Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH FILSAFAT IPA

Oleh :

Fatimatuzzahro NIM 17030234026


Essa Febriana NIM 17030234028
Tia Ayu Novitasari NIM 17030234053
Amelia Putri Divindha NIM 17030234055

KIMIA B 2017

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
NOVEMBER, 2018

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia mempunyai akal yang membedakannya dengan makhluk lainnya,
seperti hewan dan tumbuhan. Akal yang dimilikinya membuat manusia
mempunyai kemampuan untuk mencapai tujuan hidup dalam kehidupannya.
Manusia juga mampu membuat peralatan- peralatan yang dapat meringankan
pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kemampuan manusia
membuat peralatan bukanlah hal yang dapat dilakukan dengan begitu saja,
tetapi telah melalui proses pengalaman. Pengalaman-pengalaman yang telah
dilalui menjadi dasar bagi pembentukan pengetahuan, dengan pengetahuan
yang telah dimiliki inilah manusia dapat membuat peralatan-peralatan
tersebut. Pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman menyebabkan
manusia terus mengembangkan pengetahuannya. Untuk mengembangkan
pengetahuannya tersebut dibutuhkan juga sarana. Sarana yang baik
memungkinkan manusia akan memperoleh pengetahuan baru melalui
aktivitas berpikir yang benar. Berpikir ilmiah dan melakukan kegiatan-
kegiatan ilmiah, bertujuan memperoleh pengetahuan yang benar atau
pengetahuan ilmiah. Untuk mencapai tujuan tersebut, manusia jelas
memerlukan sarana atau alat berpikir ilmiah. Sarana ini bersifat pasti,
sehingga aktivitas atau kegiatan ilmiah tidak akan maksimal tanpa sarana
berpikir ilmiah tersebut. Bagi seorang ilmuwan penguasaan sarana berpikir
ilmiah merupakan suatu keharusan, karena tanpa penguasaan sarana ilmiah
tidak akan dapat melaksanakan kegiatan ilmiah yang baik (Tim Dosen
Filsafat Ilmu UGM, 2010:97). Penguasaan sarana ilmiah sangat penting bagi
ilmuwan agar dapat melaksanakan kegiatan ilmiah dengan baik. Sarana
berpikir ilmiah membantu manusia menggunakan akalnya untuk berpikir
dengan benar dan menemukan ilmu yang benar.

2
Suriasumantri (2009:167), “Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir
ilmiah dengan baik maka diperlukan sarana yang berupa bahasa, logika,
matematika dan statistika.”
Pada makalah ini, berdasarkan tugas yang diberikan kami hanya membahas
sarana matematika sebagai sarana berpikir ilmiah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pendekatan Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi untuk
memahami matematika?
2. Apa saja peranan matematika?
3. Bagaimana matematika digunakan dalam ilmu alam dan ilmu sosial?
4. Bagaimana penerapan ilmu matematika dalam bidang kimia?
5. Apa kelebihan dan kekurangan ilmu matematika?
C. Tujuan
1. Mengetahui pendekatan Ontologi, Epistimologu, dan Aksiologi untuk
memahami matematika.
2. Mengetahui peranan matematika
3. Mengetahui matematika digunakan dalam ilmu alam dan ilmu sosial.
4. Mengetahui penerapan ilmu matematika dalam bidang kimia.
5. Mengetahui kelebihan dan kekurangan ilmu matematika.

3
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pendekatan Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi untuk Memahami


Matematika
a. Pendekatan Ontologi untuk Memahami Matematika
Ontologi matematika merupakan segala aspek yang ada dalam ilmu
matematika yang bersifat kongkrit. Dalam kaitannya dengan matematika
maka titik pangkal pendekatan ontologis adalah mencari pengertian menurut
akar dan dasar terdalam dari kenyataan matematika. Pendekatan ontologis
merupakan refleksi untuk menangkap kenyataan matematika sebagaimana
kenyataan tersebut telah ditemukan. Kesadaran ontologis berusaha
merefleksikan dan menginterpretasikan kenyataan matematika kemudian
secara implisit menghadirkannya sebagai suatu pengetahuan yang berguna
dalam pergaulan dengan orang lain, serta secara eksplisit dapat dirumuskan
dalam bentuk-bentuk formal untuk mendapatkan tema-tema yang
bersesuaian.
Dengan demikian, pendekatan ontologis berusaha memikirkan
kembali pemahaman paling dalam tentang kenyataan matematika yang telah
termuat di dalam kenyataan diri dan pengalaman konkretnya. Meneliti dasar
paling umum dari matematika merupakan cara berpikir filsafat sebagai awal
dan akhir dari refleksi kenyataan matematika. Pendekatan ontologis bergerak
diantara dua kutub yaitu pengalaman akan adanya kenyataan matematika
yang konkret dan kenyataan matematika sebagai mengada; di mana masing-
masing kutub saling menjelaskan satu dengan yang lainnya.
Berdasarkan pengalaman tentang kenyataan matematika maka dapat
disadari tentang hakekat mengada dari kenyataan matematika; tetapi
mengadanya kenyataan matematika akan memberikan pengalaman konkret
bagi diri tentang hakekat kenyataan matematika. Oleh karena itu pendekatan
ontologis dalam memahami kenyataan matematika merupakan lingkaran

4
hermenitik antara pengalaman dan mengada tanpa bisa dikatakan mana yang
lebih dahulu. Kajian matematika secara ontologis tidak dapat dimulai dengan
cara menentukan definisi-definisi atau teorema-teorema tentang kenyataan
dasar matematika karena hal demikian akan mempersempit batas-batas
pemikiran dan dengan demikian akan menutup jalan pemikiran yang lain.
Jadi penjelasan ontologis tentang kenyataan matematika hanya dapat
ditampakkan sambil menjalankan ontologi matematika sebagai suatu cabang
filsafat matematika.
Aspek ontologi pada ilmu matematika akan diuraikan sebagai berikut :
a. Metodis : matematika merupakan ilmu ilmiah (bukan fiktif)
b. Sistematis : ilmu matematika adalah ilmu telaah pola dan hubungan
artinya kajian-kajian ilmu matematika saling berkaitan antara satu sama
lain
c. Koheren : konsep, perumusan, definisi dan teorema dalam matematika
saling bertautan dan tidak bertentangan
d. Rasional : ilmu matematika sesuai dengan kaidah berpikir yang benar dan
logis
e. Komprehensif : objek dalam matematika dapat dilihat secara
multidimensional (dari barbagai sudaut pandang)
f. Radikal : dasar ilmu matematika adalah aksioma-aksioma
g. Universal : ilmu matematika kebenarannya berlaku secara umum dan di
mana saja.
Contoh dari ontologi matematika adalah segala sesuatu yang ada dalam
matematika, seperti misalnya teorema-teorema. Teorema di dalam
matematika akan dibuktikan secara logis, terstruktur, dan sistematis.
Pembuktian teorema inilah yang menjadi contoh ontologi matematika.
b. Pendekatan Epistimologi untuk Memahami Matematika
Epistimologi matematika adalah ilmu filsafat yang digunakan untuk
mempelajari keaslian atau validitas dari sifat-sifat matematika. Pendekatan
epistemologis perlu dikembangkan agar kita dapat mengetahui kedudukan

5
matematika di dalam konteks keilmuan. Salah satu cara adalah dengan
menggunakan bahasa “analog”. Dengan pendekatan ini maka kita
mempunyai pemikiran bahwa “ada” nya matematika bersifat “analog”
dengan “ada” nya obyek-obyek lain di dalam kajian filsafat. Jika pengetahuan
yang lain kita sebut “ide” dan berada di dalam pikiran kita, maka matematika
juga dapat dipandang sebagai “ide” yang berada di dalam pikiran kita. Jika
kita berpikir suatu pengetahuan sebagai bentuk “kebahasaan” maka kita juga
dapat berpikir bahwa matematika merupakan bentuk “kebahasaan”. Jadi
pemikiran kita tentang filsafat umum bersifat “isomorphis” dengan pemikiran
kita tentang Filsafat Matematika dan juga filsafat-filsafat ilmu yang lainnya.
Dengan kata lain, kedudukan matematika bersifat “isomorphis” dengan
pengetahuan-pengetahuan yang lain di dalam kajian filsafat.
Immanuel Kant menjelaskan bahwa pengetahuan kita pada umumnya
dan juga pengetahuan tentang matematika merupakan pertemuan antara
pengetahuan yang bersifat “superserve” dan pengetahuan yang bersifat
“subserve”. Pengetahuan matematika yang bersifat subserve berasal dari
eviden, sedangkan pengetahuan matematika yang bersifat superserve berasal
dari imanensi di dalam pikiran kita.
Menurut Kant, pertimbangan adalah tahap terakhir dari proses
berpikir; tahap terakhir inilah yang menghasilkan pengetahuan. Jadi Kant
ingin mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang pertimbangan itu
sendiri.
c. Pendekatan Aksiologi untuk Memahami Matematika
Aksiologi matematika merupakan ilmu dalam filsafat yang
mempelajari tentang kebermanfaatan matematika dalam kehidupan. Mengkaji
tentang manfaat dari aspek-aspek yang terkandung di dalam matematika, apa
sajakah manfaat itu, dan bagaimana efeknya dalam kehidupan.
Pendekatan aksiologis mempelajari secara filosofis hakekat nilai atau
value dari matematika. Penyelidikan tentang nilai-nilai yang terkandung di
dalam kenyataan matematika telah lakukan sejak filsafat kontemporer.

6
Menurut Hartman, nilai adalah fenomena atau konsep; nilai sesuatu
ditentukan oleh sejauh mana fenomena atau konsep itu sampai kepada makna
atau arti. Menurutnya, nilai matematika paling sedikit memuat empat
dimensi: matematika mempunyai nilai karena maknanya, matematika
mempunyai nilai karena keunikannya, matematika mempunyai nilai karena
tujuannya, dan matematika mempunyai nilai karena fungsinya.
Tiap-tiap dimensi nilai matematika tersebut selalu terkait dengan sifat
nilai yang bersifat intrinsik, ekstrinsik atau sistemik. Jika seseorang
menguasai matematika hanya untuk dirinya maka pengetahuan
matematikanya bersifat intrinsik; jika dia bisa menerapkan matematika untuk
kehidupan seharihari maka pengetahuanmatematika bersifat ekstrinsik; dan
jika dia dapat mengembangkan matematika dalam kancah pergaulan
masyarakat matematika maka pengetahuan matematikanya bersifat sistemik.
Kita dapat menggambarkan hirarkhi nilai matematika seseorang
dengan diagram sederhana sebagai berikut:
Jika S adalah nilai matematika yang bersifat sistemik maka tentu akan
memuat nilai matematika yang bersifat ekstrinsik (E) maka S memuat
E, atau dapat ditulis secara matematis S ⊃ E.
Setiap nilai ekstrinsik matematika pastilah didukung oleh nilai
intrinsiknya (I), jadi nilai ekstrinsik memuat nilai intrinsik, dan dapat
ditulis secara matematis sebagai E ⊃ I.
Akhirnya hubungan antara ketiga nilai dapat digambarkan sebagai: S
⊃ E ⊃ I, artinya, S memuat E memuat I.
Menurut Moore di dalam Hartman, nilai matematika dapat digunakan
untuk mengembangkan pertimbangan mengenai kapasitas matematika.
Pertimbangan demikian bukanlah untuk mengetahui bagaimana seseorang
memikirkan matematika atau apa yang seseorang pikirkan tetapi untuk
mengetahui mengapa seseorang memikirkan matematika. Pertimbangan
demikian akhirnya mengarah kepada refleksi pemikiran tentang dasar-dasar
dan filsafat matematika.

7
2. Peranan Matematika
Sebagai salah satu bidang rasional dan terlepas dari ilmu lainnya, tentunya
matematika memiliki peranan di dalam bidang keilmuan, diantaranya adalah :
a. Matematika sebagai Bahasa
Bahasa merupakan suatu sistem yang terdiri dari lambang-lambang,
kata-kata, dan kalimat-kalimat yang disusun menurut aturan tertentu dan
digunakan sekelompok orang untuk berkomunikasi. Bahasa tumbuh dan
berkembang karena manusia, begitu pun sebaliknya, manusia berkembang
karena bahasa. “Dimana ada manusia, di sana ada bahasa“, begitu ungkap
Mudjia Rahardjo. Keduanya tidak dapat dipisahkan dan menyatu dalam
segala aktivitas kehidupan. Hubungan manusia dan bahasa merupakan dua
hal yang tidak dapat dinafikan salah satunya.
Dilihat dari segi fungsi, bahasa memiliki dua fungsi. Pertama, sebagai
alat untuk menyatakan ide, pikiran, gagasan atau perasaan. Kedua, sebagai
alat untuk melakukan komunikasi dalam berinteraksi dengan orang lain.
Apabila manusia dalam berinteraksi dan berkomunikasi tidak melibatkan
peranan bahasa, maka itu tidak mungkin alias mustahil dilakukan.
Komunikasi pada hakekatnya merupakan proses penyampaian pesan dari
pengirim kepada penerima. Hubungan komunikasi dan interaksi antara si
pengirim dan penerima, dibangun berdasarkan penyusunan kode atau
simbol bahasa oleh pengirim dan pembongkaran idea tau simbol bahasa oleh
penerima.
Memang salah satu alasan perlunya matematika diajarkan kepada
siswa adalah matematika merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat
dan jelas. Seperti yang diungkapkan Cockroft bahwa, matematika perlu
diajarkan kepada siswa karena :
1. Selalu digunakan dalam segala segi kehidupan
2. Semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai
3. Merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas
4. Dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara

8
5. Meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran
keruangan
6. Memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang
menantang
Josiah Willard Gibbs menambahkan bahwa “Mathematics is a
language”. Matematika adalah sebuah bahasa. Matematika adalah bahasa
yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita
sampaikan. Simbol-simbol matematika memiliki arti setelah sebuah makna
diberikan kepadanya. Tanpa itu, matematika hanya merupakan kumpulan
simbol dan rumus yang kering akan makna. Sehingga, tak heran jika banyak
orang yang berkata bahwa x, y, z itu sama sekali tidak memiliki arti.
Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna
dari pernyataan yang ingin disampaikan. Lambang-lambang matematika
bersifat ‘artificial’ yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna
diberikan kepadanya. Tanpa itu maka matematika hanya merupakan
kumpulan rumus-rumus yang mati. Matematika adalah bahasa yang berusaha
untuk menghilangkan sifat kabur, majemuk, dan emosional dari bahasa
verbal.
Jadi yang dipelajari dalam matematika adalah berbagai simbol dan
ekspresi untuk mengkomunikasikannya. Misalnya orang Jawa secara lisan
memberi simbol bilangan 3 dengan mengatakan "Telu", sedangkan dalam
bahasa Indonesia, bilangan tersebut disimbolkan melalui ucapan "Tiga".
Inilah sebabnya, banyak pakar mengkelompokkan matematika dalam
kelompok bahasa, atau lebih umum lagi dalam kelompok (alat) komunikasi,
bukan sains.
Dalam pandangan formalis, matematika adalah penelaahan struktur
abstrak yang didefinisikan secara aksioma dengan menggunakan logika
simbolik dan notasi matematika; ada pula pandangan lain, misalnya yang
dibahas dalam filosofi matematika.

9
Struktur spesifik yang diselidiki oleh matematikawan sering kali
berasal dari ilmu pengetahuan alam, dan sangat umum di fisika, tetapi
matematikawan juga mendefinisikan dan menyelidiki struktur internal dalam
matematika itu sendiri, misalnya, untuk menggeneralisasikan teori bagi
beberapa sub-bidang, atau alat membantu untuk perhitungan biasa.
Akhirnya, banyak matematikawan belajar bidang yang dilakukan mereka
untuk sebab estetis saja, melihat ilmu pasti sebagai bentuk seni daripada
sebagai ilmu praktis atau terapan.
Matematika tingkat lanjut digunakan sebagai alat untuk mempelajari
berbagai fenomena fisik yang kompleks, khususnya berbagai fenomena alam
yang teramati, agar pola struktur, perubahan, ruang dan sifat-sifat fenomena
bisa didekati atau dinyatakan dalam sebuah bentuk perumusan yg sistematis
dan penuh dengan berbagai konvensi, simbol dan notasi. Hasil perumusan
yang menggambarkan prilaku atau proses fenomena fisik tersebut biasa
disebut model matematika dari fenomena.
Bagi dunia keilmuan, matematika berperan sebagai bahasa simbolik
yang memungkinkan terwujudnya komunikasi yang cermat dan tepat.
Matematika merupakan alat yang dapat memungkinkan ditemukannya serta
dikomunikasikannya kebenaran ilmiah lewat berbagai disiplin keilmuan.
Untuk mengatasi kekurangan yang terdapat pada bahasa maka kita
berpaling kepada matematika. Dalam hal ini dapat kita katakan bahwa
matematika adalah bahasa yang berusaha untuk menghilangkan sifat kabur,
majemuk, dan emosional dari bahasa verbal. Lambang-lambang dari
matematika dibuat secara artifisial dan individual yang merupakan perjanjian
yang berlaku khusus terkait dengan suatu permasalahan yang sedang dikaji.
Suatu obyek yang sedang dikaji dapat disimbolkan dengan apa saja sesuai
dengan kesepakatan kita.
Sebagai bahasa, matematika memang memiliki kelebihan jika
dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya. Bahasa matematika memiliki
makna yang “tunggal”, sehingga suatu kalimat matematika tidak dapat

10
ditafsirkan bermacam-macam. Ketunggalan makna dalam bahasa
matematika ini disebut sebagai bahasa “internasional”, karena komunitas
pengguna bahasa matematika adalah bercorak global dan universal di semua
negara yang tidak dibatasi oleh suku, agama, bangsa, negara, budaya,
ataupun bahasa yang mereka gunakan sehari-hari.
Bahasa matematika berusaha dan berhasil menghindari kerancuan arti,
karena setiap kalimat (istilah atau variabel) dalam matematika sudah
memiliki arti yang tertentu. Ketunggalan arti itu mungkin karena adanya
kesepakatan matematikawan atau ditentukan sendiri oleh penulis di awal
tulisannya. Dalam hal ini, orang dibebaskan untuk menggunakan istilah atau
variabel matematika yang mengandung arti berlainan. Namun, dia harus
menjelaskan terlebih dahulu di awal pembicaraannya atau tulisannya
bagaimana tafsiran yang diinginkan tentang istilah matematika tersebut.
Selanjutnya, dia harus taat dan tunduk menafsirkannya selama pembicaraan
atau tulisan tersebut.
b. Matematika sebagai Sarana Berpikir Deduktif
Matematika sebagai ilmu deduktif. Nama ilmu deduktif diperoleh
karena penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi tidak didasari pada
pengalaman seperti halnya yang terdapat di dalam ilmu-ilmu empirik,
melainkan didasarkan atas (penjabaran-penjabaran).
Kita semua telah mengenal bahwa jumlah sudut dalam sebuah
segitiga adalah 180 derajat. Pengetahuan ini mungkin saja kita dapat dengan
jalan mengukur sudut-sudut dalam sebuah segitiga dan kemudian
menjumlahkannya. Dipihak lain, pengetahuan ini bisa didapatkan secara
deduktif dengan mempergunakan matematika. Seperti diketahui berpikir
deduktif adalah proses pengambilan kesimpulan yang didasarkan kepada
premis-premis kebenarannya yang telah ditentukan. Untuk menghitung
jumlah sudut dalam segita tersebut kita mendasarkan kepada premis bahwa
kalau terdapat dua garis sejajar maka sudut-sudut yang dibentuk kedua garis
sejajar tersebut dengan garis ketiga adalah sama. Premis yang kedua adalah

11
bahwa dengan jumlah sudut yang dibentuk dengan sebuah garis lurus adalah
180 derajat.
Jadi dengan contoh seperti diatas secara deduktif matematika
menemukan pengetahuan yang baru berdasarkan premis-premis tertentu.
Pengetahuan yang ditemukan ini sebenarnya hanyalah merupakan
konsekuensi dari pernyataan-pernyataan ilmiah yang telah kita temukan
sebelumnya. Namun pengetahuan yang didapatkan secara deduktif ini
sungguh sangat berguna dan memberikan kejutan yang sangat
menyenangkan. Dari beberapa premis yang telah kita ketahui kebenarannya
dapat ditemukan pengetahuan-pengetahuan lainnya yang memperkaya
perbendaharaan ilmiah kita.
c. Matematika sebagai Raja Sekaligus Pelayan Atas Ilmu-Ilmu Lain
Maksudnya matematika sebagai pelayan yaitu mendasari dan melayani
ilmu pengetahuan yang lain. Ada pendapat terkenal yang memandang
matematika sebagai pelayan dan sekaligus raja dari ilmu-ilmu lain. Sebagai
pelayan, matematika adalah ilmu dasar yang mendasari dan melayani
berbagai ilmu pengetahuan lain. Matematika juga memberikan system
pengorganisasian ilmu yang bersifat logis dan juga pernyataan-pernyataan
dalam model matematik. Sejak masa sebelum masehi, misalnya zaman Mesir
kuno, cabang tertua dan termudah dari matematika (aritmatika) sudah
digunakan untuk membuat piramida, digunakan untuk menentukan waktu
turun hujan, dan sebagainya.
Sebagai raja, maksudnya adalah bahwa matematika merupakan bentuk
tertinggi dari logika. Perkembangan matematika tak tergantung pada ilmu-
ilmu lain. Banyak cabang matematika yang dulu biasa disebut matematika
murni, dikembangkan oleh beberapa matematikawan yang mencintai dan
belajar matematika hanya sebagai hobi tanpa mempedulikan fungsi dan
manfaatnya untuk ilmu-ilmu lain. Dengan perkembangan teknologi, banyak
cabang-cabang matematika murni yang ternyata kemudian hari bisa
diterapkan dalam berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir.

12
3. Kegunaan Matematika untuk Ilmu Alam dan Ilmu Sosial
Matematika merupakan salah satu puncak kegemilangan intelektual. Di
samping pengetahuan mengenai matematika itu sendiri, matematika juga
memberikan bahasa, proses, dan teori yang memberikan ilmu suatu bentuk dan
kekuasaan. Fungsi matematika menjadi sangat penting dalam berbagai ilmu
pengetahuan. Perhitungan matematis misalnya menjadi desain ilmu teknik,
metode manusia memberikan inspirasi pada pemikiran di bidang sosial dan
ekonomi bahkan pemikiran matematis dapat memberikan warna pada kegiatan
arsitektur dan seni lukis. Dalam ilmu sosial, matematika biasa digunakan untuk
menggambarkan kondisi politik dalam sebuah suasana politik, misalnya pada
saat pemilu. Kita dapat mengambarkan kondisi suasana politik dalam peta
politik.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa Matematika adalah
ilmu tentang bilangan, hubungan antar bilangan, dan prosedur operasional yang
digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. matematika sebagai
sebuah ilmu memiliki tugas menjelaskan peristiwa-peristiwa, proses-proses, atau
fenomena aktual di alam. Matematika tidak dianggap sebagai ilmu alam, akan
tetapi digunakan sebagai penyedia alat atau perangkat dan kerangka kerja yang
digunakan dalam ilmu-ilmu alam.
Matematika sangat penting bagi keilmuan, terutama dalam peran yang
dimainkannya dalam mengekspresikan model ilmiah. Mengamati dan
mengumpulkan hasil-hasil pengukuran, sebagaimana membuat hipotesis dan
dugaan, pasti membutuhkan model dan eksploitasi matematis. Beberapa orang
pemikir memandang matematikawan sebagai ilmuwan, dengan anggapan bahwa
pembuktian-pembuktian matematis setara dengan percobaan. Sebagian yang
lainnya tidak menganggap matematika sebagai ilmu, sebab tidak memerlukan
uji-uji eksperimental pada teori dan hipotesisnya. Namun, dibalik kedua
anggapan itu, kenyataan pentingnya matematika sebagai alat yang sangat
berguna untuk menggambarkan atau menjelaskan alam semesta telah menjadi isu
utama bagi filsafat matematika.

13
Matematika memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Dewasa ini seluruh kehidupan manusia sudah mempergunakan matematika dari
mulai untuk menghitung jumlah, satu, dua, tiga, sampai yang sangat rumit seperti
perhitungan antariksa, pergerakan benda-benda langit dan lain-lain. Makalah ini
akan membahas salah satu cabang atau bagian permasalahan yang dibahas dalam
Filsafat ilmu yaitu terkait dengan peran matematika dalam ilmu alam dan sosial.
Setiap manusia tentu mengetahui banyak hal dalam hidupnya, dan dalam dirinya
terdapat berbagai macam pemikiran dan pengetahuan dan tidak diragukan lagi,
banyak pengetahuan manusia itu muncul dari pengetahuan lainnya. Karena itu, ia
akan meminta bantuan pengetahuan terdahulu yang ia miliki untuk menciptakan
pengetahuan baru.
Bila manusia sudah mampu mengaitkan berbagai pengetahuan dan ilmu yang
ia miliki maka niscaya ia akan mampu menemukan banyak manfaat darinya, di
antaranya sebagai solusi dari berbagai macam permasalahan.
Sejak sekitar millennia ke-5 sampai ke-3 SM, matematika telah dikenal di mesir
dan babilonia sebagai suatu alat yang sangat berguna untuk memecahkan
berbagai persoalan dan masalah praktis. Sebagai contoh, banjir tahunan di
lembah Nil memaksa orang orang mesir purba mengembangkan suatu rumus atau
formula yang membantu mereka menetapkan dan menentukan kembali batas-
batas tanah. Rumus-rumus matematika juga di gunakan untuk konstruksi,
penyusunan kalender, dan perhitungan dalam perniagaan. Akan tetapi,
matematika sebagai ilmu, baru dikembangkan oleh para filsuf yunani sekitar lima
ribu tahun kemudian. Filsuf-filsuf yunani yang mengembangkan matematika
adalah Pythagoras dan Plato, kendati dapat dikatakan bahwa semua filsuf Yunani
purba bukan hanya menguasai matematika, melainkan juga ikut serta dalam
pengembangannya .
Matematika memiliki cakupan bahasan di antranya adalah: aritmatika,
geometri, teori bilangan, al-jabar, trigonometri, geometri analitik, persamaan
diferensial, kalkulus, topologi, geometri non Euclid, teori fungsi, probabilitas,
dan statistic logika dan logika matematis. Di samping pengetahuan mengenai

14
matematika itu sendiri, matematika juga memberikan bahasa, proses, dan teori
yang memberikan ilmu suatu bentuk dan kekuasaan. Fungsi matematika menjadi
sangat penting dalam perkembangan berbagai macam ilmu pengetahuan.
Penghitungan matematis misalnya menjadi dasar desain sosial ilmu teknik,
metode matematis memberikan inspirasi kepada pemikiran di bidang sosial dan
ekonomi bahkan pemikiran matematis dapat memberikan warna kepada kegiatan
arsitektur dan seni lukis .
Kaitan erat antara matematika dengan ilmu-ilmu modern kiranya tidak perlu
dipersoalkan lagi. Pada abad XVII matematika menjadi perintis dan bagian
terpenting dari ilmu alam. Newton membongkar rahasia ilmu alam dengan
mempergunakan ilmu matematika. Pada dewasa ini banyak ahli matematika dan
ilmuan alam menyatakan bahwa matematika adalah bahasa dari ilmu.
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan alam, matematika memberikan
kontribusi yang cukup besar. Kontribusi matematika dalam perkembangan ilmu
alam, lebih ditandai dengan penggunaan lambang-lambang bilangan untuk
penghitungan dan pengukuran, di samping hal lain seperti bahasa, metode, dan
lainnya. Hal ini sesuai dengan objek ilmu alam, yaitu gejala-gejala alam yang
dapat diamati dan dilakukan penelaahan yang berulang-ulang. Berbeda dengan
ilmu sosial yang memiliki objek penelaahan yang kompleks dan sulit dalam
melakukan pengamatan, di samping objek penelaahan yang tak berulang maka
kontribusi matematika tidak mengutamakan pada lambang-lambang bilangan.
Adapun ilmu sosial ditandai oleh kenyataan bahwa kebanyakan dari masalah
yang dihadapinya tidak mempunyai pengukuran yang mempergunakan bilangan
dan pengertian tentang ruang adalah sama sekali tidak relevan.

4. Penerapan Ilmu Matematika dalam Bidang Kimia


Ilmu kimia tidak dapat dilepaskan dari matematika. Matematika merupakan
ilmu dasar yang sekaligus juga sebagai alat dalam penyelesaian persoalan yang
timbul dalam ilmu- ilmu yang lain, termasuk ilmu kimia. Ilmu kimia berkaitan
dengan hitungan- hitungan yang perlu diselesaikan secara matematia. Untuk

15
menyelesaikan masalah- masalah yang ada dalam ilmu kimia, dalam rangka
mendapatkan tingkat keeksakan yang lebih tinggi diperlukan matematika.
Dengan menggunakan matematika akan didapatkan, antara lain efisiensi waktu,
biaya, dan tenaga.
Pembahasan tentang perhitungan jumlah zat yang terlibat dalam suatu reasi
kimia dengan berpedoman pada hukum Lavoisier bahwa setiap atom pada ruas
kiri persamaan reaksi atau pada reaktan adalah sama dengan jumlah atom itu
pada ruas kanan persamaan reaksi atau pada produk, jika reaksi dinyatakan
dengan persamaan reaksi sebagai berikut:
Reaktan (ruas kiri) → produk (ruas kanan) menimbulkan beberapa persamaan
matematika yang harus diselesaikan untuk mendapatkan koefisien zat- zat
reaktan ataupun produk.
Hubungan matematika dan kimia pun dapat diibaratkan seperti sebuah
konstitusi, dimana matematika adalah pancasila seperti yang tertuang dalam
Pembukaan UUD 1945, dan kimia adalah isi atau badan dari UUD 1945 tersebut.
Sebuah badan UUD 1945 harus sesuai dan berlandaskan pada pancasila.
Begitupun dengan kimia dan matematika, ilmu dalam kimia selalu berlandasrkan
pada dasar-dasar matematika. Sebagaimanapun kimia mempunyai cabang-cabang
keilmuannya sendiri yang secara kasat mata tidak bersentuhan dengan
matematika, jiwa kimia teorinya tetap menggunakan dasar matematika, misalnya
logika matematika.
Macam-macam cabang kimia yang sekaligus dapat dihubungkan dengan ilmu
matematika itu diantaranya :
1. Kimia teori, jelas cabang ini mempelajari kimia berdasar teori dengan
dukungan ilmu matematika dan fisika dan penerapan kuantum mekanik yang
disebut kimia kuantum. Materi matematika yang digunakan dalam kimia teori
tentunya adalah logika matematika.
2. Kimia organik dan anorganik, yaitu berkisar tentang senyawa. Dalam hal ini,
matematika dibutuhkan untuk menentukan perbandingan tetap suatu susunan
senyawanya. Contoh, air adalah senyawa yang mengandung hydrogen dan

16
oksigen dengan perbandingan 2:1. Berappun H-nya dalam
air,perbandingannya dengan oksigen akan selalu tetap. Dalam hal ini, system
persamaan linear dan kuadrat, serta barisan dan deret digunakan.
3. Kimia fisik, mengkaji dasar fisik system dan proses kimia. Bidang penting
dalam kajian ini diantaranya termodinamika kimia, dimana ia melibatkan
suhu, yang perhitungan suhunya berdasarkan ilmu matematika, yaitu
pembagian, perkalian, penjumlahan, atau pengurangan. Misal, pengubahan
suhu dari Kelvin ke celcius, atau sebaliknya. Kimia fisik memiliki banyak
tumpang tindih dengan fisika molekuler, dimana dalam fisika molekuler
dasarnya adalah matematika. Kimia fisik melibatkan penggunaan kalkulus
untuk menurunkan persamaan, dan biasanya berhubungan kimia kuantum dan
kimia teori.
4. Biokimia, mempelajari tentang senyawa kimia, reaksi kimia dan interaksi
kimia yang terjadi dalam organisme hidup. Biokimia dan kimia organik
berhubungan erat. Biokimia juga berhubungan erat dengan biomolekuler,
fisioogi, edan genetika. Dalam hal ini ilmu matematika yang diterapkan
misalnya geometri metematika, yaitu untuk menentukan bentuk molekul;
Peluang untuk menentukan interaksi kimia yang terjadi berdasar biloksnya;
lalu perbandingan skala ketika akan mengetahui ukuran molekul genetik
sesungguhnya berdasar hasil yang diamati dengan mikroskop, dll.
5. Kimia analitik, adalah analisis cuplikan bahan untuk memperoleh
pemahaman tentang susunan kimia dan stukturnya. Kimia analitik melibatkan
metode eksperimen standar dalam kimia. Dalam kimia analisis, ilmu
matematika banyak diterapkan mulai dari logika matematika dengan metode
implikasinya ataupun silogismenya, vector bidang, statistika, fungsi linear
dan kuadrat untuk pembuatan grafik,dsb. Dan pastinya aritmatika selalu
digunakan dalam setiap perhitungan.
Dari kesemua cabang kimia, terbukti bahwa ilmu matematika selalu
digunakan untuk mempelajari fenomena kimia. Hal terpenting yang tidak bisa
disangkal adalah logika metamtika. Otomatis semua bidang ilmu pengetahuan

17
alam,termasuk kimia, selalu membutuhkan logika untuk membuktikan keabsahan
konsep-konsepnya.
Ternyata, peranan matematika dalam kimia nampak pula ketika baru saja
membaca pengertian kimia itu sendiri. Pertama, untuk menetapkan sifat kimia,
para kimiawan sejak dulu selalu mengelompokan unsur-unsur yang ada ke dalam
beberapa golongan. Pengelompokan ini jelas menggunakan prinsip dasar
matematika, yaitu himpunan dan statistika (digunakan dalam hukum triad).
Kedua, mengenai stukturnya, struktur ion ; senyawa; larutan; maupun campuran,
menggunakan konsep kombinasi yaitu banyaknya susunan yang bias terbentuk
dari atom-atom yang ada. Ketiga tentang reaksi, tentu saja membutuhkan
kelihaian matematika dalam penyetaraan reaksi dan perhitungan hasil reaksinya.
Terakhir dalam hal perubahan zat, tentunya aritmatika dibutuhkan untuk
menghitung kalor yang dilepas atau diterima berdasarkan konsep kimianya.

5. Kelebihan dan Kekurangan Matematika


Adapun kelebihan matematika antara lain sebagai berikut:
1) Tidak memiliki unsur emotif.
2) Bahasa matematika sangat universal.
3) Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih
memahami isi pelajaran.
4) Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan peserta didik serta
memberikan kepuasan untuk menentukan pengetahuan baru bagi peserta
didik.
5) Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran peserta
didik.
6) Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik bagaimana mentrasfer
pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
7) Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan
pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang
mereka lakukan.

18
8) Melalui pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai
peserta didik.
9) Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan peserta didik untuk
berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan
dengan pengetahuan baru.
10) Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
11) Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat peserta didik untuk secara
terus menerus belajar.
Adapun kelemahan dari matematika antara lain sebagai beriku :
1) Bahwa matematika tidak mengandung bahasa emosional (tidak mengandung
estetika) artinya bahwa matematika penuh dengan simbol yang bersifat
artifersial dan berlaku dimana saja.
2) Manakala peserta didik tidak memiliki minat atau tidak mempunyai
kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka
mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
3) Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan
cukup waktu untuk persiapan.
4) Tanpa pemahaman mengapa ereka berusaha untuk memecahkan masalah
yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka
ingin pelajari.

19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Matematika sebagai pendekatan Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi
merupakan hal yang konkrit untuk mencari pengertian menurut akar dan dasar
terdalam dari kenyataan matematika, dapat mengetahui kedudukan
matematika di dalam konteks keilmuan, dan memahami kebermanfaatan
matematika dalam kehidupan.
2. Matematika sebagai bahasa melambangkan serangkaian makna dari
pernyataan verbal. Pernyataan matematik bersifat jelas, spesifik dan informatif
dengan tidak menimbulkan konotasi yang bersifat emosional.
3. Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang disusun secara sistematis
dengan menggunakan metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk
menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang pengetahuan itu.
4. Matematika merupakan sarana berfikir deduktif yang melambangkan
serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-
lambang matematika bersifat “artificial” yang baru mempunyai arti setelah
sebuah makna diberikan padanya.
5. Perbedaan matematika dan ilmu, yaitu pembuktian pada matematika tidak di
dapat dengan pembuktian empiris melainkan penalaran deduktif. Sedangkan
pembuktian pada ilmu pengetahuan di dapat melalui pembuktian secara
empiris.

20
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai
Pustaka.

Eivawati Alisah dan Eko Prasetyo Dharmawan. 2007. Filsafat Dunia Matematika
Pengantar untuk Memahami Konsep-konsep Matematika. Jakarta: Prestasi
Pustaka.
Ernest, P. 1991. The Philosophy of Mathematics Education. London: The Falmer
Press
Fullan, M.G. 1991. The New Meaning of Educational Change. London: Cassell
Educational Limited
Isana, S.Y.L. 1991. Peran Matematika dalam Kimia. Jurnal Cakrawala Pendidikan,
10(1), 91-92
Jaworski, B. 1994. Investigating Mathematics Teaching: A Constructivist Enquiry.
London: The Falmer Press
Marsigit. 2007. The Role of Kant’s Theory of Knowledge in Setting Up the
Epistemological Foundation of Mathematics. Yogyakarta: UGM
Mulyono Abdurrahman. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Rahmawati, S. 2011. Kimia Tanpa Matematika Lumpuh.
http://saghrirahma.blogspot.co.id/2011/01/kimia-tanpa-matematika-lumpuh.html
(diakses 7 November 2018)

Suaedi. 2016. Pengantar Filsafat Ilmu. Bogor: PT. Penerbit IPB Press

Suriasumantri, Jujun S. 2009. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:


Pustaka Sinar Harapan

Sutrisna Hari. 1996. Humaniora. Jakarta: Yayasan Pendidikan Budi Luhur.

Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM. 2010. Filsafat Ilmu Sebagai Dasar Pengembangan

Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Liberty

21

Anda mungkin juga menyukai