Anda di halaman 1dari 68

LAPORAN KEGIATAN DOKTER MUDA IKM-KK FAKULTAS

KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU DI KANTOR


KESEHATAN PELABUHAN KELAS II PEKANBARU PERIODE
22 OKTOBER- 26 OKTOBER 2018

Oleh :

ADITIA SADEWA, S.KED


MAWADATUL HUSNA, S.KED
NIKMAH MAQFHIRAH , S.KED
NOVIA EKA PUTRI, S.KED
RIJALUN ARRIDHO, S.KED
R DWI JLLY, S.KED
TIMANG HERTA ISLAMI, S.KED

KEPANITRAAN KLINIK KJF ILMU KESEHATAN


MASYARAKAT - KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2018

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini pelabuhan tidak hanya berfungsi sebagai pintu keluar masuk barang,

lebih dari itu sudah merupakan sebagai sentra industri, pusat perdagangan dan

pariwisata yang banyak menyerap tenaga kerja. Mobilisasi yang tinggi dari aktivitas

di pelabuhan, secara otomatis akan menyebabkan penyebaran penyakit akan semakin

cepat dan beragam, sehingga akan berpotensi menimbulkan dampak yang merugikan

bagi pencapaian tujuan pembangunan kesehatan nasional.1

Pelabuhan merupakan titik simpul pertemuan atau aktifitas keluar masuk

kapal, barang dan orang, sekaligus sebagai pintu gerbang transformasi penyebaran

penyakit, dan merupakan ancaman global terhadap kesehatan masyarakat karena

adanya penyakit karantina, penyakit menular baru (new emerging diseases), maupun

penyakit menular lama yang timbul kembali (re-emerging diseases). Ancaman

penyakit tersebut merupakan dampak negatif dari diberlakukannya pasar bebas atau

era globalisasi, dan dapat menimbulkan kerugian besar baik pada sektor ekonomi,

perdagangan, sosial budaya, maupun politik yang berdampak besar kepada suatu

negara atau daerah.2,3

Kantor kesehatan pelabuhan atau KKP merupakan unit pelaksana teknis

dilingkungan kesehatan yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada

Direktorat Jenderal Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (P2P) yang mengemban

tugas pokok dan fungsi melaksanakan pencegahan masuk dan keluarnya penyakit,
penyakit potensial wabah, surveilans epidemiologi, kekarantinaan, pengendalian

dampak kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan, pengawasan Obat Makanan

Kosmetika Alat Kesehatan dan Bahan Adiktif (OMKABA), serta pengamanan

terhadap penyakit baru dan penyakit muncul kembali, bioterorisme, unsur biologi,

kimia dan pengamanan radiasi diwilayah kerja Bandar udara, pos lintas batas darat

dan pelabuhan.4

World Health Organization (WHO) juga telah merekomendasikan kepada

negara peserta untuk melakukan tindakan terhadap bagasi, kargo, petikemas, alat

angkut, barang-barang, paket pos atau jenazah manusia untuk menghilangkan infeksi

atau kontaminasi termasuk vektor dan reservoir, tanpa pembatasan perjalanan dan

perdagangan. 5

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

2348/MENKES/PER/XI/2011 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesehatan

Pelabuhan dalam menjalankan tugasnya struktur organisasi KKP kelas II diantaranya

yaitu : sub bagian tata usaha, seksi pengendalian karantina Seurvailans Epidemiologi,

seksi Pengendalian Risiko Lingkungan, seksi Upaya Kesehatan dan Lintas Wilayah,

Instalasi, wilayah kerja, kelompok jabatan fungsional. 4


1.2 Rumusan masalah

Rumusan masalah pada makalah kegiatan ini adalah bagaimana pelaksananan

kegiatan dokter muda periode 15 Oktober-19 Oktober 2018 di kantor kesehatan

pelabuhan kelas II Pekanbaru?

1.3 Tujuan kegiatan

Adapun tujuan dari kegiatan ini terbagi menjadi tujuan umum dan tujuan

khusus, yaitu :

1.3.1 Tujuan umum

Tujuan umum dari makalah kegiatan ini adalah untuk mendeskripsikan

pelaksanaan kegiatan dokter muda periode 15 Oktober-19 Oktober 2018 di kantor

kesehatan pelabuhan kelas II Pekanbaru

1.3.2 Tujuan khusus

Tujuan khusus dari makalah kegiatan ini antara lain:

a. Mengetahui pelaksanaan pemeriksaan sanitasi kapal di KKP kelas II

Pekanbaru.

b. Mengetahui pelaksanaan karantina kesehatan di KKP kelas II Pekanbaru.

c. Mengetahui tata cara pelaksanaan vaksinasi di KKP kelas II Pekanbaru.

d. Mengetahui pelaksanaan pengendalian resiko lingkungan di bandara

Sultan Syarif Kasim II dan Pelabuhan Kampung Dalam Kecamatan

Tualang, Kabupaten Siak.


1.4 Manfaat makalah kegiatan

Manfaat dari makalah kegiatan ini antara lain:

a. Bagi Dokter Muda IKM-KK FK UNRI

 Mengetahui dan memahami bagaimana pelaksanaan tugas pokok dan

fungsi KKP kelas II Kota Pekanbaru.

 Mendapatkan pengetahuan dan pengalaman tentang bagaimana

pelaksanaan tugas dokter di KKP kelas II Kota Pekanbaru dengan cara

ikut serta secara langsung dalam kegiatan pemeriksaan sanitasi kapal,

pelaksanaan karantina kesehatan, pelaksanaan vaksinasi, serta

pelaksanaan pengendalian resiko lingkungan di bandara Sultan Syarif

Kasim II dan Pelabuhan Kampung Dalam Kecamatan Tualang,

Kabupaten Siak.

b. Bagi KKP kelas II Kota Pekanbaru.

Makalah kegiatan ini diharapkan dapat dijadikan bahan evaluasi dalam

pelaksanaan tugas dan fungsi KKP kelas II Kota Pekanbaru.

c. Bagi FK UNRI

Makalah kegiatan ini diharapkan dapat dijadikan data dan pembanding

untuk dokter muda IKM-KK selanjutnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas II Pekanbaru

Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Pekanbaru merupakan Unit Pelaksana

Teknis (UPT) dari Kementerian Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggung

jawab kepada Direktorat Jenderal Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Dirjen

P2P). KKP Kelas II Pekanbaru terletak di Provinsi Riau dan beralamat di jalan

Rajawali Sakti Panam Pekanbaru. Berdasarkan Permenkes nomor 2348 tahun 2011,

KKP Kelas II Pekanbaru memiliki 6 (Enam) wilayah kerja. Wilayah kerja tersebut

yaitu:4

1. Wilker Buatan

2. Wilker Kampung Dalam

3. Wilker Selat Panjang

4. Wilker Siak Sri Indraputra

5. Wilker Sungai Duku

6. Wilker Tanjung Buton

2.2 Tugas pokok Kantor Kesehatan Pelabuhan

KKP mempunyai tugas melaksanakan pencegahan masuk dan keluarnya

penyakit, penyakit potensial wabah, surveilans epidemiologi, kekarantinaan,

pengendalian dampak kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan, pengawasan

OMKABA serta pengamanan terhadap penyakit baru dan penyakit yang muncul
kembali, bioterorisme, unsur biologi, kimia dan pengamanan radiasi di wilayah kerja

bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara. (Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 2348/MENKES/PER/XI/2011 Tentang Organisasi dan

Tata Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan).4

2.3 Fungsi Kantor Kesehatan Pelabuhan

Dalam melaksanakan tugas, KKP menyelenggarakan 16 (enam belas) fungsi

(Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

2348/MENKES/PER/XI/2011 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesehatan

Pelabuhan) : 4

1. Pelaksanaan kekarantinaan

2. Pelaksanaan pelayanan kesehatan;

3. Pelaksanaan pengendalian risiko lingkungan di bandara, pelabuhan, dan lintas

batas darat negara;

4. Pelaksanaan pengamatan penyakit, penyakit potensial wabah, penyakit baru,

dan penyakit yang muncul kembali;

5. Pelaksanaan pengamanan radiasi pengion dan non pengion, biologi, dan kimia;

6. Pelaksanaan sentra/simpul jejaring surveilans epidemiologi sesuai penyakit

yang berkaitan dengan lalu lintas nasional, regional, dan internasional;

7. Pelaksanaan, fasilitasi dan advokasi kesiapsiagaan dan penanggulangan

Kejadian Luar Biasa (KLB) dan bencana bidang kesehatan, serta kesehatan

matra termasuk

penyelenggaraan kesehatan haji dan perpindahan penduduk;


8. Pelaksanaan, fasilitasi, dan advokasi kesehatan kerja di lingkungan bandara,

pelabuhan, dan lintas batas darat negara;

9. Pelaksanaan pemberian sertifikat kesehatan obat, makanan, kosmetika dan alat

kesehatan serta bahan adiktif (OMKABA) ekspor dan mengawasi persyaratan

dokumen kesehatan OMKABA impor;

10. Pelaksanaan pengawasan kesehatan alat angkut dan muatannya;

11. Pelaksanaan pemberian pelayanan kesehatan di wilayah kerja bandara,

pelabuhan, dan lintas batas darat negara;

12. Pelaksanaan jejaring informasi dan teknologi bidang kesehatan bandara,

pelabuhan, dan lintas batas darat negara;

13. Pelaksanaan jejaring kerja dan kemitraan bidang kesehatan di bandara,

pelabuhan, dan lintas batas darat negara;

14. Pelaksanaan kajian kekarantinaan, pengendalian risiko lingkungan, dan

surveilans kesehatan pelabuhan;

15. Pelaksanaan pelatihan teknis bidang kesehatan bandara, pelabuhan, dan lintas

batas darat negara;

16. Pelaksanaan ketatausahaan dan kerumahtanggaan KKP


2.4 Klasifikasi Seksi KKP Kelas II Pekanbaru

1. Upaya Kesehatan Lingkungan dan Wilayah (UKLW)

 Keputusan menteri kesehatan RI 424/SKS/IV/2007 tentang Pedoman

Operasional untuk Kegiatan UKLW.6

Seksi Upaya Kesehatan dan Lintas wilayah (UKLW) mempunyai tugas

melaksanakan perencanaan dan evaluasi serta penyusunan laporan di bidang

pelayanan kesehatan haji, kesehatan kerja, kesehatan terbatas, kesehatan MATRA,

vaksinasi internasional, pengembangan jejaring kerja, kemitraan, kajian dan

teknologi, serta pendidikan dan pelatihan bidang upaya kesehatan pelabuhan di

wilayah kerja bandara dan pelabuhan.

A. Pelayanan Kesehatan Terbatas dan Rujukan:

1. Pelayanan kesehatan dasar

2. Pelayanan kesehatan gigi dasar

3. Pelayanan laboratorium dasar

4. Pelayanan vaksinasi internasional

5. Pelayanan rujukan pasien dan specimen

6. Pemberian surat keterangan sehat dan/atau sakit

7. Penyuluhan kesehatan Pelayanan pemeriksaan kelayakan angkut Jenazah

8. Pemeriksaan kelayakan angkut orang sakit


B. Pemeriksaan Kesehatan Calon Jamaah Haji dan Umroh:

1. Pemeriksaan kelengkapan dokumen kesehatan

2. Pelayanan rawat jalan maupun rujukan

3. Pemberian vaksinasi meningitis bagi calon jamaah haji dan umroh

yang belum di vaksinasi di Kabupaten/Kota

4. Melegalisir obat-obatan yang dibawa jamaah haji

5. Menerbitkan surat keterangan layak terbang bagi calon jamaah haji

risiko tinggi yang sakit

6. Menerbitkan surat keterangan layak terbang bagi calon jamaah haji

yang hamil, dengan ketentuan sudah di vaksinasi meningitis.

C. Pelayanan Kesehatan Kerja :

1. Promosi kesehatan

2. Pencegahan dan pengobatan terhadap PAK

3. Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja

4. Pertolongan pertama pada kecelakaan

5. Pembinaan dan pengawasan APD

D. Pelayanan Kesehatan MATRA :

1. Pelayanan kesehatan penanggulangan korban bencana

2. Pelayanan kesehatan penanggulangan situasi khusus

3. Pelayanan kesehatan penerbangan

4. Pelayanan kesehatan pelayaran

5. Pelayanan kesehatan penyelaman

6. Pelayanan kesehatan perjalanan


7. Pelayanan Vaksinasi Internasional

1. Pengendalian Risiko Lingkungan (PRL)

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

2348/Menkes/PER/XI/2011 tentang perubahan atas peraturan Menteri Kesehatan

Nomor 356/Menkes/PER/IV/2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor

Kesehatan, Seksi Pengendalian Resiko Lingkungan mempunyai tugas melaksanakan

perencanaan, pemantauan, dan evaluasi serta penyusunan laporan di bidang

pengendalian vektor dan binatang penular penyakit, pembinaan sanitasi lingkungan,

serta pendidikan dan pelatihan bidang pengendalian resiko lingkungan di wilayah

kerja bandara dan pelabuhan. Kegiatan operasional Seksi PRL meliputi:4

a. Pengawasan Sanitasi Lingkungan

b.Pengawasan penyediaan air bersih

c. Pengamanan makanan dan minuman

d. Pengawasan hygiene sanitasi bangunan/gedung dan perusahaan

e. Pengawasan sanitasi alat angkut

f. Pengawasan pencemaran udara, air dan tanah

g. Pengendalian Vektor dan Binatang Penular Penyakit :

1)Survey Nyamuk

2)Pemberantasan nyamuk (fogging)

3)Survey Lalat

4)Pemberantasan lalat

5)Survey jentik

6)Pemberantasan jentik (larvasidasi)


7)Survey Kecoa

8)Pemberantasan tikus dan pinjal

9)Pemberantasan lalat dan kecoa

2. Pengendalian Karantina dan Surveilans Epidemilogi (PKSE)

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2018

Tentang Kekarantinaan Kesehatan, Karantina adalah pembatasan kegiatan dan/atau

pemisahan seseorang yang terpapar penyakit menular sebagaimana ditetapkan dalam

peraturan perundang-undangan meskipun belum menunjukkan gejala atau sedang

dalam masa inkubasi, dan/atau pemisahan peti kemas, alat angkut, atau barang

apapun yang diduga terkontaminasi dari orang dan/atau Barang yang mengandung

penyebab penyakit atau sumber bahan kontaminasi lain untuk mencegah

kemungkinan penyebaran ke orang dan /atau barang di sekitarnya.7

Yang termasuk dalam penyakit-penyakit kekarantinaan yaitu : Penyakit Pes,

Kolera, Demam Kuning, Cacar, Tifus dan Demam bolak-balik.

Seksi Pengendalian Karantina dan Surveilans Epidemiologi KKP Kelas II

Pekanbaru mempunyai tugas antara lain :

1. Perencanaan kegiatan

2. Penalataksanaan kekarantinaan & surveilans

3. Peningkatan sumber daya manusia (SDM)

4. Perlu peningkatan jejaring kerja/kerja sama

5. Evaluasi
BAB III

DESKRIPSI KEGIATAN

3.1 Pemeriksaan sanitasi kapal

3.1.1 Pendahuluan

Kapal merupakan alat transportasi lintas laut yang biasanya digunakan

manusia untuk menyeberang dari satu wilayah ke wilayah lainnya. Tak hanya

manusia yang biasa menggunakan kapal untuk melakukan penyeberangan ke wilayah

lain. Namun, kapal juga digunakan untuk mengangkut barang dari satu wilayah ke

wilayah lainnya melalui lintas laut. Karena sebagian manusia (penumpang ataupun

awak kapal) banyak menghabiskan waktu di dalam kapal, maka keadaan sanitasi

kapal yang baik perlu dijaga dan dipantau terus menerus demi kesehatan para

penumpang maupun awak kapal.

Menurut World Health Organitation, sanitasi kapal merupakan salah satu

usaha yang ditujukan terhadap faktor risiko lingkungan dikapal untuk memutuskan

mata rantai penularan penyakit guna memelihara dan meningkatkan derajat

kesehatan. Sanitasi kapal mencakup seluruh aspek penilaian kompartemen kapal

antara lain dapur, ruang penyediaan makanan, palka, gudang, kamar anak buah kapal,

penyediaan air bersih, dan penyajian makanan serta pengendalian vektor penular

penyakit atau rodent.

Sanitasi kapal yang buruk akan banyak menimbulkan permasalahan baik

secara fisik, kesehatan, estetika dan daya tahan hidup manusia. Sanitasi yang buruk

seperti menumpuknya sampah di dalam kapal akan menjadi tempat


berkembangbiaknya vektor penyakit misalnya tikus, kecoa dan lalat. Berdasarkan hal

tersebut, kami melakukan kegiatan pemeriksaan sanitasi kapal di Pelabuhan Sungai

Duku Kota Pekanbaru.

Institusi yang terkait dalam hal pemeriksaan sanitasi kapal adalah kantor

kesehatan pelabuhan (KKP). Hal-hal yang berkaitan dengan pengawasan kesehatan

kapal yaitu diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

356/Menkes/Per/IV/2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kantor Kesehatan

Pelabuhan. KKP bertugas melaksanakan pencegahan masuk dan keluarnya penyakit

karantina dan penyakit menular potensial wabah, kekarantinaan, pelayanan kesehatan

terbatas di wilayah kerja Pelabuhan atau Bandara dan Lintas Batas, serta

pengendalian dampak kesehatan lingkungan. Selain itu salah satu fungsi penting KKP

adalah pelaksanaan pengamatan penyakit karantina dan penyakit menular potensial

wabah nasional sesuai penyakit yang berkaitan dengan lalu lintas internasional,

pelaksanaan pengawasan kesehatan alat angkut dan pelaksanaan pengendalian risiko

lingkungan Pelabuhan atau Bandara dan Lintas Batas Darat.

Pemeriksaan sanitasi kapal bertujuan untuk mengeluarkan sertifikat sanitasi

guna memperoleh surat izin kesehatan berlayar (SIKB) yang selanjutnya akan

diterbitkan Ship Sanitation Control Certificate (SSCC) dan Ship Sanitation

Exemption Control Certificate (SSECC).


3.1.2 Tujuan pemeriksaan sanitasi kapal

a. Melakukan pengamatan dan penilaian sanitasi kapal di Pelabuhan Sumgai

Duku Kota Pekanbaru.

b. Melakukan pengisian checklist Examination Report of Ships Sanitation

Certificate pemeriksaan sanitasi kapal.

c. Memberikan edukasi kepada kru kapal untuk selalu menjaga higienisitas

kapal di Pelabuhan Sungai Duku Kota Pekanbaru.

3.1.3 Manfaat pemeriksaan sanitasi kapal

a. Mengetahui keadaan sanitasi kapal di Pelabuhan Sungai Duku Kota

Pekanbaru.

b. Menambah pengalaman dan pengetahuan mengenai kesehatan perbatasan

untuk dapat diaplikasikan sebagai Dokter.

3.1.4 Waktu dan tempat pelaksanaan

Kegiatan ini dilakukan pada 24 Oktober 2018. Tempat pemeriksaan sanitasi

kapal dilakukan di PelabuhanSungai Duku Kota Pekanbaru. Pelabuhan ini merupakan

salah satu wilayah kerja KKP Kelas II Pekanbaru.

3.1.5 Hasil pemeriksaan sanitasi kapal

Pemeriksaan sanitasi kapal yang telah dilakukan terdiri dari 3 jenis

pemeriksaan yaitu pemeriksaan sanitasi kapal, pemeriksaan vektor, pemeriksaan Obat

dan alat kesehatan kapal. Kegiatan pemeriksaan ini di


lakukan pada satu buah kapal yang bersandar pada dermaga Pelabuhan Sungai

Duku Kota Pekanbaru, yaitu Kapal Meranti Jaya Express.

A. Pemeriksaan sanitasi kapal di Kapal Meranti Jaya Express

Telah dilakukan pemeriksaan sanitasi kapal pada 6 area. Didapatkan hasil yaitu

area yang memenuhi standar seperti palka, ruang penumpang, Air Balast, Air

tergenang, Ruang mesin dan 1 area tidak memenuhi standar yaitu fasilitas medis.

B. Pemeriksaan Vektor di Kapal Meranti Jaya Express

Telah dilakukan pengamatan terhadap tanda-tanda keberadaan vektor seperti

lalat, kecoa, tikus dan nyamuk pada 6 area. Tidak ada ditemukan tanda-tanda vector

yaitu lalat, nyamuk, kecoa dan tikus.

C. Pemeriksaan Obat-obatan dan alat kesehatan di Kapal Meranti Jaya Express

Telah dilakukan pengecekan kelengkapan obat-obatan dan alat kesehatan yang

terdapat di kapal. Didapatkan hasil, tidak lengkap ketersediaan obat-obatan yang ada

di kapal.

Untuk alat kesehatan di kapal, tidak lengkap alat kesehatan di kapal maupun

fasilitas medis lainnya.


3.2 Pemeriksaan kepadatan lalat

3.2.1 Pendahuluan

Pengamatan yang dilakukan terhadap lalat adalah untuk mengetahui

keberadaan lalat di kapal yang dilakukan secara visual dengan adanya lalat hidup.

Keberadaan lalat dapat menjadi ancaman yang serius bagi kesehatan manusia. Lalat

rumah (M. domestica) dapat membawa lebih dari 20 penyakit pada hewan dan

manusia seperti salmonelosis, mastitis, tipus, disentri, pinkeye, anthrax, tuberculosis,

cholera, dan lain-lain.

3.2.2 Langkah-langkah Pelaksanaan

Pengamatan

 Buat pemetaan daerah potensial lalat.

 Siapkan kelengkapan fly grill dan peralatan lainnya.

 Periksa seluruh kelengkapan sebelum melaksanakan kegiatan.

 Letakkan fly grill di tempat potensial lalat, seperti TPS, kontainer

sampah.

 Biarkan fly grill dihinggapi lalat selama 30 detik.

 Catat dalam formulir pemeriksaan.

 Lima nilai tertinggi dihitung rata-ratanya.

 Cocokkan dengan indeks


NO. Rata-rata Indeks
1. 0-2 Rendah
2. 3-5 Sedang
3. 6-20 Tinggi
4. 20 ke atas Sangat Tinggi

3.2.3 Hasil pengukuran vektor Lalat

1. Lokasi : Sungai duku, kota pekanbaru

2. Pengamatan di 10 titik :

Periode
Jumlah lalat (ekor)
waktu Total
30 detik T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 T10
3 4 5 1 0 0 1 0 0 0 14

3. Hasil pengamatan :

Titik T1 T2 T3 T4 T5 Total (n)


Jumlah 5 4 3 1 1 14
lalat

4. Rata-rata Kepadatan lalat :

X = Total n/5

= 14/5

= 2,8 (sedang)

3.3 Pemeriksaan kesehatan (Pre Flight Medical Check Up) pada crew

pesawat.

Keselamatan penerbangan sangat bergantung pada kondisi pilot dan copilot,

termasuk kru lain seperti pramugari dan pengendali lalu lintas udara (air traffic

controller). Terdapat standar peraturan kesehatan yang harus dilakukan secara rutin
oleh setiap maskapai penerbangan di Indonesia. Salah satunya adalah pilot harus

menjalanis tes medis terlebih dahulu sebelum mendapatkan izin terbang. Izin terbang

tersebut dikeluarka dalam jangka enam bulan, satu tahun, hingga dua tahun,

tergantung pada aturan yang berlaku. Pemeriksaan rutin yang diperiksa setiap pilot

dan pramugarinya sebelum terbang adalah pemeriksaan tekanan darah dan

pemeriksaan alkohol.
a. Pelayanan Kesehatan Kru Pesawat Terbang

 Pendahuluan

Pelayanan kesehatan pada kru pesawat terbang terdiri dari

pemeriksaan tekanan darah dan pemeriksaan persentase alkohol pada

hembusan nafas. Setiap pramugari dan pilot diperiksa untuk memastikan

bahwa kondisi kesehatan kru pesawat terbang dalam keadaan baik untuk

menjaga keselamatan dalam penerbangan. Secara teknis, KKP

melaksanakan tugas untuk memeriksa kesehatan kru pesawat dan

melaporkan hasil pemeriksaan dan rekomendasi kepada pihak maskapai,

kemudian pihak maskapai berwenang untuk menunda keberangkatan

pesawat jika sekiranya kondisi kesehatan tidak baik dan membahayakan

penerbangan.

Pihak KKP hanya melakukan pemeriksaan kesehatan kru pesawat

maskapai Garuda Indonesia Airline karena maskapai lainnya memiliki

petugas medis (Dokter) yang ditugaskan khusus untuk memeriksa

kesehatan seluruh kru pesawat yang akan terbang. Hasil pemeriksaan oleh

Dokter pihak maskapai langsung dilaporkan ke pusat sehingga tidak lagi

diketahui oleh KKP Bandara SSQ.

 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Kegiatan ini dilaksanakan pada tgl 23 oktober 2018 pukul 05.30 WIB,

bertempat pada Port Health SSQ Airport.


 Hasil Pemeriksaan dan Kesimpulan

PRE FLIGHT CHEC UP CREW GARUDA INDONESIA STATION PEKANBARU

Nama Jenis kelamin Usia Tekanan darah Alkohol

Yudha (Pilot) Laki-laki 46 tahun 137/91 0,0 %

Riani (Co-Pilot) Perempuan 39 tahun 127/88 0,0 %

Tantri (Pramugari) Perempuan 29 tahun 121/85 0,0 %

Wulandari (Pramugari) Perempuan 27 tahun 97/59 0,0 %

Rahayu (Pramugari) Perempuan 27 tahun 102/72 0,0 %

Kesimpulan :

Seluruh kru pesawat terbang Garuda Indonesia Airline yang diperiksa dalam

keadaan baik (< 160/100 mmHg) dan tidak ada alkohol yang terdeteksi pada

hembusan nafas kru pesawat pesawat.

3.4 Pengendaliaan resiko lingkungan di Bandara Sultan Syarif Kasim II

Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) merupakan barisan terdepan Kementrian

Kesehatan dalam cegah tangkal penyakit menular yang masuk di Indonesia,

khususnya kota pekanbaru. Kegiatan – Kegiatan yang dilaksanakan dalam Kantor

Kesehatan Pelabuhan (KKP) berpedoman pada IHR (International Health


Regulation). IHR (International Health Regulation) mulai dikenal sejak tahun 1969

yang kemudian direvisi pada tahun 1973, 1981, 1983 dan tahun 2005.

Menurut Kementerian RI, Bandar Udara adalah kawasan di daratan dan/atau

perairan dengan batas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara

mendarat dan lepas landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang, dan tempat

perpindahan intra dan antarmoda transportasi, yang dilengkapi dengan fasilitas

keselamatan dan keamanan penerbangan, serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang

lainnya. Kegiatan yang dilakukan di bandara Sultan Syarif Kasim II yaitu survey

larva Aedes Aegypti, pengambilan sampel air dan pemeriksaan Tempat Pengelolaan

makanan Makanan (TPM).

1. Survey Larva Aedes Aegypti


 Pendahuluan

Kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh pihak

kkp untuk melakukan pengawasan dan pengendalian pada area bandara

terkait penyakit yang ditularkan melalui nyamuk. Salah satu cara yang

dilakukan oleh pihak KKP adala denga melakukan pemasangan Lavitrap.

Sejak tahun 2016 melalui KKP, kemenkes bergerak untuk meningkatkan

kewaspadaan mencegah kemungkinan terjadinya penyakit yang ditularkan

oleh nyamuk seperti zika, DBD, dll. Prinsip utama dalam pengendalian

nyamuk adalah bagaimana memutuskan mata rantai atau siklus kehidupan

nyamuk, Lavitrap atau perangkap larva adalah perindukan nyamuk buatan

yang berfungsi menjadi tempat nyamuk Aedes bertelur. Setelah telur


berkembang menjadi larva, kemudian larva bergerak ke dasar dan

terperangkap di bawah kasa sehingga larva tersebut tidak berkembang

menjadi nyamuk dewasa,walaupun menjadi nyamuk tidak akan bisa

terbang lagi sehingga mati dengan sendirinya.

 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Kegiatan ini dilaksanakan pada tgl 23 oktober 2018 pukul 05.30 WIB,

bertempat pada Port Health SSQ Airport.

 Hasil Pemeriksaan dan Kesimpulan

Pemasangan Lavitrap ini merupakan salah satu cara memutus mata

rantai kehidupan nyamuk. Hasil Pemeriksaan yang dilakukan pada larva

nyamuk di 20 area dibandara, tidak


ditemukan adanya larva nyamuk dibak mandi, bak kakus maupun dilavitrap yang terpasang. Pemeriksaan dilakukan

dengan melihat langsung bangunan dan kontainer baik yang ada jentik maupun yang bebas dari jentik.

Alat yang digunakan: botol sampel (untuk menaruh larva), cidukan, center, pipet kecil, botol sampel air.

Hasil survey dapat dilihat di table 3

Tabel 3.1 Hasil kegiatan Survey Larva Aedes Aegypti


2. Pengambilan Sampel Air

Sumber air bersih di Bandara Sultan Syarif Kasim II bersumber dari sumur artesis. Sumber air tersebut digunakan untuk

memenuhi kebutuhan toilet dan mushola serta sebagai sumber air untuk mencuci peralatan makan restoran di lingkungan

bandara. Pengambilan dan pemeriksaan air bersih dilaksanakan setiap bulan. Pemeriksaan air dilakukan secara fisik, kimia dan

bakteriologi. Secara keseluruhan sampel air memenuhi syarat sebagai air bersih.

3. Tempat Pengelolaan Makanan

Pengawasan makanan dan minuman merupakan salah satu bagian yang penting, dalam segala aktivitas kesehatan

masyarakat, mengingat adanya kemungkinan penyakit-penyakit akibat makanan dan minuman.Pengawasan makanan dan

minuman meliputi kegiatan usaha yang ditujukan kepada kebersihan dan kemurnian makanan dan minuman agar tidak

1
menimbulkan penyakit.Kemurnian disini dimaksud murni menurut penglihatan maupun rasa.

Makanan dan minuman dibuat di berbagai tempat pengelolaan makanan dan minuman, seperti jasa boga, rumah makan atau

restoran, depot air minum, industri rumah tangga pangan, sentra makanan jajanan, dan TPM lainnya.TPM merupakan sarana

yang sangat dibutuhkan untuk memenuhi konsumsi setiap orang.

TPM merupakan salah satu istilah yang ada pada tupoksi Dinas Kesehatan.Sejalan dengan meningkatnya jumlah dan jenis

TPM yang sangat beragam, dan makin beragam pula produk makanan dan minuman yang dihasilkan. Dengan ini maka perlu

adanya pengawasan yang diatur dalam Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan bab 6 upaya kesehatan pasal

109 tentang pengamanan makanan dan minuman.

Hygiene sanitasi tempat pengelolaan makanan di bandar udara memiliki standar operasional prosedur yang digunakan

untuk tempat pengelolaan makanan di bandar udara. Standar operasional prosedur untuk rumah makan dan restoran adalah

Keputusan Menteri Kesehatan RI NO. 1098/Menkes/SK/VII/2003 tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah Makan Dan

Restoran. Standar operasional prosedur untuk jasaboga adalah Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1096/Menkes/Per/VI/2011 Tentang Higiene Sanitasi Jasaboga. Standar operasional prosedur untuk makanan jajanan adalah

Keputusan Menteri Kesehatan RI NO. 942/Menkes/SK/VII/2003 tentang Pedoman Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan

Jajanan.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1098/Menkes/Per/VII/2003, Rumah Makan adalah

setiap tempat usaha komersial yang ruang lingkup kegiatannya menyediakan makanan dan minuman untuk umum di tempat

usahanya. Sedangkan restoran adalah salah satu jenis usaha jasa pangan yang bertempat disebagian atau seluruh bangunan yang

permanen dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan, penyajian dan penjualan

makanan dan minuman bagi umum ditempat usahanya. Hasil kegiatan pemeriksaan tempat pengelolaan makanan di GH Corner

mendapatkan skor 818 yang artinya tingkat mutu /laik hygiene sanitasi sudah baik dan Palm & Bistro mendapatkan skor 894

yang artinya mutu/laik hygine sanitasi sudah baik

3.5 Pelaksanaan vaksinasi

3.5.1 Pendahuluan

Infeksi meningococcus dapat terjadi secara endemik maupun epidemik. Secara klinis keduanya tidak dapat dibedakan,

tetapi serogroup dari strain yang terlibat berbeda. Kasus endemik pada negara-negara berkembang disebabkan oleh strain

serogroup B yang biasanya menyerang usia dibawah 5 tahun, kebanyakan kasus terjadi pada usia antara 6 bulan dan 2 tahun.

Kasus epidemik disebabkan oleh strain serogroup A dan C, yang mempunyai kecendrungan untuk menyerang usia yang lebih

tua.
Lebih dari setengah kasus meningococcus terjadi pada umur antara 1 dan 10 tahun. Penyakit ini relatif jarang didapatkan

pada bayi usia ≤ 3 bulan. Kurang dari 10% terjadi pada pasien usia lebih dari 45 tahun. Di AS dan Finland, hampir 55% kasus

pada usia dibawah 3 tahun selama keadaan nonepidemik, sedangkan di Zaria, Negeria insiden tertinggi terjadi pada pasien usia 5

sampai 9 tahun. Keadaan geografis dan populasi tertentu merupakan predisposisi untuk terjadinya penyakit epidemik.

Daerah Sub-saharan Meningitis Belt (Upper volta, Dahomey, Ghana dan Mali di barat, hingga Niger, Nigeria, Chad,

Sudan di timur) di mulai pada musism panas/winter dry season (November-Desember),mencapai puncaknya pada akhir April-

awal Mei, saat angin gurun Harmattan berkepanjangan dan tingginya suhu udara sepanjang hari diakhiri secara mendadak

dengan dimulainya musim penghujan. Walaupun terpaparnya populasi yang rentan terhadap strain baru yang virulen mungkin

merupakan penyebab epidemik, beberapa faktor lain termasuk lingkungan yang padat penduduk, adanya kuman saluran nafas

pathogen lain, hygiene yang rendah dan lingkungan yang buruk merupakan pencetus untuk terjadinya infeksi epidemik. Infeksi

N. meningitidis semata-mata hanya mengenai manusia.

Telah terbukti bahwa tidak didapatkan adanya host antara, reservoar atau transmisi dari hewan ke manusia pada infeksi

M. meningitidis. Nasofarings merupakan reservoar alami bagi meningococcus, transmisi dari kuman tersebut terjadi lewat

saluran pernafasan (airbone droplets), serta kontak seperti dalam keluarga atau situasi recruit training.
Pada suatu studi yang dilakukan oleh Artenstein dkk, didapatkan bahwa sebagian besar partikel dari droplet saluran nafas

mengandung meningococcus. Meningococcus bisa didapatkan pada kultur dari nasofaring dari manusia sehat, keadaan ini

disebut carrier. Hal tersebut dapat meningeal tergantung kepada kemampuan dari kapsel polisakarida untuk menghambat

aktivitas sistim komplemen bakterisidal yang klasik dan menginhibisi phagositosis neutrophil. Aktivasi dari sistim komplemen

merupakan hal yang sangat penting dalam mekanisme pertahanan terhadap infeksi N. meningitidis. Pasien dengan defisiensi dari

komponen terminal komponen (C5, C6, C7, C8 dan mungkin C9) merupakan resiko tinggi untuk terinfeksi Neisseria (termasuk

N. Meningitidis).

Meningitis meningokokkus masih menjadi ancaman kesehatan bagi jemaah haji dan umrah pada saat ini dan dimasa

yang akan datang. Hal ini disebabkan karena kejadian Meningitis meningokokkus masih berjangkit di berbagai negara yang

mengirimkan jemaah haji. terutama di Afrika. Tahun 1988 WHO merekomendasikan setiap jemaah haji yang datang ke Arab

Saudi mendapatkan vaksinasi meningitis. Kasus meningitis pada Jemaah Haji Indonesia terjadi pada tahull 1987, dimana wabah

meningitis di Arab Saudi pada musim haji dengan konfirmasi kasus sebanyak 99 orang dan meninggal 40 orang (CFR=40,4%).

Mengacu kepada surat dari, kerajaan Saudi Arabia (Nota Diplomatik dari Ke Dubes Saudi Arabia Jakarta no: 588/PKNI/06/61)

bahwa setiap jemaah haji, tenaga kerja dan umroh harus mendapat imunisasi meningitis untuk mendapatkan visa.
Ketentuan imunisasi meningitis adalah wajib bagi setiap jemaah haji dan umrah, baik jemaah haji/umrah Indonesia

maupun jemaah haji/umrah dari negara lain Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 tahun 2016 tentang Penyelenggaraan

Ibadah Haji, Bab II pasal 3, menyatakan bahwa Penyelenggaraan ibadah haji bertujuan untuk memberikan pembinaan,

pelayanan, dan perlindungan yang sebaik-baiknya bagi Jemaah Haji sehingga Jemaah Haji dapat menunaikan ibadahnya sesuai

dengan ketentuan ajaran agama Islam. Bab VIII pasal 31 ayat 1 berbunyi pembinaan dan pelayanan kesehatan ibadah haji, baik

pada saat persiapan maupun pelaksanaan Penyelenggaraan 'Ibadah Haji dilakukan oleh Kementerian Kesehatan.

Tujuan Penyelenggaraan Kesehatan Haji adalah meningkatkan kondisi kesehatan jemaah haji sebelum keberangkatan,

selama menunaikan ibadah, sampai tiba kembali di tanah air serta mencegah terjadinya transmisi penyakit menular yang

mungkin terbawa keluar / masuk oleh jemaah haji Kepmenkes Nomor 442/Menkes/SKNI/2009 tentang Pedoman

Penyelenggaraan Kesehatan Haji menyatakan bahwa semua jemaah haji dan petugas harus divaksinasi meningitis yang berlaku

selama 3 tahun. Prioritas jenis imunisasi saat ini adalah imunisasi meningitis (ACW135Y) bagi semua jemaah dan petugas yang

dilaksanakan di Puskesmas atau Rumah Sakit Kabupaten/Kota yang ditunjuk oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

3.5.1. Landasan Hukum

1. Undang- Undang No.13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan lbadah Haji;

2. Undang-Undang No.4 tahun 1984 tentang Wabah PenyakitMenular;


3. Undang-Undang No.1 Tahun 1962 tentang Karantina Laut;

4. Undang-Undang No.2 Tahun 1962 ,tentang Karantina Udara;

5. Peraturan Pemerintah No.13 tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak;

6. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.356/MENKES/PER/IV/2008 tentang Organisasi & Tata Kerja Kantor Kesehatan

Pelabuhan;

7. Peraturan Pemerintah No.40 tahun 1991 tentang Pedoman PenanggulanganWabah PenyakitMenular;

8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.4241Menkes/SWIV12007 tentang Pedoman Upaya Kesehatan

Pelabuhandalam rangka Karantina Kesehatan; .

9. Peraturan Menteri Kesehatin .RI No. 131lMenkeslPerllllll984 tentangPengamananKesehatan Perjalanan Peserta Umrah;

10. Instruksi Direktur .Jenderal Pengendalian Penyakit' dan Penyehatan Lingkungan No.HK.07.01/D111.4/217/2008

tentang pemberlakuan Kartu ICV baru;

11. International Travel and Health 2008

12. lnternational Health Regulations(IHR) 2005

3.5.3 Tujuan

Tujuan Umum : Mengetahui Sistem pemberian vaksinasi di KKP II Pekanbaru.


Tujuan Khusus :

a. Untuk menegetahui alur Vaksinasi.

b. Untuk mengetahui jenis pemeriksaan sebelum dilakukan Vaksinasi.

c. Untuk mengetahui alat dan bahan yang digunakan selama Vaksinasi.

d. Untuk mengetahui cara melakukan penyuntikan vaksinasi

e. Untuk mengetahui pengeluaran buku ICV.

3.5.4 Pelaksanaan Kegiatan

A. Waktu dan Tempat Kegiatan

Kegiatan vaksinasi dilakukan di Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) induk kelas II, Pekanbaru. Pada pagi hari Kamis

tanggal 25 oktober 2018 jam 08.00-12.00 WIB.

B. Sarana dan Prasarana


I. Ruang Vaksinasi

Berisi : meja pemeriksaan, meja instrumen,tirai penutup.

II. Peralatan :

1. Tensimeter dan stethescope

2. Thermometer

3. Coldchain

4. Coolbox

5. Ice pack

6. Nierbeken

7. Gunting

III. Bahan

1. Vaksin MENIVAX ACYW135 1 Vial (0,5 ml/dosis)

2. Pelarut

3. Alkohol Swab

4. Handscoen
IV. Formulir:

1. Formulir permohonan vaksinasi,

2. Form status pasien,

3. Surat Keterangan kontra indikasi Vaksinasi ( Bahasa lnggris)

4. Buku ICV

3.5.5 Hasil kegiatan

a. Jenis kegiatan

 Pendaftaran

 Pemeriksaan Kesehatan oleh Dokter

 Pemberian Vaksinasi

 Pemeriksaan Laboratorium

 Penerbitan buku ICV

b. Langkah-langkah kegiatan
1. Peserta vaksinasi mendaftar di loket pendaftaran, membawa persyaratan berupa fotocopi KTP, Pasport, Foto 4 x 6

berwarna dan formulir online vaksinasi yang sudah dicetak.

2. Petugas akan menginput data peserta.

3. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan kepada peserta berupa pemeriksaan fisik salah satunya pemeriksaan tinggi badan dan

berat badan. Hasil pemeriksaan ini dicatat dalam form status pasien, yang juga berisi tentang riwayat alergi, riwayat

vaksinasi dan riwayat penyakit dahulu;

4. Bila ditemukan kontra indikasi atas keterangan dokter ahli, maka pemberian vaksinasi tidak dilakukan, maka kepada

peserta diberikan penjelasan tentang akibat yang rnungkin timbul bila tidak mendapatkan imunisasi, dan diberikan surat

keterangan secara tertulis;

5. Bila tidak ditemukan kontra indikasi, selanjutnya :

a. Vaksinator mencuci tangan dengan sabun, kemudian dilanjutkan dengan memakai handscoen;

b. Ambil vaksin yang akan dipakai, lakukan pengecekan vial vaksin untuk memastikan nama jenis vaksin, tanggal

kadaluarsa dan warna larutan vaksin;

c. Untuk kemasan vaksin yang berbentuk beku kering, dilakukan pencampuran dengan cairan pelarutnya sesuai

dengan petunjuk. Kemudian dikocok sampai rata, lalu perhatikan warna larutan vaksin. Warna larutan vaksin
yang baik yaitu putih bening jernih, jika tidak maka berarti larutan vaksin tersebut sudah rusak walaupun belum

kadaluarsa, jadi vaksin tersebut tidak dapat digunakan.

d. Untuk vaksin yang sudah dioplos, maka sebaiknya di habiskan dalam waktu 30 menit, jika sudah lewat batas

waktu tersebut maka efektifitas vaksin sudah berkurang, sisa vaksin tersebut tidak dapat dipakai dan harus

dibuang sesuai dengan prosedur;

e. Kemudian aspirasi larutan vaksin yang sudah siap pakai, lalu ganti jarum suntiknya dengan yang baru. Vaksin

sudah siap untuk disuntikkan.

f. Setelah dilakukan dlsinfeksi pada kulit dengan alkohol swab, kemudian dilakukan penyuntikan vaksin.

Penyuntikan secara sub kutan yaitu posisi jarum suntik menembus kulit dengan kemiringan 45 (posisi deltoid).

Setelah jarum menembus kulit dilakukan aspirasi sedikit untuk memastikan bahwa jarum suntik tidak masuk

kedalam pembuluh darah. Selanjutnya dilakukan penyuntikan secara perlahan sampai larutan vaksin habis.

g. Setelah semua proses penyuntikan selesai, pisahkan syringe disposible kedalam box khusus medis.
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN


4.1 Kesimpulan

a. Pemeriksaan sanitasi kapal yang telah dilakukan terdiri dari 3 jenis pemeriksaan yaitu pemeriksaan sanitasi kapal

(palka/cargo, ABK/crew, Penumpang/ passanger, air tergenang / permukaan (standing water), ruang mesin, dan fasilitas

medik), pemeriksaan vector (lalat, tikus, dan nyamuk), pemeriksaan obat, dan alat kesehatan kapal.

b. Karantina Kesehatan bertujuan untuk cegah dan tangkal keluar atau masuknya penyakit dan/atau faktor risiko kesehatan

masyarakat yang berpotensi menimbulkan kedaruratan kesehatan masyarakat.

c. Pelaksanaan vaksinasi yang telah dilakukan terdiri 5 tahap, yaitu pendaftaran, pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh

dokter, pemeriksaan laboratorium berupa plano test pada wanita usia subur (14 – 49 tahun), pemberian vaksinasi,

penerbitan buku ICV.

d. Pemeriksaan pengendalian risiko lingkungan yang telah dilakukan terdiri dari 3 jenis pemeriksaan yaitu pemeriksaan

larva aedes aegypti, pemeriksaan sanitasi gedung/ bangunan dan lingkungan dan pemeriksaan hygiene rumah makan.

e. Pemeriksaan kesehatan (Pre Flight Medical Check Up) pada crew pesawat yang telah dilakukan adalah pemeriksaan

alcohol dan cek tekanan darah kepada 5 orang crew Pesawat Garuda Indonesia Station Pekanbaru.

4.2 Saran
a. Diharapkan pihak KKP Kelas II Pekanbaru lebih mengoptimalkan pemberian sanksi kepada pihak kapal yang tidak

memenuhi syarat sanitasi kapal serta kelengkapan obat-obatan dan alat kesehatan sesuai IMO.

b. Diharapkan kepada pihak KKP Kelas II Kota Pekanbaru untuk meningkatkan jaringan server pendaftaran sehingga

kegiatan pelayanan di gedung KKP induk Kelas II Kota Pekanbaru tidak terhambat.

c. Diharapkan pihak KKP dapat meningkatkan prasarana penunjang pelayanan seperti kursi di ruang tunggu, pengeras suara

di tiap loket pelayanan, dan tempat layanan fotokopi.

d. Diharapkan pihak KKP melakukan pengecekan secara berkala terhadap lavitrap yang telah dipasang di Bandara.
DAFTAR PUSTAKA

1. Hidayatsyah M, pengaruh faktor risiko (Deck, Kamar awak kapal, Toilet/Kamar mandi, Dapur, Gudang persediaan makanan)
terhadap keberadaan vektor di kapal pada Pelabuhan Tembilahan Tahun 2011. [Tesis]. Program Studi S2 Ilmu Kesehatan
Masyarakat Universitan Sumatra Utara : 2012

2. Undang- Undang RI Nomor 1 Tahun 1962 Tentang Karantina Laut

3. PP & PL Standar Operasional Prosedur Nasional Kegiatan Kantor Kesehatan Pelabuhan. Jakarta : Kemntrian Kesehatan ; 2009

4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2348/MENKES/PER/XI/2011 Tentang Perubahan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 356/MENKES/PER/IV/2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesehatan
Pelabuhan

5. International Health Regulation 2005

6. Keputusan menteri kesehatan RI 424/SKS/IV/2007 tentang Pedoman Operasional untuk Kegiatan UKLW
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2018 Tentang Kekarantinaan Kesehatan
Lampiran 1. Dokumentasi Kegiatan
Lampiran 2. Berkas penilaian kesehatan pelabuhan di BSSQ dan Pelabuhan Sungai
Duku

Anda mungkin juga menyukai