Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia, sehat
secara jasmani dan rohani. Kesehatan yang perlu diperhatikan selain kesehatan
tubuh secara umum, juga kesehatan gigi dan mulut, karena kesehatan gigi dan mulut
dapat mempengaruhi kesehatan tubuh secara menyeluruh.
Kesehatan gigi dan mulut seringkali menjadi prioritas yang kesekian bagi
sebagian orang, padahal seperti di ketahui gigi dan mulut merupakan pintu gerbang
masuknya kuman dan bakteri sehingga dapat mengganggu organ tubuh lainnya.
Gangguan yang berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut menjadi permasalahan
yang di alami oleh sebagian besar negara-negara di dunia. Masalah terbesar yang
di hadapi penduduk Indonesia seperti juga di negara-negara berkembang lainnya di
bidang kesehatan gigi dan mulut adalah penyakit jaringan karies gigi (caries
dentis).
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar Departemen Kesehatan (Riskesdas)
tahun 2018, berdasarakan indeks DMFT, jumlah rata-rata kerusakan gigi di
Indonesia orang dewasa adalah 7,0 % sedengkan target yang harus tercapai adalah
92 % dengan kata lain masih rendahnya kesadaran masyarakat Indonesia untuk
menjaga kesehatan gigi dan mulut.

1
Untuk mencapai kesehatan gigi dan mulut yang optimal, maka harus
dilakukan perawatan secara berkala. Perawatan dapat dimulai dari memperhatikan
diet makanan, jangan terlalu banyak makanan yang mengandung gula dan makanan
yang lengket. Pembersihan plaks dan sisa makanan yang tersisa dengan menyikat
gigi, teknik dan caranya jangan sampai merusak terhadap struktur gigi dan gusi.
Pembersihan karang gigi dan penambalan gigi yang berlubang oleh dokter gigi,
serta pencabutan gigi yang sudah tidak bisa dipertahankan lagi dan merupakan
fokal infeksi. Kunjungan berkala ke dokter gigi setiap enam bulan sekali baik ada
keluhan ataupun tidak ada keluhan. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, maka
akan dicapai suatu kesehatan gigi dan mulut yang optimal. Dengan demikian akan
meningkatkan kesehatan tubuh secara keseluruhan dan akan meningkatkan etos
kerja yang lebih balk lagi. Sehingga kesehatan jasmani dan rohani seperti yang
diharapkan akan tercapai
Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentin
dan sementum yang di sebabkan oleh aktivitas jasad renik dalam suatu karbohidrat
akibatnya terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksi
periapikal yang dapat menyebabkan rasa nyeri (Depkes, 2015)
2 Penelitian orang lain
3 Pasien yg berkenjung ke klinik seskoad
4 faktor
Poliklinik Pratama Seskoad didirikan sebagai kelengkapan sarana fasilitas
kesehatan sebagai upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan yang optimal
terhadap satuan, salah satunya melayani pemeriksan gigi dan mulut. Berdasarkan
data kesehatan Poliklinik Pratama SESKOAD Bandung pada tahun 2018 peyakit
yang sering terjadi pada anngota TNI diantaranya karies gigi, periodontal, dan
gingivitis.

Sebelum masuk engga ada karies tapi pas masuk sekarng ada

Karies gigi dipengaruhi oleh faktor umum, seperti usia, pendidikan, sosial
ekonomi dan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan gigi. Adapun faktor

2
resiko terjadinya karies gigi pada anggota TNI SESKOAD bahwa karies gigi
dipengaruhi oleh usia, pendidikan, lokasi tempat penugasan, perilaku cara menyikat
gigi dan kunjungan ke dokter gigi.
Maka berdasarkan uraian tersebut penulis mengangkat permasalahan faktor-
faktor yang mempengaruhi terjadinya karies gigi pada anggota TNI di Poliklinik
Pratama SESKOAD Bandung.

4.1 Rumusan Masalah


Apa sajakah faktor terjadinya karies gigi pada anggota TNI di Poliklinik
Pratama SESKOAD Bandung ?

4.2 Tujuan Penelitian


A. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang
menyebabkan karies gigi pada anggota TNI di Poliklinik Pratama
SESKOAD Bandung

B. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui faktor resiko karies gigi pada anggota TNI
SESKOAD Bandung
2. Untuk mengetahui pencegahan terhadap faktor resiko karies gigi
pada anggota TNI

4.3 Manfaat Penelitian


A. Bagi Peneliti
Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam
melakukan penelitian studi kasus di bidang kesehatan gigi dan mulut.
Khususnya tentang penyakit karies gigi pada anggota TNI SESKOAD
Bandung.

B. Bagi Akademik

3
Dapat menambah kepustakaan bagi kepentingan mahasiswa yang akan
datang dalam meningkatkan intelektual dan wawasan di bidang kesehatan
gigi dan mulut. Hasil penelitian dapat dimanfaatkan sebagai bahan bacaan
dan informasi dasar untuk penelitian selanjutnya.

C. Bagi Poliklinik

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pertimbangan bagi instansi

kesehatan dalam memberikan edukasi untuk meningkatkan mutu pelayanan

kesehatan dan pencegahan terjadinya karies gigi pada anggota TNI

SESKOAD Bandung.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Karies Gigi


A. Pengertian Karies Gigi
Karies gigi adalah merupakan infeksi jaringan gigi yang terjadi akibat
berbagai faktor penyebab yaitu waktu interaksi antara substansi gigi dengan
mikroorganisme serta konsumsi karbohidrat secara berlebihan yang
mengandung asam sehingga bakteria kariogenik berkoloni pada permukaan
gigi (Arora, 2011).
Tanda-tanda karies biasanya gigi terlihat berwarna coklat kehitaman
atau noda-noda putih, yang bila diraba dengan sonde email belum
tersangkut. Lama kelamaan bagian karies ini akan terasa kasar serta diikuti
dengan tertahannya sonde. Karies yang berwarna coklat kehitaman lebih
lama menimbulkan lubang pada gigi, sedangkan noda yang berwarna putih
lebih cepat (Nurhaliza, 2015).
Karies gigi dapat dialami oleh setiap orang karena adanya faktor-faktor
yang saling berinteraksi satu dengan yang lainnya. Faktor-faktor tersebut
meliputi faktor gigi, mikroorganisme, substrat dan waktu (Tarigan, 2013)

4
B. Klasifikasi Karies Gigi
1. Berdasarkan Stadium Karies
Pada klasifikasi ini, karies dibagi menurut dalamnya (Tarigan,
2013):
a. Karies Superfisialis
Karies baru mengenai email saja, sedang dentin belum terkena.
b. Karies Media
Karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi setengah
dentin.
c. Karies Profunda
Karies sudah mengenai lebih dari setengah dentin dan kadang-
kadang sudah mengenai pulpa. Karies profunda ini dapat kita
bagi lagi menjadi:
1) Karies profunda stadium I : Karies telah melewati setengah
dentin, biasanya belum dijumpai radang pulpa.
2) Karies profunda stadium II : Masih dijumpai lapisan tipis
yang membatasi karies dengan pulpa. Biasanya disini telah
terjadi radang pulpa.
3) Karies profunda stadium III : Pulpa telah terbuka dan
dijumpai bermacam-macam radang pulpa.
2. Berdasarkan Cara Meluasnya Karies
a. Karies Berpenetrasi
Karies yang meluas dari email ke dentin dalam bentuk kerucut.
Perluasannya secara penetrasi, yaitu merembes ke arah dalam.
b. Karies Nonpenetrasi
Karies yang meluas dari email ke dentin dengan jalan meluas ke
arah samping sehingga menyebabkan bentuk seperti periuk

C. Etiologi Terjaginya Karies Gigi


Ada yang membedakan faktor etiologi dengan faktor risiko karies.
Etiologi adalah faktor penyebab primer yang langsung mempengaruhi
biofilm (lapisan tipis normal pada permukaan gigi yang berasal dari saliva).

5
Faktor risiko karies adalah faktor modifikasi yang tidak langsung
mempengaruhi biofilm dan dapat.mempermudah terjadinya karies. Karies
terjadi bukan disebabkan karena satu kejadian saja seperti penyakit menular
lain, tetapi disebabkan serangkaian proses yang terjadi selama beberapa
kurun waktu. Karies dinyatakan sebagai penyakit multifaktorial yaitu
adanya beberapa faktor yang menjadi penyebab terbentuknya karies
(Chemiawan dkk, 2004).
Ada tiga faktor utama yang memegang peranan yaitu faktor host atau
tuan rumah, agen atau mikroorganisme, substrat atau diet dan ditambah
faktor waktu. Karies akan terjadi jika kondisi setiap faktor tersebut saling
mendukung yaitu tuan rumah (host) yang rentan, mikroorganisme yang
kariogenik, substrat yang sesuai dan waktu yang lama (Chemiawan dkk,
2004)
1. Faktor Host Atau Tuan Rumah
Ada beberapa faktor yang dihubungkan dengan gigi sebagai tuan
rumah terhadap karies yaitu faktor morfologi gigi, struktur email,
faktor kimia dan kristalografis. Pit dan fisur pada gigi posterior
terutama yang dalam, sangat rentan terhadap karies karena sisa-
sisa makanan mudah menumpuk di daerah tersebut. Permukaan
gigi yang kasar juga dapat menyebabkan plak mudah melekat dan
membantu perkembangan karies gigi. Email merupakan jaringan
tubuh dengan susunan kimia kompleks yang mengandung 97%
mineral (kalsium, fosfat, karbonat, fluor), air 1% dan bahan
organik 2%. Bagian luar email mengalami mineralisasi yang lebih
sempurna dan mengandung banyak fluor, fosfat, sedikit karbonat
serta air. Kepadatan kristal email sangat menentukan kelarutannya.
Semakin banyak email mengandung mineral maka kristalnya
semakin padat dan akan semakin resisten. Gigi pada anak lebih
mudah terserang karies dibanding gigi orang dewasa. Hal ini
disebabkan karena email gigi mengandung lebih banyak bahan
organik dan air sedangkan jumlah mineralnya lebih sedikit. Selain
itu, secara kristalografis kristal-kristal gigi pada anak-anak tidak

6
sepadat gigi orang dewasa. Mungkin alasan ini menjadi salah satu
penyebab tingginya prevalensi karies pada anak-anak.
2. Faktor Agen Atau Mikroorganisme
Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan
terjadinya karies. Plak adalah suatu lapisan lunak terdiri atas
kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu
matriks dimana matriks tersebut terbentuk dan
melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan.
Mikroorganisme yang menyebabkan karies gigi adalah kokus gram
positif, merupakan jenis yang paling banyak dijumpai seperti
Streptococcus mutans, Streptococcus sanguis, Streptococcus mitis
dan Streptococcus salivarius serta beberapa strain lainnya. Selain
itu, ada juga penelitian yang menunjukkan adanya laktobacillus
pada plak gigi. Pada penderita karies, jumlah laktobacillus pada
plak gigi berkisar 10.000 100.000 sel/mg plak.
3. Faktor Substrat Atau Diet
Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak
karena membantu perkembangbiakan dan kolonisasi
mikroorganisme yang ada pada permukaan email. Selain itu, dapat
mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plak dengan
menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi
asam serta bahan lain yang aktif yang menyebabkan timbulnya
karies. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang banyak
mengonsumsi karbohidrat terutama sukrosa cenderung mengalami
kerusakan pada gigi, sebaliknya pada orang dengan diet yang
banyak mengandung lemak dan protein hanya sedikit atau sama
sekali tidak mempunyai karies gigi. Hal ini penting untuk
menunjukkan bahwa karbohidrat memegang peranan penting
dalam terjadinya karies gigi .

7
4. Waktu
Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada
manusia yang berkembang dalam waktu beberapa bulan atau
tahun. Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang
menjadi suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan.

D. Faktor Resiko Karies Gigi


Karies merupakan peyakit multifaktorial, untuk dapat terjadinya karies
harus didapatkan berbagai macam faktor resiko. Faktor resiko adalah
berbagai aspek atau karakteristik dasar dari studi populasi yang
mempengaruhi kemungkinan terjadinya suatu penyakit. Adanya hubungan
sebab akibat antara faktor resiko dengan terjadinya karies penting sebagai
proses identifikasi dan menilai perkembangan lesi awal karies. Berikut 4
faktor resiko terjadinya karies gigi pada anggota TNI :
1. Umur
Pada studi epidemiologis terdapat suatu peningkatan prevalensi
karies sejalan dengan bertambahnya umur. Gigi yang paling akhir
erupsi lebih rentan terhadap karies karena sulitnya membersihkan
gigi yang sedang erupsi. Umur antara 40-50 tahun, pada umur ini
sudah terjadi retraksi atau menurunnya gusi dan papil sehingga,
sisa-sisa makanan sering lebih sukar dibersihkan.
2. Pendidikan
Demi menunjangnya karir, anggota TNI harus mengikuti
pendidikan untuk mendapatkan kenaikan pangkat lebih tinggi dari
pangkat sebelumnya. Selama mengikuti pendidikan anggota TNI
dipadatkan dengan aktivitas pendidikan dan latihan sehingga
selama mengikuti pendidikan, anggota TNI kurang memperhatikan
faktor kesehatan salah satunya kesehatan gigi dan mulut.
3. Lokasi Tempat Penugasan
Karies pada anggota TNI dipengaruhi juga oleh tempat dimana di
tugaskan, karena tempat penugasan di pengaruhi oleh oleh flour air
minum. Bila air minum mengandung flour 1 ppm maka gigi

8
mempunyai daya tahan terhadap karies, tetapi bila air minum
mengandung lebih besar dari 1 ppm maka akan terjadi mottled
teeth yang menyebabkan kerusakan email berupa bintik-bintik
hitam

jk
Pola makan

4. Prilaku Cara Menyikat Gigi


Menggosok gigi adalah bagian penting dari rutinitas kebersihan
mulut dari berbagai kotoran yang melekat pada permukaan gigi dan
gusi (ADA, 2016).
Insiden karies dapat dikurangi dengan melakukan penyingkiran
plak secara mekanis dari permukaan gigi, namun banyak pasien
tidak melakukannya secara efektif. Peningkatan oral higiene dapat
dilakukan dengan menggunakan alat pembersih interdental yang
dikombinasi dengan pemeriksaan gigi secara teratur. Pemeriksaan
gigi rutin ini dapat membantu mendeteksi dan memonitor masalah
gigi yang berpotensi menjadi karies (Pintauli dan Hamada, 2008).
Menggosok gigi dengan cara yang baik dan benar juga mampu
mengurangi plak di permukaan gigi sehingga dapat menurunkan
angka kejadian karies gigi. Hal ini dilihat dari frekuensi, waktu dan
teknik menggosok gigi (Andlaw, dkk, 1992)

E. Pencegahan Karies Gigi


Secara teori ada tiga cara untuk mencegah karies, yaitu (Kidd dan
Bechal, 2012):
1. Mengurangi dan membatasi frekuensi mengonsumsi gula,
mengonsumsi makanan pengganti gula seperti sorbitol, mannitol,
dan xylitol. Makanan seperti keju dan kacangkacangan yang

9
dimakan setelah makan gula telah terbukti menaikkan pH plak,
sehingga sangat dianjurkan sebagai makanan penutup dan sebagai
kudapan.
2. Meningkatkan ketahanan gigi. Email dan dentin yang terbuka
dapat dibuat lebih resisten terhadap karies dengan mengaplikasikan
fluor secara tepat. Pit dan fisur yang dalamdapat ditutup
menggunakan resin untuk mengurangi kerentanan terhadap karies.
3. Mengurangi kuman yang kariogenik dengan cara menyikat gigi
dengan benar dan teratur dan membersihkan daerah interdental
menggunakan benang gigi atau tusuk gigi.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian


A. Jenis Penelitian dan disain penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian diskriptif
kualitatif, karena dalam mengkaji permasalahan, peneliti tidak
membuktikan ataupun menolak hipotesis yang dibuat sebelum penelitian
tetapi mengolah data dan mengalisis suatu masalah secara non numerik.
Metode Kualitatif untuk menguji hipotesis/teori (sugiyono, 2016:38).
Berdasarkan rangkaian teori tentang penelitian kualitatif tersebut, karena
jenis penelitian ini memusatkan pada deskripsi data yang berupa kalimat-
kalimat yang memiliki arti mendalam yang berasal dari informan dan
perilaku yang di amati. Data hasil penelitian ini berupa fakta-fakta yang
ditemukan pada saat di lapangan oleh peneliti (Sugiyono, 2016).

Design penelitian yang digunakan adalah studi kasus tunggal holistik,


Menurut Yin (2015:18) penelitian studi kasus merupakan inkuiri empiris
yang menyelidiki fenomena di dalam konteks kehidupan nyata, bilamana
batas-batas antara fenomena dan konteks tak tampak dengan tegas; dan
dimana : multi sumber bukti dimanfaatkan.

10
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
A. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Pratama SESKOAD Bandung,
kaasan Komplek SESKOAD Jl. Gatot Subroto No. 96, Lingkar Selatan,
Lengkong, Kota Bandung pada tahun 2018.

B. Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan kegiatan sejak persiapan sampai dengan penulisan
laporan penelitian secara keseluruhan dilakukan selama kurang lebih tiga
bulan, yaitu sejak bulan November 2018 sampai dengan bulan Januari 2019.

3.3 Populasi
Populasi menurut Sugiyono (2008:48) adalah wilayah generalisasi yang
terdiri dari objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti guna dipelajari kemudian ditarik
kesimpulannya untuk dijadikan sebagai sumber data dalam suatu penelitian.
Populasi dalam penelitian ini adalah anggota TNI SESKOD Bandung yang
melakukan kunjungan kesehatan gigi.

3.4 Metoda atau Cara Pengumpulan Data


Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dari hasil wawancara mendalam (depth interview) dengan para informan.
Sedangkan data sekunder diperoleh dari data-data terkait yaitu dengan melakukan
penelusuran serta pengumpulan dokumen berupa berbagai keterangan maupun
informasi yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, seperti laporan dan
referensi/catatan yang berkaitan.
Metode yang digunakan untuk proses pengumpulan data dalam penelitian
ini adalah dengan proses trianggulasi, yaitu :

11
1. Wawancara mendalam (Indepth Interview)
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Wawancara
dilakukan oleh kedua belah pihak, yaitu pewawancara (interviewer)
yang akan mengajukan pertanyaan terhadap informan (interviewee)
dengan bantuan panduan wawancara. Supaya hasil wawancara terekam
baik maka digunakan alat bantu yaitu alat tulis, kamera, handphone
untuk merekam

2. Pengamatan/ Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan meliputi pemusatan perhatian
terhadap suatu objek dengan menggunakan alat indra.
3. Dokumentasi
Metode ini dilakukan dengan cara mengumpulkan dokumen
pendukung yang diperlukan dalam bentuk tertulis, baik dari laporan
dan hasil penelitian, referensi termasuk buku – buku yang dipakai
dalam studi kepustakaan.

3.5 Metoda Analisis Data


Prinsip pokok teknik analisis kualitatif ialah mengolah dan menganalisa
data data terkumpul menjadi data yang sistematik, teratur, terstruktur dan
mempunyai makna (Moleong, 2012).
Menurut Sugiyono (2010) analisis data adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam
kategori, menjabarkan ke unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola,
memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan
sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

12
Huberman dan Miles (1992) yang diterjemahkan oleh Tjetjep Rohendi
(2009), menyebutkan proses analisis data dalam penelitian kualitatif berlangsung
pada saat sebelum terjun ke lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di
lapangan. Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan proses analisis data
selama di lapangan. Analisis data kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data
berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada
saat wawancara peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang di
wawancarai. Bila jawaban informan setelah dianalisis terasa belum memuaskan
maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi sampai tahap tertentu.
Langkah-langkah dalam analisis data secara interaktif adalah sebagai
berikut : reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan / verifikasi.

1. Reduksi data
Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan , pengabstrakan, dan transformasi data ”kasar’’ yang
muncul dari catatan – catatan tertulis di lapangan.
2. Penyajian data
Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Penyajian penyajian yang lebih baik merupakan suatu cara yang utama
bagi analisis kualitatif yang valid. Penyajian data bisa dalam bentuk
matriks, grafik, jaringan maupun bagan.
3. Penarikan kesimpulan/ verifikasi
Kesimpulan dalam penelitian ini dapat berupa suatu temuan baru yang
sebelumnya belum pernah ada. Temuan ini dapat berupa deskripsi atau
gambaran hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.

Dalam pengujian keabsahan data, metode penelitian kualitatif


menggunakan istilah yang berbeda dengan penelitian kuantitatif (Sugiyono,
2010), dimana untuk uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi

13
uji Kredibilitas (credible), Keteralihan (transferability), Keandalan
(dependability, auditability) dan dapat Dikonfirmasi (Confirmability).
Uji Kredibilitas (credible) dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan
berbagai cara, salah satunya dengan cara Triangulasi yang diartikan sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai
waktu, dimana :
1. Triangulasi Sumber : dimana untuk menguji kredibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa
sumber yang selanjutnya dideskripsikan, dikategorisasikan, mana
pandangan yang sama, yang berbeda, dan mana yang spesifik dari
berbagai sumber data tersebut. Data yang telah dianalisis oleh peneliti,
menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan
(member check) dengan sumber data tersebut.
2. Triangulasi Teknik : dilakukan dengan cara mengecek data kepada
sumber data yang sama namun dengan teknik yang berbeda. Misalnya
data yang diperoleh dengan cara wawancara, lalu dicek kembali dengan
cara observasi, dokumentasi yang ada atau dengan kuesioner. Bila
dengan tiga teknik pengujian kredibilitas data tersebut menghasilkan
data yang berbeda-beda, maka peneliti harus melakukan diskusi lebih
lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain untuk
memastikan data mana yang dianggap benar, atau mungkin semuanya
benar dikarenakan sudut pandang yang berbeda-beda.
3. Triangulasi Waktu : data dikumpulkan dengan teknik wawancara pada
pagi hari, diharapkan belum banyak masalah dan urusan akan
memberikan data yang lebih valid sehingga akan lebih kredibel. Untuk
itu dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan
cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik
lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan
data yang berbeda, maka dilakukan dengan cara berulang-ulang agar
kepastian datanya bisa diperoleh.

14
15

Anda mungkin juga menyukai