BAB 6
A. Pendahuluan
Marxisme tidak dilahirkan oleh Karl Marx di meja perpustakaan British Museum.
Pancasila tidak ditemukan Bung Karno di halaman belakang sebuah rumah di Pegangsaan
Timur. Apakah masuk akal jika dikatakan Kiai Dahlan mendirikan Muhammadiyah ketika
beliau – saat tengah malam hampir dini hari – makan bakmi di pinggir Kauman?
Pada era awal, kebodohan masyarakat secara umum disebabkan karena penjajahan,
baik oleh sesama manusia maupun oleh corak budaya dan kepercayaan. Untuk membebaskan
masyarakat dari kolonialisme asing. Kiai Ahmad Dahlan melakukan lompatan kultural justru
dengan cara mengadospsiaspek aspek positif dari kultur asing itu, yang kemudian
diterapkannya dalam corak dakwah kultural yang dikembangkan muhammadiyah, antara lain
melalui jalur pendidikan,pembentukan panti-panti sosial,dan balai pengobatan. Jadi, ibarat
seorang pendekar berilmu tinggi, Kiai Dahlan berusaha mengalahkan lawan justru dengan
memanfaatkan jurus-jurus lawannya. Kiai Dahlan melawan kolonialisme Barat dengan aspek-
aspek positif dengan apa yang dibawa dibarat. Agak unik memang, tapi dengan cara itulah
Kiai Dahlan mengalahkan kolonialisme dengan cara yang elegan dan bermartabat. Bukan
dengan cara eskapisme anti-Barat yang membuat masyarakat semakin terbelakang, yang
bahkan pada batas-batas tertentu telah melahirkan penyakit inferioritas yang amat
parah.(Muslim Abdurrahman,2003:6-7)
Sejak awal berdirinya Muhammadiyah menmpatkan diri sebagai salah satu gerakan untuk
menyebarluaskan ajaran agama Islam sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur’an dan As
sunnah sekaligus membersihkan berbagai amalan yang secara jelas menyimpang dari ajaran
Islam baik berupa khufarat,syirik maupun bid’ah lewat gerakan dakwah. Sifat tajdid yang
dikenalkan muhammadiyah sebenarnya tidak hanya sebatas upaya memurnikan ajaran islam,
melainkan juga termasuk dalam upaya melakukan berbagai pembaharuan dalam tata cara
pelaksanaan ajaran Islam dalam kehidupan bermasyarakat.
Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam yang menjalankan dakwah dan tajdid melalui
sistem organisasi yang selalu dinamis dan tetap berpegang teguh pada prinsip-prinsip Islam
yang kokoh berdasarkan Al-Qur’an dan sunnah Shahihah. Bukan semata-mata untuk
pemurnian belaka, tetapi sekaligus pembaruan dalam menjawab dan memandu kehidupan di
tengah perkembangan zaman. Dengan demikian karakter gerakan Muhammadiyah itu
dakwah dan tajdid, yang juga mengandung dimensi pemurnian (tandhif al-aiqdah al-
islamiyyah) sekaligus pembaruan (tajdid fi al-Islam). Bukan semata-mata dakwah, teatpi juga
pembaruan . Bukan semata-mata pemurnian, tetapi juga pemurnian. Pemurnian berarti
“pengotentikan”, kembali pada Islam yang benar-benar murni atau asli sebagaimana ajaran
Al-Qur’an dan Sunnah Nabi yang Shahihah (maqbullah), dengan mengembangkan ijtihad
sesuai dengan manhaj Tarjih.
Model tajdid muhammadiyah dapat dibagi dalam tiga bidang, yaitu bidang keagamaan,
pendidikan dan kemasyarakatan.
1. Bidang Keagamaan
Pembaharuan dalam bidang keagamaan adalah penemuan kembali ajaran atau prinsip
dasar yang berlaku abadi, yang karena waktu lingkungan situasi dan kondisi mungkin
menyebabkan dasar-dasar tersebut kurang jelas dan tertutup oleh kebiasan dan pemikiran
tambahan lain. Pembaharuan dalam bidang kaagamaan adalah memurnikan kembali atau
mengembalikan kepada aslinya, oleh karena itu dalam pelaksanaan agama baik yang
menyangkut akidah atau pun ibadah harus sesuai dengan aslinya, yang sebagai mana
diperintahkan dalam Al-Qur’an dan as sunah.
2. Bidang Pendidikan