Anda di halaman 1dari 31

PERILAKU

PELAYANAN
KEFARMASIAN
Dosen:
Ainun Wulandari, S. Farm., M. SC., Apt.
Hubungan Persepsi terhadap Perilaku Swamedikasi Antibiotik
”Studi
Observasional melalui Pendekatan Teori Health Belief Model”

DISUSUN OLEH:
Gregorius Yudhistira (16330025)
Sri Lan Yunita (16330083)
Irna Cecaria Agustina (16330087)
Alisya Riefla (16330094)
Nadia Putri Lestari (16330097)
Rizal Adhitya (16330101)
Fajriyatur Rizqi Ramadanti (16330102)
PROGRAM STUDI FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2018
“suatu perawatan sendiri oleh
masyarakat terhadap penyakit
yang umum diderita, dengan
menggunakan obat-obatan yang
dijual bebas di pasaran atau obat
Pengertian keras yang bisa didapat tanpa
Swamedikasi resep dokter dan diserahkan oleh
apoteker di apotek”
(BPOM, 2004).
Ciri umum mengenai swamedikasi:
Sukasediati dan Sundari (1996)

1 Perilaku seseorang yang dikarenakan kebiasaan,


adat, tradisi ataupun kepercayaan

2 Faktor sosial politik dan tingkat pendidikan

3 Tidak termasuk dalam kerja medis


profesional

4 Bervariasi praktiknya dan dilakukan


oleh semua kelompok masyarakat.
Keuntungan dan Kerugian
Swamedikasi

keuntungan KERUGIAN
• MEMBANTU MENCEGAH DAN
• KESALAHAN PENGOBATAN KARENA
MENGATASI GEJALA PENYAKIT RINGAN
YANG TIDAK MEMERLUKAN DOKTER KETIDAK TEPATAN DIAGNOSIS SENDIRI

• MEMUNGKINKAN AKTIVITAS • PENGGUNAAN OBAT YANG TERKADANG


MASYARAKAT TETAP BERJALAN DAN TIDAK SESUAI KARENA INFORMASI BISA
TETAP PRODUKTIF DARI IKLAN OBAT DI MEDIA
• MENGHEMAT BIAYA DOKTER DAN • PEMBOROSAN WAKTU DAN BIAYA
PENEBUSAN OBAT RESEP YANG BIASANYA
APABILA SWAMEDIKASI TIDAK RASIONAL
LEBIH MAHAL
• DAPAT MENIMBULKAN REAKSI OBAT YANG
• MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI
DALAM PENGOBATAN SEHINGGA TIDAK DIINGINKAN SEPERTI SENSITIVITAS,
MENJADI LEBIH AKTIF DAN PEDULI ALERGI, EFEK SAMPING ATAU RESISTENSI
TERHADAP KESEHATAN DIRI
Jenis Obat Swamedikasi

Obat
Obat
Wajib
Bebas
Apotek

Obat
Bebas
Terbatas The Power of PowerPoint | thepopp.com 6
JENIS OBAT SWEMIDIKASI

1. OBAT BEBAS

❖ Obat yang dijual secara bebas diwarung kelontong, toko obat dan apotek.
❖ Pemakaian obat bebas ditujukan untuk mengatasi penyakit ringan sehingga tidak memerlukan
pengawasan dari tenaga medis selama diminum sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan, hal ini
dikarenakan jenis zat aktif pada obat bebas relatif aman
❖ Informasi penting untuk swamedikasi dengan obat bebas tertera pada kemasan atau brosur informasi di
dalamnya, pembelian obat sangat disarankan dengan kemasannya.
❖ Logo khas obat bebas adalah tanda berupa lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam.
❖ Yang termasuk obat golongan ini contohnya adalah analgetik antipiretik (parasetamol), vitamin dan mineral
(BPOM, 2004).
JENIS OBAT SWEMIDIKASI

2. Obat Bebas Terbatas

➢Diberi nama obat bebas terbatas


karena ada batasan jumlah dan
kadar dari zat aktifnya.
➢Seperti Obat Bebas, Obat Bebas
Terbatas mudah didapatkan
karena dijual bebas dan dapat
Peringatan pada obat bebas terbatas
dibeli tanpa resep dokter. menurut ketetapan Menteri Kesehatan
(Depkes, 2006)
JENIS OBAT SWEMIDIKASI

3. Obat Wajib Apotek


⌂ Merupakan obat keras yang dapat diperoleh tanpa resep dokter. Obat ini aman dikonsumsi bila sudah melalui konsultasi dengan
apoteker.
⌂ Tujuan digolongkannya obat ini adalah untuk melibatkan apoteker dalam praktik swamedikasi.
⌂ Sesuai dengan ketetapan:
→Menteri Kesehatan No 347/MenKes/SK/VII/1990 tentang DOWA 1;
→No 924/MenKes/PER/X/1993 tentang DOWA 2;
→No 1176/MenKes/SK/X/1999 tentang DOWA 3 diberikan Daftar Obat Wajib Apotek untuk mengetahui obat mana saja yang dapat
digunakan untuk swamedikasi.
⌂ Obat wajib apotek terdiri dari kelas terapi oral kontrasepsi, obat saluran cerna, obat mulut serta tenggorokan, obat saluran nafas, obat
yang mempengaruhi sistem neuromuskular, anti parasit dan obat kulit topikal (BPOM, 2004).
Pelayanan Swamedikasi
• Gejala atau keluhan penyakitnya.
a.

• Kondis khusus misalnya hamil, menyusui, bayi, lanjut usia, diabetes mellitus dan lain-lain
b.

• Pengalaman alergi atau reaksi yang tidak diingankan terhadap obat tertentu.
c.

• Nama obat, zat berkhasiat, kegunaan, cara pemakaian, efek samping dan interaksi obat yang dapat dibaca pada
d. etiket atau brosur obat

• Pilih obat yang sesuai dengan gejala penyakit dan tidak ada interaksi obat dengan obat yang sedang diminum
e.

• Berkonsultasi dengan apoteker


f.
Efek Samping Swamedikasi
• gatal • terasa pusing • terasa mual • terjadi sesak
• timbul bercak • muntah nafas
merah atau rasa • serta diare
panas

Kulit Kepala Pencernaan Pernafasan

• jantung terasa • urin berwarna


dada berdetak merah sampai
kencang hitam
(berdebar-
debar)

Jantung Urin
suatu model yang digunakan
untuk menggambarkan
kepercayaan individu terhadap
perilaku hidup sehat, sehingga
individu akan melakukan
perilaku sehat, perilaku sehat
PENGERTIAN
tersebut dapat berupa perilaku
Health belief model pencegahan maupun
penggunaan fasilitas kesehatan.
Konsep utama dari Health belief model

perilaku sehat ditentukan oleh


kepercayaan individu atau presepsi
tentang penyakit dan sarana yang
tersedia untuk menghindari terjadinya
suatu penyakit.
Teori Health belief model
Kepercayaan bahwa terdapat
usaha untuk menghindari
penyakit tersebut walaupun hal
Kepercayaan bahwa tersebut berhubungan dengan
finansial.

03
seseorang dapat
menderita penyakit serius
dan dapat menimbulkan

02
sekuele.
Motivasi yang cukup
kuat untuk mencapai
kondisi yang sehat.

01
Aspek-aspek pokok perilaku kesehatan menurut
Rosenstock
Ancaman Harapan

• Presepsi tentang keuntungan


•Presepsi tentang suatu tindakan
kerentanan diri • Presepsi tentang hambatan-
terhadap bahaya hambatan untuk melakukan
suatu tindakan.
penyakit • Pencetus tindakan, misal :
•Presepsi tentang media
kondisi • Faktor-faktor Sosio-
demografi, misal demografi
kesehatannya • Penilaian diri
Pengertian Persepsi
Persepsi menurut Desiderato (1976) diacu dalam Rakhmat (2008)

“pengalaman tentang objek,


peristiwa atau hubungan-
hubungan yang diperoleh dengan
menyimpulkan informasi dan
menafsirkan pesan. Persepsi ialah
memberikan makna pada stimulasi
inderawi (sensory stimuli)”
Proses persepsi

•stimulasi • pengorganisasian
stimulus
•Penaf-siran
pancaindera
• Sumintarsih et al. (2000) “setiap respon atau reaksi dari
individu termasuk gerakan badan, verbal, dan

a. pengalaman yang bersifat subyektif”

5.
• menurut berbagai psikolog, berasal dari dorongan yang
ada dalam diri manusia dan dorongan itu merupakan
salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada
Pengertian b. dalam diri manusia

Perilaku
• Soekidjo Notoatmodjo (2003) diacu dalam Sudarma (2008) dengan
memerhatikan bentuk respon terhadap stimulus, perilaku manusia dibedakan
menjadi dua bentuk, yaitu:
• (a) perilaku tertutup (covert behavior), ditunjukan dalam bentuk perhatian,

c. persepsi, pengetahuan/kesadaran dan reaksi lainnya yang tidak tampak,


• (b) perilaku terbuka (overt behavior) yaitu dalam bentuk tindakan nyata.
Faktor yang memengaruhi perilaku seseorang (Sunaryo
2002):
•Jenis ras
Faktor
genetik
•Jenis kelamin

•Faktor lingkungan
Faktor
eksogen
•Pendidikan

•Persepsi
Faktor-faktor
lain
•Emosi
Hubungan antara Persepsi dengan Perilaku
Ivancevich JM et al. (2007)

Menyatakan:
“bahwa persepsi merujuk pada akuisisi akan pengetahuan
tertentu mengenai stimulus pada suatu waktu tertentu. Hal
tersebut muncul kapan pun stimulus mengaktifkan indera.
Persepsi melibatkan kognisi (pengetahuan). Oleh karena itu,
persepsi merupakan interpretasi objek, simbol, dan orang
yang didasarkan pada pengalaman kita.”
Hubungan Persepsi terhadap Perilaku
Swamedikasi Antibiotik : Studi Observasional
melalui Pendekatan Teori Health Belief Model

ABSTRAK
❖ Tingginya perilaku swamedikasi antibiotik dapat meningkatkan peluang penggunaan antibiotik yang tidak
rasional sehingga berdampak pada peningkatan resistensi antibiotik.
❖ Perubahan perilaku swamedikasi antibiotik diperlukan untuk menurunkan penggunaan antibiotik yang irasional.
❖ Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan persepsi masyarakat terhadap praktik swamedikasi
antibiotik yang bermanfaat untuk mengembangkan model intervensi dalam rangka menurunkan praktik
swamedikasi antibiotik (SMA).
❖ Studi observasional analitik dilakukan pada bulan November–Desember 2014 kepada masyarakat yang
berkunjung ke fasilitas kesehatan primer di Kota Bandung.
❖ Persepsi ancaman, keuntungan, hambatan, dan kemauan bertindak berdasarkan teori HBM menunjukkan
hubungan yang lemah terhadap perilaku swamedikasi antibiotik.
21
Hubungan Persepsi terhadap Perilaku
Swamedikasi Antibiotik : Studi Observasional
melalui Pendekatan Teori Health Belief Model

PENDAHULUAN
➢ Pemberian antibiotik merupakan pengobatan yang utama dalam penatalaksanaan penyakit infeksi.
Studi di Kota Bandung menunjukkan terdapat potensi tingginya ketidakrasionalan dalam penggunaan
antibiotik dan resistensi antibiotik.
➢ Beberapa faktor yang dapat menyebabkan berkembangnya swamedikasi antibiotik di kalangan
masyarakat terutama di negara berkembang antara lain penjualan antibiotik secara bebas tanpa
pengawasan, keadaan ekonomi dan waktu yang mendesak, pengaruh keluarga atau teman, dan tingkat
pengetahuan masyarakat sehingga peran individu dalam membuat keputusan untuk melakukan praktik
swamedikasi sangat besar.
➢ Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola persepsi berdasarkan teori HBM dan mengetahui
pengaruhnya terhadap perilaku swamedikasi antibiotik pada kelompok masyarakat yang berkunjung ke
fasilitas kesehatan primer di Kota Bandung pada tahun 2014.
22
Hubungan Persepsi terhadap Perilaku
Swamedikasi Antibiotik : Studi Observasional
melalui Pendekatan Teori Health Belief Model

Metode Penelitian

Instrumen penelitian ini


dikembangkan berdasarkan
literatur dan beberapa penelitian
sebelumnya yang ditambahkan
dengan konstruksi dari empat
variabel persepsi dalam HBM, yaitu
persepsi ancaman, keuntungan,
hambatan, dan kemampuan dalam
bertindak. Konstruk pertanyaan
dapat dilihat pada Tabel 1. 23
Hubungan Persepsi terhadap Perilaku Swamedikasi
Antibiotik : Studi Observasional melalui Pendekatan
Teori Health Belief Model

Sebanyak 513 orang responden


yang masuk ke dalam kriteria
inklusi, 506 orang diantaranya
berhasil melengkapi kuesioner
sementara 7 orang lainnya
dieksklusi karena
ketidaklengkapan data pada saat
pengisian kuesioner. Jumlah
tersebut mempresentasikan
respons sebesar 97,3%. Data
sosiodemografi dari 506 orang
responden inklusi dapat dilihat
pada Tabel 2. The Power of PowerPoint | thepopp.com 24
❖ Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
signifikan (p>0,05) antara empat variabel HBM yang diuji dengan
perilaku swamedikasi antibiotik.
❖ Pada hasil analisis dengan chi square, persepsi keuntungan
(p=0,989) dikatakan baik apabila seseorang merasakan keuntungan
dengan tidak melakukan swamedikasi antibiotik, misalnya saat
seseorang merasa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter
mengenai penyakitnya, dia akan mendapatkan antibiotik yang
sesuai dan terhindar dari bahaya akibat kesalahan dalam
menggunakan antibiotik.
❖ Seseorang dikatakan memiliki persepsi hambatan (p=0,928) yang
baik apabila ia tidak merasakan hambatan-hambatan berarti yang
membuatnya melakukan swamedikasi antibiotik.
❖ Persepsi ancaman (p=0,232) dapat diartikan apakah seseorang
tersebut merasa terancam apabila melakukan swamedikasi
antibiotik sebagai contoh terancam bahaya resistensi. Apabila
seseorang tersebut merasa terancam, maka persepsi ancamannya
baik dan orang tersebut cenderung tidak akan melakukan
swamedikasi antibiotik.
❖ Persepsi kemampuan bertindak dapat diartikan sejauh mana
seseorang memiliki kemampuan untuk membuat dirinya tidak
melakukan swamedikasi dengan antibiotik (p=0,241). 25
• Terdapat dua variabel yang memenuhi syarat untuk uji analisis multivariat regresi logistik. Diketahui bahwa
responden dengan tingkat persepsi ancaman yang buruk akan lebih berpeluang untuk melakukan perilaku
swamedikasi antibiotik (OR=1,354).
• Nilai koefisien Nagelkerke R pada Tabel 3 menunjukkan kontribusi berbagai persepsi yang menjadi variabel
penelitian terhadap perilaku swamedikasi antibiotik sebesar 0,4%, sedangkan sebanyak 99,6% dipengaruhi oleh
faktor lain yang tidak dijelaskan dalam studi ini
26
Hubungan Persepsi terhadap Perilaku Swamedikasi
Antibiotik : Studi Observasional melalui Pendekatan
Teori Health Belief Model

Penelitian ini adalah penelitian pertama yang mengkaji perilaku masyarakat dalam swamedikasi
antibiotik di Kota Bandung melalui pendekatan teori perilaku health belief model (HBM). Penelitian ini
mencoba mendeskripsikan mengenai persepsi dan mencari hubungan persepsi terhadap perilaku
swamedikasi antibiotik. Berdasarkan teori HBM, persepsi dapat memengaruhi niat yang kemudian
memengaruhi keputusan terhadap tindakan seseorang sehingga pemahaman terhadap hubungan
persepsi terhadap perilaku dapat menjadi dasar untuk pengembangan program atau sebagai model
intervensi dalam melakukan perubahan perilaku.

PEMBAHASAN
The Power of PowerPoint | thepopp.com 27
Hubungan Persepsi terhadap Perilaku Swamedikasi
Antibiotik : Studi Observasional melalui Pendekatan
Teori Health Belief Model
♥Hasil studi ini menunjukkan sebanyak 29,4% dari responden melakukan praktik swamedikasi antibiotik dalam enam bulan
terakhir. Nilai ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan studi yang dilakukan di kota lain di Indonesia, yaitu Yogyakarta (7,3%)
serta Surabaya, dan Semarang (17%). Angka ini juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan prevalensi di negara lain, seperti Iran
(7,3%), Bangladesh (26,7%), dan negara-negara di Eropa (21%). Prevalensi yang lebih tinggi terjadi di China (47,8%), Saudi
Arabia (48%), Yaman dan Uzbekistan (78%), Libya (42%), Sudan (48,1%), Jordan (39,5%), bahkan negara maju seperti Israel
(36,2%,) dan Amerika Latin (60,1%).
♥Perbedaan prevalensi ini sangat mungkin dikarenakan perbedaan dari cakupan wilayah studi dan juga periode perilaku
swamedikasi antibiotik yang diamati.
♥Selain itu, sekitar 14% responden mengaku terbiasa melakukan SMA akan tetapi tidak melakukan SMA pada enam bulan
terakhir karena memang tidak sakit, tetapi masih mungkin akan melakukan swamedikasi di waktu mendatang. Perilaku seperti
ini juga teramati di Eropa dengan prevalensi sekitar 7,3–49,9%.

PEMBAHASAN
28
Hubungan Persepsi terhadap Perilaku Swamedikasi
Antibiotik : Studi Observasional melalui Pendekatan
Teori Health Belief Model

Selain itu, penelitian ini tidak memiliki mekanisme khusus yang secara objektif dapat menilai
kejujuran responden dalam menjawab semua pertanyaan pada kuesioner. Pernyataan
mengenai kerahasiaan identitas dan data yang dijelaskan pada awal kuesioner dimaksudkan
untuk mengurangi bias ini. Meskipun adanya keterbatasan yang telah disebutkan di atas, hasil
temuan studi ini didukung oleh beberapa penelitian sebelumnya yang menyediakan informasi
penting yang dapat digunakan sebagai referensi ilmiah dalam menetapkan hipotesis, metode,
dan simpulan penelitian.

PEMBAHASAN
The Power of PowerPoint | thepopp.com 29
KESIMPULAN

Berdasarkan teori yang diangkat dapat disimpulkan bahwa persepsi dipengaruhi


oleh berbagai hal, khususnya pengetahuan, sehingga memicu terbentuk suatu
perilaku. Persepsi ancaman, keuntungan, hambatan, dan kemauan bertindak
berdasarkan teori Health Belief Model menunjukkan hubungan yang lemah
terhadap perilaku swamedikasi antibiotik pada masyarakat di Kota Bandung yang
berkunjung ke fasilitas kesehatan primer. Kemudahan akses dalam memperoleh
antibiotik tanpa resep dokter merupakan faktor yang diduga dapat memengaruhi
perilaku swamedikasi antibiotik sehingga regulasi ketat terhadap penggunaan
antibiotik bebas sangat diperlukan sebagai dasar intervensi dalam menurunkan
perilaku swamedikasi antibiotik.

The Power of PowerPoint | thepopp.com 30


TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai