Anda di halaman 1dari 20

BAB III

DESKRIPSI KEGIATAN

3.1 Pemeriksaan sanitasi kapal

3.1.1 Pendahuluan

Kapal merupakan alat transportasi lintas laut yang biasanya digunakan

manusia untuk menyeberang dari satu wilayah ke wilayah lainnya. Tak hanya

manusia yang biasa menggunakan kapal untuk melakukan penyeberangan ke

wilayah lain. Namun, kapal juga digunakan untuk mengangkut barang dari satu

wilayah ke wilayah lainnya melalui lintas laut. Karena sebagian manusia

(penumpang ataupun awak kapal) banyak menghabiskan waktu di dalam kapal,

maka keadaan sanitasi kapal yang baik perlu dijaga dan dipantau terus menerus

demi kesehatan para penumpang maupun awak kapal.

Menurut World Health Organitation, sanitasi kapal merupakan salah satu

usaha yang ditujukan terhadap faktor risiko lingkungan dikapal untuk

memutuskan mata rantai penularan penyakit guna memelihara dan meningkatkan

derajat kesehatan. Sanitasi kapal mencakup seluruh aspek penilaian kompartemen

kapal antara lain dapur, ruang penyediaan makanan, palka, gudang, kamar anak

buah kapal, penyediaan air bersih, dan penyajian makanan serta pengendalian

vektor penular penyakit atau rodent.

Sanitasi kapal yang buruk akan banyak menimbulkan permasalahan baik

secara fisik, kesehatan, estetika dan daya tahan hidup manusia. Sanitasi yang

buruk seperti menumpuknya sampah di dalam kapal akan menjadi tempat

berkembangbiaknya vektor penyakit misalnya tikus, kecoa dan lalat. Berdasarkan

12
13

hal tersebut, kami melakukan kegiatan pemeriksaan sanitasi kapal di Pelabuhan

Sungai Duku Kota Pekanbaru.

Institusi yang terkait dalam hal pemeriksaan sanitasi kapal adalah kantor

kesehatan pelabuhan (KKP). Hal-hal yang berkaitan dengan pengawasan

kesehatan kapal yaitu diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 356/Menkes/Per/IV/2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja

Kantor Kesehatan Pelabuhan. KKP bertugas melaksanakan pencegahan masuk

dan keluarnya penyakit karantina dan penyakit menular potensial wabah,

kekarantinaan, pelayanan kesehatan terbatas di wilayah kerja Pelabuhan atau

Bandara dan Lintas Batas, serta pengendalian dampak kesehatan lingkungan.

Selain itu salah satu fungsi penting KKP adalah pelaksanaan pengamatan penyakit

karantina dan penyakit menular potensial wabah nasional sesuai penyakit yang

berkaitan dengan lalu lintas internasional, pelaksanaan pengawasan kesehatan alat

angkut dan pelaksanaan pengendalian risiko lingkungan Pelabuhan atau Bandara

dan Lintas Batas Darat.

Pemeriksaan sanitasi kapal bertujuan untuk mengeluarkan sertifikat

sanitasi guna memperoleh surat izin kesehatan berlayar (SIKB) yang selanjutnya

akan diterbitkan Ship Sanitation Control Certificate (SSCC) dan Ship Sanitation

Exemption Control Certificate (SSECC).

3.1.2 Tujuan pemeriksaan sanitasi kapal

a. Melakukan pengamatan dan penilaian sanitasi kapal di Pelabuhan

Sumgai Duku Kota Pekanbaru.


14

b. Melakukan pengisian checklist Examination Report of Ships Sanitation

Certificate pemeriksaan sanitasi kapal.

c. Memberikan edukasi kepada kru kapal untuk selalu menjaga higienisitas

kapal di Pelabuhan Sungai Duku Kota Pekanbaru.

3.1.3 Manfaat pemeriksaan sanitasi kapal

a. Mengetahui keadaan sanitasi kapal di Pelabuhan Sungai Duku Kota

Pekanbaru.

b. Menambah pengalaman dan pengetahuan mengenai kesehatan

perbatasan untuk dapat diaplikasikan sebagai Dokter.

3.1.4 Waktu dan tempat pelaksanaan

Kegiatan ini dilakukan pada 24 Oktober 2018. Tempat pemeriksaan

sanitasi kapal dilakukan di PelabuhanSungai Duku Kota Pekanbaru. Pelabuhan ini

merupakan salah satu wilayah kerja KKP Kelas II Pekanbaru.

3.1.5 Hasil pemeriksaan sanitasi kapal

Pemeriksaan sanitasi kapal yang telah dilakukan terdiri dari 3 jenis pemeriksaan

yaitu pemeriksaan sanitasi kapal, pemeriksaan vektor, pemeriksaan Obat dan alat

kesehatan kapal. Kegiatan pemeriksaan ini dilakukan pada satu buah kapal yang

bersandar pada dermaga Pelabuhan Sungai Duku Kota Pekanbaru, yaitu Kapal

Meranti Jaya Express.

A. Pemeriksaan sanitasi kapal

a. Kapal Meranti Jaya Express

Telah dilakukan pemeriksaan sanitasi kapal pada 6 area. Didapatkan

hasil yaitu area yang memenuhi standar seperti palka, ruang


15

penumpang, Air Balast, Air tergenang, Ruang mesin dan 1 area tidak

memenuhi standar yaitu fasilitas medis.

B. Pemeriksaan Vektor

Kapal Meranti Jaya Express

Telah dilakukan pengamatan terhadap tanda-tanda keberadaan vektor

seperti lalat, kecoa, tikus dan nyamuk pada 6 area. Tidak ada ditemukan tanda-

tanda vector yaitu lalat, nyamuk, kecoa dan tikus.

C. Pemeriksaan Obat-obatan dan alat kesehatan

a. Kapal Meranti Jaya Express

Telah dilakukan pengecekan kelengkapan obat-obatan dan alat

kesehatan yang terdapat di kapal. Didapatkan hasil, tidak lengkap

ketersediaan obat-obatan yang ada di kapal.

Untuk alat kesehatan di kapal, tidak lengkap alat kesehatan di kapal

maupun fasilitas medis lainnya.


16

3.2 Pemeriksaan kepadatan lalat

3.2.1 Pendahuluan

Pengamatan yang dilakukan terhadap lalat adalah untuk mengetahui

keberadaan lalat di kapal yang dilakukan secara visual dengan adanya lalat hidup.

Keberadaan lalat dapat menjadi ancaman yang serius bagi kesehatan manusia.

Lalat rumah (M. domestica) dapat membawa lebih dari 20 penyakit pada hewan

dan manusia seperti salmonelosis, mastitis, tipus, disentri, pinkeye, anthrax,

tuberculosis, cholera, dan lain-lain.

3.2.2 Langkah-langkah Pelaksanaan

Pengamatan

 Buat pemetaan daerah potensial lalat.

 Siapkan kelengkapan fly grill dan peralatan lainnya.

 Periksa seluruh kelengkapan sebelum melaksanakan kegiatan.

 Letakkan fly grill di tempat potensial lalat, seperti TPS, kontainer

sampah.

 Biarkan fly grill dihinggapi lalat selama 30 detik.

 Catat dalam formulir pemeriksaan.

 Lima nilai tertinggi dihitung rata-ratanya.

 Cocokkan dengan indeks

NO. Rata-rata Indeks


1. 0-2 Rendah
2. 3-5 Sedang
3. 6-20 Tinggi
4. 20 ke atas Sangat Tinggi
17

3.2.3 Hasil pengukuran vektor Lalat

1. Lokasi : Sungai duku, kota pekanbaru

2. Pengamatan di 10 titik :

Periode
Jumlah lalat (ekor)
waktu Total
30 detik T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 T10
3 4 5 1 0 0 1 0 0 0 14

3. Hasil pengamatan :

Titik T1 T2 T3 T4 T5 Total (n)


Jumlah 5 4 3 1 1 14
lalat

4. Rata-rata Kepadatan lalat :

X = Total n/5

= 14/5

= 2,8 (sedang)

3.3 Pemeriksaan kesehatan (Pre Flight Medical Check Up) pada crew

pesawat.

Keselamatan penerbangan sangat bergantung pada kondisi pilot dan

copilot, termasuk kru lain seperti pramugari dan pengendali lalu lintas udara (air

traffic controller). Terdapat standar peraturan kesehatan yang harus dilakukan

secara rutin oleh setiap maskapai penerbangan di Indonesia. Salah satunya adalah

pilot harus menjalanis tes medis terlebih dahulu sebelum mendapatkan izin

terbang. Izin terbang tersebut dikeluarka dalam jangka enam bulan, satu tahun,

hingga dua tahun, tergantung pada aturan yang berlaku. Pemeriksaan rutin yang
18

diperiksa setiap pilot dan pramugarinya sebelum terbang adalah pemeriksaan

tekanan darah dan pemeriksaan alkohol.

PRE FLIGHT CHEC UP CREW

GARUDA INDONESIA

STATION PEKANBARU

Tanggal : 23 Oktober 2018

Nama Jenis kelamin Usia Tekanan darah Alkohol

Yudha Laki-laki 46 tahun 137/91 0,0 %

Riani Perempuan 39 tahun 127/88 0,0 %

Tantri Perempuan 29 tahun 121/85 0,0 %

Wulandari Perempuan 27 tahun 97/59 0,0 %

Rahayu Perempuan 27 tahun 102/72 0,0 %

Dari hasil di atas didapatkan 1 crew yang tekanan darahnya tinggi dan

hasil tes alkohol semua crew tidak terdeteksi alkohol.

3.4 Pengendaliaan resiko lingkungan di Bandara Sultan Syarif Kasim II

Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) merupakan barisan terdepan

Kementrian Kesehatan dalam cegah tangkal penyakit menular yang masuk di

Indonesia, khususnya kota pekanbaru. Kegiatan – Kegiatan yang dilaksanakan

dalam Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) berpedoman pada IHR (International

Health Regulation). IHR (International Health Regulation) mulai dikenal sejak

tahun 1969 yang kemudian direvisi pada tahun 1973, 1981, 1983 dan tahun 2005.
19

Menurut Kementerian RI, Bandar Udara adalah kawasan di daratan

dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat

pesawat udara mendarat dan lepas landas, naik turun penumpang, bongkar muat

barang, dan tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi, yang dilengkapi

dengan fasilitas keselamatan dan keamanan penerbangan, serta fasilitas pokok dan

fasilitas penunjang lainnya. Kegiatan yang dilakukan di bandara Sultan Syarif

Kasim II yaitu survey larva Aedes Aegypti, pengambilan sampel air dan

pemeriksaan Tempat Pengelolaan makanan Makanan (TPM).

1. Survey Larva Aedes Aegypti


Kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh pihak kkp untuk

melakukan pengawasan dan pengendalian pada area bandara terkait penyakit

yang ditularkan melalui nyamuk. Salah satu cara yang dilakukan oleh pihak KKP

adala denga melakukan pemasangan Lavitrap. Sejak tahun 2016 melalui KKP,

kemenkes bergerak untuk meningkatkan kewaspadaan mencegah kemungkinan

terjadinya penyakit yang ditularkan oleh nyamuk seperti zika, DBD, dll. Prinsip

utama dalam pengendalian nyamuk adalah bagaimana memutuskan mata rantai

atau siklus kehidupan nyamuk, Lavitrap atau perangkap larva adalah perindukan

nyamuk buatan yang berfungsi menjadi tempat nyamuk Aedes bertelur. Setelah

telur berkembang menjadi larva, kemudian larva bergerak ke dasar dan

terperangkap di bawah kasa sehingga larva tersebut tidak berkembang menjadi

nyamuk dewasa,walaupun menjadi nyamuk tidak akan bisa terbang lagi sehingga

mati dengan sendirinya.

Pemasangan Lavitrap ini merupakan salah satu cara memutus mata rantai

kehidupan nyamuk. Hasil Pemeriksaan yang dilakukan pada larva nyamuk di 20


20

area dibandara, tidak ditemukan adanya larva nyamuk dibak mandi, bak kakus

maupun dilavitrap yang terpasang. Pemeriksaan dilakukan dengan melihat

langsung bangunan dan kontainer baik yang ada jentik maupun yang bebas dari

jentik.

Alat yang digunakan: botol sampel (untuk menaruh larva), cidukan, center,

pipet kecil, botol sampel air.

Hasil survey dapat dilihat di table 3

Tabel 3.1 Hasil kegiatan Survey Larva Aedes Aegypti

NO NAMA BANGUNAN BAK BAK LAVITRAP


MANDI KAKUS
1 Toilet laki-laki (-) (+) (-)
2 Toilet perempuan (-) (-) (-)
3 Tempat wudhu perempuan (-) (-) (-)
4 Tempat wudhu laki-laki (-) (-) (-)
5 Nursery room (-) (-) (-)
6 GH corner (-) (-) (-)
7 Palm & bistro (-) (-) (-)
8 Long Potato (-) (-) (-)
9 Verina risoles (-) (-) (-)
10 Vanhollano (-) (-) (-)
11 Roti Boy (-) (-) (-)
12 Roti O (-) (-) (-)
13 AW (-) (-) (-)
14 Solaria (-) (-) (-)
15 Kimteng (-) (-) (-)
16 Bandara Sehat (-) (-) (-)
17 Snack Shop (-) (-) (-)

Keterangan: Hasil survey menerangkan bahwa dari 17 area di bandara hanya

terdapat 1 lavitrap yang (+), yaitu lavitrap yang di letakkan di

tempat toilet laki-laki.


21

2. Pengambilan Sampel Air

Sumber air bersih di Bandara Sultan Syarif Kasim II bersumber dari

sumur artesis. Sumber air tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan toilet

dan mushola serta sebagai sumber air untuk mencuci peralatan makan restoran di

lingkungan bandara. Pengambilan dan pemeriksaan air bersih dilaksanakan setiap

bulan. Pemeriksaan air dilakukan secara fisik, kimia dan bakteriologi. Secara

keseluruhan sampel air memenuhi syarat sebagai air bersih.

3. Tempat Pengelolaan Makanan

Pengawasan makanan dan minuman merupakan salah satu bagian yang

penting, dalam segala aktivitas kesehatan masyarakat, mengingat adanya

kemungkinan penyakit-penyakit akibat makanan dan minuman.Pengawasan

makanan dan minuman meliputi kegiatan usaha yang ditujukan kepada

kebersihan dan kemurnian makanan dan minuman agar tidak menimbulkan

penyakit.Kemurnian disini dimaksud murni menurut penglihatan maupun rasa.

Makanan dan minuman dibuat di berbagai tempat pengelolaan makanan dan

minuman, seperti jasa boga, rumah makan atau restoran, depot air minum,

industri rumah tangga pangan, sentra makanan jajanan, dan TPM lainnya.TPM

merupakan sarana yang sangat dibutuhkan untuk memenuhi konsumsi setiap

orang.

TPM merupakan salah satu istilah yang ada pada tupoksi Dinas

Kesehatan.Sejalan dengan meningkatnya jumlah dan jenis TPM yang sangat

beragam, dan makin beragam pula produk makanan dan minuman yang
22

dihasilkan. Dengan ini maka perlu adanya pengawasan yang diatur dalam Undang

Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan bab 6 upaya kesehatan pasal

109 tentang pengamanan makanan dan minuman.

Hygiene sanitasi tempat pengelolaan makanan di bandar udara memiliki

standar operasional prosedur yang digunakan untuk tempat pengelolaan

makanan di bandar udara. Standar operasional prosedur untuk rumah makan dan

restoran adalah Keputusan Menteri Kesehatan RI NO. 1098/Menkes/SK/VII/2003

tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah Makan Dan Restoran. Standar

operasional prosedur untuk jasaboga adalah Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 1096/Menkes/Per/VI/2011 Tentang Higiene Sanitasi

Jasaboga. Standar operasional prosedur untuk makanan jajanan adalah

Keputusan Menteri Kesehatan RI NO. 942/Menkes/SK/VII/2003 tentang

Pedoman Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1098/Menkes/Per/VII/2003, Rumah Makan adalah setiap tempat usaha komersial

yang ruang lingkup kegiatannya menyediakan makanan dan minuman untuk

umum di tempat usahanya. Sedangkan restoran adalah salah satu jenis usaha jasa

pangan yang bertempat disebagian atau seluruh bangunan yang permanen

dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan,

penyimpanan, penyajian dan penjualan makanan dan minuman bagi umum

ditempat usahanya. Hasil kegiatan pemeriksaan tempat pengelolaan makanan di

GH Corner mendapatkan skor 818 yang artinya tingkat mutu /laik hygiene sanitasi

sudah baik dan Palm & Bistro mendapatkan skor 894 yang artinya mutu/laik

hygine sanitasi sudah baik.


23
24

3.5 Pelaksanaan vaksinasi

3.5.1 Pendahuluan

Infeksi meningococcus dapat terjadi secara endemik maupun epidemik.

Secara klinis keduanya tidak dapat dibedakan, tetapi serogroup dari strain yang

terlibat berbeda. Kasus endemik pada negara-negara berkembang disebabkan oleh

strain serogroup B yang biasanya menyerang usia dibawah 5 tahun, kebanyakan

kasus terjadi pada usia antara 6 bulan dan 2 tahun. Kasus epidemik disebabkan

oleh strain serogroup A dan C, yang mempunyai kecendrungan untuk menyerang

usia yang lebih tua.

Lebih dari setengah kasus meningococcus terjadi pada umur antara 1 dan

10 tahun. Penyakit ini relatif jarang didapatkan pada bayi usia ≤ 3 bulan. Kurang

dari 10% terjadi pada pasien usia lebih dari 45 tahun. Di AS dan Finland, hampir

55% kasus pada usia dibawah 3 tahun selama keadaan nonepidemik, sedangkan di

Zaria, Negeria insiden tertinggi terjadi pada pasien usia 5 sampai 9 tahun.

Keadaan geografis dan populasi tertentu merupakan predisposisi untuk terjadinya

penyakit epidemik.

Daerah Sub-saharan Meningitis Belt (Upper volta, Dahomey, Ghana dan

Mali di barat, hingga Niger, Nigeria, Chad, Sudan di timur) di mulai pada musism

panas/winter dry season (November-Desember),mencapai puncaknya pada akhir

April-awal Mei, saat angin gurun Harmattan berkepanjangan dan tingginya suhu

udara sepanjang hari diakhiri secara mendadak dengan dimulainya musim

penghujan. Walaupun terpaparnya populasi yang rentan terhadap strain baru yang

virulen mungkin merupakan penyebab epidemik, beberapa faktor lain termasuk

lingkungan yang padat penduduk, adanya kuman saluran nafas pathogen lain,
25

hygiene yang rendah dan lingkungan yang buruk merupakan pencetus untuk

terjadinya infeksi epidemik. Infeksi N. meningitidis semata-mata hanya mengenai

manusia.

Telah terbukti bahwa tidak didapatkan adanya host antara, reservoar atau

transmisi dari hewan ke manusia pada infeksi M. meningitidis. Nasofarings

merupakan reservoar alami bagi meningococcus, transmisi dari kuman tersebut

terjadi lewat saluran pernafasan (airbone droplets), serta kontak seperti dalam

keluarga atau situasi recruit training.

Pada suatu studi yang dilakukan oleh Artenstein dkk, didapatkan bahwa

sebagian besar partikel dari droplet saluran nafas mengandung meningococcus.

Meningococcus bisa didapatkan pada kultur dari nasofaring dari manusia sehat,

keadaan ini disebut carrier. Hal tersebut dapat meningeal tergantung kepada

kemampuan dari kapsel polisakarida untuk menghambat aktivitas sistim

komplemen bakterisidal yang klasik dan menginhibisi phagositosis neutrophil.

Aktivasi dari sistim komplemen merupakan hal yang sangat penting dalam

mekanisme pertahanan terhadap infeksi N. meningitidis. Pasien dengan defisiensi

dari komponen terminal komponen (C5, C6, C7, C8 dan mungkin C9) merupakan

resiko tinggi untuk terinfeksi Neisseria (termasuk N. Meningitidis).

Meningitis meningokokkus masih menjadi ancaman kesehatan bagi

jemaah haji dan umrah pada saat ini dan dimasa yang akan datang. Hal ini

disebabkan karena kejadian Meningitis meningokokkus masih berjangkit di

berbagai negara yang mengirimkan jemaah haji. terutama di Afrika. Tahun 1988

WHO merekomendasikan setiap jemaah haji yang datang ke Arab Saudi

mendapatkan vaksinasi meningitis. Kasus meningitis pada Jemaah Haji Indonesia


26

terjadi pada tahull 1987, dimana wabah meningitis di Arab Saudi pada musim

haji dengan konfirmasi kasus sebanyak 99 orang dan meninggal 40 orang

(CFR=40,4%). Mengacu kepada surat dari, kerajaan Saudi Arabia (Nota

Diplomatik dari Ke Dubes Saudi Arabia Jakarta no: 588/PKNI/06/61) bahwa

setiap jemaah haji, tenaga kerja dan umroh harus mendapat imunisasi meningitis

untuk mendapatkan visa.

Ketentuan imunisasi meningitis adalah wajib bagi setiap jemaah haji dan

umrah, baik jemaah haji/umrah Indonesia maupun jemaah haji/umrah dari negara

lain Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 tahun 2016 tentang

Penyelenggaraan Ibadah Haji, Bab II pasal 3, menyatakan bahwa

Penyelenggaraan ibadah haji bertujuan untuk memberikan pembinaan, pelayanan,

dan perlindungan yang sebaik-baiknya bagi Jemaah Haji sehingga Jemaah Haji

dapat menunaikan ibadahnya sesuai dengan ketentuan ajaran agama Islam. Bab

VIII pasal 31 ayat 1 berbunyi pembinaan dan pelayanan kesehatan ibadah haji,

baik pada saat persiapan maupun pelaksanaan Penyelenggaraan 'Ibadah Haji

dilakukan oleh Kementerian Kesehatan.

Tujuan Penyelenggaraan Kesehatan Haji adalah meningkatkan kondisi

kesehatan jemaah haji sebelum keberangkatan, selama menunaikan ibadah,

sampai tiba kembali di tanah air serta mencegah terjadinya transmisi penyakit

menular yang mungkin terbawa keluar / masuk oleh jemaah haji Kepmenkes

Nomor 442/Menkes/SKNI/2009 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan

Haji menyatakan bahwa semua jemaah haji dan petugas harus divaksinasi

meningitis yang berlaku selama 3 tahun. Prioritas jenis imunisasi saat ini adalah

imunisasi meningitis (ACW135Y) bagi semua jemaah dan petugas yang


27

dilaksanakan di Puskesmas atau Rumah Sakit Kabupaten/Kota yang ditunjuk oleh

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

3.5.1. Landasan Hukum

1. Undang- Undang No.13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan lbadah

Haji;

2. Undang-Undang No.4 tahun 1984 tentang Wabah PenyakitMenular;

3. Undang-Undang No.1 Tahun 1962 tentang Karantina Laut;

4. Undang-Undang No.2 Tahun 1962 ,tentang Karantina Udara;

5. Peraturan Pemerintah No.13 tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis

Penerimaan Negara Bukan Pajak;

6. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.356/MENKES/PER/IV/2008

tentang Organisasi & Tata Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan;

7. Peraturan Pemerintah No.40 tahun 1991 tentang Pedoman

PenanggulanganWabah PenyakitMenular;

8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.4241Menkes/SWIV12007 tentang Pedoman Upaya Kesehatan

Pelabuhandalam rangka Karantina Kesehatan; .

9. Peraturan Menteri Kesehatin .RI No. 131lMenkeslPerllllll984

tentangPengamananKesehatan Perjalanan Peserta Umrah;

10. Instruksi Direktur .Jenderal Pengendalian Penyakit' dan Penyehatan

Lingkungan No.HK.07.01/D111.4/217/2008 tentang pemberlakuan Kartu

ICV baru;

11. International Travel and Health 2008

12. lnternational Health Regulations(IHR) 2005


28

3.5.3 Tujuan

Tujuan Umum : Mengetahui Sistem pemberian vaksinasi di KKP II

Pekanbaru.

Tujuan Khusus :

a. Untuk menegetahui alur Vaksinasi.

b. Untuk mengetahui jenis pemeriksaan sebelum dilakukan Vaksinasi.

c. Untuk mengetahui alat dan bahan yang digunakan selama

Vaksinasi.

d. Untuk mengetahui cara melakukan penyuntikan vaksinasi

e. Untuk mengetahui pengeluaran buku ICV.

3.5.4 Pelaksanaan Kegiatan

A. Waktu dan Tempat Kegiatan

Kegiatan vaksinasi dilakukan di Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP)

induk kelas II, Pekanbaru. Pada pagi hari Kamis tanggal 25 oktober 2018 jam

08.00-12.00 WIB.

B. Sarana dan Prasarana

I. Ruang Vaksinasi

Berisi : meja pemeriksaan, meja instrumen,tirai penutup.

II. Peralatan :

1. Tensimeter dan stethescope

2. Thermometer

3. Coldchain

4. Coolbox

5. Ice pack
29

6. Nierbeken

7. Gunting

III. Bahan

1. Vaksin MENIVAX ACYW135 1 Vial (0,5 ml/dosis)

2. Pelarut

3. Alkohol Swab

4. Handscoen

IV. Formulir:

1. Formulir permohonan vaksinasi,

2. Form status pasien,

3. Surat Keterangan kontra indikasi Vaksinasi ( Bahasa lnggris)

4. Buku ICV

3.5.5 Hasil kegiatan

a. Jenis kegiatan

 Pendaftaran

 Pemeriksaan Kesehatan oleh Dokter

 Pemberian Vaksinasi

 Pemeriksaan Laboratorium

 Penerbitan buku ICV

b. Langkah-langkah kegiatan

1. Peserta vaksinasi mendaftar di loket pendaftaran, membawa persyaratan

berupa fotocopi KTP, Pasport, Foto 4 x 6 berwarna dan formulir online

vaksinasi yang sudah dicetak.

2. Petugas akan menginput data peserta.


30

3. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan kepada peserta berupa pemeriksaan

fisik salah satunya pemeriksaan tinggi badan dan berat badan. Hasil

pemeriksaan ini dicatat dalam form status pasien, yang juga berisi tentang

riwayat alergi, riwayat vaksinasi dan riwayat penyakit dahulu;

4. Bila ditemukan kontra indikasi atas keterangan dokter ahli, maka

pemberian vaksinasi tidak dilakukan, maka kepada peserta diberikan

penjelasan tentang akibat yang rnungkin timbul bila tidak mendapatkan

imunisasi, dan diberikan surat keterangan secara tertulis;

5. Bila tidak ditemukan kontra indikasi, selanjutnya :

a. Vaksinator mencuci tangan dengan sabun, kemudian dilanjutkan

dengan memakai handscoen;

b. Ambil vaksin yang akan dipakai, lakukan pengecekan vial vaksin

untuk memastikan nama jenis vaksin, tanggal kadaluarsa dan

warna larutan vaksin;

c. Untuk kemasan vaksin yang berbentuk beku kering, dilakukan

pencampuran dengan cairan pelarutnya sesuai dengan petunjuk.

Kemudian dikocok sampai rata, lalu perhatikan warna larutan

vaksin. Warna larutan vaksin yang baik yaitu putih bening jernih,

jika tidak maka berarti larutan vaksin tersebut sudah rusak

walaupun belum kadaluarsa, jadi vaksin tersebut tidak dapat

digunakan.

d. Untuk vaksin yang sudah dioplos, maka sebaiknya di habiskan

dalam waktu 30 menit, jika sudah lewat batas waktu tersebut maka
31

efektifitas vaksin sudah berkurang, sisa vaksin tersebut tidak dapat

dipakai dan harus dibuang sesuai dengan prosedur;

e. Kemudian aspirasi larutan vaksin yang sudah siap pakai, lalu ganti

jarum suntiknya dengan yang baru. Vaksin sudah siap untuk

disuntikkan.

f. Setelah dilakukan dlsinfeksi pada kulit dengan alkohol swab,

kemudian dilakukan penyuntikan vaksin. Penyuntikan secara sub

kutan yaitu posisi jarum suntik menembus kulit dengan kemiringan

45 (posisi deltoid). Setelah jarum menembus kulit dilakukan

aspirasi sedikit untuk memastikan bahwa jarum suntik tidak masuk

kedalam pembuluh darah. Selanjutnya dilakukan penyuntikan

secara perlahan sampai larutan vaksin habis.

g. Setelah semua proses penyuntikan selesai, pisahkan syringe

disposible kedalam box khusus medis.

Anda mungkin juga menyukai