripada “People’s banks”.

Pemberian kredit murah itu dianggap sebagai suatu cara yang ampuh untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, dan orang ingin menerapkan
cara ini dengan segera dan pada skala yang besar. Untuk tujuan itu maka dari pihak
atas dibentuklah sebuah organisasi perkreditan rakyat sebagai suatu lembaga
pemerintah. Keuntungannya, dengan demikian terbukalah kemungkinan untuk
memberi bantuan pada skala yang luas dan untuk mencapai hasil-hasil yang besar
(setidak-tidaknya secara kualitatif) dalam waktu yang relatif singkat; tetapi, di lain
pihak ada hal-hal yang sangat merugikan yang melekat pada suatu lembaga yang
dipaksakan di atas. Pimpinannya berada di tangan orang-orang yang hidup di luar
lingkungan sosial dan ekonomis yang sebenarnya di mana organisasi itu harus
bekerja; bank-bank kredit bekerja secara massal dan kaku; penduduk tidak
merasakannya sebagai lembaga-lembaga mereka sendiri di mana mereka dapat ikut
bicara.

11
Cramer menutup tinjauannya dalam tahun 1929 dengan kata-
kata “Perkreditan rakyat masih jauh dari sempurna. Dari segi kuantitatif, hasil-hasil
yang telah dicapai dapat dikatakan besar, dari segi kualitatif kita tidak dapat
mengetahuinya dengan tepat. Cita-cita yang telah dibayangkan oleh para
pendirinya, untuk meningkatkan dengan nyata kesejahteraan penduduk melalui
perkreditan rakyat, tidak tercapai.” Memang ia menunjukkan bahwa,
bagaimanapun, kemunduran kesejahteraan telah dapat dihindari, melalui pemberian
kredit murah secara besar-besaran. Namun demikian, ia menganggap lembaga-
lembaga kredit desa, meski bersifat lembaga pihak berwajib, sangat penting bagi
masa depan; peran badan-badan itu akan semakin besar, dengan semakin besarnya
diferensiasi yang akan timbul nanti dalam masyarakat Indonesia.

Dalam tahun-tahun depresi Indonesia di awal kemerdekaan, Seorang tokoh


ekonomi Indonesia, R. M. Margono Djojohadikoesoemo dalam hubungannya
dengan bank-bank desa, menulis: “ Dari segi pemberian kredit secara massal,
organisasi yang sudah ada itu memang tak banyak celanya, tetapi jika cara itu
digunakan terus, kita hanya akan menuju suatu perkembangan bank desa dari segi
kuantitatifnya saja, sedangkan kualitasnya, jika tidak terdesak, akan tetap saja pada
tingkat yang sama”. Hampir dua dasawarsa setelah kata-kata itu ditulis, dapat
dilihat bahwa kualitas kredit yang diberikan oleh bank-bank desa selama eksistensi
mereka tetap berada dalam batas-batas yang sempit dan menurut skema-skema
tertentu; kredit-kredit jangka pendek dengan angsuran mingguan merupakan
hidangan utamanya.

Dengan kata lain: kredit yang diberikan oleh bank desa tetap saja merupakan
kredit statis, artinya, kredit yang bertujuan mempertahankan suatu tingkat
kesejahteraan yang sudah dicapai. Jadi, ia tidak berkembang menjadi suatu kredit
dinamis, artinya, kredit yang bertujuan menaikkan tingkat kesejahteraan.

Prof. Gonggrijp merumuskannya sebagai berikut: “Dengan pemberian


kredit dalam arti statis ini, mungkin saja lumbung-lumbung desa, bank-bank desa
yang kecil dan rumah-rumah gadai sudah merasa puas, tetapi bank-bank rakyat
tidak boleh. Mereka tidak hanya harus memikirkan akibat-akibat dari kegiatan

12
perkreditannya yang aktif di dalam lingkungan pribumi (dan Cina), tetapi juga
harus berusaha menggiatkan kehidupan ekonomi di dalam lingkungan itu, dengan
kata lain, harus bekerja dalam arti dinamis.”

Selain itu, tinjauan-tinjauan di atas mendukung pernyataan penulis bahwa:


“Kredit itu sendiri tidak pernah menyebabkan dinamisasi kegiatan ekonomi, tetapi
kredit yang diorganisasi dengan baik memang merupakan suatu syarat untuk itu”.
Sebab, tidak dapat disangkal lagi, bahwa dorongan yang pertama timbul dari
golongan-golongan industri yang bersangkutan itu sendiri (walaupun dengan
bantuan dan penyluhan dari dinas-dinas pemerintah).

Akan tetapi, dari pihak lain, juga tidak dapat disangkal bahwa
perkembangan industri kerajinan dalam berbagai cabang-cabangnya tak akan
sampai mengalami perkembangan secepat itu, seandainya “A. V. B.” dengan
seluruh organisasinya dan perlengkapan usahanya yang baik tidak bersiap-siap
untuk memberikan bantuan yang diperlukan. Sebab, pemberian kredit untuk
berbagai tujuan yang khusus itu sering kali mempunyai sifat eksperimental dan
pada dasarnya merupakan suatu upaya rintisan. Ia memungkinkan dinas-dinas lain
melakukan pekerjaan sosial-ekonomisnya yang penting, atau setidak-tidaknya
sangat mempermudahnya. Jelaslah bahwa pemberian kredit seperti itu hanya dapat
ditangani oleh suatu usaha yang dipimpin secara sentral, yang dapat mengandalkan
pengalaman dalam berbagai bidang, dan memiliki data yang lengkap untuk memilih
jalan yang tepat.

2. Kredit Bank Masa Modern

Pada dasarnya dalam lingkup makro, penyaluran kredit yang tepat akan
dapat memperkuat struktur perekonomian nasional. Penyaluran kredit kepada
pihak-pihak yang ingin mengembangkan usahanya seperti halnya pada Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dapat menghasilkan peluang-peluang baru
bagi banyak orang. Mulai dari terbukanya lapangan kerja sampai dengan
peningkatan keuntungan yang berdampak kepada peningkatan penghasilan
karyawan. Hal-hal inilah yang dapat mendukung peningkatan pendapatan perkapita
nasional, dan tentunya dapat memperkuat struktur perekonomian nasional.

13
Kredit yang dimaksud disini adalah pemberian fasilitas pinjaman (bukan
berdasarkan prinsip syariah) kepada nasabah, baik berupa fasilitas pinjaman tunai
(cash loan) maupun pinjaman non tunai (non cash loan). Hal yang selalu
diperhatikan oleh bank untuk memberikan kredit kepada setiap nasabahnya di
antaranya terdiri dari beberapa aspek pertimbangan bank, seperti perizinan dan
legalitas. Contohnya : IMB (Izin Mendirikan Bangunan), angka pengenal eksportir
terbatas, surat izin tempat usaha, surat izin usaha jasa konstruksi, sertifikat tanah,
dan tanda daftar perusahaan.

Unsur-Unsur Kredit

Ada beberapa unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit
:

a. Kepercayaan
Dimana pihak perbankan memiliki kepercayaan terhadap pihak
peminjam, kepercayaan ini dapat diperoleh pihak bank bila telah
melakukan analisis pada saat mengajukan proposal, sesuai dengan
prosedur terhadap pihak peminjam.
b. Kesepakatan
Pada saat proposal pengajuan kredit telah disetujui oleh pihak bank yang
bersangkutan maka selanjutnya dilakukan kontrak kesepakatan dan
ditandatangani oleh pihak bank dan pihak peminjam.
c. Jangka waktu
Setiap kredit yang diajukan pasti terdapat jangka waktu tertentu, hal ini
akan disesuaikan dengan jangka waktu yang telah disepakati pada saat
kontrak kesepakatan. Jangka waktu dapat berbentuk jangka pendek,
jangka menengah ataupun jangka panjang.
d. Resiko
Semakin panjang waktu pinjaman maka akan membuat pengembalian
pokok dan bunganya jauh lebih besar bila kita memilih jangka pendek
karena hal ini akan berkaitan dengan resiko tidak tertagihnya kredit.
Sebab sejauh ini yang menanggung resiko adalah pihak bank.

14
e. Balas jasa
Balas jasa didalam bank umum adalah berupa bunga dan biaya
administrasi. Hal ini merupakan keuntungan yang dapat diperoleh oleh
pihak bank.

3.4 Jenis-Jenis Kredit

Ada beberapa macam kredit yang di berikan oleh bank umum dan bank
perkreditan rakyat untuk masyarakat terdiri dari beberapa jenis :

1. Dilihat dari jenis kegunaannya


a. Kredit investasi
Kredit investasi adalah kredit yang digunakan untuk pengadaan barang
modal jangka panjang untuk kegiatan usaha nasabah yang sifatnya
jangka panjang. Kredit ini diberikan kepada perusahaan yang baru akan
berdiri atau memulai bisnis baru. Contoh: untuk keperluan membangun
pabrik baru, membeli tanah untuk usaha, dan membeli alat transportas
serta alat berat.
b. Kredit modal kerja (KMK)
Kredit ini diberikan kepada perusahaan yang telah berdiri, namun
membutuhkan dana unutk meningkatkan produksi dalam
operasionalnya. Misalnya dalam hal membayar gaji pegawai atau untuk
membeli bahan baku. KMK dibagi menjadi 2 yaitu :
 KMK- Revolving, yaitu fasilitas KMK yang ditujukan kepada
nasabah didalam usaha yang jangka panjang dan berkelanjutan jadi
apabila ingin meminjam tidak perlu permohonan baru.
 KMK- Einmaleg, yaitu kredit yang digunakan nasabah hanya
sekali dan bila bank tidak percaya kepada debitor maka fasilitas ini
yang digunakan karena apabila ingin meminjam debitor harus
membuat permohonan baru.

c. Kredit Konsumsi

15
Kredit Konsumsi, adalah kredit yang digunakan dalam rangka
pengadaan barang atau jasa untuk tujuan konsumsi dan bukan sebagai
barang modal dalam kegiatan usaha nasabah.
2. Dilihat dari segi sektor usaha
a. Kredit pertanian, diberikan untuk membiayai sektor perkebunan atau
pertanian rakyat.
b. Kredit peternakan, diberikan untuk jangka pendek misalnya untuk
peternakan ayam dan jangka panjang misalnya untuk kambing ataupun
sapi
c. Kredit industri, diberikan untuk membiayai industri kecil, menengah
atau besar.
d. Kredit perumahan, diberikan untuk membiayai pembangunan atau
pembelian rumah.
e. Kredit usaha kecil dan mikro, kredit kepada usaha kecil dan mikro
Menurut paket kebijaksaan 29 mei 1993 dan didukung dengan surat
keputusan direksi BI no 26/24 /Kep/dir tanggal 29 mei 1993 yang
dimaksud kredit untuk usaha kecil adalah kredit yang diberikan kepada
nasabah usaha kecil dengan plafon kredit maksimum Rp 250.000.000,00
untuk membiayai usaha yang produktif. Kredit tersebut dapat berupa
kredit investasi maupun kredit modal kerja.

Karakteristik kredit kepada usaha kecil dan mikro secara umum adalah :

1. Memerlukan persyaratan penyerahan anggunan yang lebih lunak.


2. Memerlukan metode monitoring kredit yang khusus.
3. Cenderung menimbulkan biaya pelayanan kredit yang relatif lebih
tinggi.
4. Memerlukan persyaratan persetujuan kredit yang lebih sederhana.
5. Kerjasama pemberian kredit kepada usaha kecil dan mikro.
3. Berdasarkan Jangka Waktunya
a. Kredit Jangka Pendek >> kredit yang jangka waktunya hingga 1
tahun, atau tidak lebih dari 1 tahun.

16
b. Kredit Jangka Menengah >> kredit yang jangka waktunya antara 1
tahun hingga 3 tahun.
c. Kredit Jangka Panjang > kredit yang jangka waktunya lebih dari 3
tahun.
4. Berdasarkan Cara Penggunaan
a. Kredit Rekening Koran Bebas >> jenis kredit ini memberikan
kebebasan kepada nasabah dalam melakukan jumlah kredit namun
disesuaikan dengan maksimum kredit yang diberikan oleh pihak bank.
Nasabah dapat melakukan kredit selanjutnya tanpa harus menyelesaikan
terlebih dahulu kredit yang dilakukan sebelumnya.
b. Kredit Rekening Koran Terbatas >> dalam kredit ini nasabah hanya
dapat melakukan penarikan sesuai dengan kebutuhan usahanya.
Nasabah benar-benar diawasi oleh bank, pihak bank harus tau secara
pasti tujuan dari penarikan yang dilakukan oleh nasabah.
c. Kredit Rekening Koran Aflopend >> dalam kredit ini penarikan
dilakukan secara sekaligus dan pembayaran dilakukan secara berangsur.
d. Kredit Revolving >> dalam kredit ini hampir sama dengan jenis
Rekening Koran Bebas, namun dalam jenis ini nasabah harus terlebih
dahulu melunasi kredit yang sebelumnya telah dilakukan baru ia dapat
melakukan penarikan selanjutnya.

Berbagai alternatif bentuk kerjasama yang dapat dikembangkan oleh bank


dalam penyaluran kredit kepada usaha kecil dan mikro antara lain berupa:

 Pinjaman langsung dari bank umum kepada BPR


 Pembiayaan bersama (joint financing). Pembiayaan bersama adalah
pemberian kredit kepada sejumlah nasabah oleh lebih dari satu bank dan
salah satu bank tersebut bertindak sebagai bank induk yang bertugas
mengadministrasikan kredit yang berhubungan langsung dengan
debitor.
 Penyaluran kredit (channeling)
 Anjak piutang (factoring)
 Penerbitan SBPU Pinjaman Non Tunai (non cash loan)

17
3.5 Permasalahan Kredit Macet dan Cara Menanggulangi

Untuk menghadapi permasalahan kredit macet, pihak bank dapat


menggunakan prinsip kehati-hatian sesuai pada Bab II pasal 2 UU No.10/1998 :
Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi Indonesia
dengan menggunakan prinsip kehati-hatian.

Menurut Burhanudin Harahap, Gubernur Bank Indonesia tahun 2005


untuk meminimalisir resiko dan kredit macet Perbankan Nasional harus mengikuti
standar prosedur operasi yang telah ditentukan, yaitu :

1. Dalam penyaluran kredit bank harus mengikuti standar prosedur yang


disepakati
2. Bank melakukan penilaian kredit operasi secara profesional
3. Bank tidak melanggar kebijakan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
4. Bank harus memiliki aturan internal yang baik

Beberapa hal yang dapat diterapkan oleh perbankan nasional dalam


mencapai kondisi perkreditan yang baik dan sehat :

1. Perencanaan kredit bertujuan untuk :


 Memberikan arah pertumbuhan kredit sehingga portofolio kredit
tidak terkonsentrasi pada jenis industri, grup, geografis, atau segmen
bisnis tertentu.
 Mengantisipasi kegiatan penyaluran kredit tidak melanggar batasan-
batasan yang telah ditetapkan pemerintah dan internasional.

Dalam perencanaan kredit terdapat Hal-hal yang harus dipersiapkan dan


direncanakan :

a. Penetapan Pasar Sasaran (target market)

18
Pasar sasaran (target market) adalah sekelompok nasabah dalam
industri, segmen ekonomi, dan daerah geografis tertentuu yang memiliki
karakteristik tertentu yang dinilai perlu untuk dibiayai oleh bank.
Sebelum melakukan penetapan pasara sasaran, pihak bank perlu untuk
melakukan penelitian terhadap potensi ekonomi kelompok nasabah
tertentu yang akan dijadikan sasaran.
b. Kriteria Resiko
Dalam perencanaan kredit salah satu hal ynag sangat penting untuk
dilakukan adalah menetapkan resiko yang mungkin terjadi di setiap
pasar sasaran yang telah ditetapkan. Penetapan resiko ini juga
merupakan pedoman bagi operasi bagi seluruh karyawan dalam
melaksanakan pemberian kredit.
Criteria resiko mencakup :
 Aktifitas pemasaran, dengan penetapan standar minimal
nasabah.
 Tanda-tanda peringatan dini atas kondisi keuangan nasabah yang
mungkin memburuk.
 Seleksi awal dalam permohonan kredit.
 Penyediaan standar penerimaan yang diharapkan dari setiap
nasabah.
c. Kriteria Nasabah
Dalam penerimaan permohonan kredit pihak bank harus dapat
menentukan nasabah yang dapat diberikan kredit, hal ini sangat penting
karna pada akhirnya nasabah inilah yang akan menghasilkan pendapatan
terhadap bank. Pihak perbankan akan melakukan penilaian pada calon
peminjam dengan kriteria 7P, berikut penjelasannya :

1. Personality
Personality mencakup sikap, emosi, tingkah laku, dan tindakan
nasabah dalam menghadapi suatu masalah.

19
2. Party
Menggolongkan nasabah berdasarkan klasifikasinya masing-
masing, misalnya nasabah yang loyal secara karakter dan memiliki
modal yang tinggi untuk penjamin pengembalian dana kredit.
3. Purpose
Hal ini untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit,
tujuan pengambilan kredit misalnya untuk modal kerja atau
investasi.
4. Prospect
Pihak bank dalam hal ini akan menilai seberapa menguntungkan
prospek usaha nasabah yang mengajukan kredit dengan
mempertimbangkan gambaran keuntungan di masa depan dan
dengan memikirkan hal-hal apa saja yang kemungkinan dapat
menghambat pengembalian kredit.
5. Payment
Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit
yang telah diambil atau dari mana saja dana untuk pengembalian
kredit.
6. Profitabilitas
Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari
laba, apakah setiap periode mengalami peningkatan atau tidak.
7. Protection
Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan
mendapatkan perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan
barang atau jaminan asuransi.

d. Proses analisis kredit


Proses ini harus dilakukan secara menyeluruh dan lengkap dari
informasi yang nyata dan relevan. Analisis lain yang harus dilakukan
adalah :

20
1. Analisis atas nasabah perorangan atau badan usaha yaitu informasi
mengenai manajemen perusahaan, kondisi produk, kondisi
persaingan usaha sejenis, kondisi eksternal (kebijakan pemerintah
dan peraturan yang mengikat), penilaian agunan, dan reputasi bisnis.
2. Analisis atas kondisi keuangan yaitu informasi mengenai neraca,
laporan rugi laba, cash flow, dan rasio-rasio keuangan lainnya.
3. Analisis resiko berupa resiko manajemen, resiko produk dan jasa,
resiko keuangan, dan resiko eksternal.
4. Analisis kemampuan pembayaran kewajiban kepada pihak bank
berupa net operating cash, keuntungan perusahaan, penerimaan lain-
lain, penjualan jaminan, dan asuransi.
e. Penetapan jenis dan struktur kredit
Penetapan struktur dan jenis kredit dibuat berdasarkan ketentuan yang
berlaku, baik dari internal (pihak bank sendiri) maupun pihak eksternal
(Bank Indonesia, BPK, dll).

Pada dasarnya belum ada struktur kredit yang tetap namun pada umumnya
struktur kredit mencakup beberapa hal berikut ini :

 Nama peminjam
 Jumlah kredit
 Jenis kredit
 Tujuan pengajuan kredit
 Jangka waktu
 Agunan
 Ketersediaan dana
 Tingkat suku bunga dan denda
 Provisi
 Commitment fee

3.6 Syarat dan Ketentuan serta Alur Pemberian Kredit

21
Syarat dan ketentuan kredit ini digunakan bank untuk mengamankan dana
yang diserahkan kepada nasabah, dan tentu saja untuk meminimalisir resiko yang
mungkin terjadi. Umumnya syarat dan ketentuan kredit terbagi menjadi 2, yaitu :

 Sebelum Pencairan Kredit : penyerahan agunan, asuransi, dan


sebagainya
 Setelah Pencairan Kredit : pengiriman laporan keuangan, dan
sebagainya.
a. Pelaksanaan perjanjian kredit
Perjanjian kredit biasa disebut juga akad kredit yaitu merupakan
bentuk kesepakatan antara nasabah dengan pihak bank dan
dilakukan setelah terjadi keputusan pemberian kredit. Perjanjian
kredit dilakukan secara tertulis dengan bentuk dan format sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
b. Pengawasan kredit
Pengawasan kredit selain merupakan tuntutan bisnis, juga bertujuan
untuk memenuhi informasi kredit yang dibutuhkan oleh pihak
intern. Pihak intern adalah pihak didalam bank itu sendiri. Pihak
ekstern adalah pihak diluar bank, seperti Bank Indonesia, fungsinya
untuk menilai tingkat kesehatan bank dan pengawasan. Pihak
ekstern lainnya seperti Departemen Keuangan, Badan Pemeriksa
Keuangan, audit, dan pihak-pihak lain yang berkaitan dengan
perbankan.
 Pengertian Pengawasan Kredit : Usaha penjagaan dan
pengamanan dalam usaha pengelolaan kekayaan bank dalam
bentuk perkreditan yang lebih baik dan efisien, guna
menghindarkan terjadinya penyimpangan dengan cara
mematuhi kebijakan perkreditan yang telah ditetapkan serta
mengusahakan penyusunan administrasi yang benar.
 Fungsi Pengawasan Kredit : Berfungsi mengetahui secara dini
penyimpangan yang terjadi atas pemberian kredit pada nasabah.

22
Dengan adanya pengawasan bank dapat melakukan langkah-
langkah yang tepat dan cepat dalam perbaikannya.

Cara Melakukan Pengawasan :

1) Secara administratif : monitoring yang dilakukan dengan menggunakan


segala informasi yang tersedia, baik catatan yang tersedia maupun
informasi lainnya.
2) Secara Fisik : monitoring yang dilakukan dengan kunjungan langsung
ke lokasi usaha atau tempat lain yang berkaitan dengan fasilitas kredit
yang diberikan oleh bank. Pengawasan ini biasanya dilakukan secara
berkala.
1. Jaminan Kredit
Dalam melakukan peminjaman, pihak peminjam dapat memberikan
jaminan atau tanpa jaminan. Namun di Indonesia pihak bank selama ini
masih memberikan pinjaman dengan jaminan sedangkan untuk
pinjaman tanpa jaminan belum lazim diterapkan di Indonesia. Adapun
jaminan yang dapat dijadikan jaminan kredit oleh calon bank yang akan
memberikan pinjaman adalah sebagai berikut :
a. Jaminan benda berwujud yaitu barang-barang yang dapat
dijadikan jaminan seperti :
 Tanah
 Bangunan
 Kendaraan bermotor
 Mesin-mesin
 Barang dagangan
 Tanaman
b. Jaminan benda tidak berwujud yaitu benda yang merupakan
surat-surat yang dijadikan jaminan seperti :
 Sertifikat Saham
 Sertifikat Obligasi
 Sertifikat Deposito
 Wesel

23
c. Jaminan Orang
Orang atau lembaga yang memberikan jaminan kepada
seseorang yang akan melakukan pinjaman. Dimana orang atau
lembaga yang memberikan jaminan memiliki nama baik atau
perusahaan yang bonafit, sehingga bank menjadi percaya untuk
memberikan pinjaman kepada orang yang diberi jaminan
tersebut.
2. Tanpa Jaminan
Kredit yang diberikan kepada perusahaan yang telah loyal kepada bank
yang akan mengeluarkan pinjaman selain itu perusahaan tersebut adalah
perusahaan yang bonafit.

BAB IV

PENUTUP

24
4.1 Kesimpulan

Penghimpunanan dana adalah kegiatan usaha yang utama dari suatu bank
adalah penghimpunan dan penyaluran dana. Penyaluran dana dengan tujuan untuk
memperoleh penerimaan akan dapat dilakukan apabila dana telah dihimpun.
Penghimpunan dana dari masyarakat perlu dilakukan dengan cara-cara tertentu
sehingga efisien dan dapat disesuaikan dengan rencana penggunaan dana tersebut.

Sedangkan definisi penyaluran dana adalah menjual kembali dana yang


diperoleh dari penghimpunan dana dalam bentuk simpanan. Dalam penyaluran
dana ini, pihak bank harus memiliki strategi yang mumpuni untuk menyalurkan
dananya ke masyarakat melalui alokasi yang strategis sehingga keuntungan yang
didapat bisa dimaksimalkan. Tujuan bank dari pengalokasian dana adalah
memperoleh keuntungan semaksimal mungkin.

4.2 Saran

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Kritik dan saran kami
perlukan dari pembaca agar makalah ini menjadi lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
Arthesa, Ade dan Handiman Edia, Bank dan Lembaga Keuangan, Jakarta:
Indeks, 2009

25
Djojohadikusumo, Sumitro. Kredit Rakyat Di Masa Depresi, Jakarta:
LP3ES, 1989.

Kasmir. Pemasaran Bank, Edisi 2, Jakarta: Kencana, 2004

Mishkin, Frederic S. Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan,


Jakarta: Salemba Empat, 2010

Triandaru, Sigit dan Budisantoso, Totok. Bank dan Lembaga


Keuangan, Edisi 2, Jakarta: Salemba Empat, 2006

26

Anda mungkin juga menyukai