Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit diare atau gastroenteritis merupakan suatu penyakit penting disekitar masyarakat yang
masih merupakan sebab utama kesakitan dan kematian seseorang terutama pada anak.Hal ini tercemin
banyak orang yang menderita penyakit diare atau gastroenteritis yang masuk keluar dari Rumah
Sakit.Akibat dari penyakit diare banyak faktor diantaranya kesehatan lingkungan, higene perorangan,
keadaan gizi, faktor sosial ekonomi, menentukan serangan penyakit diare, walaupun banyak kasus diare
yang mengalami dehidrasi namun banyak yang meninggal bila tidak dilakukan tindakan-tindakan yang
tepat. Masyarakat pada umumnya selalu menganggap suatu hal penyakit diare adalah sepele, sedangkan
jika mengetahui yang terjadi sebenarnya banyak penderita diare yang mengalami kematian. Penyakit
gastrointeritis merupakan penyakit yang harus segera ditangani karena dapat mengalami dehidrasi berat
yang mengakibatkan syok hipovolemik dan mengalami
kematian.
Masalah pada penyakit gastrointeritis atau diare yang dapat mengakibatkan kematian berupa
komplikasi lain dan masalah lain yang berkaitan dengan diare belum sepenuhnya ditanggulangi secara
memadai, namun berbagai peran untuk mencegah kematian yang berupa komplikasi dan masalah lain
seperti pelayanan kesehatan yang baik dan terpenuhi, dalam mencegah penyakit diare dengan
memberikan pendidikan kesehatan kepada semua warga masyarakat tentang penyakit gastroenteriritis
serta peran keluarga dan warga sekitarnya sangat mendorong turunnya terjadinya penyakit gastroenteritis
karena dari keluargalah pola hidup seseorang terbentuk. Dengan pola hidup yang sehat dan bersih dapat
mencegah terjadinya penyakit gastrointeritis.
Maka dari itu muncul gagasan untuk mengurangi agar tidak muncul penderita gastroenteritis
dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat luas dan dari latar belakang tersebut
penyusun mengambil kasus tersebut sebagai penyusunan makalah keperawatan medikal bedah dengan
judul gastroenteritis.

B. Rumusan masalah

1. Apakah yang diamaksud dengan gastroenteritis ?


2. Bagaimnanakah proses patofisiologi dan etiologinya?
3. Apakah manifestasi klinis dari gastroenteritis?
4. Bagaimana cara merumuskan asuhan keperawatan pada pasien gastroenteritis. ?

C. Tujuan

1. Umum

Untuk mengetahui semua tentang penyakit gastroenteritis beserta askepnya.


2. Khusus

1. Untuk mengetahui devenisi dan patofisiologi Gastroentertis.


2. Untuk mengetahui etilogi dan manifestasi klinis gastroenteritis.
3. Untuk mengetahui komplikasi dari gastronteritis.
3. Untuk memperdalam kajian tentang gastroenteritis.

1
4. Menambah informasi kepada para pembaca tentang gastroenteritis.
5. Merumuskan asuhan keperawatan pada pasien gastroenteritis.

2
BAB II
KONSEP MEDIS

A. Pengertian

Gastroenteritis atau diare akut adalah kekerapan dan keenceran BAB dimana frekuensinya
lebih dari 3 kali perhari dan banyaknya lebih dari 200 – 250 gram (Syaiful Noer, 1996). Istilah
gastroenteritis digunakan secara luas untuk menguraikan pasien yang mengalami perkembangan
diare dan/ atau munmtah akut. Istilah ini menjadi acuan bahwa terjadi proses inflamasi dalam
lambung dan usus.
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya
(normal 100 – 200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair (setengah
padat) dapat pula disertai frekuensi yang meningkat (Arif Mansjoer, 1999 : 501).
Menurut WHO (1980) gastroenteritis adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga
kali sehari.
Gastroenteritis (diare akut) adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan oleh berbagai
bakteri , virus, dan pathogen parasitic. Diare adalah defekasi yang tidak normal baik frekuensi
maupun konsistensinya, frekuensi diare lebih dari 4 kali sehari.

B. Klasifikasi
Menurut jenis :
1. Gastroentritis akut
Adalah diare yang kurang dari 14 hari yang sebagian besar disebapkan oleh Infeksi.
2. Gastroenteritis kronik
Adalah diare yang lebih dari 14 hari atau lebih.
Menurut patofisiologi :
1. Diare sekresi
Diare dengan volume banyak disebapkan oleh peningkatan produksi dan sekresi air serta
elektrolit oleh mukosa usur kedalam lomen usus.
2. Diare osmotic
Bila air terdorong ke usus oleh tekanan osmotikdari pertikel yang tidak dapat
diabsorbsi,sehingga reabsorbsi terlambat.
3. Diare campuran
Disebabkan oleh peningkatan kerja peristaltik dari usus ( biasanya karena penyakit usus
inflamasi) dan kombinasi peningkatan sekresi atau peningkatan absobsi dalam usur.

C. Etiologi

Faktor infeksi
1. Infeksi internal, yaitu saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare. Pada sat ini
telah dapat diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan
diare pada anak dan bayi. Penyebab itu dapat digolongkan lagi kedalam penyakit yang
ditimbulkan adanya virus, bakteri, dan parasit usus. Penyebab utama oleh virus yang terutama

3
ialah rotavirus (40-60%) sedangkan virus lainnya ialah virus Norwalk, astrovirus, calcivirus,
coronavirus, minirotavirus dan virus bulat kecil. Bakteri-bakteri yang dapat menyebabkan
penyakit itu adalah aeromonashidrophilia, bacillus cereus, campylobacter jejuni, clostridium
defficile, clostridium perfringens, E, coli, plesiomonas, shigelloides, salmonella spp,
staphylococcus aureus, vibrio cholerae, dan yersinia enterocolitica.
2. Sedangkan penyebab gastroenteritis (diare akut) oleh parasit adalah balantidium coli,
capillaria philippinensis, cryptosporidium, entamoeba histolitica, giarsia lamblia, isospora
billi, fasiolapsis buski, sarcocystis suihominis, strongiloides stercoralis, dan trichuris
trichuria.
3. Bakteri penyebab gastroenteritis (diare akut) dibagi dalam dua golongan besar, ialah bvakteri
non invasive dan bakteri invasive. Yang termauk dalam golongan bakteri non invasive adalah
: vibrio cholera, E. coli pathogen (EPEC,ETEC,EIEC). Sedangkan golongan bakteri invasiv
adalah salmonella spp, shigella spp, E. coli infasif (EIEC), E. coli hemorrhagic (EHEC) dan
camphylobcter. Diare karena bakteri invasive dan non ihnvasiv terjadi melalui suatu
mekanisme yang berhubungan dengan pengaturan transport ion di dalam sel-sel usus berikut
ini : CAMP (cyclic adenosine monophospate), CGMP (cyclic guaniosin monophospate), Ca-
dependent dan pengaturan ulang sitoskeleton.
4. Infeksi parenteral, yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan seperti : otitis
media akut tonsilopharingitis, dan sebagainya.

D. Manifestasi KLinis

Rasa perih di ulu hati


Nyeri perut (abdominal discomfort)
Mual, kadang-kadang sampai muntah
Nafsu makan berkurang
Rasa lekas kenyang
Perut kembung
Rasa panas di dada dan perut
Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba).

E. Patofisiologi

Diare akut akibat infeksi( gastro enteritis) terutama dilakukan secara fekal oral. Hal ini
disebabkan masukan minuman atau makanan yang terkontaminasi tinja ditambah dengan ekskresi
yang buruk, makanan yang tidak matang, bahkan yang disajikan tanpa dimasak penularannya
transmisi orang ke orang melalui aerosolisasi (Norwalk, rotavirus), tangan yang terkontaminasi
(clostridium difficille), atau melalui aktivitas seksual. Kuman tersebut membentuk koloni-koloni
yang dapat menginduksi diare patogenesis diare disebabkan infeksi bakteri terbagi dua yaitu :
a. Bakteri noninvasif (enterotoksigenik)
Bakteri masuk kedalam makanan atau minuman yang tercemar oleh bakteri tersebut.
Bakteri kemudian tertelan dan masuk kedalam lambung, didalam lambung bakteri akan dibunuh
oleh asam lambung, namun bila jumlah bakteri terlalu banyak maka akan ada yang lolos kedalam
usus 12 jari (duodenum). Di dalam duodenum bakteri akan berkembang biak sehingga jumlahnya
4
mencapai 100 juta koloni atau lebih per ml cairan usus. Denan memproduksi enzim muicinase
bakteri berhasil mencairkan lapisan lendir yang menutupi permukaan sel epitel usus sehingga
bakteri dapat masuk ke dalam membrane (dinding sel epitel). Di dalam membrane bakteri
mengeluarkan toksin yang disebut sub unit A dan sub unit B. sub unit B melekat di dalam
membrane dari sub unit A dan akan bersentuhan dengan membrane sel serta mengeluarkan
cAMP (cyclic Adenosin Monophospate). cAMP berkhasiat merangsang sekresi cairan usus di
bagian kripta vili dan menghambat absorbsi cairan di bagian kripta vili, tanpa menimbulkan
kerusakan sel epitel tersebut. Sebagai akibat adanya rangsangan sekresi cairan dan hambatan
absorbsi cairan tersebut, volume cairan didalam lumen usus akan bertambah banyak. Cairan ini
akan menyebabkan dinding usus menggelembung dan tegang dan sebagai reaksi dinding usus
akan megadakan kontraksi sehingga terjadi hipermotilitas atau hiperperistaltik untuk mengalirkan
cairan ke baeah atau ke usus besar. Dalam keadaan normal usus besar akan meningkatkan
kemampuannya untuk menyerap cairan yang bertambah banyak, tetapi tentu saja ada batasannya.
Bila jumlah cairan meningkat sampai dengan 4500 ml (4,5 liter), masih belum terjadi diare, tetapi
bila jumlah tersebut melampaui kapasitasnya menyerap, maka akan terjadi diare.

b. Bakteri enteroinvasif
Diare menyebabkan kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi, dan bersifat
sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat bercampur lendir dan darah. Bakteri yang termasuk
dalam golongan ini adalah Enteroinvasif E. Coli (EIEC), S. Paratyphi B, S. Typhimurium, S.
Enteriditis, S. Choleraesuis, Shigela, Yersinia dan Perfringens tipe C.
Penyebab diare lainnya, seperti parasit menyebabkan kerusakan berupa usus besar (E.
Histolytica) kerusakan vili yang penting menyerap air, elektrolit dan zat makanan (lamdia)
patofisologi kandida menyebabkan gastroenteritis belum jelas, mungkin karena superinfeksi dengan
jasad renik lain.

5
WOC Gastroenteritis

Masukan makanan /minuman yang terkontaminasi

Infeksi pada mukosa usus

Makanan atau zat tidak Menimbulkan rangsangan Menimbulkan mekanisme


dapat diserap tertentu yaitu : tubuh untuk mrngrluarkan
menimbulkan mekanisme toksin
tubuh untuk
Tekana osmotik dalam mengeluarkan toksin
rongga usus meninngi Peningkatan gerakan usus

Terjadi pergeseran air & Peningkatan sekresi air &


elektrolit kedalam rongga elektrolit kedalam rongga Berkurangnya kesempatan
usus usus usus menyerap makanan

Isi rongga usus yang


berlebihan akan
merangsang usus untuk
mengeluarkannya
Diare

Resiko kekeurangan cairan


& elektrolit Ganguan rasa nyaman

F. Tes Diagnostik
BAHAN PEMERIKSAAN:
Tinja
Darah
Cairan duadenum
Biakan : Siggela, salmonella, E. coli, V. Cholarae
Virus : Mikroskop elektron, elisa
Parasit : Pemeriksaan mikroskopika
PH dan uji reduksi
Lemak (pewarna sudam III)
Elektrolit dan osmolalitas
Darah tepi lengkap
Asam folat serum dan eritrosit
Mikroskopik : glordia dorstring dan loides.
Biakan : kuman aerob dan anaerob.

G. Penatalaksanaan
Dasar pengobatan diare adalah :
1. Pemberian cairan : jenis cairan, cara memberikan dan jumlah cairan.
2. Dietetik.
3. Obat-obatan.
6
Ketiga dasar pengobatan tersebut dijelaskan sebagai berikut :
1. Pemberian cairan pada pasien diare dengan memperhatikan derajat dehidrasinya dan keadaan
umum.
Jenis cairan
a. Cairan peroral :
Pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang atau tanpa dehidrasi dan bila anak mau
minum serta kesadaran baik diberikan peroral berupa cairan yang berisi NaCl dan NaHCO3,
KCI dan glukosa. Formula lengkap sering disebut juga oralit. Cairan sederhana yang dapat
dibuat sendiri (formula tidak lengkap)hanya mengandung garam dan gula (NaCl dan
sukrosa), atau air tajin yang diberi garam dan gula untuk pengobatan sementara sebelum di
bawah berobat ke rumah sakit pelayanan kesehatan untuk mencegah dehidrasi lebih jauh.
b. Cairan parenteral :
Belum ada dehidrasi : Peroral sebanyak anak mau minum atau 1 gelas tiap defekasi.
Dehidrasi ringan : 1 jam pertama : 25 – 50 ml/kg BB per oral (intragastrik).
Selanjutnya : 125 ml/kg BB /hari.
Dehidrasi sedang : 1 jam pertama : 50 – 100 ml/kg BB peroral /intragastrik (sonde).
Selanjutnya ; 125 ml/kg BB/hari.
Dehidrasi berat
a) Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun, berat badan 3 – 10 kg. yaitu 1 jam
pertama : 40 ml/kg BB / jam = 10 tetes / kg BB /menit (set infus berukuran 1
ml = 15 tetes) atau 13 tetes / kg BB /menit (set infus 1 ml : 20 tetes). 7 jam
berikutnya : 12 ml /kg BB/jam = 33 tetes / kg BB/ m atau 4 tetes / kg
BB/menit. 16 jam berikutnya : 125 ml/kg BB oralit peroral atau intragastrik.
Bila anak tidak mau minum, teruskan dengan intravena 2 tetes/.kg BB/menit
atau 3 tetes/kgBB/menit.
b) Untuk anak lebih dari 25 tahun dengan BB 10 – 15 kg :
1 jam pertama : 30 ml /kg BB/jam = 8 tetes/kgBB/menit. atau 10
tetes/kgBB/menit. 7 jam berikutnya : 10 ml /kg BB /jam = 3 tetes/kgBB/
menit. atau 4 tetes/kgBB/menit.
16 jam berikutnya : 125 ml /kg BB oralit peroral atau intragastrik. Bila anak
tidak mau minum dapat diteruskan dengan DG aa intravena 2 tetes/kgBB/m,
atau 3 tetes/ kgBB/m.
c) Untuk bayi baru lahir (neonatus) dengan BB 2 – 3 kg. Kebutuhan cairan : 125
ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml /kg bb /24 jam. Jenis cairan 4 : 1 (4 bagian
glukosa 5 % + 1 bagian NaHCO3 1 %) dengan kecepatan 4 jam pertama = 25
ml / kg BB /jam atau 6 tetes/kgBB/menit., 8 tetes/kgBB/ menit. 20 jam
berikutnya 150 ml /kg BB /20 jam = 2 tetes/kgBB/ menit. atau 2 ½
tetes/kgBB/menit.

2. Pengobatan dietetik
a. Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan BB kurang dari 7 kg jenis
makanan

7
b. Susu (ASI dan atau susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak tak
jenuh).
c. Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim).
d. Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan.
Cara memberikannya :
Hari pertama : setelah dehidrasi segera diberikan makanan peroral. Bila diberi ASI/susu
formula tapi masih diare diberikan oralit selang-seling.
Hari kedua – keempat : ASI /susu formula rendah laktosa penuh.
Hari kelima : bila tidak ada kelainan pasien dipulangkan. Kembali susu atau makanan biasa.
3. Obat-obatan
a. Obat anti sekresi : dosis 25 mg /tahun dengan dosis minimum 30 mg. Klorpromazin dosis
0,5 – 1 mg /kg bb /hari.
b. Obat spasmolitik.
c. Antibiotik (Ngastiyah, 1997).

H. Komplikasi
1. Dehidrasi
2. Renjatan hipovolemik
3. Kejang
4. Bakterimia
5. Mal nutrisi
6. Hipoglikemia
7. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.

8
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENDERITA
GASTROENTERITIS

A. Pengkajian
1. Kaji riwayat penyakit yang mencakup:
Pernah/ tidak terpajan makanan atau air yang terkontaminasi
Pernah/ tidak mengalami infeksi lainnya, seperti infeksi saluran pernafasan atau saluran
kemih
2. Lakukan pengkajian fisik secara rutin
3. Observasi manivestasi klinis derajat dehidrasi, misalnya dehidrasi ringan:
Volume cairan yang hilang <50 ml/kg
Warna kulit pucat
Turgor kulit menurun
Membran mukosa kering
Urin output menurun
Tekanan darah normal
Nadi normal atau meningkat
4. Catat fekal output: jumlah, volume, karakteristik
5. Observasi dan catat munculnya tanda-tanda seperti: tenesmus, kram abdomen,vomitus.
6. Bantu dengan prosedur diagnostik, kumpulkan spesimen yang dibutuhkan:
Feses: pH, darah, glukosa, frekuensi
Urin: pH, frekuensi
CBC
Elektrolit serum
Kreatinin
BUN
7. Kaji sumber infeksi.

B. Analisa Data

Data Masalah keperawatan Etiologi


DS : klien mengatan berak Gangguan keseimbangan Output yang berlebihan
kuning kehijauan cairan
bercampur lendir
DO : Turgor kulit menurun,
mulut kering, malas makan
DS : Pasien mengatakan Gangguan rasa nyaman Hiperperistaltik
bahwa mengalami perut (nyeri)
kembung
DO : setelah dilakukan
perkusi diketahui klien
distensi, klien tampak

9
menahan kesakitan.
Peristaltik : 40x/ menit
Skala nyeri :
P : sebelum dan sesudah
BAB
Q : nyeri seperti teremas
R : pada regio epigastrium
S : skala nyeri 5
T : sering
DS : klien mengatakan Gangguan pola eliminasi Infeksi bakteri
bahwa klien BAB berkali- BAB
kali
DO :klien tampak lemas,
mata cowong.

C. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit volume cairan tubuh b.d kehilangan cairan yang berlebihan, diare.
2. Resiko gangguan integritas kulit b.d iritasi akibat frekuensi BAB yang meningkat.
3. Gangguan keseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d malabsorpsi usus, mual,
muntah.
4. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d diare lama, distensi abdomen, hiperperistaltik.

D. Intervensi
1. Defisit volume cairan tubuh b.d kehilangan cairan yang berlebihan, diare.
Intervensi Keperawatan Rasional
Mandiri:
Awasi masukan dan haluaran, karakter, dan Memberikan informasi tentang
jumlah feses. keseimbangan cairan dan elektrolit.
Observasi tanda-tanda vital secara teratur.. Hipotensi, takikardia, demam,
dapat menunjukkan respon
terhadap efek kehilngan cairan.
Observasi kulit kering berlebihan dan Menunjukkan kehilangan cairan
membrane mukosa, penurunan turgor kulit. berlebihan atau dehidrasi.
Pertahankan pembatasan per oral, tirah baring, Kolon diistirahatkan untuk
hindari kerja. penyembuhan dan untuk
menurunkan kehilangan cairan
usus.
Observasi perdarahan pada feses. Penurunan absorpsi dapat
menimbulkan defisiensi vitamin K
dan merusak koagulasi, potensial
resiko perdarahan.
Catat kelemahan otot umum. Kehilangan usus berlebihan dapat
menimbulkan ketidakseimbangan
elektrolit.
Kolaborasi:
Berikan cairan parenteral, transfusi darah Mempertahankan istirahat usus
sesuai indikasi. akan memerlukan penggantian

10
cairan untuk memperbaiki
kehilangan/anemis.
Berikan obat sesuai indikasi: Menurunkan kehilangan cairan dari
Antidiare usus.
Antiemetik Mengontrol mual muntah
Antipiretik Mengontrol demam
Vitamin K Menstabilisasi koagulasi dan
menurunkan resiko perdarahan.

2. Gangguan keseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d malabsorpsi, usus, mual,
muntah.
Intervensi Keperawatan Rasional
Mandiri: Memberikan informasi tentang
Timbang berat badan tiap hari kebutuhan diet.
Dorong tirah baring atau pembatasan Menurunkan kebutuhan
aktivitas selama fase sakit akut. metabolic untuk mencegah
penurunan kalori dan simpanan
energi..
Anjurkan istirahat sebelum makan. Menenangkan peristaltik dan
meningkatkan energi untuk
makan.
Lakukan oral hygiene. Mulut yang bersih dapat
meningkatkab rasa makanan.
Batasi makanan yang dapat Mencegah serangan akut.
menyebabkan kram abdomen.
Kolaborasi: Istirahat usus menurunkan
Pertahankan puasa sesuai indikasi. peristaltik.
Berikan obat sesuai indikasi seperti Antikolinergik diberikan 15-30
antikolinergik. menit sebelum makan
memberikan penghilangan kram
dan diare, menurunkan motilitas
gaster, dan meningkatkan waktu
untuk absorpsi nutrient.

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekwensi BAB yang berlebihan.
Tujuan : Gangguan integritas kulit teratasi
Kriteria hasil :
 Integritas kulit kembali normal
 Iritasi tidak ada
 Tanda-tanda infeksi tidak ada
Intervensi :
 Ganti popok anak jika basah.
 Bersihkan bokong perlahan sabun non alcohol.
 Beri zalp seperti zinc oxsida bila terjadi iritasi pada kulit.
 Observasi bokong dan perineum dari infeksi.
 Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi antipungi sesuai
indikasi.

4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.


Tujuan : Nyeri dapat teratasi.
Kriteria hasil :
11
 Nyeri dapat berkurang / hilang.
 Ekspresi wajah tenang.
Intervensi :
 Observasi tanda-tanda vital.
 Kaji tingkat rasa nyeri.
 Atur posisi yang nyaman bagi klien.
 Beri kompres hangat pada daerah abdomen.
 Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi analgetik sesuai
indikasi.

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit, prognosis


dan pengobatan.

Tujuan : Pengetahuan keluarga meningkat


Kriteria hasil :
 Keluarga klien mengeri dengan proses penyakit klien.
 Ekspresi wajah tenang
 Keluarga tidak banyak bertanya lagi tentang proses penyakit klien.
Intervensi :
 Kaji tingkat pendidikan keluarga klien.
 Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang proses penyakit klien.
 Jelaskan tentang proses penyakit klien dengan melalui penkes.
 Berikan kesempatan pada keluarga bila ada yang belum dimengertinya.
 Libatkan keluarga dalam pemberian tindakan pada klien.

E. Implementasi
1. Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output
cairan yang berlebihan :
a. Mengobservasi tanda-tanda vital.
b. Mengobservasi tanda-tanda dehidrasi.
c. Mengukur infut dan output cairan ( balanc cairan )
d. Memberikan dan anjurkan keluarga untuk memberikan minum yang banyak kurang lebih
2000 – 2500 cc per hari.
e. Mengkolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi cairan pemeriksaan lab elektrolit.
f. Mengkolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian cairan rendah sodium.
2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan
muntah.
a. Mengkaji pola nutrisi klien dan perubahan yang terjadi.
b. Menimbang berat badan klien.
c. Mengkaji factor penyebab gangguan pemenuhan nutrisi.
d. Melakukan pemerikasaan fisik abdomen ( palpasi,perkusi,dan auskultasi ).
e. Memberikan diet dalam kondisi hangat dan porsi kecil tapi sering.

12
f. Mengkolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet klien.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekwensi BAB yang berlebihan.
a. Mengganti popok jika basah.
b. Membersihkan bokong perlahan sabun non alcohol.
c. Memberi salp seperti zinc oxsida bila terjadi iritasi pada kulit.
d. Mengobservasi bokong dan perineum dari infeksi.
e. Mengkolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi antipungi sesuai indikasi.
4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.
a. Mengobservasi tanda-tanda vital.
b. Mengkaji tingkat rasa nyeri.
c. Mengtur posisi yang nyaman bagi klien.
d. Memberi kompres hangat pada daerah abdomen.
e. Mengkolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi analgetik sesuai indikasi.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit, prognosis
dan pengobatan.
a. Mengkaji tingkat pendidikan keluarga klien.
b. Mengkaji tingkat pengetahuan keluarga tentang proses penyakit klien.
c. Meenjelaskan tentang proses penyakit klien dengan melalui penkes.
d. Memberikan kesempatan pada keluarga bila ada yang belum dimengertinya.
e. Melibatkan keluarga dalam pemberian tindakan pada klien.
F. Evaluasi
a. Volume cairan dan elektrolit kembali normal sesuai kebutuhan.
b. Kebutuhan nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan tubuh.
c. Integritas kulit kembali normal.
d. Rasa nyaman terpenuhi.
e. Pengetahuan kelurga meningkat.
f. Cemas pada klien teratasi
S : Kien mengatakan bahwa masih merasa lemas
O : - Klien masih tampak lemas
- Aktifitas klien masih dibantu keluarganya
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi 1-4 dilanjutkan

S: Klien mengatakan bahwa perutnya masih tersa sakit


O : - Kien tampak menyeringai kesaklitan
- Klien terus memegangi perutnya
- Skala nyeri 3
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi 1,3,4,5 dan 6 dilanjutkan

S : Klien mengatakan bahwa klien BAB berkali-kali,sudah mulai berkurang 2x/hari, masih
merasa mual tapi tidak sampai muntah.

13
O : - Klien BAB 2x/hari
- Turgor kulit kembali < 1 detik
- Mata tidak cowong
- Klien merasa mual sehingga tidak menghabiskan porsi makannya
- Klien tidak muntah
A : Masalah gangguan pola eliminasi BAB teratasi sebagian
P : Pertahankan intervensi 1-4 dilanjutkan
- Kaji intak output cairan setiap 8 jam
- Pantau tanda-tanda dehidras

14
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Gastroenteritis atau diare akut adalah kekerapan dan keenceran BAB dimana frekuensinya
lebih dari 3 kali perhari dan banyaknya lebih dari 200 – 250 gram
Etiologi terdiri dari 3 faktor infeksi :
1. Infeksi internal
2. Bakteri penyebab gastroenteritis (diare akut) dibagi dalam dua golongan besar, ialah bakteri
non invasive dan bakteri invasive
3. Infeksi parenteral
a. Gejala klinik pasien dengan diare akibat infeksi sering mengalami nausea, muntah,
nyeri perut sampai kejang perut, torgor kulit menurun, demam dan diare terjadi
renjatan hipovolemik.Tes diagnostik sangat diperlukan untuk pengkajian penyakit
diare
Dasar pengobatan diare adalah :
1. Pemberian cairan : jenis cairan, cara memberikan dan jumlah cairan.
2. Dietetik.
3. Obat-obatan
Pemberian asuhan keperawatan diperikan untuk penderita diare

B. Saran
Saran dari para pembaca sebagai masukan sangat diperlukan untuk perbaikan bagi penulis,
diharapkan penulis mampu membuat karya tulisanya lagi lebih baik dimasa yang akan datang.

15
DAFTAR PUSTAKA

Doenges., dkk. (1999). Rencana asuhan keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien (M. Kariasa & N. M. Sumarwati, Terj.). Edisi 3. Jakarta: EGC.
(Naskah asli dipublikasikan pada tahun 1993)
Sudoyo, W. Aru, dkk., Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 2 Edisi IV, Pusat Penerbitan Departemen
Penyakit Dalam FKUI, Jakarta 2006.

16

Anda mungkin juga menyukai