Anda di halaman 1dari 7

BAB 5

PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Penggunaan Smartphone di SDN Bettet 1 Pamekasan

Gambaran penggunaan smartphone oleh siswa usia sekolah SDN

Bettet I menunjukan pengunaan smartphone sedang mengarah ketinggi.

Penggunaan ini dikategorikan sedang mengarah ke tinggi di dapat dari

kuisioner bahwa smartphone akan mempengaruhi aktifitas anak sehari – hari

dengan skor tertinggi yaitu 116, sedangkan orang tua membiarkan anak

menggunakan smartphone mendapat skor terendah yaitu 92, dari hal itu

menunjukkan anak usia sekolah di SDN Bettet I tidak bisa lepas dari

penggunaan smartphone dalam aktivitas sehari – harinya (Tabel 4.5).

Karakteristik Anak usia sekolah dasar yang lebih suka bermain, akan

tertarik pada fitur permainan yang ada di smartphone, keanekaragaman

bentuk dan jenis permaninan yang ada di smartphone yang memacu anak

tidak bisa lepas dengan smartphone. Tingginya skor pada penelitian yang

dilakukan mencerminkan keadaan anak yang tidak bisa lepas dari

smartphone disebabkan karena fitur ini, terlebih lagi mudahnya akses

internet untuk mengakses video yang dirasa menarik bagi anak usia sekolah

juga menyebabkan penggunaan smartphone yang sedang mengarah ke

tinggi.

Karakteristik anak usia sekolah dasar adalah anak yang suka

bermain. Dunia anak adalah dunia bermain dan belajarnya anak sebagian

besar melalui permainan yang mereka lakukan (Suyadi,2009), menurut Ade

(2011), bermain memiliki fungsi sebagai sarana refreshing untuk

54
55

memulihkan tenaga seseorang setelah lelah bekerja dan dihinggapi rasa

jenuh.

Menurut Backer, 2010 Smartphone adalah telepon yang menyatukan

kemampuan - kemampuan terdepan, ini merupakan bentuk kemampuan dari

WirelessMobileDevice (WMD) yang dapat berfungsi seperti sebuah

computer dengan menawarkan fitur-fitur seperti Personal Digital Asistant

(PDA), akses internet, email, dan Global Positioning System (GPS).

Smartphone juga memiliki fungsi-fungsi seperti kamera, video, MP3 Player,

Permainan dan sebagainya.

5.2 Gambaran perkembangan sosial di SDN Bettet 1 Pamekasan.

Gambaran perkembangan sosial anak di SDN Bettet 1 Pamekasan

menunjukan kurang. Perkembangan ini dikategorikan kurang, yang

digambarkan dengan perilaku anak akan bertengkar saat tersinggung atau

diganggu anak lain dengan skor 28 sedangkan menggoda teman

menimbulkan marah pada orang yang digodanya mendapat skor terendah

dengan nilai 20, dari hasil kuisioner tersebut dapat disimpulkan

perkembangan sosial anak yang rendah (Tabel 4.7).

Perkembangan sosial anak usia sekolah SDN Bettet 1 tergolong

rendah. Anak akan marah jika merasa tersinggung dengan perkataan atau

diganggu oleh teman sebayanya, hal itu bisa dikatakan anak gagal dalam

perkembangan sosialnya. Perkembangan sosial anak berhasil jika anak

mampu mengatur perilakunya sendiri, tidak mudah emosi dan akan mampu

mengembangkan empati pada orang lain atau teman sebanyanya.

Perkembangan sosial anak usia sekolah di SDN Bettet 1 mengalami


56

gangguan, dari penjelasan tersebut perkembangan secara umum maka

disintesiskan gangguan perkembangan sosial emosi anak usia sekolah yaitu

ketidak normalan yang menghambat perkembangan anak usia sekolah

kaitannya dalam mengelola emosi, kepribadian, dan hubungan interpersonal

anak dengan orang lain.

Endang Purwanti & Nur Widodo (2008: 86) menjelaskan

perkembangan sosial adalah proses untuk melakukan komunikasi dengan

orang lain, berupaya diterima di lingkungan dan memperoleh kemampuan

untuk mengekspresikan pola perilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial.

Menurut Soetjiningsih (2012), Seorang anak dikatakan memiliki

perkembangan sosial yang baik, apa bila memenuhi kriteria perkembangan

sebagai berikut, a) Anak semakin mandiri dan mulai menjauh dari orang tua

dan keluarga; b) Anak lebih menekankan pada kebutuhan untuk berteman

dan membentuk kelompok dengan sebaya; c) Anak memiliki kebutuhan

yang besar untuk disukai dan diterima oleh teman sebaya; d) Anak mulai

memiliki rasa tanggung jawab; e) Anak mampu mengidentifikasi dan

memahami perasaaanya sendiri; f) Anak mampu mengatur perilakunya

sendiri; g) Anak mampu mengembangkan empati pada orang/teman lain; h)

Menjalin dan memelihara hubungan.

5.3 Hubungan antara penggunaan smartphone terhadap perkembangan

sosial di SDN Bettet 1 Pamekasan.

Penggunaan smartphone berpengaruh secara signifikan terhadap

perkembangan sosial anak Usia Sekolah di SDN Bettet 1. Penggunaan

smartphone serta cara berkomunikasi yang berubah serta memunculkan


57

sesuatu kesenangan dalam penggunaan alat-alat teknologi guna membantu

dan mempermudah aktifitas manusia, tetapi di satu sisi penggunaan

teknologi yang semakin meningkat justru menurunkan intensitas hubungan

individu terhadap bersosial (Sumantri, 2008).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di temukan penggunaan

smartphone tinggi sebanyak 7 orang (100%) dengan perkembangan sosial

kurang, penggunaan smartphone sedang sebanyak 14 orang (60.8%) dengan

kurang, perkembangan sosial cukup sebanyak 7 orang (30,4%) dan

penggunaan smartphone sedang dengan kurang 2 orang (8.6%) dengan

penggunaan smartphoe rendah perkembangan kurang 3 orang (30%) dan 7

orang (70%) orang dengan perkembagan baik. Berdasarkan tabel 4.9

menunjukakan nilai ada hubungan penggunaan smartphone dengan

perkembangan sosial anak usia sekolah (7-12 tahun) di SDN Bettet 1

Pamekasan.

Hasil ini sesuai degan penelitian yang pernah dilakukan terkait

perkembangan sosial pada anak adalah penelitian Panji & Mahardeka (2014)

bahwa semakin tinggi penggunaan smartphone oleh anak, maka semakin

rendah interaksi sosial anak, demikian pula sebaliknya jika penggunaan

smartphone pada anak semakin rendah maka interaksi sosial anak semakin

tinggi. Penelitian lain yang juga pernah dilakukan adalah Penelitian Riki

Yanto (2011) pengaruh game online terhadap perkembangan anak

disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor internal seperti rasa ingin tahu

dan prestise, dan faktor eksternal yaitu pengaruh dari teman sebaya dan

keluarga. Penelitian Wahyu novita (2016) bahwa perilaku komunikasi anak


58

pecinta gadget cenderung cuek, dan tidak peduli dengan lingkungannya.

perilaku komunikasi mereka lebih memfokuskan diri kepada gadgetnya saja

dari pada orang-orang dan lingkungan sekitarnya.

Anak sudah memiliki ketergantungan terhadap smartphone. Anak

yang terlalu terfokus pada smartphonenya akan memiliki perkembangan

sosial yang kurang baik, mereka cenderung melupakan interaksi dengan

teman sebanya. mereka kurang berbaur dengan teman – teman sebayanya.

Interaksi dengan teman sebaya merupakan faktor perkembangan sosial.

Menurut Santrock 2007, teman sebaya adalah anak-anak atau remaja dengan

tingkat usia atau tingkat kedewasaan yang sama. Mereka bergabung ke dalam

kelompok karena mereka akan memiliki kesempatan untuk menerima

penghargaan, baik yang berupa materi ataupun psikologis. Teman sebaya

inilah, anak akan memperoleh informasi dan perbandingan tentang dunia

sosialnya.

Menurut King sistem personal merupakan sistem terbuka dimana di

dalamnya terdapat presepsi, adanya pola tumbuh kembang, gambaran tubuh,

ruang dan waktu dari individu dan lingkungan. kemudian hubungan

interpersonal merupakan suatu hubungan antara perawat dan pasien serta

hubungan sosial yang mengandung arti bahwa suatu interaksi perawat dan

pasien dalam menegakkan sistem sosial dengan situasi yang ada melalui

dasar sistem tersebut maka king memandang manusia merupakan individu

yang reaktif yakni bereaksi terhadap situasi, orang dan objek. Manusia

sebagai makhluk yang berorientasi terhadap waktu tidak terlepas dari masa

lalu dan sekarang yang dapat mempengaruhi masa yang akan datang dan
59

sebagai makhluk sosial manusia akan hidup bersama dengan orang lain yang

akan berinteraksi satu dengan yang lain.

Seorang anak memiliki pengalaman Sosial yang buruk, seperti

berdiam diri di rumah karena terlalu terfokus pada smartphonenya entah

digunakan untuk bermain game atau melihat hal lainnya, maka hal itu akan

berpengaruh bagi proses sosialisasinya kepada lingkungan sekitarnya yang

berada di luar rumah. Hal ini, akan menyebabkan anak menjadi tidak tahu

dan kurang bersosialisasi dengan lingkungan di luar rumah. Dalam

pembelajaran anak melalui interaksi sosial baik dengan orang dewasa

maupun dengan teman sebaya yang ada dilingkungannya.

Salah satu cara anak belajar adalah dengan cara mengamati,

meniru, dan melakukan. Orang dewasa dan teman-teman yang dekat dengan

kehidupan anak merupakan objek yang diamati dan ditiru anak. Muhammad

(2011), melalui cara ini anak belajar cara bersikap, berkomunilasi, berempati,

menghargai atau pengetahuan dan keterampilanlainnya. Perkembangan

psikologi anak yang berada pada usia sekolah menunjukkan bahwa ia

memperleh bermacam-macam keterampilan dan kemampuan. Ia juga sudah

memiliki pengetahuan tentang apa yang akan dilakukannya dan bagaimana

ia akan melakukannya. Akan tetapi, pada kasus anak yang perkembangan

sosialnya buruk karena pengaruh smartphone ketidak mampuannya atau

kegagalannya dalam melakukan sesuatu akan menimbulkan perasaan

rendah diri (minder), sehingga anak itu cenderung tertutup terhadap

interaksi dengan teman – teman sebanyanya.


60

Berbeda dengan yang terjadi pada anak-anak yang memiliki

interkasi sosial yang baik, anak ini mengenal teman sebanya dengan

karakteristik yang sangat beragam, dan mengenali respon-respon temannya

dalam berbagai situasi, misalnya permainan pada jam bermain, bekerja

kelompok dengan teman yang berbeda pada mata pelajaran berbeda,

berolahraga, kegiatan kesenian, yang kemudian keragaman ini mengajarkan

anak untuk dapat meningkatkan kemampuannya berinteraksi dengan banyak

orang yang berbeda.

Anak juga mengasah kemampuannya mengenai pikiran dan perasaan

temannya dalam keragaman situasi, yang kemudian akan mengasah empati

sang anak. Anak juga akan mengenali teman-temannya yang berbakat, yang

nakal, yang disenangi oleh teman, yang dimusuhi teman, yang disayang guru

Anak akan mempelajari perilaku yang diinginkan oleh lingkungan dan ia

belajar bagaimana mengembangkan perilakunya, dalam berbagai interaksi

dengan anak-anak yang berbeda, anak akan bertemu dengan perselisihan,

perbedaan pendapat, yang kemudian menuntut mereka belajar memecahkan

permasalahan sosialnya secara mandiri tanpa bantuan orang dewasa.

Sekian banyak anak yang dikenalinya, dalam berbagai macam

interaksinya dengan beragam anak, anak akan memilih teman-temanyang

dirasakanya cocok dengan dirinya, yang membuatnya merasa nyaman,yang

dirasakannya menyayanginya, yang bisa disayanginya, yang menjadi sumber

dukungannya. Pada masa inilah, pertemanan menjadi hal yang positif untuk

perkembangan sosial anak.

Anda mungkin juga menyukai