Kelompok : A2
Ketua : Ayunda Puspita Putri (1102017044)
Sekretaris : Chintya Rizky Maharani (1102017057)
Anggota : Kinaryochi Wijaya (1102016098)
Inggit Sukmawati (1102017110)
Armain (1102017039)
Dimas Rizky Nawawi (1102017072)
Habieb Al-Hasan Assegaff (1102017100)
Amalia Ramadhani (1102017020)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
Jalan Letjen Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta 10510
Telp.62.21.4244574 Fax. 62.21. 424457
DAFTAR ISI
Daftar Isi ................................................................................................................................
Dasar Teori.............................................................................................................................
Tujuan ....................................................................................................................................
Tata Kerja...............................................................................................................................
Hasil Praktikum .....................................................................................................................
Pembahasan............................................................................................................................
Kesimpulan ............................................................................................................................
Daftar Pustaka ........................................................................................................................
TAHAN NAFAS, TEKANAN PERNAFASAN
DASAR TEORI
Setiap makhluk hidup seperti manusia untuk melangsungkan hidupnya ia perlu bernafas. Ada 2
macam pengertian pernafasan berdasarkan jalurnya yaitu Pernapasan luar adalah pertukaran
udara yang terjadi antara udara dalam alveolus dengan darah dalam kapiler dan Pernapasan
dalam adalah pernapasan yang terjadi antara darah dalam kapiler dengan sel-sel tubuh.
Fungsi utama paru-paru yaitu untuk pertukaran gas antara darah dan atmosfer (West,
1974).
Untuk melaksanakan fungsi tersebut, pernapasan dapat dibagi menjadi empat mekanisme
dasar, yaitu:
1. Ventilasi paru, yang berarti masuk dan keluarnya udara antara alveoli dan atmosfir
2. Diffusi dari oksigen dan karbon dioksida antara alveoli dan darah
3. Transport dari oksigen dan karbon dioksida dalam darah dan cairan tubuh ke dan dari sel
4. Pengaturan ventilasi
(Guyton & Hall, 1996)
Ventilasi merupakan suatu proses pemindahan udara inspirasi ke dalam alveolar (Astrand,
1970). Ventilasi paru tersebut dipengaruhi oleh:
1.Volume paru
2.Resistensi terhadap aliran yang terjadi di dalam saluran nafas
3.Sifat elasitik atau daya kembang paru dan dinding dada
(Sodeman, 1995)
Pada saat beraktivitas, ventilasi meningkat pula sesuai dengan beratnya aktivitas tersebut
(Astrand, 1970).
Volume paru normal sangat dipengaruhi oleh ukuran sistem pernapasan dan usia. Volume
paru pria juga lebih besar daripada wanita. Pada saat gerak badan, ambilan oksigen dapat
mencapai 4-6 liter per menit dan volume udara inspirasi per menit dapat meningkat sampai
dua puluh kali lipat. Keadaan ini dicapai dengan peningkatan volume tidal dan frekwensi
pernapasan (Horisson, 1997).
Compliance atau daya kembang paru adalah perubahan volume per liter yang disebabkan
oleh tiap perubahan satu unit cmHg (Astrand, 1970). Daya kembang paru juga tergantung
pada ukuran paru. Jadi daya kembang bayi lebih kecil daripada orang dewasa, dan daya
kembang orang yang berbadan kecil juga berbeda dengan daya kembang orang yang
berbadan besar (Guyton & Hall, 1996).
Uji fungsi paru terbagi atas dua kategori, yaitu uji yang berhubungan dengan ventilasi paru
dan dinding dada, serta uji yang berhubungan dengan pertukaran gas. Uji fungsi ventilasi
termasuk pengukuran volume paru-paru dalam keadaan statis atau dinamis. Uji fungsi paru
ini dapat memberikan informasi yang berharga mengenai keadaan paru, walaupun tidak ada
uji fungsi paru yang dapat mengukur semua kemungkinan yang ada. Metode sederhana untuk
meneliti ventilasi paru adalah merekam volume pergerakan udara yang masuk dan keluar dari
paru, dengan proses yang dinamakan spirometri, dengan menggunakan spirometer. Dari
spirometri didapatkan dua istilah yaitu volume dan kapasitas paru (Guyton & Hall, 1996;
Astrand, 1970).
Volume Paru
Berdasarkan gambar di atas, volume paru terbagi menjadi 4 bagian, yaitu:
1. Volume Tidal adalah volume udara yang diinspirasi atau diekspirasi pada setiap kali
pernapasan normal. Besarnya ± 500 ml pada rata-rata orang dewasa.
2. Volume Cadangan Inspirasi adalah volume udara ekstra yang diinspirasi setelah volume
tidal, dan biasanya mencapai ± 3000 ml.
3. Volume Cadangan Eskpirasi adalah jumlah udara yang masih dapat dikeluarkan dengan
ekspirasi kuat pada akhir ekspirasi normal, pada keadaan normal besarnya ± 1100 ml.
4. Volume Residu, yaitu volume udara yang masih tetap berada dalam paru-paru setelah
ekspirasi kuat. Besarnya ± 1200 ml.
(Guyton & Hall, 1996; Astrand, 1970)
Kapasitas Paru
Kapasitas paru merupakan gabungan dari beberapa volume paru dan dibagi menjadi empat
bagian, yaitu:
1. Kapasitas Inspirasi, sama dengan volume tidal + volume cadangan inspirasi. Besarnya ±
3500 ml, dan merupakan jumlah udara yang dapat dihirup seseorang mulai pada tingkat
ekspirasi normal dan mengembangkan paru sampai jumlah maksimum.
2. Kapasitas Residu Fungsional, sama dengan volume cadangan inspirasi + volume residu.
Besarnya ± 2300 ml, dan merupakan besarnya udara yang tersisa dalam paru pada akhir
eskpirasi normal.
3. Kapasitas Vital, sama dengan volume cadangan inspirasi + volume tidal + volume
cadangan ekspirasi. Besarnya ± 4600 ml, dan merupakan jumlah udara maksimal yang
dapat dikeluarkan dari paru, setelah terlebih dahulu mengisi paru secara maksimal dan
kemudian mengeluarkannya sebanyak-banyaknya.
4. Kapasitas Paru Total, sama dengan kapasitas vital + volume residu. Besarnya ± 5800 ml,
adalah volume maksimal dimana paru dikembangkan sebesar mungkin dengan inspirasi
paksa.
(Guyton & Hall, 1996; Astrand, 1970)
Volume dan kapasitas seluruh paru pada wanita ± 20-25% lebih kecil daripada pria, dan lebih
besar pada atlet dan orang yang bertubuh besar daripada orang yang bertubuh kecil dan
astenis (Guyton & Hall, 1996).
TUJUAN :
Pada akhir latihan ini mahasiswa harus dapat:
1. Menetapkan tercapainya breaking point seseotang pada waktu menahan nafas pada
berbagai kondisi pernapasan.
2. Menerangkan perbedaan lamanya menahan nafas pada kondisi pernafasan yang berbeda-
beda.
3. Mengukur tekanan pernapasan dengan manometer air raksa dan manometer air.
Tata Kerja
1.Tahan Napas.
Tetapkanlah lamanya o.p dapat menahan napas (dalam detik) dengan cara menghentikan
pernapasan dan menutup mulut dan hidungnya sendiri sehingga tercapai breaking point pada
berbagai kondisi pernapasan sperti tercantum dalam daftar di bawah ini (berilah istirahat 5
menit antara 2 percobaan).
1. Pada akhir inspirasi biasa.
P.IV.1.3. Bagaimana perubahan pO² dan pCO² dalam udara alveoli dan darah pada waktu
kerja otot dan dalam keadaan hiperventilasi ?
Jawaban: Jika terjadi penurunan ventilasi alveolar relatif terhadap perfusinya, PO2 di
alveolus menurun akibat berkurangnya pengiriman O2 ke alveolus dan PCO2 meningkat
karena menurunnya pengeluaran CO2. Sebaliknya, bila perfusi berkurang secara relative
terhadap ventilasi, PCO2 akan berkurang karena lebih sedikit CO2 yang dikirimkan dan
PO2 meningkat karena lebih sedikit O2 yang memasuki aliran darah.
2. Tekanan Pernafasan
DASAR TEORI
Inspirasi
Udara masuk ke paru karena PBar > PParu
Pada saat inspirasi biasa PAlveol lebih negatif dari tekanan barometer atau
PA = - 1 mmHg (dibanding dengan Pbar )
Jika PBar = 760 mmHg → PA = 759 mmHg
Pada saat inspirasi maksimal PA = - 80 mmHg
Ekspirasi
Udara keluar dari paru karena PBar < PParu
Pada saat ekspirasi biasa PA = + 1 mmHg
Jika PBar = 760 mmHg → PA = 761 mmHg
Pada saat ekspirasi maksimal PA = + 100 mmHg
DASAR TEORI
Orang sehat dapat menghembuskan 75-80% atau lebih FVC-nya dalam satu detik > rasio
FEV1/FVC = 75-80%
Obstructive
Jalan nafas yang menyempit akan mengurangi voulume udara yang dapat dihembuskan pada
satu detik pertama ekspirasi. Amati bahwa FVC hanya dapat dicapai setelah ekshalasi yang
panjang. Rasio FEV1/FVC berkurang secara nyata. Ekspirasi diperlama dengan peningkatan
perlahan pada kurva, dan plateau tidak tercapai sampai waktu 15 detik.
Restrictive
FEV1 dan FVC menurun. Karena jalan nafas tetap terbuka, ekspirasi bisa cepat dan selesai dlm
waktu 2-3 detik. Rasio FEV1/FVC tetap normal atau malah meningkat, tetapi volume
udara yang terhirup dan terhembus lebih kecil dibandingkan normal.
Mixed
Ekspirasi diperlama dengan peningkatan kurva perlahan mencapai plateau. Kapasitas vital
berkurang signifikan dibandingkan gangguan obstruktif. Pola campuran ini, jika tidak terlalu
parah, sulit dibedakan dengan pola obstruktif.
TUJUAN
Dalam latihan ini akan dipelajari:
1. Kapasitas vital fungsional.
2. Kapasitas vital.
3. Kapasitas residu fungsional.
4. Kurva “Flow Volume”.
GAMBAR ILUSTRASI
Pembahasan
Terlihat pada hasil percobaan, waktu tahan nafas akan lebih lama jika dilakukan
setelah inspirasi dan akan waktu tahan nafas akan lebih cepat jika dilakukan setelah
ekspirasi. Dan waktu tahan nafas akan semakin bertambah ketika o.p melakukan inspirasi
yang kuat, dan akan semakin berkurang jika o.p melakukan ekspirasi maksimal. Hal ini
berkaitan dengan volume oksigen yang terdapat pada paru-paru. Semakin banyak volume
oksigen dalam paru-paru, semakin lama o.p dapat menahan nafas. Ketika o.p mencapai
breaking point (kemampuannya untuk menahan nafas) maka o.p akan melakukan ventilasi
kembali untuk memasok tubuh dengan oksigen lagi. Ketika o.p melakukan tahan nafas
setelah berlari, waktu tahan nafas nya akan semakin cepat. Karena pada saat beraktivitas,
ventilasi meningkat pula sesuai dengan beratnya aktivitas tersebut. Lalu, setelah o.p
beristirahat dan volume oksigen tubuh sudah mencukupi maka ventilasi akan kembali seperti
semula.
Pembahasan
Pada saat inspirasi tekanan dalam saluran udara menjadi sedikit lebih negatif, dan udara
mengalir kedalam paru. Inspirasi merupakan proses aktif karena memerlukan kontraksi otot
diafragma dan otot inspirasi (m.interkostalis externus) yang akan meningkatkan volume
intratoraks.
Pada saat ekspirasi tekanan dalam saluran udara menjadi sedikit positif, dan udara mengalir
meninggalkan paru. Saat pernapasan tenang, ekspirasi merupakan proses pasif yang tidak
memerlukan kontraksi otot untuk menurunkan volume intratoraks.
Pada inspirasi kuat, pengembangan jaringan paru menjadi lebih besar, karena tekanannya pun
turun lebih negatif dibanding inspirasi biasa. Bila ventilasi meningkat, derajat pengempisan
jaringan paru juga ditingkatkan oleh kontraksi aktif otot ekspirasi yang menurunkan volume
intratoraks.
Hasil:
VC = 4,62 = 81%
FVC = 1,78 = 33%
FEV1 = 1,78 = 1,8 %
𝐹𝐸𝑉1 1,78
= X 100 % = 100%
𝐹𝑉𝐶 1,78
Hasil baik, tidak terdapat obstruksi.
Daftar Pustaka
Ganong WF. Review Of Medical Physiology. 23rd ed. San Fransisco : McGraw-Hill ; 2005
Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 11th ed. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2008.p.499-502.
Sherwood L. Human Physiology : From Cell to System. 7th ed. Canada : Brooks/Cole
Cengage Learning ; 2007.p.480-1.