Anda di halaman 1dari 22

Rabu, 09 Maret 2016

PUISI TEMA KEBUDAYAAN


KEBUDAYAAN INDONESIA

Indonesiaku.....
Negeri yang kaya akan budaya dan keanekaragamannya
Beragam adat istiadat, bahasa dan suku bangsa
Beraneka ragam flora dan fauna

Indonesia, negeri yang melimpah akan rempah-rempahnya


Menjadi ciri khas bangsa
Negeri yang di penuhi dengan keberagaman keindahan budaya indonesia
Sangat bangga rasanya dilahirkan disini

Pulau jawa yang kaya akan keindahan batiknya


Kalimantan yang kaya akan pohonnya
Papua yang indah dengan raja ampatnya
Oh negeriku, Sungguh beragam budaya ku ini

Semoga kebudayaan indonesia tak akan pernah luntur


Akan selalu ada disanubari kita
Tak boleh ada satupun yang merampas kebudayaan indonesia
Mari kita jaga kebudayaan kita agar tidak ada yang merampasnya

NUANSA BUDAYA INDONESIA


Oleh Destriani Hamidah

Indahnya negeri ini


dalam buaian ibu pertiwi
negri ini di penuhi dengan keberagaman
nuansa keindahan budaya indonesia

Bangsa ini kaya akan budaya


penuh dengan symphoni yang indah
mengapa tidak kita lestarikan ?
mengapa tidak kita pertahankan ?

Ini bangsa kita..


ini negri kita..
ini kebudayaan kita..
kita hidup, kita dewasa dalam negeri tercinta ini
INILAH NEGERIKU

Negeri yang berbendera merah dan putih


Begitu pula kaya akan seni dan budaya
Serta menjunjung tinggi akan semangat patriotisme
Semangat kami hanya untuk bangsaku Indonesia
Takkan ada lagi tumpah darah di negeriku
Terbanglah setinggi tinggi nya sang garuda
Berkobarlah bendera sang merah putih
Ini budaya ku
Tak kan ada yang merampasnya
Engkau merampasnya?

Akan ada pertumpahan darah yang mengalir


Demi bangsa ku, bangsa Indonesia
Pulau jawa akan keindahan batiknya
Kalimantan kaya akan pohon bangkirai
Papua yang indah dengan wisata raja ampatnya
Oh negeriku
Sungguh ragam budaya ku ini

BUDAYA DIJAJAH HABIS

Nusantara Indonesia
Beribu pulau yang ada
Bepuluh-puluh provinsi pun juga
Daur-baur globalisasi merajalela
Tak lepas jua budayanya

Bali punya kecak


Betawi punya pencak
semua bak meninggalkan bercak-bercak
Benih rasa budaya luhur yang selalu siap memberontak

Lihatlah awan mulai menipis


Itulah.. nenek moyangmu sedang menangis
Dilihatnya budaya luar yang masuk dengan beringis
mencuci otak rakyat tradisional sampai habis

Yang tertinggal hanyalah pusaka


Yang tertera hanyalah nama
Unik, apa itu Indonesia?
Bukan lagi hingga kini dan nanti
Menunggu generasi muda membangkitkan budaya yang telah mati
NUANSA BUDAYA INDONESIA
Oleh Destriani Hamidah

Indahnya negeri ini


dalam buaian ibu pertiwi
negri ini di penuhi dengan keberagaman
nuansa keindahan budaya indonesia

Bangsa ini kaya akan budaya


penuh dengan symphoni yang indah
mengapa tidak kita lestarikan ?
mengapa tidak kita pertahankan ?

Ini bangsa kita..


ini negri kita..
ini kebudayaan kita..
kita hidup, kita dewasa dalam negeri tercinta ini

Kini saatnya untuk kita saling bersatu


saling melestarikan budaya
saling menjaga apa yang akan kita lestarikan
dan mempertahankan nuansa budaya indonesia.

BUDAYA INDONESIA

terhampar ribuan pulau


dimana banyak kehidupan
tempat berbagi bahagia
tempat kuterlahir
yang akan selalu
terngiang diingatanku
selalu.....

terdapat bermacam budaya


yang menyatukan kita
satu...Indonesia
kultur budaya yang indah
yang terhampar dari sabang hingga merauke
kaulah kebanggaanku
kaulah jati diriku
kubangga hidup dibumi pertiwi ini
sejuta kata tak dapat kugambarkan
akan indah budaya yang kau miliki
kucinta kau Indonesiaku
Puisi 1

Negri elok penuh pesona


Menebar istiadat bangsa
Pusaka nenek moyang kita
memukau mata dunia
Indah ragam budaya indonesia
Gemulai tarian daerahnya
Tangkasnya pencak silat
Lugunya wayang golek
Uniknya ukiran batik
Merdunya suara gamelan
Itulah indonesia
Aku bangga….
Menjadi anak indonesia
Melestarikan budaya bangsa
Warisan leluhur kita

Puisi 2

Indonesiaku…..
Negeri yang kaya akan budaya dan keanekaragamannya
Beragam adat istiadat, bahasa dan suku bangsa
Beraneka ragam flora dan fauna
Indonesia, negeri yang melimpah akan rempah-rempahnya
Menjadi ciri khas bangsa
Negeri yang di penuhi dengan keberagaman keindahan budaya indonesia
Sangat bangga rasanya dilahirkan disini
Pulau jawa yang kaya akan keindahan batiknya
Kalimantan yang kaya akan pohonnya
Papua yang indah dengan raja ampatnya
Oh negeriku, Sungguh beragam budaya ku ini
Semoga kebudayaan indonesia tak akan pernah luntur
Akan selalu ada disanubari kita
Tak boleh ada satupun yang merampas kebudayaan indonesia
Mari kita jaga kebudayaan kita agar tidak ada yang merampasnya
Puisi 3

Indahnya negeri ini


dalam buaian ibu pertiwi
negri ini di penuhi dengan keberagaman
nuansa keindahan budaya indonesia
Bangsa ini kaya akan budaya
penuh dengan symphoni yang indah
mengapa tidak kita lestarikan ?
mengapa tidak kita pertahankan ?
Ini bangsa kita..
ini negri kita..
ini kebudayaan kita..
kita hidup, kita dewasa dalam negeri tercinta ini

Puisi 4

Nusantara Indonesia
Beribu pulau yang ada
Bepuluh-puluh provinsi pun juga
Daur-baur globalisasi merajalela
Tak lepas jua budayanya
Bali punya kecak
Betawi punya pencak
semua bak meninggalkan bercak-bercak
Benih rasa budaya luhur yang selalu siap memberontak
Lihatlah awan mulai menipis
Itulah.. nenek moyangmu sedang menangis
Dilihatnya budaya luar yang masuk dengan beringis
mencuci otak rakyat tradisional sampai habis
Yang tertinggal hanyalah pusaka
Yang tertera hanyalah nama
Unik, apa itu Indonesia?
Bukan lagi hingga kini dan nanti
Menunggu generasi muda membangkitkan budaya yang telah mati
Puisi 5

Negeri yang berbendera merah dan putih


Begitu pula kaya akan seni dan budaya
Serta menjunjung tinggi akan semangat patriotisme
Semangat kami hanya untuk bangsaku Indonesia
Takkan ada lagi tumpah darah di negeriku
Terbanglah setinggi tinggi nya sang garuda
Berkobarlah bendera sang merah putih
Ini budaya ku
Tak kan ada yang merampasnya
Engkau merampasnya?
Akan ada pertumpahan darah yang mengalir
Demi bangsa ku, bangsa Indonesia
Pulau jawa akan keindahan batiknya
Kalimantan kaya akan pohon bangkirai
Papua yang indah dengan wisata raja ampatnya
Oh negeriku
Sungguh ragam budaya ku ini

Puisi 6

Indahnya negeri ini


dalam buaian ibu pertiwi
negri ini di penuhi dengan keberagaman
nuansa keindahan budaya indonesia
Bangsa ini kaya akan budaya
penuh dengan symphoni yang indah
mengapa tidak kita lestarikan ?
mengapa tidak kita pertahankan ?
Ini bangsa kita..
ini negri kita..
ini kebudayaan kita..
kita hidup, kita dewasa dalam negeri tercinta ini
Kini saatnya untuk kita saling bersatu
saling melestarikan budaya
saling menjaga apa yang akan kita lestarikan
dan mempertahankan nuansa budaya indonesia.
Puisi 7

terhampar ribuan pulau


dimana banyak kehidupan
tempat berbagi bahagia
tempat kuterlahir
yang akan selalu
terngiang diingatanku
selalu…..
terdapat bermacam budaya
yang menyatukan kita
satu…Indonesia
kultur budaya yang indah
yang terhampar dari sabang hingga merauke
kaulah kebanggaanku
kaulah jati diriku
kubangga hidup dibumi pertiwi ini
sejuta kata tak dapat kugambarkan
akan indah budaya yang kau miliki
kucinta kau Indonesiaku

Puisi 8

Aku dan Indonesiaku


Kami di sini menjadi penghuni selat dan samudera yang luas
Indonesiaku yang kaya
Kaya akan budaya
Beragam adat istiadat
Menjunjung tinggi martabat santun
Safanah bagi kekayaan alam yang melimpah ruah
Aku berdiri di sini
Memandang langit Indonesiaku
Cerah
Terang
Namun ada kekalutan pada butiran awan gemawangnya
Aku tak tahu kenapa
Tak tahu bertanya pada siapa
Karena hanya sepi yang sekelilingku
Indonesiaku masih dalam sepi yang berkalut
Katanya budaya di sini diagungkan
Masyarakatnya tepoh selero
Gemah ripah lohjinawi
Sering kudengar ungkapan itu di televisi
Belum lagi kisah pemimpinnya yang perkasa
Terhormat di singgasana instananya
Memimpin negeri menjadi garang
Ditakuti lawan disegani kawan
Indonesiaku
Memang masih tetap berdiri
Akar-akarnya belum tercerabut
Tapi dedaunnya mulai rontok
Bukan
Bukan karena penjajah masuk lagi
Bukan
Bukan karena si asing-asing yang datang dari seberang sana ingin bertransaksi jual
beli seperti tempo dulu
Bukan
Bukan
Kekalutan ini karena rakyatnya, termasuk aku
Sedang berada di persimpangan prahara
Kami lagi sibuk membanggakan diri, tapi dengan budaya korupsi
Kami lagi sibuk menyenangkan diri, lupa akan toleransi
Kami tengah sibuk mempersiapkan pemilu, lupa makna demokrasi
Kami tengah sibuk menghujat para pembesar negeri, lupa memaknai diri sebagai
warga negeri
Kami menyibukkan diri dengan budaya luar, lupa bahwa budaya sendiri tengah
diincar oleh negara lain
Kami menyibukkan diri membangun aliansi ke luar negeri, rapuh persatuan di dalam
negeri sendiri
Oh…, kami seakan telah lupa makna bhinneka tunggal ika
Kami lupa, kami pelupa
Aku
Di mana aku?
Masih sendiri ku lihat awan tak beranjak
Ia bahkan mulai menghitam
Lalu perlahan memuntahkan hujan
Hujan Indonesiaku
Membasahi tanah airku
Membersihkan semua hati legam yang berkecamuk
Dan semoga saja mengembalikan semua yang telah rusak agar aku bisa bersama
lagi dengan Indonesiaku
Agar kami bisa menikmati kembali
Lantunan lagu di pagi hari
Berdecak kagum pada gerak penari
Berdendang riang dalam memanen padi
Menegakkan simbol-simbol pemersatu
Menjadi bangsa kuat sekali lagi
Agar aku dan Indonesiaku bukan lagi katanya berbudaya, tapi memang begitulah
adanya.

Puisi 9

Semburat menyadarkan aku dari lamunanku


Bergegas maniti kali
Mengejar waktu sampai di titian sana
Bertemu dengan sahabatku
Bercerita tentang wak haji yang ingin menikah lagi
Kudengar di televisi
Seorang eyang menyimpan banyak istri
Yang banyak istri menyimpan harta korupsi
Harta korupsi dibagi-bagi atau dimakan sendiri
Kulihat mata telanjang
Para penari berlenggak lenggok
Di karpet merah yang terhampar
Para pesohor memamerkan lekuk, sepatu, dan berupa-rupa anting
Oh… si penjual minyak keliling tak mau kalah
Gayanya flamboyan
Mengikuti gerak angin
Langkahnya pasti
Pasti bulan depan tersandung hutang lagi
Kata orang negeri ini bagai peri cantik
Sayapnya emas, tubuhnya penuh kilauan yang meyilaukan
Berjajar dari Sabang hingga Merauke
Menjadi pemantik kedatangan orang untuk berkenalan
Paradoks
Kini anak bangsa tak lagi perduli
Mereka hanya mementingkan diri sendiri
Tak mau lagi berkahwan dengan pribumi
Gayanya kebarat-baratan
Meniru tarian kuda
Bahkan terang-terangan menghina budaya sendiri
Tengoklah itu
Mereka tak lagi hidup sederhana
Mereka tak perduli lagi akan kesantunan bangsa
Jika sudah seperti ini
Tak perlu nanti mereka menjerit-jerit ketika warisan bangsa diakui oleh negara lain
Tak perlu
Karena ketika ibu pertiwi sudah menangis
Mereka tak perlu mencium kakinya
Tak perlu meminta maaf
Karena budaya telah terkikis
Oleh deburan keangkuhan, keegoisan
Mungkin saja
Kita tengah menunggu
Menunggu sebuah kehancuran
BUKAN NEGERI IMPIAN

Sudah jauh adat melangkah


tergilas waktu menggores sejarah
Wahai anak muda generasi bangsa
Janganlah terbuai angan
pada kegilaan zaman yang serba instan
kursi kemegahan berpindah tangan, pendidikan dipertanyakan
teknologi merentang jarak
Semua melenakan hasrat

Wahai anak muda generasi bangsa


Jangan kau lempar tangkap budaya
Rambut aneka warna, tubuh bertato, laku tak mengenal jejak
goncangan budaya menggoda
dan jiwa pun lumpuh terjajah kepalsuan

Lihatlah! Dibelakang rumah


tidakkah kau malu
tangan-tangan kering berpadu alu
dendangkan rasa kelu di dada
terkadang batuk menggadai jenaka
tapi mereka tetap menggenggam harapan
mereka tetap tersenyum
di antara jemari tua yang menari
di atas anyaman topi pandan

Wahai anak muda pemegang tonggak bangsa


Negeri kita bukanlah negeri impian
yang segala damba jatuh dari langit membentang
Bergerak dan bertindak sebuah pilihan
Hapuskan jubah narkoba yang terpajang
Palingkan muka dari aroma memabukkan
Penuh tangki-tangki keimanan nan kosong

Wahai anak muda penentu sejarah bangsa


Jangan kausulut api dalam sekam
meski ragam suku, ragam keyakinan,
bukan alasan sebuah permusuhan
bersama di tengah perbedaan
menggandeng tataran kebhinekaan
sebagai jiwa penghormatan terhadap keragaman

Wahai anak muda pengemban masa depan


Kita adalah mutiara-mutiara negeri ini
Tengoklah di luar sana lalu kepalkan tangan mudamu
lewat karya yang tergelar dalam dada
Bangkitkan semangat !
bersama kita pancarkan kedamaian
mengantar pusaka nusantara menggapai puncak kejayaan

Amuntai, 14 April 2016


Lidia Nur Afifah
CATATAN TAHUN 1946
(Chairil Anwar)
Ada tanganku, sekali akan jemu terkulai,
Mainan cahaya di air hilang bentuk dalam
kabut,
Dan suara yang kucintai ‘kan berhenti
membelai.
Kupahat batu nisan sendiri dan kupagut.

Kita –anjing diburu- hanya melihat sebagian dari sandiwara sekarang


Tidak tahu Romeo & Juliet berpeluk di kubur atau di ranjang
Lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribu
Keduanya harus dicatet, keduanya dapat tempat.

Dan kita nanti tiada sawan lagi diburu


Jika bedil sudah disimpan, Cuma kenangan berdebu;
Kita memburu arti atau diserahkan kepada anak lahir sempat
Karena itu jangan mengerdip, tatap dan penamu
asah, tulis karena kertas gersang, tenggorokan kering sedikit mau basah!

TANAH LELUHUR
(Wayan Arthawa)
Menggurat aksara di daun lontar
kidung mana yang harus dialirkan
mengendapkan bathin dalam semadi
anak-anak semuanya berlari
meninggalkan tanah leluhur

melebur tanah kehidupan serasa kosong


di pohon-pohon gamelan
puncak candi berendam keperihan
leluhur kita

seperangkat canang dan dupa


menggigil di keheningan jagat
tak bertuah untuk menyegarkan kandungan
kesetiaan bagi kehidupan
bagi kita
anak-anak
dan cucu-cucu

(1989)
Baca Tulis
Karya Nur Wachid
Senja meradang kerinduan
Goresan pena menyayat kalbu
Tangisanku tak membuat pilu
Hei .. wahai pemimpinku
Pandanglah aku yang kusut ini
Duduk di sekolah ku tak bisa
Bagaimana ku tak bisa bodoh ?
Hiduppun beralas tanah
Tidurpun beratap langit
Ahhh,….
Bosan ku tak dapat membaca
Bingung ku tak dapat menulis
Seandainya ada pemimpin menangis
Pasti ku dapat baca tulis

pada suatu hari nanti


Karya Sapardi Djoko Damono
pada suatu hari nanti
jasadku tak akan ada lagi
tapi dalam bait-bait sajak ini
kau tak akan kurelakan sendiri

pada suatu hari nanti


suaraku tak terdengar lagi
tapi di antara larik-larik sajak ini
kau akan tetap kusiasati

pada suatu hari nanti


impianku pun tak dikenal lagi
namun di sela-sela huruf sajak ini
kau tak akan letih-letihnya kucari
Musium Perjuangan
Karya Kuntowijoyo

Susunan batu yang bulat bentuknya


berdiri kukuh menjaga senapan tua
peluru menggeletak di
atas meja
menanti putusan
pengunjungnya.

Aku tahu sudah, di dalamnya


tersimpan darah dan air mata kekasih
Aku tahu sudah, di bawahnya
terkubur kenangan dan
impian
Aku tahu sudah, suatu kali
ibu-ibu direnggut
cintanya dan tak pernah kembali

Bukalah tutupnya
senapan akan kembali berbunyi
meneriakkan
semboyan
Merdeka atau Mati.
Ingatlah, sesudah
sebuah perang
selalu pertempuran
yang baru
melawan dirimu.

PELAYARAN TUHAN
Karya Afrizal Malna
Dalam orang tak bertuhan dalam orang tak bertuhan
aku berlayar dalam tubuh tubuh sepi
terdaging di puncak puncak kediaman hening
mengeras dalam hujan hujan panjang
O, tuhan berlaut dalam keheningan nisu

pada kapal kapal kaku


bisik bisik menjauh
kata yang mengeras dalam makna
aku mengental dalam tarian sinarmu
mabok lautanmu – samudra diri
melaju
melaju kaku
ke kota kota sepi
semua tak bicara dalam sujud abadi:
diri yang terusir darimu
jadi laut tak bertepi
Taman Ilmu
Karya Nur Wachid
Musim kemarau panas berkepanjangan
Musim penghujan hujan berdatangan
Itulah hebatnya dirimu
Panas hujan tetap buat kau berdiri
Kau hanya tumpukan bata merah
Tulang mu hanya dari besi
Seindah dirimu namamu sama
Seburuk bentukmu tak kurangi gunamu
Kaulah taman kehidupan
Tempat tertanam berjuta ilmu
Bunga merekah terlahir darimu
Hiruk pikuk pendidikan tertelan olehmu
Tanpamu semua tampak bodoh
Alangkah indahnya …..
Jika dirimu berdiri dimana – mana
Tanpa ada beda di desa dan kota
Sayangnya kau bukan manusia
Kakimu tertanam di bumi
Tak dapat jalan kemana – mana
SENANDUNG CINTA KEPADA GURU
Karya : Widi Suharto

Tuhan berkehendak dengan firman-Nya


Senoktah merah merasuk dalam haribaan
menyisiri belantara sejarah
Itulah kita.

Seberkas tragedi menapaki sela-sela perjalanan


senyum dan tangis tak habis-habis
Itulah kita.

Seonggok pekat hitam


dilukis matahari dengan
tinta warna-warni tanpa henti.
Itulah kita

Maka kerumunan demi kerumunan


merentang mengayun-ayunkan
cinta kasih sepanjang jalan.
Itulah Ibu Bapak kita

Pucuk-pucuk ranting mengais-ngais


riwayat Sang Sisyphus yang menanggung beban
sumpahnya sepanjang lembah menuju bukit tak terperi.
Itulah guru-guru kita.

Seringkali kesadaran jalan merambat


hanya sekedar untuk bertegur sapa
pada berlalunya waktu
yang rabun melihat wajah sendiri

Dalam tepian sesal kita masih menyisakan beban


beribu langkah menuju sekolah
membiru nasib, menyisiri waktu
apakah masih membersit harapan bisa bertemu?

"Ketika itu kami datang.


Masih basah ingatan kami
putra-putri yang meminta perhatian dengan kenakalan
Putra-putri yang melukisi sejarah hingga usiamu
semakin teriris di bibir hari

Bapak. ibu, tak ada yang lebih berarti dari


Seribu harta sepanjang kami cari.
Ampuni kami.
Maafkan semua salah kami.
Doamu seribu jalan menuju surga
Selamat berpisah
Ridamu yang kami terima
selalu di muka jalan kemana pun
kami akan Sampai."
BACA TULIS
Karya Nur Wachid

Senja meradang kerinduan


Goresan pena menyayat kalbu
Tangisanku tak membuat pilu
Hei .. wahai pemimpinku
Pandanglah aku yang kusut ini
Duduk di sekolah ku tak bisa
Bagaimana ku tak bisa bodoh ?
Hidup pun beralas tanah
Tidur pun beratap langit
Ahhh,….
Bosan ku tak dapat membaca
Bingung ku tak dapat menulis
Seandainya ada pemimpin menangis
Pasti ku dapat baca tulis

MUSIUM PERJUANGAN
Karya Kuntowijoyo

Susunan batu yang bulat bentuknya


berdiri kukuh menjaga senapan tua
peluru menggeletak di atas meja
menanti putusan pengunjungnya.
Aku tahu sudah, di dalamnya
tersimpan darah dan air mata kekasih
Aku tahu sudah, di bawahnya
terkubur kenangan dan impian
Aku tahu sudah, suatu kali
ibu-ibu direnggut
cintanya dan tak pernah kembali
Bukalah tutupnya
senapan akan kembali berbunyi
meneriakkan semboyan
Merdeka atau Mati.
Ingatlah, sesudah sebuah perang
selalu pertempuran
yang baru melawan dirimu.
TAMAN ILMU
Karya : Nur Wachid

Musim kemarau panas berkepanjangan


Musim penghujan hujan berdatangan
Itulah hebatnya dirimu
Panas hujan tetap buat kau berdiri
Kau hanya tumpukan bata merah
Tulang mu hanya dari besi
Seindah dirimu namamu sama
Seburuk bentukmu tak kurangi gunamu
Kaulah taman kehidupan
Tempat tertanam berjuta ilmu
Bunga merekah terlahir darimu
Hiruk pikuk pendidikan tertelan olehmu
Tanpamu semua tampak bodoh
Alangkah indahnya …..
Jika dirimu berdiri dimana – mana
Tanpa ada beda di desa dan kota
Sayangnya kau bukan manusia
Kakimu tertanam di bumi
Tak dapat jalan kemana – mana

PADA SUATU HARI NANTI


Karya: Sapardi Djoko Damono

pada suatu hari nanti


jasadku tak akan ada lagi
tapi dalam bait-bait sajak ini
kau tak akan kurelakan sendiri
pada suatu hari nanti
suaraku tak terdengar lagi
tapi di antara larik-larik sajak ini
kau akan tetap kusiasati

pada suatu hari nanti


impianku pun tak dikenal lagi
namun di sela-sela huruf sajak ini
kau tak akan letih-letihnya kucari
IBU

(Mustofa Bisri)

Kaulah gua teduh


tempatku bertapa bersamamu
Sekian lama
Kaulah kawah
dari mana aku meluncur dengan perkasa
Kaulah bumi
yang tergelar lembut bagiku
melepas lelah dan nestapa
gunung yang menjaga mimpiku
siang dan malam
mata air yang tak brenti mengalir
membasahi dahagaku
telaga tempatku bermain
berenang dan menyelam

Kaulah, ibu, laut dan langit


yang menjaga lurus horisonku
Kaulah, ibu, mentari dan rembulan
yang mengawal perjalananku
mencari jejak sorga
di telapak kakimu

(Tuhan,
aku bersaksi
ibuku telah melaksanakan amanatMu
menyampaikan kasihsayangMu
maka kasihilah ibuku

seperti Kau mengasihi


kekasih-kekasihMu
Amin).

Monginsidi (karya Subagio Sastrowardoyo)

Aku adalah dia yang dibesarkan dengan dongeng di dada bunda


Aku adalah dia yang takut gerak bayang di malam gelam
Aku adalah dia yang meniru bapak mengisap pipa dekat meja
Aku adalah dia yang mengangankan jadi seniman melukis keindahan
AKu adalah dia yang menangis terharu mendengar lagu merdeka
Aku adalah dia yang turut dengan barisan pemberontak ke garis pertempuran
Aku adalah dia yang memimpin pasukan gerilya membebaskan kota
AKu adalah dia yang disanjung kawan sebagai pahlawan bangsa
Aku adalah dia yang terperangkap siasat musuh karena pengkianatan
Aku adalah dia yang digiring sebagai hewan di muka regu eksekusi
Aku adalah dia yang berteriak 'merdeka' sbelum ditembak mati
Aku adalah dia, ingat, aku adalah dia
KUTAHU KAU KEMBALI JUA ANAKKU
Oleh :
Taufik Ismail
Saudara-kandungku pulang perang, tangannya merah
Kedua pundak landai tiada tulang selangka
Dia tegak goyah, pandangnya pada kami satu-satu
Aku tahu kau kembali jua anakku
Tiba-tiba dia roboh di halaman dia kami papah
Ibu pun perlahanmengusapi dahinya tegar
Tanganku amis ibu, tanganku berdarah
Aku tahu kau kembali jua anakku
Siang itu dia tergolek ibu, lekah perutnya
Aku tak membidiknya, tapi tanganku bersimbah
Tunduk terbungkuk matanya sangat papa
Kami sama rebah, kupeluk dia di tanah
Kauketuk sendiri ambang dadamu anakku
Usapkan jemari sudah berdarah
Simpan laras bedil yang memerah
Kutahu kau kembali jua anakku
IBU
Pernah aku ditegur
Katanya untuk kebaikan
Pernah aku dimarah
Katanya membaiki kelemahan
Pernah aku diminta membantu
Katanya supaya aku pandai
Ibu…..
Pernah aku merajuk
Katanya aku manja
Pernah aku melawan
Katanya aku degil
Pernah aku menangis
Katanya aku lemah
Ibu…..
Setiap kali aku tersilap
Dia hukum aku dengan nasihat
Setiap kali aku kecewa
Dia bangun di malam sepi lalu bermunajat
Setiap kali aku dalam kesakitan
Dia ubati dengan penawar dan semangat
Dan Bila aku mencapai kejayaan
Dia kata bersyukurlah pada Tuhan
Namun…..
Tidak pernah aku lihat air mata dukamu
Mengalir di pipimu
Begitu kuatnya dirimu….
Ibu….
Aku sayang padamu…..
Tuhanku….
Aku bermohon padaMu
Sejahterakanlah dia
Selamanya…..

Anda mungkin juga menyukai