Anda di halaman 1dari 6

Nama : Noven Syahdan Rizaldi

Nim : 180020102011006

Pertimbangan Lainnya dan Laporan Atas Pemrosesan Transaksi


Oleh Organisasi Jasa
1. Komunikasi dengan Komite Audit
Komite audit atau pihak yang secara formal ditunjuk untuk mengawasi proses pelaporan
keuangan yang bertanggung jawab kepada badan yang setara dengan komite audit (seperti
komite keuangan atau komite anggaran) dan semua perikatan dengan Bapepam. Komunikasi
dapat berbentuk lisan atu tertulis. Jika informasi dikomunikasikan secara lisan, auditor harus
mendokumentasikan komunikasi tersebut dengan catatan atau memo memadai dalam kertas
kerja. Bila auditor berkomunikasi dalam bentuk lisan, laporan harus menunjukan bahwa hal itu
hanya dimaksudkan untuk digunakan oleh komite audit atau dewan komisaris dan jika
diperlukan oleh manajemen.
Dalam keadaan tersebut, auditor harus puas bahwa komunikasi telah benar-benar terjadi.
Umumnya, tidaklah perlu untuk mengulangi komunikasi masalah yang selalu terjadi berulang
setiap tahun. Namun, secara berkala auditor harus mempertimbangkan apakah semestinya dan
tepat waktu untuk melaporkan masalah tersebut, dengan adanya perubahan komite audit atau
hanya karena berlalunya waktu.
Masalah yang dikomunikasikan adalah sebagai berikut:
1. Tanggung Jawab Auditor Berdasarkan Standar Auditing yang Ditetapkan Ikatan
Akuntan Indonesia
Agar komite audit memahami sifat keyakinan yang diberikan oleh suatu audit, auditor
harus mengkomunikasikan tingkat tanggung jawab yang dipikulnya mengenai masalah-masalah
tersebut berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Juga penting
bagi komite audit untuk memahami bahwa standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan
Indonesia didesain untuk memperoleh keyakinan memadai, bukan mutlak, atas laporan
keuangan.
2. Kebijakan Akuntansi Siginifikan
Auditor harus menentukan bahwa komite audit mendapatkan informasi tentang pemilihan
dan perubahan kebijakan akuntansi atau pelaksanaannya. Auditor juga harus menentukan bahwa
komite audit mendapatkan informasi tentang metode yang digunakan untuk
mempertanggungjawabkan transaksi signifikan yang tidak biasa dan dampak kebijakan akuntansi
signifikan untuk isu akuntansi yang baru atau kontroversial yang belum ada panduan atau
kesepakatan mengenai perlakuan akuntansinya dari badan berwenang.
3. Pertimbangan Manajemen dan Estimasi Akuntansi
Estimasi akuntansi merupakan bagian terpadu dari laporan keuangan yang disusun oleh
manajemen dan didasarkan atas pertimbangan kini manajemen. Pertimbangan tersebut biasanya
didasarkan atas pengetahuan dan pengalaman tentang peristiwa sekarang dan masa lalau serta
asumsi tentang peristiwa masa yang akan datang. Auditor harus menentukan komite audit
mendapatkan informasi tentang proses yang digunakan oleh manajemen dalam merumuskan
estimasi akuntansi yang sangat sensitif tersebut dan tentang dasar yang dipakai oleh auditor
dalam menyimpulkan kewajaran estimasi tersebut.
4. Penyesuaian Audit Signifikan
Auditor harus memberikan informasi kepada auditee tentang penyesuaian yang timbul
dari audit yang menurut pertimbangannya dapat berdampak signifikan atas proses pelaporan
entitaas, baik secara individu atau secara bersama-sama. Masalah yang menjadi dasar
penyesuaian yang disusulkan oleh auditor, namun tidak dicatat oleh entitas dapat secara potensial
menyebabkan salah saji material dalam laporan keuangan masa yang akan datang, meskipun
auditor berkesimpulan bahwa penyesuaian tersebut tidak material bagi laporan keuangan
sekarang.
5. Informasi Lain dalam Dokumen yang Berisi Laporan Keuangan Auditan
Komite audit seringkali mempertimbangkan informasi yang disusun oleh manajemen
yang menyertai laporan keuangan entitas. Perusahaan tertentu yang menyerahkan laporan kepada
Bapepam diharuskan untuk menyajikan informasi “Analisis dan Pembahasan Umum oleh
Manajemen” terhadap kondisi keuangan dan hasil usaha dalam laporan tahunan kepada
pemegang saham. Auditor harus membicarakan dengan komite audit mengenai tanggung
jawabnya atas informasi lain dalam dokumen yang berisi laporan keuangan auditan, dan
prosedur yang telah dilaksanakan, serta hasilnya.
6. Ketidaksepakatan dengan Manajemen
Ketidaksepakatan dengan manajemen dapat terjadi sehubungan dengan penerapan prinsip
akuntansi terhadap transaksi dan peristiwa khusus entitas serta basis yang digunakan oleh
manajemen untuk membuat estimasi akuntansi. Ketidaksepakatan dapat juga timbul berkaitan
dengan lingkup audit, pengungkapan yang dicantumkan dalam laporan keuangan entitas, serta
kata-kata yang digunakan oleh auditor dalam laporan auditnya. Auditor harus membahas dengan
komite audit setiap ketidaksepakatannya dengan manajemen, baik yang dapat diselesaikan
dengan memuaskan maupun yang tidak, tentang masalah-masalah yang secara individual
maupun bersama-sama signifikan terhadap laporan keuangan entitas atau laporan auditor.
7. Konsultasi dengan Akuntan Lain
Dalam beberapa hal, manajemen dapat memutuskan untuk berkonsultasi dengan akuntan
lain tentang masalah auditing dan akuntansi. Bila auditor mengetahui bahwa konsultasi semacam
ini terjadi, ia harus membahas dengan komite audit mengenai pandangannya terhadap masalah
signifikan yang dikonsultasikan oleh manajemen.
8. Isu Utama yang Dibicarakan dengan Manajemen sebelum Keputusan
Mempertahankan Auditor
Auditor harus membahas dengan komite audit mengenai isu utama yang telah dibahas
dengan manajemen yang berkaitan dengan usaha mula-mula atau usaha selanjutnya untuk tetap
mempertahankan penggunaan jasa auditor tersebut termasuk, diantarannya, pembahasan
mengenai penerapan prinsip akuntansi dan standar auditing.
9. Kesulitan yang Dijumpai dalam Pelaksanaan Audit
Auditor harus memberikan informasi kepada komite audit bila terdapat kesulitan serius
yang dijumpainya dalam berhubungan dengan manjemen mengenai pelaksanaan audit. Hal ini
termasuk, diantaranya, penundaan yang tidak beralasan oleh manajemen mengenai saat
dimulainya audit atau penyediaan informasi yang diperlukan, dan apakah jadwal waktu yang
dibuat oleh manajemen masuk akal dalam keadaan tersebut. Masalah lain yang mungkin
dijumpai oleh auditor adalah tidak tersedianya personel klien dan kegagalan personel klien untuk
menyelesaikan daftar yang dibuat klien pada waktunya, jika auditor menganggap masalah ini
signifikan, ia harus memberitahu komite audit.
2. Pelaporan Pengendalian Internal
Selama melaksanakan audit, auditor mungkin mengetahui persoalan yang menyangkut
pengendalian intern yang mungkin perlu diketahui oleh komite audit. Secara khusus, ini adalah
persoalan yang menarik perhatian auditor, yang menurut pertimbangannya, harus
dikomunikasikan kepada komite audit, karena merupakan kekurangan material dalam desain atau
operasi pengendalian intern, yang berakibat buruk terhadap kemampuan organisasi tersebut
dalam mencatat, mengolah, mengikhtisarkan, dan melaporkan data keuangan yang konsisten
dengan asersi manajemen dalam laporan keuangan. Kekurangan demikian dapat mencakup aspek
lima komponen pengendalian intern, yaitu: (a) lingkungan pengendalian, (b) penaksiran risiko,
(c) aktivitas pengendalian, (d) informasi dan komunikasi, dan (e) pemantauan. Auditor mungkin
juga mengidentifikasi persoalan yang menurut pertimbangannya, bukan merupakan kondisi yang
dapat dilaporkan, namun auditor mungkin memutuskan untuk mengkomunikasikan persoalan
demikian bagi kepentingan manajemen dan bagi penerima semestinya laporan audit lainnya.
Tujuan auditor dalam mengaudit laporan keuangan adalah untuk menyatakan pendapat
atas laporan keuangan entitas secara keseluruhan. Auditor tidak berkewajiban mencari kondisi
yang dapat dilaporkan. Namun, auditor mungkin menemukan kondisi yang dapat dilaporkan
melalui pertimbangannya atas komponen pengendalian intern, penerapan prosedur audit terhadap
saldo akun dan transaksi, atau mungkin dengan cara lain selama pelaksanaan audit. Ditemukan
atau tidaknya kondisi yang dapat dilaporkan akan berbeda antara satu perikatan dengan perikatan
yang lain, karena dipengaruhi oleh sifat, saat, dan lingkup prosedur audit serta faktor-faktor
lainnya, seperti ukuran entitas, kerumitan dan sifat serta keanekaragaman kegiatan usahanya.
Adanya kondisi yang dapat dilaporkan yang menyangkut desain atau operasi
pengendalian intern mungkin telah diketahui, dan dalam kenyataannya, mungkin merupakan
keputusan yang diambil dengan sadar oleh manajemen - suatu keputusan yang diketahui oleh
komite audit - untuk menerima tingkat risiko tersebut karena pertimbangan biaya atau
pertimbangan lainnya. Hal ini merupakan tanggung jawab manajemen untuk mengambil
keputusan mengenai biaya yang akan ditanggung serta manfaat yang bersangkutan. Auditor
dapat memutuskan bahwa permasalahan tersebut tidak perlu dilaporkan asalkan komite audit
telah mengetahui kekurangan tersebut dan memahami risiko yang bersangkutan. Secara berkala,
auditor harus mempertimbangkan, apakah karena perubahan dalam manajemen, penerima
laporan, atau hanya karena berjalannya waktu, perlu untuk melaporkan permasalahan demikian
secara tepat waktu.
Pada waktu menentukan lingkup auditnya, auditor dan kliennya mungkin membicarakan
pengendalian intern dan berfungsi atau tidaknya pengendalian tersebut. Klien mungkin meminta
auditor untuk waspada terhadap permasalahan tertentu. Auditor sebaiknya juga melaporkan
masalah lain, yang menurut penilaiannya, berguna untuk manajemen, walaupun tanpa
permintaan khusus untuk itu.
Lingkup yang disepakati bersama antara auditor dan klien untuk melaporkan kondisi yang
ditemukan dapat meliputi, misalnya, adanya kondisi yang dikemukakan oleh klien, atau hasil
penyelidikan lebih lanjut dari permasalahan yang ditemukan untuk mengidentifikasikan
penyebabnya. Dalam lingkup demikian, mungkin auditor diminta untuk mengunjungi lokasi
tertentu, menilai prosedur pengendalian tertentu, atau melaksanakan prosedur tertentu yang tidak
direncanakan sebelumnya.
3. Dampak Keberadaan Fungsi Audit Internal
Auditor mempertimbangkan banyak faktor dalam menentukan sifat, saat, dan lingkup
prosedur audit yang harus dilaksanakan dalam suatu audit atas laporan keuangan entitas. Salah
satu faktor adalah eksistensi fungsi audit intern. Auditor intern bertanggung jawab untuk
menyediakan jasa analisis dan evaluasi, memberikan keyakinan dan rekomendasi, dan informasi
lain kepada manajemen entitas dan dewan komisaris, atau pihak lain yang setara wewenang dan
tanggung jawabnya. Untuk memenuhi tanggung jawabnya tersebut, auditor intern
mempertahankan objektivitasnya yang berkaitan dengan aktivitas yang diauditnya.
Tanggung jawab penting fungsi audit intern adalah memantau kinerja pengendalian
entitas. Pada waktu auditor berusaha memahami pengendalian intern, ia harus berusaha
memahami fungsi audit intern yang cukup untuk mengidentifikasi aktivitas audit intern yang
relevan dengan perencanaan audit. Lingkup prosedur yang diperlukan untuk memahaminya
bervariasi, tergantung atas sifat aktivitas audit intern tersebut.
Pekerjaan auditor intern dapat berdampak terhadap sifat, saat, dan lingkup audit, termasuk:
a. Prosedur yang dilaksanakan oleh auditor pada saat berusaha memahami pengendalian intern
entitas.
b. Prosedur yang dilaksanakan oleh auditor pada saat menetapkan risiko.
c. Prosedur substantif yang dilaksanakan oleh auditor.
Meskipun pekerjaan auditor intern berdampak terhadap prosedur audit, auditor harus
melaksanakan prosedur untuk memperoleh bukti audit kompeten yang cukup untuk mendukung
laporan auditor. Bukti yang diperoleh auditor dari pengetahuan pribadi langsung termasuk
pemeriksaan fisik, pengamatan, perhitungan, dan inspeksi umumnya bersifat lebih meyakinkan
dibandingkan dengan informasi yang diperoleh secara tidak langsung.
Dalam melaksanakan audit, auditor dapat meminta bantuan langsung dari auditor intern.
Bantuan langsung berkaitan dengan pekerjaan yang secara spesifik diminta oleh auditor dari
auditor intern untuk menyelesaikan beberapa aspek pekerjaan auditor. Sebagai contoh, auditor
intern dapat membantu auditor dalam memahami pengendalian intern atau dalam melaksanakan
pengujian pengendalian atau pengujian substantif. Bila bantuan langsung disediakan, auditor
harus menentukan kompentensi dan objektivitas auditor intern dan melakukan supervisi, review,
evaluasi, serta pengujian pekerjaan yang dilaksanakan oleh auditor intern yang lingkupnya
disesuaikan dengan keadaan. Auditor harus memberitahu auditor intern mengenai tanggung
jawab auditor intern tersebut, tujuan prosedur yang dilaksanakan oleh auditor intern, serta hal-hal
yang mungkin berdampak terhadap sifat, saat, dan lingkup prosedur audit, seperti masalah
akuntansi dan auditing. Auditor juga harus memberitahu auditor intern bahwa semua masalah
akuntansi dan auditing signifikan yang ditemukan oleh auditor intern selama audit tersebut, harus
diberitahukan kepada auditor.
Laporan Atas Pemrosesan Transaksi Oleh Organisasi Jasa
Bila suatu organisasi pemakai menggunakan suatu organisasi jasa, transaksi yang
berdampak terhadap laporan keuangan organisasi pemakai dipengaruhi oleh pengendalian yang
paling tidak, secara fisik dan operasional terpisah dari organisasi pemakai. Kaitan antara
pengendalian organisasi jasa dengan pengendalian organisasi pemakai terutama tergantung pada
sifat jasa yang disediakan oleh organisasi jasa tersebut. Sebagai contoh, bila jasa yang disediakan
hanya terbatas pada pencatatan transaksi pemakai dan pengolahan data yang bersangkutan, dan
organisasi pemakai tetap bertanggung jawab atas otorisasi transaksi dan menyelenggarakan
pertanggungjawaban, maka terdapat tingkat interaksi yang tinggi antara pengendalian di
organisasi jasa dengan pengendalian di organisasi pemakai. Dalam keadaan ini, dimungkinkan
bagi organisasi pemakai untuk menerapkan pengendalian intern secara efektif terhadap transaksi
tersebut. Bila organisasi jasa melaksanakan transaksi organisasi pemakai dan menyelenggarakan
pertanggungjawaban yang bersangkutan, maka terdapat tingkat interaksi yang rendah dan tidak
praktis bagi organisasi pemakai untuk melaksanakan pengendalian intern terhadap transaksi
tersebut. Baik tingkat interaksi maupun materialitas transaksi yang diolah oleh organisasi jasa
merupakan faktor yang paling penting dalam menentukan signifikan atau tidaknya pengendalian
organisasi jasa dalam pengendalian intern organisasi pemakai.
Laporan auditor jasa atas pengendalian yang diterapkan di organisasi jasa harus
membantu dalam memberikan pemahaman memadai untuk merencanakan audit di organisasi
pemakai. Namun, laporan tersebut tidak dimaksudkan untuk memberikan bukti apa pun tentang
efektivitas operasi pengendalian relevan yang akan memungkinkan auditor pemakai mengurangi
tingkat risiko pengendalian yang telah ditentukan dibawah maksimum.
Dalam mempertimbangkan apakah laporan auditor jasa memenuhi tujuannya, auditor
pemakai harus meminta keterangan tentang reputasi profesional auditor jasa. Jika auditor
pemakai yakin bahwa laporan auditor jasa tidak memadai untuk memenuhi tujuannya, auditor
pemakai dapat menambah pengetahuannya mengenai prosedur dan kesimpulan auditor jasa
dengan membahas dengan auditor jasa tentang lingkup dan hasil pekerjaan auditor jasa tersebut.
Bila dipandang perlu, auditor pemakai juga dapat menghubungi organisasi jasa, melalui
organisasi pemakai, untuk meminta dilaksanakannya prosedur yang disepakati di organisasi jasa,
atau auditor pemakai dapat melaksanakan sendiri prosedur tersebut. Pada waktu menentukan
pengendalian organisasi jasa dan bagaimana interaksinya dengan pengendalian intern organisasi
pemakai, auditor pemakai dapat mengetahui adanya kondisi yang dapat dilaporkan.
Auditor pemakai dilarang mengacu ke laporan auditor jasa sebagai dasar, sebagian, untuk
pendapatnya atas laporan keuangan organisasi pemakai. Laporan auditor jasa digunakan dalam
audit, namun auditor jasa tidak bertanggung jawab untuk memeriksa satu pun bagian laporan
keuangan untuk tanggal tertentu atau periode tertentu. Oleh karena itu, tidak terdapat pembagian
tanggung jawab dalam audit atas laporan keuangan tersebut.
Auditor jasa bertanggung jawab atas representasi dalam laporannya dan atas penerapan
secara cermat prosedur yang mendukung representasi tersebut. Meskipun perikatan auditor jasa
berbeda dengan audit atas laporan keuangan yang dilaksanakan berdasarkan standar auditing
yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia, perikatan tersebut harus dilaksanakan berdasarkan
standar umum dan standar pekerjaan lapangan serta standar pelaporan yang relevan. Sebagai
hasil prosedur yang dilaksanakan di organisasi jasa, auditor jasa dapat mengetahui unsur
tindakan pelanggaran hukum, kecurangan atau kekeliruan yang dikoreksi yang dilakukan oleh
manajemen organisasi jasa atau karyawannya yang mungkin berdampak terhadap satu atau lebih
organisasi pemakai.
Tipe perikatan yang harus dilaksanakan dan laporan yang harus dibuat harus ditentukan
oleh organisasi jasa. Namun, bila keadaan memungkinkan, pembicaraan antara organisasi jasa
dengan organisasi pemakai sebaiknya dilakukan untuk menentukan tipe laporan yang paling
cocok untuk memenuhi kebutuhan organisasi pemakai. Dua tipe laporan yang dapat diterbitkan
oleh auditor jasa, yaitu:
a. Laporan tentang Pengendalian yang Dioperasikan
b.Laporan tentang Pengendalian yang Dioperasikan dan Pengujian Efektivitas Operasinya

Anda mungkin juga menyukai