Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH GERONTIK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI

Oleh Kelompok 2 :

1. Dikka Oktaria 16142010155


2. Fajri Ainur R 16142010157
3. Imam Taufik H 16142010159
4. Moh. Zahri 16142010165
5. Mujizat Anugrah Putra 16142010169
6. Nur Hasanah 16142010172
7. Nurul Astutik 16142010174
8. Robiatul Adawiyah 16142010181
9. Sri Rejeki 16142010185
10. Subaidi 16142010186

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


“NGUDIA HUSADA MADURA”
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan ridho dan kemudahan bagi kami untuk menyelesaikan makalah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipertensi” dengan tepat waktu.
Ucapan terimakasih kami berikan kepada semua pihak yang telah membantu
tersusunnya makalah ini, sehingga bisa terselesaikan dengan baik. Besar harapan
kami untuk memperoleh saran dan kritik yang menyangkut informasi dan metode
penyajian demi kesempurnaan makalah ini.
Melalui kata pengantar ini, kami meminta maaf dan mohon maklum bila
terdapat kekurangan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
dan menambah wawasan dalam bidang kesehatan.

Bangkalan, November 2017

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum 3
1.3.2 Tujuan Khusus 3
1.4 Manfaat 3
BAB 2 TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Teori Hipertensi 5
2.2.1 Definisi 5
2.2.2 Klasifikasi Hipertensi 5
2.2.3 Etiologi 6
2.2.4 Tanda dan Gejala 6
2.2.5 Patofisiologi 7
2.2.6 Pemeriksaan Penunjang 9
2.2.7 Penatalaksanaan 10
2.2.8 Komplikasi 13
2.2.9 Web Of Caution 14
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI 15
3.1 Konsep Asuhan Keperawatan Hipertensi 15
BAB 4 PENUTUP
4.1 Simpulan 30
4.2 Saran 30
DAFTAR PUSTAKA 31
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut kabo (2010) hipertensi adalah suatu kondisi medis yang kronis
di mana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah yang disepakati
normal. Hipertensi adalah factor penyebab utama kematian karena stroke
dan factor yang memperberat infark miokard(serangan jantung). Kondisi
tersebut merupakan gangguan yang paling umum pada tekanan darah. Hiper
merupakan gangguan asimptomatik yang sering terjadi dengan peningkatan
tekanan darah secra persisten.diagnosa hipertensi pada orang dewasa dibuat
saat bacaan diastolic rata-rata dua atau lebih,paling sedikit dua kunjungan
berikut adalah 90mmHg atau lebih tinggi atau bila tekanan darah multiple
sistolik rerata pada dua atau lebih kunjungan berikutnya secara konsisten
lebih tinggi dari 140mmHg. (Potter & Perry, 2005).
Di Amerika atau sekitar 60 juta individu dan hampir 1 milyar penduduk
dunia menderita hipertensi, dengan mayoritas dari populasi ini mempunyai
risiko yang tinggi untuk mendapatkan komplikasi kardiovaskuler. Data yang
diperoleh dari Framingham Heart Study menyatakan bahwa prevalensi
hipertensi tetap akan meningkat meskipun sudah dilakukan deteksi dini
dengan dilakukan pengukuran tekanan darah (TD) secara teratur. (Joint
National Committee, JNC VII). Di Indonesia banyaknya penderita
Hipertensi diperkirakan 15 juta orang tetapi hanya 4% yang merupakan
hipertensi terkontrol. Prevalensi 6-15% pada orang dewasa, 50%
diantaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga mereka
cenderung untuk menjadi hipertensi berat karena tidak menghindari dan
tidak mengetahui factor risikonya, dan 90% merupakan hipertensi esensial.
Saat ini penyakit degeneratif dan kardiovaskuler sudah merupakan salah
satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.

Hasil survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1972, 1986, dan
1992 menunjukkan peningkatan prevalensi penyakit kardiovaskuler yang
menyolok sebagai penyebab kematian dan sejak tahun 1993 diduga sebagai
penyebab kematian nomor satu. Penyakit tersebut timbul karena berbagai
faktor risiko seperti kebiasaan merokok, hipertensi, disiplidemia, diabetes
melitus, obesitas, usia lanjut dan riwayat keluarga. Dari faktor risiko diatas
yang sangat erat kaitannya dengan gizi adalah hipertensi, obesitas,
displidemia, dan diabetes melitus. Medical record rumah sakit islam
samarinda, 2011 menggatakan Dewasa ini, penyakit infeksi telah
menggalami pergeseran oleh penyakit degenerative. Hal ini memberikan
perhatian kepada tenaga kesehatan khususnya keperawatan untuk
meningkatkan pengetahuan yang mendalaam terhadap penyakit
degenerative, penyakit hipertensi merupakan penyakit yang banyak di alami
masyarakat dalam beberapa tahun terakhir. Berdasarkan data diruang
perawatan penyakit dalam khususnya ruang jabal rahmah rumah sakit islam
samarinda selama enam bulan terakhir tahun 2011. Hipertensi menempati
urutan pertama, yaitu 190 kasus,dengan jumlah pasien laki-laki 88 orang
dan perempuan 102 orang.
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dapat dibedakan menjadi dua
golongan yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer
meliputi lebih kurang 90% dari seluruh pasien hipertensi dan 10% lainnya
disebabkan oleh disebabkan oleh hipertensi sekunder. Hanya 50% dari
golongan hipertensi sekunder dapat di ketahui penyebabnya dan dari
golongan ini hanya beberapa persen yang dapat diperbaiki kelainannya.
Oleh karena itu upaya penaggulanan hipertensi terhadap hipertensi primer
baik menggenai pathogenesis maupun tentang penggobatannya. Hipertensi
tidak boleh di anggap penyakit yang ringan karena jika terlambat
memberikan pertolongan penyakit ini akan merenggut nyawa penderita.
Saat ini banyak penderita hipertensi yang tidak tahu atau tidak mengerti
penyakitnya bahkan banyak yang tidak tahu resiko dari penderita hipertensi
apabila tidak di atasi. Beberapa komplikasi penyakit yang sering terjadi
akibat penyakit hipertensi yang tidak cepat di atasi adalah stroke, insomnia,
fertigo.
Mengingat berbagai masalah yang bisa terjadi kepada penderita
hipertensi, maka penulis menggambarkan Asuhan Keperawatan pada pasien
hipertensi melalui proses keperawatan. Sehingga dapat membantu para
pelaksana kesehatan dalam menangani kasus hipertensi yang di harapkan
nantinya dapat berguna bagi seluruh masyarakat maupun para penderita
hipertensi.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien hipertensi?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk menjelaskan dan memahami penyusunan asuhan keperawatan
pada pasien hipertensi.
1.3.2 Tujuan Khusus
Untuk mengidentifikasi konsep hipertensi yang terdiri dari :
1. Definisi Hipertensi
2. Klasifikasi Hipertensi
3. Etiologi Hipertensi
4. Manifestasi klinis Hipertensi
5. Patofisiologi Hipertensi
6. Pemeriksan penunjang Hipertensi
7. Penatalaksanaan Hipertensi
8. Komplikasi Hipertensi
9. Web Of Causion
10. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipertensi

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi keilmuwan
Dapat mengembangkan ilmunya, kepada individu, seprofesi dan
masyarakat lainnya.

1.4.2 Bagi mahasiswa


Mahasiswa khususnya dibidang kesehatan mampu mempelajari dan
mempraktekkan asuhan keperawatan pada pasien hipertensi.
1.4.3 Bagi STIKes Ngudia Husada Madura
STIKes Ngudia Husada Madura bisa memberi fasilitas yang memadai,
agar para mahasiswa bisa mempelajari dan memahami dengan baik
tentang asuhan keperawatan pada pasien hipertensi.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Hipertensi


2.1.1 Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah factor penyebab utama kematian karena
stroke dan factor yang memperberat infark miokard(serangan
jantung). Kondisi tersebut merupakan gangguan yang paling umum
pada tekanan darah. Hiper merupakan gangguan asimptomatik yang
sering terjadi dengan peningkatan tekanan darah secra
persisten.diagnosa hipertensi pada orang dewasa dibuat saat bacaan
diastolic rata-rata dua atau lebih,paling sedikit dua kunjungan berikut
adalah 90 mmHg atau lebih tinggi atau bila tekanan darah multiple
sistolik rerata pada dua atau lebih kunjungan berikutnya secara
konsisten lebih tinggi dari 140 mmHg (Potter & Perry, 2005).
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90
mmHg (smelz&bare, 2002).
Pada manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik
160 mmHg dan tekanan darah distolik 90mmHg (suddrath and
brunner, 2002).
2.1.2 Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi sesuai WHO
Klasifikasi pada klien dengan hipertensi berdasarkan standart WHO
Klasifikasi Sistolik Distolik
Normotonesi < 140 mmHg <90mmHg
Hipertensi ringan 140-180 mmHg 90-105 mmHg
Hipertensi perbatasan 140-160 mmHg 90-95 mmHg
Hipertensi sedang dan berat >180 mmHg >105 mmHg
Hipertensi sistolik terisolasi >140 mmHg <90 mmHg
Hipertensi sistolik perbatasan 140-160 mmHg <90 mmHg

Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Distolik

Normal < 120 mmHg (dan) < 80 mmHg


Pre-hipertensi 120-139 mmHg (atau) 80-89 mmHg
Stadium 1 140-159 mmHg (atau) 90-99 mmHg
Stadium 2 >= 160 mmHg (atau) >= 100 mmHg
Tekanan Darah Pada Dewasa menurut JNC VII

2.1.3 Etiologi
hipertensi tidak dapat memiliki sebab yang di ketahui (essensial,
idiopatik, atau primer) atau berkaitan dengan penyakit lain (sekunder).
(Dorlan,1998).
Berdasarkan penyebab hipertensi di bagi menjadi dua golonagan yaitu :
1. Hipertensi essensial dan hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik.terdapat sekitar 95%
kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik,
lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, system renin
angiotensin, efek dalam ekskersi Na, peningkatan Na dan Ca
ekstrseluler dan factor-faktor yang meningkatkan resiko eperti obesitas,
alcohol, merokok serta polisitemia.
2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5% kasus.
Penyebab spesifikny dikietahui seperti gangguan estrogen, penyakit
ginjal, hipertensi vascular renal, hiperaldosteronisme promer, dan
sindrom cushing, feokromositoma, koarksasio aorta, hipertensi yang
berhubungan dengan kehamilan (mansjoer A dkk, 2001).
Adapun factor pencetus hipertensi seperti, keturunan, jenis kelamin,
umur, kegemukan, lingkungan, pekerjaan, merokok, alcohol dan social
ekonomi (Susi Purwati, 2007).

2.1.4 Tanda dan gejala


Gejala yang timbul bervariasi, tergantung dari tinggi rendahnya derajat
hipertensi. Pada hipertensi essensial dapat berjalan gejala dan umumnya
baru timbul gejala setelah komplikasi pada organ target seperti ginjal, mata,
otak, dan jantung yang sering dijumpai berupa :
1. Mengeluh sakit kepala, pusing
2. Vertigo
3. Perdarahan retina
4. Gangguan penglihatan
5. Proteinuria
6. Takikardi, palpitasi
7. Pucat dan mudah lelah
8. Tekanan darah meningkat, tachikardi
9. Palpitasi, berkeringat dingin, pusing, nyeri kepala bagian suboccipital,
mati rasa (kelemahan salah satu anggota tubuh).
10. Kecemasan,depresi, dan cepat marah.
11. Diplodia (penglihatan ganda).
12. Mual dan muntah
13. Sesak nafas, tachipne.
2.1.5 Patofisologi
Mekanisme yang mengontrol konnstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana
dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah.

Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi


respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan
hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin.
Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah
menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua factor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.
Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan structural dan fungsional
pada system pembuluh perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan
darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam
relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya,
aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi
volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup),
mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (
Brunner & Suddarth, 2002 ).
Hipertensi sebagai suatu penyakit dimana terjadi peningkatan tekanan
darah sistolik dan /atau diastolic yang tidak normal. Batas yang tepat dari
kelainan ini tidak pasti. Nilai yang dapat dan diterima berbeda sesuai usia
dan jenis kelamin(sistolik 140-160mmHg ;diastolic 90-95mmHg). Tekanan
darah dipengengaruhi oleh curah jantung tekanan perifer dan tekanan atrium
kanan.
Didalam tubuh terdapat system yang berfungsi mencegah perubahan
tekanan darah secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi, yang
berusaha untuk mempertahankan kestabilan tekanan darah dalam jangka
panjang reflek kardiovaskuler melalui system saraf termasuk system control
yang beraksi segera.Kestabilan tekanan darah jangka panjang dipertahankan
oleh system yang menggatur jumlah cairan tubuh yang melibtkan berbagai
organ terutama ginjal.
Berbagai factor seperti factor genetik yang menimbulkan perubahan
pada ginjal dan membrane sel, aktivitas saraf simpatis dan system rennin-
angiotensin yang mempenggaruhi keadaan hemodinamik, asupan natrium
dan metabolism kalium dalam ginjal, serta obesitas dan factor endotel
mempunyai peran dalam peningkatan tekanan darah. Strees dengan
peninggian saraf simpatis menyebabkan kontruksi fungsional dan hipertensi
struktural.
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang
1. Hemoglobin / hematokrit : bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan
dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat
mengindikasikan faktor-faktor resiko (hiperkoagulabilitas, anemia)
2. BUN / kretinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal
3. Glukosa : hiperglikemia (hipertensi adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan
hipertensi)
4. Kalium serum : hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron
utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik
5. Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan
hipertensi
6. Kolesterol dan trigliserida serum : peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus atau adanya pembentukan plak ateromatosa
(efek kardiovaskuler)
7. Pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi
dan hipertensi
8. Kadar aldosteron urin/serum : untuk mengkaji aldosteronisme primer
(penyebab)
9. Urinalisa : darah, Protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal atau
adanya diabetes
10. Asam urat : hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor resiko
terjadinya hipertensi
11. Foto dada : dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katup,
deposit / takik aorta / pembesaran jantung
12. EKG : dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan,
gangguan konduksi, luas, peniggian gelombang P adalah salah satu
tanda dini penyakit jantung hipertensi.
2.1.7 Penatalaksanan medis
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pendekatan nonfarmakologis
termasuk penurunan berat badan, pembatasan alkohol, natrium dan
tembakau, latihan dan relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus
dilakukan pada setiap terapi antihipertensi. Apabila penderita hipertensi
ringan berada dalam resiko tinggi (pria, perokok) atau bila tekanan darah
diastoliknya diatas 85 sampai 95 mmHg dan sistoliknya di atas 130 sampai
139 mmHg, maka perlu dimulai terapi obat-obatan.
Adapun beberapa cara lain sebagai penatalaksanaan pada pasien
hipertensi adalah sebagai berikut :
a. Berolahraga secara teratur
b. Obat-obatan penurun takanan darah antara lain :
1) Diuretik: Hidrochlortiasid,Furosemid.
2) Betabloker: Proparnolol.
3) Alfabloker: Prazosin.
4) Penghambat ACE: Kaptopril.
5) Antagonis Kalsium: Diltiasem (Farmakologi FKUI, 2005).

c. Pengaturan diet
Dalam merencanakan menu makanan untuk penderita hipertensi
ada beberapa factor yang perlu diperhatikan yaitu keadaan berat
badan, derajat hipertensi,aktifitas dan ada tidaknya komplikasi.
Sebelum pemberian nutrisi pada penderita hipertensi ,diperlukan
pengetahuan tentang jumlah kandungan natrium dalam bahan
makanan. Makan biasa (untuk orang sehat rata-rata mengandung 2800–
6000 mg per hari). Sebagian besar natrium berasal dari garam dapur.
Untuk mengatasi tekanan darah tinggi harus selalu memonitor
kadaan tekanan darah serta cara pengaturan makanan sehari-hari.
Secara garis besar ada 4 (empat) macam diit untuk menanggulangi atau
minimal mempertahankan tekanan darah yaitu :
1) Diet rendah garam
Diet rendah garam pada hakekatnya merupakan diet dengan
mengkonsumsi makanan tanpa garam. Garam dapur mempunyai
kandungan 40% Natrium. Sumber sodium lainnya antara lain
makanan yang mengandung soda kue, baking powder, MSG
(Mono Sodium Glutamat),Pengawet makanan atau natrium bensoat
biasanya terdapat dalam saos,kecap,selai,jelli,makanan yang
terbuat dari mentega.
Penderita tekanan darah tinggi yang sedang menjalankan diet
pantang garam memperhatikan hal sebagai berikut :
a. Jangan menggunakan garam dapur
b. Hindari makanan awetan seperti kecap, margarie, mentega,
keju, trasi, petis, biscuit, ikan asin, sardensis, sosis dan lain-
lain.
c. Hindari bahan makanan yang diolah dengan menggunakan
bahan makanan tambahan atau penyedap rasa seperti saos.
d. Hindari penggunaan beking soda atau obat-obatan yang
mengandung sodium.
e. Batasi minuman yang bersoda seperti cocacola, fanta, sprite.

2) Diet rendah kolesterol / lemak.


Didalam tubuh terdapat tiga bagian lemak yaitu kolesterol,
trigliserida, dan pospolipid. Sekitar 25 – 50 % kolesterol berasal
dari makanan dapat diarsorbsi oleh tubuh sisanya akan dibuang
lewat faeces. Beberapa makanan yang mengandung kolestero tinggi
yaitu daging, jeroan, keju keras, susu, kuning telur, ginjal, kepiting,
hati dan kaviar. Tujuan diet rendah kolesterol adalah menurunkan
kadar kolestero serta menurunkan berat badan bila gemuk. Hal-hal
yang harus diperhatikan dalam mengatur nutrisi pada hipertensi
adalah :
a. Hindari penggunaan minyak kelapa, lemak, margarine dan
mentega.
b. Batasi konsumsi daging, hati, limpa dan jenis jeroan.
c. Gunakan susu full cream.
d. Batasi konsumsi kuning telur, paling banyak tiga butir per
minggu.
e. Lebih sering mengkonsumsi tahu, tempe, dan jenis kacang-
kacang lainnya.
f. Batasi penggunaan gula dan makanan yang manis-manis
seperti sirup, dodol.
g. Lebih banyak mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan.
3) Diet kalori bila kelebihan berat badan. Hipertensi tidak mengenal
usia dan bentuk tubuh seseorang. Meski demikian orang yang
kelebihan berat badan akan beresiko tinggi terkena hipertensi.
Salah satu cara untuk menanggulanginya dengan melakukan diet
rendah kalori, agar berat badannya menurun hingga normal. Dalam
pengaturan nutrisi perlu diperhatikan hal berikut :
a. Asupan kalori dikurangi sekitar 25 % dari kebutuhan energi
atau 500 kalori untuk penurunan 0,5 kg berat badab per
minggu.
b. Menu makanan harus seimbang dan memenuhi kebutuhan zat
gizi.
c. Contoh menu untuk penderita hipertensi :
1 piring nasi (100 gram), 1 potong daging (50 gram), 1
mangkok sup (130 gram), 1 potong tempe (50 gram), 1 potong
pepaya (100 gram), (Sri Rahayu, 2009).
4) Perlu dilakukan aktifitas olah raga ringan.
2.1.8 Komplikasi
Pada jadi pada hipertensi berat yaitu apabila tekanan darah diastolic
sama atau lebih besar dari 130mmHg, atau kenaikan tekanan darah yang
terjadi secara mendadak, alat-alat tubuh yang sering terseang hipertensi
antaraa lain:
1. Mata : berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan sampai
dengan kebutaan.
2. Ginjal : berupa gagal ginjal
3. Jantung : berupa payah jantung, jantung koroner.
4. Otak : berupa pendarahan akibat pecahnya mikro anerisma yang dapat
menggakibatkan kematian, iskemia dan proses emboli (mansjoer, dkk,
2001).
2.1.9 Pathway
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien Hipertensi


A. Pengkajian
Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan
asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu sebagaimana
yang telah ditentukan dalam standar praktik keperawatan dari ANA
(American Nursing Association). Tujuan pengkajian keperawatan
adalah mengumpulkan data, mengelompokan data, dan menganalisa
data sehingga ditemukan diagnose keperawatan. Pengkajian
keperawatan terdiri dari 3 tahap yaitu pengumpulan data atau
pengorganisasian, menganalisa dan merumuskan diagnose keperawatan
(Gaffar, 1999).
1. Pengumpulan data
Secara umum ada beberapa cara pengumpulan data yaitu :
a) Observasi adalah cara pengumpulan data melalui hasil
pengamatan ( melihat, meraba, mendengarkan) tentang kondisi
klien dalam kerangka Asuhan Keperawatan.
b) Anamnase / wawancara adalah cara pengumpulan data melalui
Tanya jawab kepada klien atau keluarga klien.
c) Pemeriksaan fisik adalah cara pengumpulan data melalui inspeksi,
palpasi, dan auskultasi.
2. Pengelompokan Data
Setelah selesai mengumpulkan data maka selanjutnya data-data yang
terkumpul di kelompokkan.
3. Analisa data dan perumusan diagnosa keperawatan
Tahapan terakhir dari pengkajian adalah analisis data untuk
menentukan diagnose keperawatan.
Karena keterbatasan literature, maka menyusun pengkajian
keperawatan berdasarkan data respon individu yang mungkin muncul
terhadap perjalanan patofisiologi penyakit Hipertensi, kemudian
disesuaikan dengan diagnose menurut Marilyn E. Doenges, yaitu :
1. Aktifitas / istirahat
A. Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
B. Tanda : frekwensi jantung meningkat, perubahan irama jantung
dan takipnea.
Adapun tingkat gradasi kekuatan otot ( Priharjo R., 1995)
Adalah sebagai berikut :
Skala 0 : paralisis total
Skala 1 : tidak ada gerakan, teraba / terlihat adanya kontraksi
otot.
Skala 2 : gerakan otot penuh menentang gravitasi, dengan
sokongan.
Skala 3 : gerakan normal menentang gravitasi.
Skala 4 : gerakan normal penuh menentang gravitasi dengan
sedikit Penahanan.
Skala 5 : gerakan normal penuh, menentang gravitasi dengan
Penahanan penuh.
2. Sirkulasi
a. Gejala : riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner / katup dan penyakit serebbrovaskuler, episode
papitasi dan perspirasi.
b) Tanda : kenaikan TD ( pengukuran serial dari kenaikan tekanan
darah diperlukan untuk menegakkan diagnose ); Nadi :
denyutan jelas dari karotis, jugularis, dan radialis; ekstermitas :
perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokontraksi perifer )
pengisian kapier mungkin lambat / tertunda (vasokontraksi).

3. Neurosensori
a. Gejala : episode kebas dan / atau kelemahan pada satu sisi
tubuh
b) Tanda : penurunan kekuatan genggaman tangan dan / atau
reflex tendon dalam
4. Nyeri / ketidaknyamanan
a) Gejala : nyeri hilang timbul pada tungkai / klaudikasi ( indikasi
arteriosklerosis pada arteri ekstermitas bawah ).
5. Pernapasan
a) Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas / kerja,
riwayat merokok
b) Tanda : bunyi napas tambahan (krakles / mengi)
6. Keamanan
a) Gejala : gangguan koordinasi / cara berjalan
b) Tanda : episode unilateral transien, hipotensi postural.
7. Pembelajaran / penyuluhan
a) Gejala : factor-faktor risiko keluarga, penggunaan obat/
alcohol.
B. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko penurunan fungsi jaringan jantung b/d peningkatan


afterload, vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia
miokard
2. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen.
3. Nyeri akut : sakit kepala b/d peningkatan tekanan vaskuler serebral
4. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b/d masukan
berlebihan
C. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil

1 Resiko penurunan jaringanNOC : NIC :


jantung b/d peningkatan
afterload, vasokonstriksi,  Cardiac Pump Cardiac Care
effectiveness
hipertrofi/rigiditas  Evaluasi adanya nyeri
ventrikuler, iskemia  Circulation Status dada ( intensitas,lokasi,
miokard durasi)
 Vital Sign Status
Definisi : Resiko penurunan  Catat adanya disritmia
sirkulasi jantung (koroner) jantung

Batasan Karakteristik :  Catat adanya tanda dan


gejala penurunan
- Pil kontrasepsi cardiac putput

- Pembedahan jantung  Monitor status


kardiovaskuler
- Tamponade jantung
 Monitor status
- Spasme arteri koroner pernafasan yang
menandakan gagal
- Diabetes mellitus jantung
- Penyalah gunaan zat  Monitor abdomen
sebagai indicator
- Peningkatan protein C-
penurunan perfusi
reaktif
 Monitor balance cairan
- Riwayat penyakit arteri
koroner  Monitor adanya
perubahan tekanan
- Hiperlipidemia
darah
- Hiperventilasi
 Monitor respon pasien
- Hipovelemia terhadap efek
pengobatan antiaritmia
- Hipoksemia
 Atur periode latihan dan
- Hipoksia istirahat untuk
menghindari kelelahan
- Kurang pengetahuan
tentang faktor resiko  Monitor toleransi
yang dapat diubah (mis., aktivitas pasien
merokok, gaya hidup,
kurang gerak, obesitas).  Monitor adanya
dyspneu, fatigue,
tekipneu dan ortopneu

 Anjurkan untuk
menurunkan stress
Fluid Management

 Timbang
popok/pembalut jika
diperlukan

 Pertahankan catatan
intake dan output yang
akurat

 Pasang urin kateter jika


diperlukan

 Monitor status hidrasi


(kelembaban membran
mukosa, nadi adekuat,
tekanan darah
ortostatik), jika
diperlukan

 Monitor hasil lAb yang


sesuai dengan retensi
cairan (BUN , Hmt ,
osmolalitas urin)

 Monitor status
hemodinamik termasuk
CVP, MAP, PAP, dan
PCWP

 Monitor vital sign sesuai


indikasi penyakit

 Monitor indikasi
retensi / kelebihan
cairan (cracles, CVP ,
edema, distensi vena
leher, asites)

 Monitor berat pasien


sebelum dan setelah
dialisis

 Kaji lokasi dan luas


edema

 Monitor masukan
makanan / cairan dan
hitung intake kalori
harian

 Kolaborasi dengan
dokter untuk pemberian
terapi cairan sesuai
program

 Monitor status nutrisi

 Berikan cairan

 Kolaborasi pemberian
diuretik sesuai program

 Berikan cairan IV pada


suhu ruangan

 Dorong masukan oral

 Berikan penggantian
nesogatrik sesuai output

 Dorong keluarga untuk


membantu pasien makan

 Tawarkan snack (jus


buah, buah segar)

 Batasi masukan cairan


pada keadaan
hiponatrermi dilusi
dengan serum Na < 130
mEq/l

 Monitor respon pasien


terhadap terapi elektrolit

 Kolaborasi dokter jika


tanda cairan berlebih
muncul meburuk

 Atur kemungkinan
tranfusi

 Persiapan untuk tranfusi


Fluid Monitoring
 Tentukan riwayat
jumlah dan tipe intake
cairan dan eliminaSi

 Tentukan kemungkinan
faktor resiko dari
ketidak seimbangan
cairan (Hipertermia,
terapi diuretik, kelainan
renal, gagal jantung,
diaporesis, disfungsi
hati, dll )

 Monitor berat badan

 Monitor serum dan


elektrolit urine

 Monitor serum dan


osmilalitas urine

 Monitor BP

 Monitor tekanan darah


orthostatik dan
perubahan irama jantung

 Monitor parameter
hemodinamik infasif

 Catat secara akutar


intake dan output

 Monitor membran
mukosa dan turgor kulit,
serta rasa haus

 Catat monitor warna,


jumlah dan

 Monitor adanya distensi


leher, rinchi, eodem
perifer dan penambahan
BB

 Monitor tanda dan


gejala dari odema

 Beri cairan sesuai


keperluan
 Kolaborasi pemberian
obat yang dapat
meningkatkan output
urin

 Lakukan hemodialisis
bila perlu dan catat
respons pasien
Vital Sign Monitoring

 Monitor TD, nadi,


suhu, dan RR

 Catat adanya fluktuasi


tekanan darah

 Monitor VS saat
pasien berbaring,
duduk, atau berdiri

 Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan

 Monitor TD, nadi, RR,


sebelum, selama, dan
setelah aktivitas

 Monitor kualitas dari


nadi

 Monitor adanya pulsus


paradoksus

 Monitor adanya pulsus


alterans

 Monitor jumlah dan


irama jantung

 Monitor bunyi jantung

 Monitor frekuensi dan


irama pernapasan

 Monitor suara paru

 Monitor pola
pernapasan abnormal
 Monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit

 Monitor sianosis
perifer

 Monitor adanya
cushing triad (tekanan
nadi yang melebar,
bradikardi,
peningkatan sistolik)

 Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign

2 Intoleransi aktivitas b/d NOC : NIC :


kelemahan,
ketidakseimbangan suplai  Energy Activity Therapy
dan kebutuhan oksigen. conservation
 Kolaborasikan dengan
Definisi : Ketidak cukupan  Activity tolerance Tenaga Rehabilitasi
energi secara fisiologis Medik
 Self Care : ADLs
maupun psikologis untuk dalammerencanakan
meneruskan atau Kriteria Hasil : progran terapi yang
menyelesaikan aktifitas yang tepat.
 Berpartisipasi
diminta atau aktifitas sehari
dalam aktivitas fisik  Bantu klien untuk
hari. mengidentifikasi
tanpa disertai
Batasan karakteristik : peningkatan aktivitas yang mampu
tekanan darah, nadi dilakukan
- melaporkan secara dan RR
verbal adanya kelelahan  Bantu untuk memilih
atau kelemahan.  Mampu melakukan aktivitas konsisten
aktivitas sehari hari yangsesuai dengan
- Respon abnormal dari
(ADLs) secara kemampuan fisik,
tekanan darah atau nadi
terhadap aktifitas mandiri psikologi dan social

- Perubahan EKG yang  Bantu untuk


menunjukkan aritmia mengidentifikasi dan
atau iskemia mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
- Adanya dyspneu atau
ketidaknyamanan saat aktivitas yang
beraktivitas. diinginkan

Faktor factor yang  Bantu untuk


berhubungan : mendpatkan alat
- Tirah Baring atau bantuan aktivitas seperti
imobilisasi kursi roda, krek
- Kelemahan menyeluruh  Bantu untu
- Ketidakseimbangan mengidentifikasi
antara suplei oksigen aktivitas yang disukai
dengan kebutuhan
 Bantu klien untuk
- Gaya hidup yang membuat jadwal latihan
dipertahankan. diwaktu luang

 Bantu pasien/keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas

 Sediakan penguatan
positif bagi yang aktif
beraktivitas

 Bantu pasien untuk


mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan

 Monitor respon fisik,


emoi, social dan
spiritual

3 Nyeri akut NOC : NIC :

Definisi : Sensori yang tidak  Pain Level, Pain Management


menyenangkan dan
pengalaman emosional yang  Pain control,  Lakukan pengkajian nyeri
muncul secara aktual atau secara komprehensif
potensial kerusakan jaringan  Comfort level termasuk lokasi,
atau menggambarkan adanya karakteristik, durasi,
kerusakan (Asosiasi Studi frekuensi, kualitas dan
Nyeri Internasional): faktor presipitasi
Kriteria Hasil :
serangan mendadak atau
pelan intensitasnya dari  Mampu mengontrol Observasi reaksi
ringan sampai berat yang nyeri (tahu penyebab nonverbal dari
dapat diantisipasi dengan nyeri, mampu ketidaknyamanan
akhir yang dapat diprediksi menggunakan tehnik Gunakan
dan dengan durasi kurang teknik
nonfarmakologi
dari 6 bulan. komunikasi terapeutik
untuk mengurangi untuk mengetahui
Batasan karakteristik : nyeri, mencari pengalaman nyeri pasien
bantuan)
- Laporan secara verbal  Kaji kultur yang
atau non verbal  Melaporkan bahwa mempengaruhi respon
nyeri berkurang nyeri
- Fakta dari observasi dengan
menggunakan  Evaluasi pengalaman
- Posisi antalgic untuk manajemen nyeri nyeri masa lampau
menghindari nyeri
 Mampu mengenali Evaluasi bersama pasien
- Gerakan melindungi nyeri (skala, dan tim kesehatan lain
tentang ketidakefektifan
- Tingkah laku berhati-hati intensitas, frekuensi
dan tanda nyeri) kontrol nyeri masa
- Muka topeng lampau
 Menyatakan rasa
- Gangguan tidur (mata nyaman setelah nyeri Bantu pasien dan
sayu, tampak capek, sulit berkurang keluarga untuk mencari
atau gerakan kacau, dan menemukan
 Tanda vital dalam dukungan
menyeringai)
rentang normal
- Terfokus pada diri sendiri  Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi
- Fokus menyempit nyeri seperti suhu
(penurunan persepsi ruangan, pencahayaan
waktu, kerusakan proses dan kebisingan
berpikir, penurunan
interaksi dengan orang  Kurangi faktor presipitasi
dan lingkungan) nyeri

- Tingkah laku distraksi,  Pilih dan lakukan


contoh : jalan-jalan, penanganan nyeri
menemui orang lain (farmakologi, non
dan/atau aktivitas, farmakologi dan inter
aktivitas berulang-ulang) personal)

- Respon autonom (seperti  Kaji tipe dan sumber


diaphoresis, perubahan nyeri untuk menentukan
tekanan darah, perubahan intervensi
nafas, nadi dan dilatasi
 Ajarkan tentang teknik
pupil)
non farmakologi
- Perubahan autonomic
 Berikan analgetik untuk
dalam tonus otot
mengurangi nyeri
(mungkin dalam rentang
dari lemah ke kaku)  Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
- Tingkah laku ekspresif
(contoh : gelisah,  Tingkatkan istirahat
merintih, menangis,
waspada, iritabel, nafas  Kolaborasikan dengan
panjang/berkeluh kesah) dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak
- Perubahan dalam nafsu berhasil
makan dan minum
 Monitor penerimaan
Faktor yang berhubungan : pasien tentang
manajemen nyeri
Agen injuri (biologi, kimia,
fisik, psikologis) Analgesic
Administration

 Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat

 Cek instruksi dokter


tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi

 Cek riwayat alergi

 Pilih analgesik yang


diperlukan atau
kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih
dari satu

 Tentukan pilihan
analgesik tergantung tipe
dan beratnya nyeri

 Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal

 Pilih rute pemberian


secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur

 Monitor vital sign


sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali

 Berikan analgesik tepat


waktu terutama saat nyeri
hebat
 Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)

4 Ketidakseimbangan nutrisi NOC : NIC :


lebih dari kebutuhan
tubuh b/d masukan  Nutritional Status : Weight Management
berlebihan food and Fluid Intake
 Diskusikan bersama
Definisi : Intake nutrisi  Nutritional Status : pasien mengenai
melebihi kebutuhan nutrient Intake hubungan antara intake
metabolik tubuh makanan, latihan,
 Weight control peningkatan BB dan
Batasan karakteristik : penurunan BB
Kriteria Hasil :
- Lipatan kulit tricep > 25  Mengerti factor yang  Diskusikan bersama
mm untuk wanita dan > meningkatkan berat pasien mengani kondisi
15 mm untuk pria badan medis yang dapat
mempengaruhi BB
- BB 20 % di atas ideal  Mengidentfifikasi
untuk tinggi dan kerangka tingkah laku dibawah Diskusikan bersama
tubuh ideal kontrol klien pasien mengenai
kebiasaan, gaya hidup dan
- Makan dengan respon  Memodifikasi diet factor herediter yang
eksternal (misalnya : dalam waktu yang dapat mempengaruhi BB
situasi sosial, sepanjang lama untuk
hari) mengontrol berat  Diskusikan bersama
badan pasien mengenai risiko
- Dilaporkan atau
yang berhubungan dengan
diobservasi adanya  Penurunan berat BB berlebih dan
disfungsi pola makan badan 1-2 penurunan BB
(misal : memasangkan pounds/mgg
makanan dengan aktivitas  Dorong pasien untuk
yang lain)  Menggunakan energy merubah kebiasaan
untuk aktivitas sehari makan
- Tingkat aktivitas yang hari
menonton  Perkirakan BB badan
ideal pasien
- Konsentrasi intake
makanan pada menjelang Nutrition Management
malam
 Kaji adanya alergi
Faktor yang makanan
berhubungan :
 Kolaborasi dengan ahli
Intake yang berlebihan gizi untuk menentukan
dalam hubungannya terhadap jumlah kalori dan nutrisi
kebutuhan metabolisme yang dibutuhkan pasien.
tubuh
 Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake Fe

 Anjurkan pasien untuk


meningkatkan protein dan
vitamin C

 Berikan substansi gula

 Yakinkan diet yang


dimakan mengandung
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi

 Berikan makanan yang


terpilih ( sudah
dikonsultasikan dengan
ahli gizi)

 Ajarkan pasien
bagaimana membuat
catatan makanan harian.

 Monitor jumlah nutrisi


dan kandungan kalori

 Berikan informasi tentang


kebutuhan nutrisi

 Kaji kemampuan pasien


untuk mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan
Weight reduction Assistance

 Fasilitasi keinginan
pasien untuk menurunkan
BB

 Perkirakan bersama
pasien mengenai
penurunan BB

 Tentukan tujuan
penurunan BB

 Beri pujian/reward saat


pasien berhasil mencapai
tujuan

 Ajarkan pemilihan
makanan

BAB 4

PENUTUP

4.1 Simpulan
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan
tekanan darah yang abnormal dengan diastol > 90 mmHg dan sistol > 140
mmHg yang dipengaruhi oleh banyak faktor risiko.
Hipertensi dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu hipertensi primer
(essensial) dan hipertensi sekunder.
Hipertensi primer meliputi lebih kurang 90% dari seluruh pasien
hipertensi dan 10% lainnya disebabkan oleh disebabkan oleh hipertensi
sekunder. Hanya 50% dari golongan hipertensi sekunder dapat di ketahui
penyebabnya dan dari golongan ini hanya beberapa persen yang dapat
diperbaiki kelainannya.
4.2 Saran
Berdasarkan simpulan diatas, maka saran untuk pemecahan masalah yang
relevan adalah:
1. Bagi keilmuwan
Dapat mengembangkan ilmunya, kepada individu, seprofesi dan
masyarakat lainnya.
2. Bagi mahasiswa
Diharapkan mahasiswa khususnya dibidang kesehatan mempelajari
dan mempraktekkan asuhan keperawatan pada pasien hipertensi.
3. Bagi STIKes NGUDIA HUSADA MADURA
Diharapkan STIKes NGUDIA HUSADA MADURA memberi fasilitas
yang memadai, agar para mahasiswa bisa mempelajari dan memahami
dengan baik tentang asuhan keperawatan pada pasien hipertensi.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta,
EGC, 2002
Chung, Edward.K. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler, Edisi III,
diterjemahkan oleh Petrus Andryanto, Jakarta, Buku Kedokteran EGC,
1995
Doengoes, Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Jakarta, Penerbit
Buku Kedokteran, EGC, 2000
Gunawan, Lany. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi, Yogyakarta,
Penerbit Kanisius, 2001
Hardhi Kusuma. Aplikasi : Asuhan Keperawatan Berdasarkan Nanda, NIC-NOC.
Yogyakarta, Media Hardy, 2012
Kodim Nasrin. Hipertensi : Yang Besar Yang Diabaikan, @tempointeraktif.com,
2003
Marvyn, Leonard. Hipertensi : Pengendalian Lewat Vitamin, Gizi dan Diet,
Jakarta, Penerbit Arcan, 1995
Semple Peter. Tekanan Darah Tinggi, Alih Bahasa : Meitasari Tjandrasa Jakarta,
Penerbit Arcan, 1996
Smith Tom. Tekanan Darah Tinggi : Mengapa terjadi, Bagaimana
mengatasinya ?, Jakarta, Penerbit Arcan, 1995
Sobel, Barry J, et all. Hipertensi : Pedoman Klinis Diagnosis dan Terapi, Jakarta,
Penerbit Hipokrates, 1999
Tucker, S.M, et all . Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, diagnosis

dan evaluasi , Edisi V, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1998

Nanda noc dan nic nya mna??

Anda mungkin juga menyukai