Anda di halaman 1dari 10

ASUHAN GIZI PADA PREOPERATIF DAN PASCA

PEMBEDAHAN

Semua tindakan pengobatan yang dilakukan dengan menggunakan cara invasif yaitu membuka / menampilkan bagian
tubuh yang akan ditangani melalui sayatan dan diakhiri dengan penutupan & penjahitan luka

Macam - macam bedah

 Bedah kecil : insisi, tonsilek-tomi, sirkumsisi


 Bedah sedang : Apendiktomi, Herniatomi, haemoroidektomi
 Bedah besar : bedah jantung, ginjal, hati, usus (bedah saluran cerna)

Diet Preoperatif

Diet preoperatif adalah pengaturan makan yang diberikan kepada pasien yang akan mengalami pembedahan

TUJUAN DIET

 Memperbaiki status gizi pasien bagi yang kurang ataupun kelebihan gizi
 Mempertahankan status gizi bagi pasien dengan gizi baik
 Menyediakan cadangan zat gizi untuk mengatasi stress dan penyembuhan luka

Kebutuhan Energi

 Pasien dg St. gizi kurang 40 – 45 kal/kg BB


 Pasien dg St. gizi lebih kebutuhan energi normal dikurangi 10 – 25 %
 Pasien dg St. gizi baik : kebutuhan energi normal + 15 % dari AMB (Angka Metabolisme Basal)
 Pasien dg penyakit tertentu sesuai dengan penyakitnya

Protein

 Pasien dg St. gizi kurang, Anemia, Albumin rendah ( < 2.5 mg/dl) 1,5 – 2 g/kg BBI
 Pasien dg St. gizi baik atau kegemukan 0.8 – 1 g/kgBB
 Lemak 10 – 25 % dari kebutuhan energi total
 Karbohidrat : Cukup
 Vitamin : cukup terutama Vit. B, C dan vit K
 Mineral: cukup bila perlu tambah dg suplemen

CARA PEMBERIAN DIET PREOPERATIF

1) BEDAH DARURAT ATAU CITO


Tidak perlu ada pemberian diet preoperative
2) BEDAH TERENCANA ATAU ELEKTIF
 Bedah Minor / bedah kecil elektif Tonsilektomi : Tidak perlu ada persiapan khusus ,4
– 5 jam sebelum pembedahan dipuasakan
 Bedah sedang : diet Sisa Rendah 1 hari sebelum pembedahan

Diet Sisa Rendah 4 -5 hari dg tahapan :

 Hari ke 4 sblm pembedahan: makanan lunak


 Hari ke 3 sblm pembedahan: makanan saring
 Hari ke 2 dan 1 sblm pembedahan: Formula Enteral Sisa Rendah, contoh :Ensure, Entramix, peptisol , peptamen

DIET PASCA OPERATIF

 Diet Pasca Operatif adalah makanan yang diberikan kepada pasien setelah menjalani pembedahan
 Pengaturan makanan tergantung pada macam pembedahan dan jenis penyakit penyertanya.
Tujuan Diet

Mengupayakan agar status gizi pasien segera kembali normal, untuk mempercepat penyembuhan dan ↑ daya tahan tubuh dg
cara:

 Memberikan kebutuhan dasar (cairan, energi, protein)


 Mengganti kehilangan protein, glikogen, zat besi dan zat gizi lain.
 Memperbaiki keseimbangan elektrolit & cairan

Pengaturan Diet

 Memberikan makanan secara bertahap, mulai dari bentuk cair → saring →lunak → biasa
 Pasca bedah kecil : sesegera mungkin kembali kebentuk makanan biasa

PASCA OPERATIF BESAR

 Puasa 6 - 12 jam : nutrisi parenteral, dilanjutkan dengan air putih.


 Cairan manis atau makanan cair jernih mulai dengan 30 ml/jam
 Perhatikan keseimbangan cairan dan elektrolit untuk menghindari dehidrasi dan shock
 Energi : 25 – 45 kalori/kg BBI
 Protein : 1 - 1,5 g/kg BB ( 15 – 20 % kalori total)
 Lemak : 20 – 25 % kalori total
 Karbohidrat: 55 – 60 % kalori total
 Vitamin & mineral terutama ↑ vit. C, vit K, vit A, zat besi dan Zn untyk pengobatan luka
 Cukup cairan

Rumus Mifflin – St Jeor

 Laki – laki :( 10 BB + 6,25 TB – 5 U + 5)


 Perempuan =(10 BB + 6,25 TB – 5 U - 161)

Harris – Benedict

 RMR Laki-laki : 66 + (13,7 x BB) + (5 x TB) – (6,8 x U)


 RMR Perempuan: 655 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB) – (4,7xU)

Komplikasi kehamilan

1. Hiperemesis Gravidarum
 50-70% Trimester I dan 66 % mengalami mual (nause)
o BB sangat turun
o Turgor kulit berkurang
o Diuresis berkurang
o Timbul asetonuri
 44% mengalami muntah (emesis gravidarum) 4:1000
a) Etiologi
o Predisposisi : primigravida, kehamilan ganda, moladihatidosa
o Perubahan metabolik
o Alergi
o Psikologik
b) Klasifikasi Penyakit
 Tingkatan I Mual & muntah, lemas, BB turun, turgor kulit ber(-), nyeri pada efigastrium, lidah kering, mata
cekung , nadi meningkat (100x/mnt)
 Tingkatan II Lebih lemah dan apatis, tensi turun, oliguria, konstipasi, aroma aceton tercium dari pernafasan
 Tingkatan III Kesadaran menurun sampai koma, nadi kecil dan cepat, tensi turun, suhu naik, komplikasi fatal
pada susunan syaraf (ensefalpfati werniele), ikterus
c) Prinsip Diet
 makan porsi kecil tapi sering
 Hindari cairan 1-2 jam sebelum/setelah makan
 Makanan yg tdk berlemak lemak menunda pengosongan lambung & me↑ mual
 Kurangi kontak dg makanan yg berbau keras
d) Tujuan Diet
 Mengganti persediaan glikogen dan mengontrol acidosis
 Secara berangsur memberikan makanan cukup kalori dan zat gizi yang cukup
e) Syarat Diet
 Tinggi hidrat arang (75-80% dari kebutuhan E)
 Rendah lemak (< 10% E)
 Protein sedang (10-15% E)
 Cukup cairan, pemberian cairan disesuaikan dg keadaan penderita (7-10 gelas)
 Makanan dalam bentuk kering
 Makanan mudah cerna & tidak merangsang
 Porsi kecil tapi sering
 Scr berangsur diberikan makanan yg memenuhi syarat gizi
f) Indikasi pemberian
 Hyperemesis Berat : diberikan pada pasien dg hiperemesis berat Energi = 1100 kkal,Prot = 15 g,Lemak =
2 gram,KH = 259 gram,Cth : roti kering, buah2an, ubi bakar, cairan tdk diberikan bersamaan dg makan
 Hyperemesis Sedang : mual & muntah mulai berkurangEnergi = 1700 kkal,Protein = 57 g,Lemak = 33
g,KH = 293 g
 Hyperemesis Ringan sesuai kebutuhan Energi = 2300 kkal,Protein = 73 g,Lemak = 59 g ,KH = 368
g,minuman bisa diberikan bersamaan dg waktu makan
2. PREEKLAMPSIA
a) Hipertensi Kronik
Hipertensi tanpa proteinuria yang timbul dari sebelum kehamilan dan menetap setelah persalinan.Diagnosis
:
 Tekanan darah ≥140/90 mmHg
 Sudah ada riwayat hipertensi sebelum hamil, atau diketahui adanya hipertensi pada usia kehamilan
<20 minggu
 Tidak ada proteinuria
 Dapat disertai keterlibatan organ lain, seperti mata, jantung, dan ginjal
b) Hipertensi Gestasional
Hipertensi tanpa proteinuria yang timbul setelah kehamilan 20 minggu dan menghilang setelah
persalinan.Diagnosis :
 Tekanan darah ≥140/90 mmHg
 Tidak ada riwayat hipertensi sebelum hamil, tekanan darah normal di usia kehamilan <12 minggu
 Tidak ada proteinuria
 Dapat disertai tanda dan gejala preeklampsia, seperti nyeri ulu hati di trombositopenia
 Diagnosis pasti ditegakkan pascapersalinan
c) Preeklampsia/Toksemia
 Hipertensi yang diinduksi oleh kehamilan
 Umumnya terjadi pada trimester III
 Gejala : hipertensi, proteinuria, edema yang berlebihan, mudah timbul kemerah2an, mual, muntah,
pusing, nyeri lambung, oliguria, gelisah & kesadaran menurun
 Ciri khas diet : asupan garam & protein
1) Preeklampsia Ringan
 Tekanan darah ≥140/90 mmHg pada usia kehamilan > 20 minggu
 Tes celup urin menunjukkan proteinuria 1+ atau pemeriksaan protein kuantitatif
menunjukkan hasil >300 mg/24 jam
2) Preeklampsia Berat
 Tekanan darah >160/110 mmHg pada usia kehamilan >20 minggu
 Tes celup urin menunjukkan proteinuria ≥2+ atau pemeriksaan protein kuantitatif
menunjukkan hasil >5 g/24 jam
 Atau disertai keterlibatan organ lain:
 Trombositopenia (<100.000 sel/uL), hemolisis mikroangiopati
 Peningkatan SGOT/SGPT, nyeri abdomen kuadran kanan atas
 Sakit kepala , skotoma penglihatan
 Pertumbuhan janin terhambat, oligohidramnion
 Edema paru dan/atau gagal jantung kongestif
 Oliguria (< 500ml/24jam), kreatinin > 1,2 mg/dl
3) Superimposed preeklampsia pada hipertensi kronik
 Ibu dengan riwayat hipertensi kronik (sudah ada sebelum usia kehamilan 20
minggu)
 Tes celup urin menunjukkan proteinuria >+1 atau trombosit <100.000 sel/uL pada
usia kehamilan > 20 minggu
4) Eklampsia
 Kejang umum dan/atau koma
 Ada tanda dan gejala preeklampsia
 Tidak ada kemungkinan penyebab lain (misalnya epilepsi, perdarahan
subarakhnoid, dan meningitis)

Tujuan Diet

 Mencapai & mempertahankan status gizi optimal


 Mencapai dan mempertahankan tekanan darah normal
 Mencegah dan mengurangi retensi garam dan air
 Mencapai keseimbangan nitrogen
 Menvcegah & mengurangi timbulnya faktor risiko lain (baru) pada saat kehamilan &
setelah melahirkan

Syarat Diet

 Energi & semua zat gizi cukup


 Garam diberikan rendah sesuai dg berat ringannya retensi garam & air (penambahan BB
dibawah 3 kg/bulan)
 Protein tinggi (1,5-2 gram/kg BB/hr)
 Lemak sedang
 Vitamin cukup (Vit C & B6 lebih tinggi)
 Mineral cukup (utamakan K & Ca)
 Bentuk makanan disesuaikan dg kondisi pasien
Indikasi Pemberian
 Diet Preeklampsia I :
- diberikan pd pasien dg preeklampsia berat
- makanan dlm btk cair : susu & sari buah
- jml cairan (min 1500 ml/hr) oral + parenteral
 Diet Preeklampsia II
- Makanan berbentuk saring/lunak
- Natrium 200-400 mg, pengolahan makanan tdk
- menggunkan garam dapur
 Diet Preeklampsia III :
- Rendah garam (2 gram garam dapur)
- Protein tinggi
Konstipasi
 Menurunnya motilitas saluran cerna
 Meningkatnya kadar progesteron
 Meningkatnya tekanan pada saluran pencernaan karena membesarnya uterus
 Menurunnya aktifitas fisik
Konstipasi dapat dikurangi dengan mengkonsumsi makanan berserat tinggi

Perhitungan Energi

 Kalori basal : 25 kkal x BB


 Aktifitas fisik : 20-30% x kalori basal
 Koreksi BB : Gemuk - 20% x basal,Lebih - 10% x basal,Kurang + 20% x basal
 Stres metabolic : 10-30%
 + Hamil : 180-300 kkal
Kebutuhan Energi& Zat Gizi

 Kebutuhan energi sesuai umur dan aktifitas atau 30 – 35 kkal/kg BBI. Untuk obesitas (IMT > 30), pembatasan kalori 25
kkal/BB aktual/ hari (Gunakan perhitungan untuk DM + faktor koreksi hamil)
 Karbohidrat : 45 – 65 % TE
 Protein : 20 % TE
 Lemak : 20 – 25 % TE, tetap mempertahankan asupan lemak tak jenuh ganda dan lemak jenuh 10% TE

Prinsip DASH

 Konsumsi buah dan sayur yang mengandung kalium, fitoesterogen dan serat
 Low-fat dairy product (menggunakan produk susu rendah lemak)
 Konsumsi ikan, kacang dan unggas secukupnya
 Kurangi SAFA seperti daging berlemak
 Membatasi gula garam

Tujuan Diet

 Mengendalikan tekanan darah dalam batas normal


 Mempertahankan kadar glukosa darah dalam batas normal
 Mencegah hipoglikemia, infeksi saluran kemih dan Candidiasis
 Tetap menjalankan gaya hidup sehat kegiatan jasmani

Diabetes Melitus

adalah kelompok penyakit yang ditandai oleh peningkatan kadar glukosa darah karena kurangnya hormon insulin,
kerja insulin maupun keduanya yang berakibat pada gangguan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak.

Gestasional Diabetes Melitus

 suatu gangguan intoleransi yg terjadi atau diketahui pertama kali pada saat kehamilan sedang berlangsung
 Meningkatnya resistensi insulin selama hamil karena hormon kehamilan seperti : Human Placenta Lactogen (HPL)
yang mempengaruhi bekerjanya insulin
 GDM atau DMG juga menyebabkan meningkatnya anti- Human Leocucyte Antigen (HLA), antibodi yang ada di tubuh
ibu

Faktor Risiko

 Obesitas (IMT > 30 kg/m² )


 Ada riwayat keluarga dengan DM
 Pernah mengalami GDM
 Keguguran berulang
 Ada riwayat PIH atau preeklamsia , infeksi saluran kemih atau hidramnion
 Ada riwayat Toleransi glukosa tidak normal
 Ada riwayat melahirkan bayi dengan cacat bawaan atau melahirkan bayi > 4000 gram

Tujuan Diet

 Menurunkan kadar glukosa darah untuk mencegah timbulnya komplikasi


 Mencegah angka kesakitan dan kematian ibu, kesakitan & kematian perinatal.
 Pertumbuhan dan perkembangan janin tetap dijaga, dengan mengatur penambahan BB ibu

DIABETES MELITUS TIPE 1 & Nefropathy diabetes

Bentuk DM Tipe 1

1. IMMUNE MEDIATED DIABETES MELLITUS


Adalah suatu autoimun rusaknya sel β pancreas.
 Etiologi : termasuk faktor genetik dan rusaknya pulau2 di sel beta pankreas
 Pada saat didiagnosis pasien DM tipe 1 ada satu atau lebih antibodi yang mengelilingi pulau2 di
sel beta (penghasil insulin endogen)
 Antibodi yang didentifikasi rusaknya sel beta yaitu:
o Islet cell autoantibodies (ICAs)
o Insulin Autoantibodies (IAAs)
o Autoantibodies to glutamic acid dekarboxylase (GAD)à suatu protein yg ada di
permukaan sel beta
 Tujuan Diet:
o Mengintervensi karena adanya abnormal metabolisme glukosa, lemak dan tekanan
darah
o Mengevaluasi secara teratur asupan makanan, kegiatan jasmani, pola aktifitas dan
berat badan
o Mencegah timbulnya komplikasi dini dengan pengendalian glukosa darah, lemak dan
tekanan darah
o Memonitor total asupan Karbohidrat untuk mencapai kontrol glisemik
o Mengajarkan pasien untuk menggunakan Carbohydrate Counting sesuaikan dengan
dosis insulin dan asupan KH
o Menerapkan Pola Penganeka ragaman pangan
o Membantu monitoring glukosa darah mandiri 4 – 7 kali/hari
 Syarat Diet
 Kebutuhan energi sesuai dengan umur
 1000 kal + (100 x n) ; n = umur (Sampai umur 11 thn)
 Karbohidrat 45 – 65 % total energi/hari
 Menerapkan CHO counting dengan cara makan secara teratur asupan Kh baik sebagai makanan
utama maupun selingan
 Rasio KH : insulin = 15 gram KH untuk 1 unit Insulin 1 sajian Karbohidrat (untuk basic CHO
Counting )
2. IDIOPHATIC DIABETES MELLITUS
Adalah penyakit yang etiologinya tidak diketahui Kebanyakan yang termasuk

NEFROPATHY DIABETES

o Nefropati Diabetik adalah salah satu komplikasi Diabetes yang akan dialami oleh 20 – 40 % penyandang Diabetes
o Didapatkan albuminuria persisten pada kisaran 30 – 299 mg/24 jam (albuminuria mikro) merupakan tanda dini
Nefropati Diabetik
o Pasien dengn albuminuria mikro berubah menjadi albuminuria makro (> 300 mg/24 jam), akhirnya berlanjut menjadi
PGK

DIABETES MELITUS TIPE 2

Suatu penyakit metabolik yang ditandai dengan kadar glukosa darah tinggi disebabkan kelainan sekresi
insulin, kerja insulin, atau keduanya.Juga terjadi ketidak normalan metabolisme karbohidrat, protein, lemak.

Patogenesis DM tipe-2

 Resistensi insulin pada otot dan liver serta kegagalan sel beta pankreas telah dikenal merupakan
patofisiologi kerusakan sentral dari DM tipe-2.
 Selain otot, liver & sel beta, organ lain seperti : jaringan lemak (meningkatnya lipolisis), gastrointestinal (defisiensi
incretin), sel alpha pankreas (hiperglukagonemia), ginjal (peningkatan absorpsi glukosa), dan otak (resistensi insulin)
kesemuanya ikut berperan dalam menimbulkan terjadinya gangguan gangguan toleransi glukosa.

Keluhan Penyandang Diabetes

 Keluhan klasik DM :polyuria,polydipsia,polifagia,penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya
 Keluhan lain DM :lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulva
pada wanita

Terapi Diet DM
Merupakan bagian yang essensial dlm pengelolaan diabetes yang menyeluruh

Tujuan

 Mengendalikan glukosa darah dalam batas normal


 Mengendalikan lipida darah
 Menunda atau mencegah komplikasi
 Mencapai-mempertahankan BB normal
Berkontribusi dalam A1C sebanyak 1-2% dalam 6-12 minggu pertama terapi

Kebutuhan Energi

o Basal 25-30 kkal/kg BB ideal perhari

Faktor penentu kebutuhan energi

 Jenis kelamin
 Umur :>40 th dikurangi 5% basal,
 60-69 th dikurangi 10%
 Aktifitas : istirahat +10%, aktif ringan, sedang, berat + 20%, +30%, +50%
 BB +- 20-30%
 Stress +-20-30%
 Hamil : tw 1 + 180 kkal; tw 2-3: +300 kkal
 Menyusui : 6 bulan pertama +500 kkal ; 6 bln kedua + 550 kkal
o Karbohidrat, Jumlah & Kualitas:
 Anjuran 45-65% total asupan energy
 KH <130 g/hari tidak dianjurkan
 Diutamakan tinggi serat.
 Sukrosa ≤ 5% total asupan energy
 Distribusi 3X makan /hari, 2-3 x selingan
o Protein Anjuran 15-20% total asupan energi,
o Lemak, Jumlah & Kualitas Anjuran 20-25% total asupan energi
o Asupan kolesterol <200 mg perhari

PENATALAKSANAAN GIZI PENYAKIT GINJAL KRONIK

o Glumerulo Filtration Rate (GFR) adalah jumlah filtrat glumerulus per unit yg terbentuk dalam semua nefron di
kedua ginjal.
o Azotemia adalah menumpuknya sisa metabolisme protein seperti urea, asam urat, kreatinin, sehingga
konsentrasi meningkat di dalam darah . Istilah lain : UREMIA
o ERITROPOEITIN (EPO) : suatu hormon yg dikeluarkan oleh ginjal (pd orang dewasa) dan hati (pada janin)
bertindak sebagai stem cell sumsum tulang dalam memproduksi sel darah merah

FUNGSI GINJAL

o FUNGSI EKSKRESI
 Ekskresi sisa metabolisme :Protein ureum, kreatinin, Amonia, asam urat,Elektrolit natrium, kalium,
Chlorida ,Mengontrol : Fosfat dan Sulfat
 Regulasi volume dan cairan
 Menjaga keseimbangan asam – basa
o FUNGSI HORMONAL
 Partisipasi dalam eritropoeitin
 Pengaturan tekanan darah (karena memproduksi renin yaitu suatu enzim proteolitik)
 Keseimbangan kalsium dan Fosfor, merupakan tugas vitamin D3

FUNGSI GINJAL DIKATAKAN

 Decreased à GFR↓ 50 %
 Insufficiency à GFR ↓ 75 %
 Renal Failure à GFR ↓ > 75 %

PENCEGAHAN MALNUTRISI

1. MALNUTRISI PADA PENYAKIT GINJAL


Faktor2 yang mempengaruhi BB kurang pada PGK :
 Anoreksia disebabkan karena :
o Mual, muntah, pengaruh obat
o Uremia/kondisi uremik karena metabolisme
o Sedang menjalani dialisis
o Akumulasi sisa kondisi uremi yang tidak terbuang pada saat
o dialisis
 Peradangan (Inflammation)
o Kontribusi terhadap anoreksia
o Penyebab adanya katabolisme
o Penyebab komorbiditas
o Berkaitan dengan prosedur dialisa
 Asidosis Metabolik
 Gangguan Endokrin :
o Resistensi insulin
o Hiperparatiroid
o gangguan respon ke IGF-1
 Komorbiditas :
o Infeksi
o Diabetes Melitus
o CVD (Cerebro Vascular Disease)
o Sakit gigi

Penanda malnutrisi pada PGK

ALBUMIN

o Dapat digunakan sebagai bagian untuk pengkajian malnutrisi


o Albumin adalah penanda adanya radang namun bukan indicator terbaik untuk malnutrisi

Faktor- factor yang dapat mempengaruhi kadar albumin pada PGK :

o Peradangan /inflamasi
o Kurang asupan energy dan protein
o Proses anabolic dan katabolic
o Umur
o Komorboditas ( CVD, DM)
o Kehilanagan protein ( urin dialisat)
o Kelebihan cairan (Fluid everload)

Stress dan Luka bakar

Respon stress

Perubahan Neuroendokrin untuk penyembuhan jaringan dan memperbaiki keseimbangan & fungsi normal organ
tubuh

Fase yang dilalui pada trauma atau stress :

1. Fase ebb/shock period


segera terjadi setelah ada injuri/luka dihubungkan dengan hipovolemia, shock, dan hipoksia jaringan. Tanda2 :
 penurunan cardiac output,
 konsumsi oksigen menurun
 suhu tubuh
 Produksi Insulin menurun
 hormone glucagon meningkat hati meningkatkan produksi glukosa karena adanya Glukoneogenesis
2. Fase flow
Tanda-tanda :
 ↑ Cardiac output
 ↑ konsumsi oksigen
 ↑ suhu tubuh
 ↑ energy expenditure
 ↑ katabolisme protein tubuh

diikuti oleh perbaikan transport oksigen, resusitasi cairan. Secara phisiologi ada ↑ produksi glukosa ,
pelepasan asam lemak bebas serta sirkulasi insulin, cathecolamines, glukagon dan cortisol.

Luka bakar

kerusakan jaringan permukaan tubuh disebabkan oleh panas suhu tinggi baik aliran listrik, api, zat kimia,
uap panas, minyak panas, matahari yang menimbulkan reaksi pada seluruh sistim metabolisme

Klasifikasi luka bakar

Derajat I

 Kerusakan terbatas pada bagian epidermis


 Kulit kering, eritema
 Nyeri
 Tidak ada bula

Derajat II

 Meliputi epidermis dan sebagian dermis


 Terdapat proses eksudasi
 Ada bula
 Dasar luka berwarna merah/pucat
 Nyeri

Derajat III

 Kerusakan meliputi seluruh dermis dan lapisan yg lebih dalam


 Tidak ada bula
 Kulit berwarna abu-abu dan pucat
 Kering
 Terdapat eskar
 Tidak nyeri

Luas luka bakar

 Luas telapak tangan = 1% luas permukaan tubuh.

Dewasa Bayi 10 dan Anak 10 15 20


Pembagian luka bakar

 Luka Bakar Berat (Major Burn)


o Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah 10 tahun atau di atas usia 50 tahun
o Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain disebutkan pada butir pertama
o Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum
o Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa memperhitungkan luas luka bakar
o Luka bakar listrik tegangan tinggi
o Disertai trauma lainnya
o Pasien-pasien dengan resiko tinggi
 Luka Bakar Sedang (Moderate Burn)
o Luka bakar dengan luas 15 – 25 % pada dewasa, dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 %
o Luka bakar dengan luas 10 – 20 % pada anak usia < 10 tahun atau dewasa > 40 tahun, dengan luka bakar
derajat III kurang dari 10 %
o Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak maupun dewasa yang tidak mengenai muka, tangan, kaki,
dan perineum
 Luka Bakar Ringan
o Luka bakar dengan luas < 15 % pada dewasa
o Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak dan usia lanjut
o Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia (tidak mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum

Syarat diet

1. Berikan makanan cair sedini mungkin atau Nutrisi Enteral Dini (NED) dan diberikan dalam bentuk parenteral untuk
mengganti cairan yang hilang. Perlu penambahan vitamin C (25 mg/mL) untuk penyembuhan luka
2. Kebutuhan energi : menurut Curreri 24 kkal/kgBB preburn + 40 kkal x % luas luka bakar
3. Anjuran Stump Untuk Komposisi Zat Gizi KH 60 %, Protein 20% dan Lemak 20% ( 2-4% Asam Lemak esensial dan
sedikit ditingkatkan asupan asam lemak omega -3)
4. Cairan intra vena dengan kecepatan untuk KH 5 mg/kgBB/menit, sedangkan untuk kasus anak maksimum
pemberian lemak 4 g/kg (intravenous lipids)
5. Tambahan Glutamin via mkn oral atau NGT mengganti kekurangan glutamin, ↑ sintesa protein, penyembuhan
luka, menghambat perub komposisi protein,

Perhitungan kebutuhan Formula Ireton-Jones EEE = 1784- 11(U) + 5(BB) + 244 (Pr.0,LK.1)+239(TRAUMA DIAGNOSIS TDK
ADA 0,ADA 1)+ 804 (DIAGNOSIS MEMBAKAR TDK ADA 0,ADA 1)

Anda mungkin juga menyukai