Anda di halaman 1dari 40

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut kabo (2010) hipertensi adalah suatu kondisi medis yang kronis di

mana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah yang disepakati normal.

Hipertensi adalah factor penyebab utama kematian karena stroke dan factor yang

memperberat infark miokard (serangan jantung). Kondisi tersebut merupakan

gangguan yang paling umum pada tekanan darah. Hiper merupakan gangguan

asimptomatik yang sering terjadi dengan peningkatan tekanan darah secra

persisten.diagnosa hipertensi pada orang dewasa dibuat saat bacaan diastolic rata-

rata dua atau lebih,paling sedikit dua kunjungan berikut adalah 90mmHg atau lebih

tinggi atau bila tekanan darah multiple sistolik rerata pada dua atau lebih kunjungan

berikutnya secara konsisten lebih tinggi dari 140mmHg (Potter & Perry, 2005).

Di Amerika atau sekitar 60 juta individu dan hampir 1 milyar penduduk dunia

menderita hipertensi, dengan mayoritas dari populasi ini mempunyai risiko yang

tinggi untuk mendapatkan komplikasi kardiovaskuler. Data yang diperoleh dari

Framingham Heart Study menyatakan bahwa prevalensi hipertensi tetap akan

meningkat meskipun sudah dilakukan deteksi dini dengan dilakukan pengukuran

tekanan darah (TD) secara teratur (Joint National Committee, JNC VII). Di

Indonesia banyaknya penderita Hipertensi diperkirakan 15 juta orang tetapi hanya

4% yang merupakan hipertensi terkontrol. Prevalensi 6-15% pada orang dewasa,

50% diantaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga mereka

cenderung untuk menjadi hipertensi berat karena tidak menghindari dan tidak

mengetahui factor risikonya, dan 90% merupakan hipertensi esensial. Saat ini

1
penyakit degeneratif dan kardiovaskuler sudah merupakan salah satu masalah

kesehatan masyarakat di Indonesia.

Hasil survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1972, 1986, dan 1992

menunjukkan peningkatan prevalensi penyakit kardiovaskuler yang menyolok

sebagai penyebab kematian dan sejak tahun 1993 diduga sebagai penyebab

kematian nomor satu. Penyakit tersebut timbul karena berbagai faktor risiko seperti

kebiasaan merokok, hipertensi, disiplidemia, diabetes melitus, obesitas, usia lanjut

dan riwayat keluarga. Dari faktor risiko diatas yang sangat erat kaitannya dengan

gizi adalah hipertensi, obesitas, displidemia, dan diabetes melitus. Medical record

rumah sakit islam samarinda, 2011 menggatakan Dewasa ini, penyakit infeksi telah

menggalami pergeseran oleh penyakit degenerative. Hal ini memberikan perhatian

kepada tenaga kesehatan khususnya keperawatan untuk meningkatkan pengetahuan

yang mendalaam terhadap penyakit degenerative, penyakit hipertensi merupakan

penyakit yang banyak di alami masyarakat dalam beberapa tahun terakhir.

Berdasarkan data diruang perawatan penyakit dalam khususnya ruang jabal rahmah

rumah sakit islam samarinda selama enam bulan terakhir tahun 2011. Hipertensi

menempati urutan pertama, yaitu 190 kasus,dengan jumlah pasien laki-laki 88

orang dan perempuan 102 orang.

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dapat dibedakan menjadi dua golongan

yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer meliputi lebih

kurang 90% dari seluruh pasien hipertensi dan 10% lainnya disebabkan oleh

disebabkan oleh hipertensi sekunder. Hanya 50% dari golongan hipertensi sekunder

dapat di ketahui penyebabnya dan dari golongan ini hanya beberapa persen yang

dapat diperbaiki kelainannya. Oleh karena itu upaya penaggulangan hipertensi

2
terhadap hipertensi primer baik menggenai pathogenesis maupun tentang

penggobatannya. Hipertensi tidak boleh di anggap penyakit yang ringan karena jika

terlambat memberikan pertolongan penyakit ini akan merenggut nyawa penderita.

Saat ini banyak penderita hipertensi yang tidak tahu atau tidak mengerti

penyakitnya bahkan banyak yang tidak tahu resiko dari penderita hipertensi apabila

tidak di atasi. Beberapa komplikasi penyakit yang sering terjadi akibat penyakit

hipertensi yang tidak cepat di atasi adalah stroke, insomnia, fertigo.

Dengan makin bertambahnya penduduk usia lanjut, bertambah pula penderita

golongan ini yang memerlukan pelayanan kesehatan. Berbeda dengan segmen

populasi lain, polulasi lanjut usia dimanapun selalu menunjukkan morbiditas dan

mortalitas yang lebih tinggi dibanding populasi lain. Disamping itu oleh karena

aspek disabilitas yang tinggi pada segmen populasi ini selalu membutuhkan derajat

keperawatan yang tinggi.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien lansia dengan hipertensi?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk menambah pengetahuan penulis terutama tentang lanjut usia

dengan hipertensi, sebagai pembelajaran tentang asuhan keperawatan

gerontik.

3
1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengenal anatomi fisiologi dan proses penuaan pada lansia

2. Mampu menjelaskan tentang pengertian hipertensi

3. Mampu menjabarkan tentang etiologi hipertensi

4. Mampu menjabarkan tentang patofisiologi hipertensi

5. Mampu menyebutkan manifestasi klinis hipertensi

6. Mampu menjelaskan tentang perawatan, pengobatan dan pencegahan

hipertensi

7. Mampu menjabarkan komplikasi hipertensi

8. Mengetahui pemeriksan penunjang pada hipertensi

9. Memahami Asuhan Keperawatan pada pasien lansia dengan

hipertensi

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi keilmuwan

Dapat mengembangkan ilmunya, kepada individu, seprofesi dan

masyarakat lainnya.

1.4.2 Bagi mahasiswa

Mahasiswa khususnya dibidang kesehatan mampu mempelajari dan

mempraktekkan asuhan keperawatan pada pasien lansia dengan

hipertensi.

1.4.3 Bagi STIKes NGUDIA HUSADA MADURA

STIKES NGUDIA HUSADA MADURA bisa memberi fasilitas yang

memadai, agar para mahasiswa bisa mempelajari dan memahami dengan

baik tentang asuhan keperawatan pada pasien lansia dengan hipertensi.

4
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Lanjut Usia

a. Pengertian Lanjut Usia

Berdasarkan definisi secara umum, seseorang dikatakan lansia apabila

usianya 60 tahun ke atas,baik pria maupun wanita. Sedangkan Departeman

kesehatan RI menyebutkan seseorang dikatakan berusia lanjut usia dimulai

dari usia 55 tahun keatas. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) usia

lanjut dimulai dari usia 60 tahun ( Kushariyadi, 2010; Indriana, 2012;

Wallnce, 2007).

b. Batasan Umur Lanjut Usia

Batasan-batasan umur yang mencakup batasan umur lansia dari pendapat

berbagai ahli yang di kutip dari Nugroho (2008) :

1) Menurut undang-undang nomor 13 tahun 1998 dalam bab I pasal 1 ayat

II yang berbunyi “lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60

tahun keatas”

2) Menurut WHO:

a) Usia pertengahan : 45-59 tahun

b) Lanjut usia : 60 – 74 tahun

c) Lanjut usia tua : 75- 90 tahun

d) Usia sangat tua : diatas 90 tahun (Kushariyadi, 2010).

5
c. Perubahan yang terjadi pada lanjut usia

Menurut Mujahidullah (2012) dan Wallace (2007), beberapa perubahan

yang akan terjadi pada lansia diantaranya adalah perubahan fisik,intlektual,

dan keagamaan.

1) Perubahan fisik

a) Sel, saat seseorang memasuki usia lanjut keadaan sel dalam tubuh akan

berubah, seperti jumlahnya yang menurun, ukuran lebuh besar

sehingga mekanisme perbaikan sel akan terganggu dan proposi

protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati berkurang.

b) Sistem persyarafan, keadaan system persyarafan pada lansia akan

mengalami perubahan, seperti mengecilnya syaraf panca indra. Pada

indra pendengaran akan terjadi gangguan pendengaran seperti

hilangnya kemampuan pendengaran pada telinga. Pada indra

penglihatan akan terjadi seperti kekeruhan pada kornea, hilangnya

daya akomodasi dan menurunnya lapang pandang. Pada indra peraba

akan terjadi seperti respon terhadap nyeri menurun dan kelenjar

keringat berkurang. Pada indra pembau akan terjadinya seperti

menurunnya kekuatan otot pernafasan, sehingga kemampuan membau

juga berkurang.

6
c) Sistem gastrointestinal, pada lansia akan terjadi menurunya selara

makan , seringnya terjadi konstipasi, menurunya produksi air

liur(Saliva) dan gerak peristaltic usus juga menurun.

d) Sistem genitourinaria, pada lansia ginjal akan mengalami pengecilan

sehingga aliran darah ke ginjal menurun.

e) Sistem musculoskeletal, pada lansia tulang akan kehilangan cairan dan

makin rapuh, keadaan tubuh akan lebih pendek, persendian kaku dan

tendon mengerut.

f) Sistem Kardiovaskuler, pada lansia jantung akan mengalami pompa

darah yang menurun , ukuran jantung secara kesuruhan menurun

dengan tidaknya penyakit klinis, denyut jantung menurun , katup

jantung pada lansia akan lebih tebal dan kaku akibat dari akumulasi

lipid. Tekanan darah sistolik meningkat pada lansia kerana hilangnya

distensibility arteri. Tekanan darah diastolic tetap sama atau

meningkat.

2) Perubahan intelektual

Menurut Hochanadel dan Kaplan dalam Mujahidullah (2012), akibat

proses penuaan juga akan terjadi kemunduran pada kemampuan otak

seperti perubahan intelegenita Quantion ( IQ) yaitu fungsi otak kanan

mengalami penurunan sehingga lansia akan mengalami kesulitan dalam

berkomunikasi nonverbal, pemecehan masalah, konsentrasi dan

kesulitan mengenal wajah seseorang.

7
Perubahan yang lain adalah perubahan ingatan, karena penurunan

kemampuan otak maka seorang lansia akan kesulitan untuk menerima

rangsangan yang diberikan kepadanya sehingga kemampuan untuk

mengingat pada lansia juga menurun.

3) Perubahan keagamaan

Menurut Maslow dalam Mujahidin (2012), pada umumnya lansia akan

semakin teratur dalam kehidupan keagamaannya, hal tersebut

bersangkutan dengan keadaan lansia yang akan meninggalkan kehidupan

dunia.

d. Tugas perkembangan pada lanjut usia

Menurut Havighurst dalam Stanley (2007), tugas perkembangan adalah

tugas yang muncul pada periode tertentu dalam keidupan suatu individu.

Ada beberapa tahapan perkembangan yang terjadi pada lansia, yaitu

1) Penyesuaikan diri kepada penurunan kesehatan dan kekuatan fisik.

2) Penyesuaian diri kepada masa pension dan hilangnya pendapatan.

3) Penyesuaaian diri kepada kematian pasangan dan orang terdekat lainnya.

4) Pembantukan gabungan (pergelompokan) yang sesuai denganya.

5) Pemenuhan kewajiban social dan kewarganegaraan.

6) Pembentukan kepuasan pengaturan dalam kehidupan.

8
2.2 Konsep Hipertensi

a. Pengertian Hipertensi

Hipertensi adalah factor penyebab utama kematian karena stroke dan

factor yang memperberat infark miokard(serangan jantung). Kondisi tersebut

merupakan gangguan yang paling umum pada tekanan darah. Hiper merupakan

gangguan asimptomatik yang sering terjadi dengan peningkatan tekanan darah

secra persisten.diagnosa hipertensi pada orang dewasa dibuat saat bacaan

diastolic rata-rata dua atau lebih,paling sedikit dua kunjungan berikut adalah

90 mmHg atau lebih tinggi atau bila tekanan darah multiple sistolik rerata pada

dua atau lebih kunjungan berikutnya secara konsisten lebih tinggi dari 140

mmHg (Potter & Perry, 2005).

Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di

atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg (smelz&bare, 2002).

Pada manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg

dan tekanan darah distolik 90mmHg (suddrath and brunner, 2002).

b. Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi pada klien dengan hipertensi berdasarkan standart WHO

Klasifikasi Sistolik Distolik

Normotonesi < 140 mmHg <90mmHg

Hipertensi ringan 140-180 mmHg 90-105 mmHg

Hipertensi perbatasan 140-160 mmHg 90-95 mmHg

Hipertensi sedang dan berat >180 mmHg >105 mmHg

Hipertensi sistolik terisolasi >140 mmHg <90 mmHg

Hipertensi sistolik perbatasan 140-160 mmHg <90 mmHg

9
Tekanan Darah Pada Dewasa menurut JNC VII
Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Distolik

Normal < 120 mmHg (dan) < 80 mmHg

Pre-hipertensi 120-139 mmHg (atau) 80-89 mmHg

Stadium 1 140-159 mmHg (atau) 90-99 mmHg

Stadium 2 >= 160 mmHg (atau) >= 100 mmHg

c. Etiologi

Hipertensi tidak dapat memiliki sebab yang di ketahui (essensial, idiopatik,

atau primer) atau berkaitan dengan penyakit lain (sekunder). (Dorlan,1998).

Berdasarkan penyebab hipertensi di bagi menjadi dua golongan yaitu :

1. Hipertensi essensial dan hipertensi primer yang tidak diketahui

penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik.terdapat sekitar 95% kasus.

Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan,

hiperaktivitas susunan saraf simpatis, system renin angiotensin, efek dalam

ekskersi Na, peningkatan Na dan Ca ekstrseluler dan factor-faktor yang

meningkatkan resiko eperti obesitas, alcohol, merokok serta polisitemia.

2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5% kasus.

Penyebab spesifikny dikietahui seperti gangguan estrogen, penyakit ginjal,

hipertensi vascular renal, hiperaldosteronisme promer, dan sindrom

cushing, feokromositoma, koarksasio aorta, hipertensi yang berhubungan

dengan kehamilan (mansjoer A dkk, 2001).

10
Adapun factor pencetus hipertensi seperti, keturunan, jenis kelamin, umur,

kegemukan, lingkungan, pekerjaan, merokok, alcohol dan social ekonomi

(Susi Purwati, 2007).

d. Tanda dan gejala

Gejala yang timbul bervariasi, tergantung dari tinggi rendahnya derajat

hipertensi. Pada hipertensi essensial dapat berjalan gejala dan umumnya baru

timbul gejala setelah komplikasi pada organ target seperti ginjal, mata, otak, dan

jantung yang sering dijumpai berupa :

1. Mengeluh sakit kepala, pusing

2. Vertigo

3. Perdarahan retina

4. Gangguan penglihatan

5. Proteinuria

6. Takikardi, palpitasi

7. Pucat dan mudah lelah

8. Tekanan darah meningkat, tachikardi

9. Palpitasi, berkeringat dingin, pusing, nyeri kepala bagian suboccipital, mati rasa

(kelemahan salah satu anggota tubuh).

10. Kecemasan,depresi, dan cepat marah.

11. Diplodia (penglihatan ganda).

12. Mual dan muntah

13. Sesak nafas, tachipne.

11
e. Patofisologi

Mekanisme yang mengontrol konnstriksi dan relaksasi pembuluh darah

terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula

jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari

kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan

pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui

system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion

melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke

pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan

konstriksi pembuluh darah.

Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon

pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi

sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas

mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh

darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,

mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi

epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol

dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh

darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,

menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I

yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang

pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini

menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan

12
peningkatan volume intra vaskuler. Semua factor ini cenderung mencetuskan

keadaan hipertensi.

Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan structural dan fungsional pada

system pembuluh perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang

terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya

elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah,

yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh

darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam

mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup),

mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer

(Brunner & Suddarth, 2002).

Hipertensi sebagai suatu penyakit dimana terjadi peningkatan tekanan darah

sistolik dan atau diastolic yang tidak normal. Batas yang tepat dari kelainan ini tidak

pasti. Nilai yang dapat dan diterima berbeda sesuai usia dan jenis kelamin(sistolik

140-160mmHg ;diastolic 90-95mmHg). Tekanan darah dipengengaruhi oleh curah

jantung tekanan perifer dan tekanan atrium kanan.

Didalam tubuh terdapat system yang berfungsi mencegah perubahan tekanan

darah secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi, yang berusaha untuk

mempertahankan kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang reflek

kardiovaskuler melalui system saraf termasuk system control yang beraksi

segera.Kestabilan tekanan darah jangka panjang dipertahankan oleh system yang

menggatur jumlah cairan tubuh yang melibtkan berbagai organ terutama ginjal.

13
Berbagai factor seperti factor genetik yang menimbulkan perubahan pada

ginjal dan membrane sel, aktivitas saraf simpatis dan system rennin-angiotensin

yang mempenggaruhi keadaan hemodinamik, asupan natrium dan metabolism

kalium dalam ginjal, serta obesitas dan factor endotel mempunyai peran dalam

peningkatan tekanan darah. Strees dengan peninggian saraf simpatis menyebabkan

kontruksi fungsional dan hipertensi struktural.

f. Pemeriksaan Penunjang

1. Hemoglobin / hematokrit : bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari

sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-

faktor resiko (hiperkoagulabilitas, anemia)

2. BUN / kretinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal

3. Glukosa : hiperglikemia (hipertensi adalah pencetus hipertensi) dapat

diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi)

4. Kalium serum : hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama

(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik

5. Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan

hipertensi

6. Kolesterol dan trigliserida serum : peningkatan kadar dapat mengindikasikan

pencetus atau adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler)

7. Pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan

hipertensi

8. Kadar aldosteron urin/serum : untuk mengkaji aldosteronisme primer

(penyebab)

14
9. Urinalisa : darah, Protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal atau

adanya diabetes

10. Asam urat : hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor resiko

terjadinya hipertensi

11. Foto dada : dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katup,

deposit / takik aorta / pembesaran jantung

12. EKG : dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan, gangguan

konduksi, luas, peniggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit

jantung hipertensi.

g. Penatalaksanan medis

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pendekatan nonfarmakologis

termasuk penurunan berat badan, pembatasan alkohol, natrium dan tembakau,

latihan dan relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap

terapi antihipertensi. Apabila penderita hipertensi ringan berada dalam resiko tinggi

(pria, perokok) atau bila tekanan darah diastoliknya diatas 85 sampai 95 mmHg dan

sistoliknya di atas 130 sampai 139 mmHg, maka perlu dimulai terapi obat-obatan.

Adapun beberapa cara lain sebagai penatalaksanaan pada pasien hipertensi

adalah sebagai berikut :

1. Berolahraga secara teratur

2. Obat-obatan penurun takanan darah antara lain :

a) Diuretik: Hidrochlortiasid,Furosemid.

b) Betabloker: Proparnolol.

c) Alfabloker: Prazosin.

d) Penghambat ACE: Kaptopril.

15
e) Antagonis Kalsium: Diltiasem (Farmakologi FKUI, 2005).

3. Pengaturan diet

Dalam merencanakan menu makanan untuk penderita hipertensi ada beberapa

factor yang perlu diperhatikan yaitu keadaan berat badan, derajat

hipertensi,aktifitas dan ada tidaknya komplikasi. Sebelum pemberian nutrisi pada

penderita hipertensi ,diperlukan pengetahuan tentang jumlah kandungan natrium

dalam bahan makanan. Makan biasa (untuk orang sehat rata-rata mengandung

2800–6000 mg per hari). Sebagian besar natrium berasal dari garam dapur. Untuk

mengatasi tekanan darah tinggi harus selalu memonitor kadaan tekanan darah serta

cara pengaturan makanan sehari-hari. Secara garis besar ada 4 (empat) macam diit

untuk menanggulangi atau minimal mempertahankan tekanan darah yaitu :

a) Diet rendah garam

Diet rendah garam pada hakekatnya merupakan diet dengan mengkonsumsi

makanan tanpa garam. Garam dapur mempunyai kandungan 40% Natrium.

Sumber sodium lainnya antara lain makanan yang mengandung soda kue, baking

powder, MSG (Mono Sodium Glutamat),Pengawet makanan atau natrium bensoat

biasanya terdapat dalam saos,kecap,selai,jelli,makanan yang terbuat dari mentega.

Penderita tekanan darah tinggi yang sedang menjalankan diet pantang garam

memperhatikan hal sebagai berikut :

1) Jangan menggunakan garam dapur

2) Hindari makanan awetan seperti kecap, margarie, mentega, keju, trasi, petis,

biscuit, ikan asin, sardensis, sosis dan lain-lain.

3) Hindari bahan makanan yang diolah dengan menggunakan bahan makanan

tambahan atau penyedap rasa seperti saos.

16
4) Hindari penggunaan beking soda atau obat-obatan yang mengandung sodium.

5) Batasi minuman yang bersoda seperti cocacola, fanta, sprite.

b) Diet rendah kolesterol / lemak.

Didalam tubuh terdapat tiga bagian lemak yaitu kolesterol, trigliserida, dan

pospolipid. Sekitar 25 – 50 % kolesterol berasal dari makanan dapat diarsorbsi oleh

tubuh sisanya akan dibuang lewat faeces. Beberapa makanan yang mengandung

kolestero tinggi yaitu daging, jeroan, keju keras, susu, kuning telur, ginjal, kepiting,

hati dan kaviar. Tujuan diet rendah kolesterol adalah menurunkan kadar kolestero

serta menurunkan berat badan bila gemuk. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam

mengatur nutrisi pada hipertensi adalah :

1) Hindari penggunaan minyak kelapa, lemak, margarine dan mentega.

2) Batasi konsumsi daging, hati, limpa dan jenis jeroan.

3) Gunakan susu full cream.

4) Batasi konsumsi kuning telur, paling banyak tiga butir per minggu.

5) Lebih sering mengkonsumsi tahu, tempe, dan jenis kacang-kacang lainnya.

6) Batasi penggunaan gula dan makanan yang manis-manis seperti sirup, dodol.

7) Lebih banyak mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan.

c) Diet kalori bila kelebihan berat badan. Hipertensi tidak mengenal usia dan

bentuk tubuh seseorang. Meski demikian orang yang kelebihan berat badan akan

beresiko tinggi terkena hipertensi. Salah satu cara untuk menanggulanginya

dengan melakukan diet rendah kalori, agar berat badannya menurun hingga

normal. Dalam pengaturan nutrisi perlu diperhatikan hal berikut :

1) Asupan kalori dikurangi sekitar 25 % dari kebutuhan energi atau 500 kalori

untuk penurunan 0,5 kg berat badab per minggu.

17
2) Menu makanan harus seimbang dan memenuhi kebutuhan zat gizi.

3) Contoh menu untuk penderita hipertensi :

1 piring nasi (100 gram), 1 potong daging (50 gram), 1 mangkok sup (130

gram), 1 potong tempe (50 gram), 1 potong pepaya (100 gram), (Sri Rahayu,

2009).

d) Perlu dilakukan aktifitas olah raga ringan.

h. Komplikasi

Pada jadi pada hipertensi berat yaitu apabila tekanan darah diastolic sama atau

lebih besar dari 130mmHg, atau kenaikan tekanan darah yang terjadi secara

mendadak, alat-alat tubuh yang sering terseang hipertensi antaraa lain:

1. Mata : berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan sampai dengan

kebutaan.

2. Ginjal : berupa gagal ginjal

3. Jantung : berupa payah jantung, jantung koroner.

4. Otak : berupa pendarahan akibat pecahnya mikro anerisma yang dapat

menggakibatkan kematian, iskemia dan proses emboli (mansjoer, dkk, 2001).

18
i. Pathway

19
BAB 3

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Konsep Asuhan Keperawatan pada pasien lansia dengan hipertensi

A. Pengkajian

Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan

keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu sebagaimana yang telah

ditentukan dalam standar praktik keperawatan dari ANA (American

Nursing Association). Tujuan pengkajian keperawatan adalah

mengumpulkan data, mengelompokan data, dan menganalisa data

sehingga ditemukan diagnose keperawatan. Pengkajian keperawatan

terdiri dari 3 tahap yaitu pengumpulan data atau pengorganisasian,

menganalisa dan merumuskan diagnose keperawatan (Gaffar, 1999).

1. Pengumpulan data

Secara umum ada beberapa cara pengumpulan data yaitu :

a) Observasi adalah cara pengumpulan data melalui hasil pengamatan

(melihat, meraba, mendengarkan) tentang kondisi klien dalam

kerangka Asuhan Keperawatan.

b) Anamnese / wawancara adalah cara pengumpulan data melalui

Tanya jawab kepada klien atau keluarga klien.

c) Pemeriksaan fisik adalah cara pengumpulan data melalui inspeksi,

palpasi, dan auskultasi.

20
2. Pengelompokan Data

Setelah selesai mengumpulkan data maka selanjutnya data-data yang

terkumpul di kelompokkan.

3. Analisa data dan perumusan diagnosa keperawatan

Tahapan terakhir dari pengkajian adalah analisis data untuk

menentukan diagnose keperawatan.

Karena keterbatasan literature, maka menyusun pengkajian

keperawatan berdasarkan data respon individu yang mungkin muncul

terhadap perjalanan patofisiologi penyakit Hipertensi, kemudian

disesuaikan dengan diagnose menurut Marilyn E. Doenges, yaitu :

1. Aktifitas / istirahat

A. Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton

B. Tanda : frekwensi jantung meningkat, perubahan irama jantung

dan takipnea.

Adapun tingkat gradasi kekuatan otot ( Priharjo R., 1995)

Adalah sebagai berikut :

Skala 0 : paralisis total

Skala 1 : tidak ada gerakan, teraba / terlihat adanya

kontraksi otot.

Skala 2 : gerakan otot penuh menentang gravitasi, dengan

sokongan.

Skala 3 : gerakan normal menentang gravitasi.

Skala 4 : gerakan normal penuh menentang gravitasi dengan

sedikit Penahanan.

21
Skala 5 : gerakan normal penuh, menentang gravitasi

dengan Penahanan penuh

2. Sirkulasi

a. Gejala : riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung

koroner / katup dan penyakit serebbrovaskuler, episode papitasi

dan perspirasi.

b) Tanda : kenaikan TD ( pengukuran serial dari kenaikan tekanan

darah diperlukan untuk menegakkan diagnose ); Nadi : denyutan

jelas dari karotis, jugularis, dan radialis; ekstermitas : perubahan

warna kulit, suhu dingin (vasokontraksi perifer) pengisian

kapier mungkin lambat / tertunda (vasokontraksi).

3. Neurosensori

a. Gejala : episode kebas dan / atau kelemahan pada satu sisi tubuh

b) Tanda : penurunan kekuatan genggaman tangan dan / atau reflex

tendon dalam

4. Nyeri / ketidaknyamanan

a) Gejala : nyeri hilang timbul pada tungkai / klaudikasi ( indikasi

arteriosklerosis pada arteri ekstermitas bawah ).

5. Pernapasan

a) Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas / kerja, riwayat

merokok

b) Tanda : bunyi napas tambahan (krakles / mengi)

6. Keamanan

a) Gejala : gangguan koordinasi / cara berjalan

22
b) Tanda : episode unilateral transien, hipotensi postural.

7. Pembelajaran / penyuluhan

a) Gejala : factor-faktor risiko keluarga, penggunaan obat/ alcohol.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko penurunan fungsi jaringan jantung b/d peningkatan afterload,

vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard

2. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan

kebutuhan oksigen.

3. Nyeri akut : sakit kepala b/d peningkatan tekanan vaskuler serebral

4. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b/d masukan

berlebihan

23
C. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi

Hasil

1 Resiko penurunan jaringan NOC : NIC :

jantung b/d peningkatan  Cardiac Pump Cardiac Care

afterload, vasokonstriksi, effectiveness  Evaluasi adanya nyeri dada

hipertrofi/rigiditas ventrikuler,  Circulation Status ( intensitas,lokasi, durasi)

iskemia miokard  Vital Sign Status  Catat adanya disritmia

Definisi : Resiko penurunan jantung

sirkulasi jantung (koroner)  Catat adanya tanda dan

Batasan Karakteristik : gejala penurunan cardiac

- Pil kontrasepsi putput

- Pembedahan jantung  Monitor status

- Tamponade jantung kardiovaskuler

- Spasme arteri koroner  Monitor status pernafasan

- Diabetes mellitus yang menandakan gagal

- Penyalah gunaan zat jantung

- Peningkatan protein C-  Monitor abdomen sebagai


reaktif indicator penurunan perfusi

- Riwayat penyakit arteri  Monitor balance cairan


koroner  Monitor adanya perubahan
- Hiperlipidemia tekanan darah
- Hiperventilasi

24
- Hipovelemia  Monitor respon pasien

- Hipoksemia terhadap efek pengobatan

- Hipoksia antiaritmia

- Kurang pengetahuan  Atur periode latihan dan

tentang faktor resiko istirahat untuk menghindari

yang dapat diubah (mis., kelelahan

merokok, gaya hidup,  Monitor toleransi aktivitas

kurang gerak, obesitas). pasien

 Monitor adanya dyspneu,

fatigue, tekipneu dan

ortopneu

 Anjurkan untuk

menurunkan stress

Fluid Management

 Pertahankan catatan intake

dan output yang akurat

 Pasang urin kateter jika

diperlukan

 Monitor status hidrasi

(kelembaban membran

mukosa, nadi adekuat,

tekanan darah ortostatik),

jika diperlukan

25
 Monitor hasil lAb yang

sesuai dengan retensi cairan

(BUN , Hmt , osmolalitas

urin)

 Monitor status

hemodinamik termasuk

CVP, MAP, PAP, dan

PCWP

 Monitor vital sign sesuai

indikasi penyakit

 Monitor indikasi retensi /

kelebihan cairan (cracles,

CVP , edema, distensi vena

leher, asites)

 Monitor berat pasien

sebelum dan setelah dialisis

 Kaji lokasi dan luas edema

 Monitor masukan makanan

/ cairan dan hitung intake

kalori harian

 Kolaborasi dengan dokter

untuk pemberian terapi

cairan sesuai program

 Monitor status nutrisi

26
 Berikan cairan

 Kolaborasi pemberian

diuretik sesuai program

 Berikan cairan IV pada

suhu ruangan

 Dorong masukan oral

 Berikan penggantian

nesogatrik sesuai output

 Dorong keluarga untuk

membantu pasien makan

 Tawarkan snack (jus buah,

buah segar)

 Batasi masukan cairan pada

keadaan hiponatrermi dilusi

dengan serum Na < 130

mEq/l

 Monitor respon pasien

terhadap terapi elektrolit

 Kolaborasi dokter jika tanda

cairan berlebih muncul

meburuk

 Atur kemungkinan tranfusi

 Persiapan untuk tranfusi

27
Fluid Monitoring

 Tentukan riwayat jumlah

dan tipe intake cairan dan

eliminaSi

 Tentukan kemungkinan

faktor resiko dari ketidak

seimbangan cairan

(Hipertermia, terapi

diuretik, kelainan renal,

gagal jantung, diaporesis,

disfungsi hati, dll )

 Monitor berat badan

 Monitor serum dan

elektrolit urine

 Monitor serum dan

osmilalitas urine

 Monitor BP

 Monitor tekanan darah

orthostatik dan perubahan

irama jantung

 Monitor parameter

hemodinamik infasif

 Catat secara akutar intake

dan output

28
 Monitor membran mukosa

dan turgor kulit, serta rasa

haus

 Catat monitor warna,

jumlah dan

 Monitor adanya distensi

leher, rinchi, eodem perifer

dan penambahan BB

 Monitor tanda dan gejala

dari odema

 Beri cairan sesuai keperluan

 Kolaborasi pemberian obat

yang dapat meningkatkan

output urin

 Lakukan hemodialisis bila

perlu dan catat respons

pasien

Vital Sign Monitoring

 Monitor TD, nadi, suhu,

dan RR

 Catat adanya fluktuasi

tekanan darah

29
 Monitor VS saat pasien

berbaring, duduk, atau

berdiri

 Auskultasi TD pada kedua

lengan dan bandingkan

 Monitor TD, nadi, RR,

sebelum, selama, dan

setelah aktivitas

 Monitor kualitas dari nadi

 Monitor adanya pulsus

paradoksus

 Monitor adanya pulsus

alterans

 Monitor jumlah dan irama

jantung

 Monitor bunyi jantung

 Monitor frekuensi dan

irama pernapasan

 Monitor suara paru

 Monitor pola pernapasan

abnormal

 Monitor suhu, warna, dan

kelembaban kulit

30
 Monitor sianosis perifer

 Monitor adanya cushing

triad (tekanan nadi yang

melebar, bradikardi,

peningkatan sistolik)

 Identifikasi penyebab dari

perubahan vital sign

2 Intoleransi aktivitas b/d NOC : NIC :

kelemahan,  Energy Activity Therapy

ketidakseimbangan suplai dan conservation  Kolaborasikan dengan

kebutuhan oksigen.  Activity Tenaga Rehabilitasi Medik

Definisi : Ketidak cukupan tolerance dalammerencanakan

energi secara fisiologis  Self Care : progran terapi yang tepat.

maupun psikologis untuk ADLs  Bantu klien untuk

meneruskan atau Kriteria Hasil : mengidentifikasi aktivitas

menyelesaikan aktifitas yang  Berpartisipasi yang mampu dilakukan

diminta atau aktifitas sehari dalam aktivitas  Bantu untuk memilih

hari. fisik tanpa aktivitas konsisten

Batasan karakteristik : disertai yangsesuai dengan

- melaporkan secara verbal peningkatan kemampuan fisik, psikologi

adanya kelelahan atau tekanan darah, dan social

kelemahan. nadi dan RR  Bantu untuk

mengidentifikasi dan

mendapatkan sumber yang

31
- Respon abnormal dari  Mampu diperlukan untuk aktivitas

tekanan darah atau nadi melakukan yang diinginkan

terhadap aktifitas aktivitas sehari  Bantu untuk mendapatkan

- Perubahan EKG yang hari (ADLs) alat bantuan aktivitas

menunjukkan aritmia secara mandiri seperti kursi roda, krek

atau iskemia  Bantu untu

- Adanya dyspneu atau mengidentifikasi aktivitas

ketidaknyamanan saat yang disukai

beraktivitas.  Bantu klien untuk membuat

Faktor factor yang jadwal latihan diwaktu

berhubungan : luang

- Tirah Baring atau  Bantu pasien/keluarga

imobilisasi untuk mengidentifikasi

- Kelemahan menyeluruh kekurangan dalam

- Ketidakseimbangan beraktivitas

antara suplei oksigen  Sediakan penguatan positif

dengan kebutuhan bagi yang aktif beraktivitas

- Gaya hidup yang  Bantu pasien untuk


dipertahankan. mengembangkan motivasi

diri dan penguatan

 Monitor respon fisik, emoi,

social dan spiritual

32
3 Nyeri akut NOC : NIC :

Definisi : Sensori yang tidak  Pain Level, Pain Management

menyenangkan dan  Pain control,  Lakukan pengkajian nyeri

pengalaman emosional yang  Comfort level secara komprehensif

muncul secara aktual atau termasuk lokasi,

potensial kerusakan jaringan Kriteria Hasil : karakteristik, durasi,

atau menggambarkan adanya  Mampu frekuensi, kualitas dan faktor

kerusakan (Asosiasi Studi mengontrol nyeri presipitasi

Nyeri Internasional) : (tahu penyebab  Observasi reaksi nonverbal

serangan mendadak atau pelan nyeri, mampu dari ketidaknyamanan

intensitasnya dari ringan menggunakan  Gunakan teknik komunikasi

sampai berat yang dapat tehnik terapeutik untuk mengetahui

diantisipasi dengan akhir yang nonfarmakologi pengalaman nyeri pasien

dapat diprediksi dan dengan untuk  Kaji kultur yang

durasi kurang dari 6 bulan. mengurangi mempengaruhi respon nyeri

Batasan karakteristik : nyeri, mencari  Evaluasi pengalaman nyeri


- Laporan secara verbal atau bantuan) masa lampau
non verbal  Melaporkan  Evaluasi bersama pasien dan
- Fakta dari observasi bahwa nyeri tim kesehatan lain tentang
- Posisi antalgic untuk berkurang dengan ketidakefektifan kontrol nyeri
menghindari nyeri menggunakan masa lampau
- Gerakan melindungi manajemen nyeri
 Bantu pasien dan keluarga
- Tingkah laku berhati-hati untuk mencari dan
- Muka topeng menemukan dukungan

33
- Gangguan tidur (mata  Mampu  Kontrol lingkungan yang

sayu, tampak capek, sulit mengenali nyeri dapat mempengaruhi nyeri

atau gerakan kacau, (skala, intensitas, seperti suhu ruangan,

menyeringai) frekuensi dan pencahayaan dan kebisingan

- Terfokus pada diri sendiri tanda nyeri)  Kurangi faktor presipitasi

- Fokus menyempit  Menyatakan rasa nyeri

(penurunan persepsi nyaman setelah  Pilih dan lakukan

waktu, kerusakan proses nyeri berkurang penanganan nyeri

berpikir, penurunan  Tanda vital dalam (farmakologi, non

interaksi dengan orang rentang normal farmakologi dan inter

dan lingkungan) personal)

- Tingkah laku distraksi,  Kaji tipe dan sumber nyeri

contoh : jalan-jalan, untuk menentukan intervensi

aktivitas berulang-ulang)  Ajarkan tentang teknik non

- Respon autonom (seperti farmakologi

diaphoresis, perubahan  Berikan analgetik untuk


tekanan darah, perubahan mengurangi nyeri
nafas, nadi dan dilatasi  Evaluasi keefektifan kontrol
pupil) nyeri
- Perubahan autonomic  Tingkatkan istirahat
dalam tonus otot
 Kolaborasikan dengan dokter
(mungkin dalam rentang
jika ada keluhan dan tindakan
dari lemah ke kaku)
nyeri tidak berhasil

34
- Tingkah laku ekspresif  Monitor penerimaan pasien

(contoh : gelisah, tentang manajemen nyeri

merintih, menangis, Analgesic Administration

waspada, iritabel, nafas  Tentukan lokasi,

panjang/berkeluh kesah) karakteristik, kualitas, dan

- Perubahan dalam nafsu derajat nyeri sebelum

makan dan minum pemberian obat

Faktor yang berhubungan :  Cek instruksi dokter tentang

Agen injuri (biologi, kimia, jenis obat, dosis, dan

fisik, psikologis) frekuensi

 Cek riwayat alergi

 Pilih analgesik yang

diperlukan atau kombinasi

dari analgesik ketika

pemberian lebih dari satu

 Tentukan pilihan analgesik

tergantung tipe dan beratnya

nyeri

 Tentukan analgesik pilihan,

rute pemberian, dan dosis

optimal

 Pilih rute pemberian secara

IV, IM untuk pengobatan

nyeri secara teratur

35
 Monitor vital sign sebelum

dan sesudah pemberian

analgesik pertama kali

 Berikan analgesik tepat

waktu terutama saat nyeri

hebat

 Evaluasi efektivitas

analgesik, tanda dan gejala

4 Ketidakseimbangan nutrisi NOC : NIC :

lebih dari kebutuhan tubuh  Nutritional Status Weight Management

b/d masukan berlebihan : food and Fluid  Diskusikan bersama pasien

Definisi : Intake nutrisi Intake mengenai hubungan antara

melebihi kebutuhan metabolik  Nutritional Status intake makanan, latihan,

tubuh : nutrient Intake peningkatan BB dan

Batasan karakteristik :  Weight control penurunan BB

- Lipatan kulit tricep > 25 Kriteria Hasil :  Diskusikan bersama pasien

mm untuk wanita dan > 15  Mengerti factor mengani kondisi medis yang

mm untuk pria yang dapat mempengaruhi BB

- BB 20 % di atas ideal meningkatkan  Diskusikan bersama pasien

untuk tinggi dan kerangka berat badan mengenai kebiasaan, gaya

tubuh ideal hidup dan factor herediter

yang dapat mempengaruhi

- Makan dengan respon  Mengidentfifikasi BB

eksternal (misalnya : tingkah laku

36
situasi sosial, sepanjang dibawah kontrol  Diskusikan bersama pasien

hari) klien mengenai risiko yang

- Dilaporkan atau  Memodifikasi berhubungan dengan BB

diobservasi adanya diet dalam waktu berlebih dan penurunan BB

disfungsi pola makan yang lama untuk  Dorong pasien untuk

(misal : memasangkan mengontrol berat merubah kebiasaan makan

makanan dengan aktivitas badan  Perkirakan BB badan ideal

yang lain)  Penurunan berat pasien

- Tingkat aktivitas yang badan 1-2 Nutrition Management

menonton pounds/mgg  Kaji adanya alergi makanan

- Konsentrasi intake  Menggunakan  Kolaborasi dengan ahli gizi


makanan pada menjelang energy untuk untuk menentukan jumlah
malam aktivitas sehari kalori dan nutrisi yang
Faktor yang berhubungan : hari dibutuhkan pasien.
Intake yang berlebihan dalam  Anjurkan pasien untuk
hubungannya terhadap meningkatkan intake Fe
kebutuhan metabolisme tubuh  Anjurkan pasien untuk

meningkatkan protein dan

vitamin C

 Berikan substansi gula

 Yakinkan diet yang dimakan

mengandung tinggi serat

untuk mencegah konstipasi

37
 Berikan makanan yang

terpilih (sudah

dikonsultasikan dengan ahli

gizi)

 Ajarkan pasien bagaimana

membuat catatan makanan

harian.

 Monitor jumlah nutrisi dan

kandungan kalori

 Berikan informasi tentang

kebutuhan nutrisi

 Kaji kemampuan pasien

untuk mendapatkan nutrisi

yang dibutuhkan

Weight reduction Assistance

 Fasilitasi keinginan pasien

untuk menurunkan BB

 Perkirakan bersama pasien

mengenai penurunan BB

 Tentukan tujuan penurunan

BB

 Ajarkan pemilihan makanan

38
BAB 4

PENUTUP

4.1 Simpulan

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan

darah yang abnormal dengan diastol > 90 mmHg dan sistol > 140 mmHg

yang dipengaruhi oleh banyak faktor risiko. Hipertensi dibagi menjadi dua

golongan besar, yaitu hipertensi primer (essensial) dan hipertensi sekunder.

Hipertensi primer meliputi lebih kurang 90% dari seluruh pasien

hipertensi dan 10% lainnya disebabkan oleh disebabkan oleh hipertensi

sekunder. Hanya 50% dari golongan hipertensi sekunder dapat di ketahui

penyebabnya dan dari golongan ini hanya beberapa persen yang dapat

diperbaiki kelainannya.

4.2 Saran

1. Bagi keilmuwan

Dapat mengembangkan ilmunya, kepada individu, seprofesi dan

masyarakat lainnya.

2. Bagi mahasiswa

Diharapkan mahasiswa khususnya dibidang kesehatan mempelajari dan

mempraktekkan asuhan keperawatan pada pasien hipertensi.

3. Bagi STIKes NGUDIA HUSADA MADURA

Diharapkan STIKes NGUDIA HUSADA MADURA memberi fasilitas

yang memadai, agar para mahasiswa bisa mempelajari dan memahami

dengan baik tentang asuhan keperawatan pada pasien hipertensi.

39
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta,

EGC, 2002

Chung, Edward.K. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler, Edisi III,

diterjemahkan oleh Petrus Andryanto, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1995

Gunawan, Lany. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi, Yogyakarta,

Penerbit Kanisius, 2001

Hardhi Kusuma. Aplikasi : Asuhan Keperawatan Berdasarkan Nanda, NIC-NOC.

Yogyakarta, Media Hardy, 2012

Kodim Nasrin. Hipertensi : Yang Besar Yang Diabaikan, @tempointeraktif.com,

2003

Marvyn, Leonard. Hipertensi : Pengendalian Lewat Vitamin, Gizi dan Diet, Jakarta,

Penerbit Arcan, 1995

Semple Peter. Tekanan Darah Tinggi, Alih Bahasa : Meitasari Tjandrasa Jakarta,

Penerbit Arcan, 1996

Smith Tom. Tekanan Darah Tinggi : Mengapa terjadi, Bagaimana mengatasinya

?, Jakarta, Penerbit Arcan, 1995

Sobel, Barry J, et all. Hipertensi : Pedoman Klinis Diagnosis dan Terapi, Jakarta,

Penerbit Hipokrates, 1999

Tucker, S.M, et all . Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, diagnosis

dan evaluasi , Edisi V, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1998

40

Anda mungkin juga menyukai