Anda di halaman 1dari 12

Nama : Amelia Putri Divindha

Kelas : Kimia Elektro/ KB2017


NIM : 17030234055
-UTS Elektro Kimia-

1. Tuliskan hasil penjelasan tentang:


a. Cara mengukur potensial suatu elektroda dan beri contoh pengukurannya dan hasil
pengukurannya.
Jawab :
Cara mengukur suatu elektroda dapat digunakan suatu alat yaitu voltmeter. Salah satu
contoh sel elektroda adalah seperti dibawah ini:

Logam yaitu Zn sebagai elektroda negative (anoda) dipasang pada voltmeter bagian
negative. Kemudian logam Cu sebagai elktroda positif (katoda) dipasang voltmeter
bagian positif.

Skema pengukuran potensial sel


Voltameter akan mengukur beda potensial diantara dua buah elektroda yang masing
masing dianggap seperti dua buah battrei yang dipasang seri. Pada masing-masing
elektroda (setengah sel) yang terjadi reaksi reduksi dan oksidasi. Apabila kedua
proses tersebut digabung menjadi reaksi redoks sebagai berikut:
Zn (s) + Cu2+ (aq) → Zn2+ (aq) + Cu (s)
Nilai tegangan akan terukur pada voltmeter. Untuk mengetahui efisiensi dari
elektroda tersebut nilai tegangan yang dihasilkan dapat dibandingkan dengan nilai
perhitungan menggunakan persamaan Nerst dan dikalikan 100%.

b. Yang dimaksud dengan emf (electromotive force) dengan cara dan alat yang digunakan
untuk pengukurannya dengan tepat.

Jawab :
Electromotive force (EMF) atau bisa disebut gaya gerak listrik diartikan sebagai
potensial listrik yang dihasilkan karena adannya perbedaan tegangan pada dua elektroda
yang dihubungkan sehingga terjadi aliran electron yang mengasilkan listrik. Potensial
elektroda diukur dengan memperhatikan potensial elektroda standar, yang
dilambangkan Eo. Cara yang cukup baik untuk menentukan potensial standar suatu sel
adalah dengan membandingkan dengan elektroda standar hidrogen.

Cara pengukuran potensial standar


Potensial elektroda standar diukur berdasarkan reaksi reduksinya. Untuk mengukur
nilai potensial reduksi ion tembaga (II) menjadi tembaga, dengan cara
membandingkan dengan elektroda hidrogen standar, yang disingkat ehs. Elektroda
hidrogen standar ditempatkan di sebelah kiri dan elektroda tembaga di sebelah kanan
sel elektrokimia. Sistem sel elektrokimia tersebut jika dituliskan notasi selnya adalah
sebagai berikut:
Pt │ H2 (1 atm) │ H+ (a=1,0 M) ║ Cu2+ (a=1,0 M) │ Cu
Persamaan setengah selnya adalah:
H2 (aq) → 2H+ (aq) + 2e kiri/oksidasi
Cu2+ (aq) + 2e →Cu (s) kanan/reduksi
Kombinasi dua persamaan tersebut menjadi reaksi total sebagai berikut:
Cu2+ (aq) + H2 (aq) → Cu (s) + 2H+ (aq)
Besarnya emf sel dituliskan sebagai:
E (sel) = E (kanan) - E (kiri)
Atau untuk kondisi/keadaan standar besarnya
E sell: Eo (sel) = Eo (Cu2+/Cu) - Eo (ehs)

2. Suatu sel elektrokimia pada tekanan 1 atm dituliskan dengan diagram

Sel tersebut pada suhu 25°C menghasilkan potensial 1,015V sedangkan pada suhu 40°C
menghasilkan potensial 0,995V.

a. Tuliskan reaksi yang terjadi pada katoda, anoda, dan reaksi totalnya

Jawab :
Diketahui: T1 = 25°C; Esel = 1,015 V
T2 = 40°C; Esel = 0,995 V
Anoda : Zn → Zn2+ + 2e-
Katoda : 2Ag+ + 2e- → 2Ag
Reaksi : Zn (s) + 2Ag+ (aq) → Zn2+ (aq) + 2Ag
Total

b. Tuliskan reaksi bebas Gibbs pada suhu 25°C

Jawab :
Pada suhu 25°C pada suhu 40°C
∆G = -n.F.Esel ∆G = -n.F.Esel
∆G = -2 . 96500 C . 1.015 V ∆G = -2 . 96500 C . 0,995 V
∆G = -195895 J ∆G = -192035 J
∆G = -195,895 kJ ∆G = -192,035 kJ

c. Turunkan rumusan dan hitung koefisien temperature sel

Jawab :

dG = -SdT + VdP
𝑑𝐺 𝑑𝐺
-S = (𝑑𝑇 )𝑃 atau S = - (𝑑𝑇 )𝑃
𝑑𝐺 𝑑𝐺
V = (𝑑𝑃 )𝑇 atau V = - (𝑑𝑃 )𝑇

Dengan demikian perbahan entropi


𝑑𝐺
∆S = - (𝑑𝑇 )𝑃
−𝑑𝑛.𝐹.𝐸𝑠𝑒𝑙
∆S = - ( )𝑃
𝑑𝑇
𝑑𝐸
∆S = n.F(𝑑𝑇 )𝑃
𝑑𝐸
Harga (𝑑𝑇 )𝑃 merupakan (koefisien temperature) diperoleh melalui pengukuran E

(beda potential sel) pada berbagai suhu dengan P (tekanan) tetap.


1,015 𝑉 0,995 𝑉
𝑑𝐸 ( 298 𝐾 ) + ( 313 𝐾 )
( )𝑃 =
𝑑𝑇 2
𝑑𝐸 3,41 𝑥 10−3 𝑉𝐾 −1 + 3,18 𝑥 10−3 𝑉𝐾 −1
( )𝑃 =
𝑑𝑇 2
𝑑𝐸
( ) 𝑃 = 3,295 𝑥 10−3 𝑉𝐾 −1
𝑑𝑇

d. Tentukan entropi reaksi sel pada suhu 25°C

Jawab :
𝑑𝐸
∆S = n.F(𝑑𝑇 )𝑃

∆S = 2 . 96500 C . 3,295 𝑥 10−3 𝑉𝐾 −1


∆S = 636 VC/K
∆S = 636 J/K
∆S = 0,636 kJ/K

e. Tentukan entalpi reaksi sel pada suhu 25°C


Jawab :

Pada suhu 25°C pada suhu 40°C


∆G = ∆H - T∆S ∆G = ∆H - T∆S
-195,9 kJ = ∆H – 298 K . 0,636 kJ/K -192 kJ = ∆H – 313 K . 0,636 kJ/K
-195,9 kJ = ∆H – 189,53 kJ -192 kJ = ∆H – 189,53 kJ
∆H = -195,9 + 189,53 kJ ∆H = -192 + 199,1 kJ
∆H = -6,37 kJ ∆H = 7,1 kJ

3. Tuliskan hasil analisis anda terhadap:

a. Perbedaan kerja dan perbedaan efisiensi kerja dari batere primer dan batere sekunder.

Jawab :
Perbedaan kerja baterai primer dan sekunder adalah pada energi yang dipakai. Jika pada
baterai primer energi hanya bisa dipakai sekali, jika energi telah habis maka baterai
tidak bisa digunakan. Sedangkan pada baterai sekunder penggunaan energi bisa dipakai
berkali-kali. Pada prinsipnya, cara Baterai Sekunder menghasilkan arus listrik adalah
sama dengan Baterai Primer. Hanya saja, Reaksi Kimia pada Baterai Sekunder ini dapat
berbalik (Reversible). Pada saat Baterai digunakan dengan menghubungkan beban pada
terminal Baterai (discharge), Elektron akan mengalir dari Negatif ke Positif. Sedangkan
pada saat Sumber Energi Luar (Charger) dihubungkan ke Baterai Sekunder, elektron akan
mengalir dari Positif ke Negatif sehingga terjadi pengisian muatan pada baterai. .
Efisiensi kerja pada baterai skunder lebih besar daripada baterai primer. Hal ini
dikarenakan penggunaan baterai bisa dipakai berkali-kali pada baterai sekunder
sedangkan baterai primer tidak dengan tegangan yang dihasilkan sama.

b. Perbedaan kerja dan perbedaan efisiensi kerja dari aki basah dengan aki kering

Jawab :

Perbedaan kerja aki basah dan kering adalah pada elektroda/plat dan larutannya, aki
basah menggunakan cairan elektrolit atau air aki untuk merendam selnya, sedangkan aki
kering menggunakan bahan berupa gel. Efisiensi kerja pada aki kering lebih besar
darpada aki basah. Karena material pada aki kering memiliki hambatan listrik yang
rendah. Pada aki kering menggunakan plat Ca (kalsium) sedangkan pada aki basah adalah
Pb (timbal). Keunggulan penggunaan unsur Ca dalam pembuatan cell/plat adalah
mempunyai sifat penguapan air sedikit dibanding dengan aki yang unsur utamanya
menggunakan Pb/Timbal. Sedangkan pada sifat larutannya pada aki basah larutan aki
mudah menguap sedangkan pada aki kering gel sifatnya tidak mudah menguap. Aki
kering yang masih di dalam mobil selama enam bulan kehilangan hanya 0,2 volt.
c. perbedaan kerja dan perbedaan efisiensi kerja dari batere rechargeable dan non
rechargeable
Jawab :
Perbedaan kerja baterai rechargeable dan non rechargeable adalah pada proses
penggunaanya. Jika pada baterai rechargeable energi kimia akan di konversikan menjadi
energi listrik karena adanya perbedaan potensial pada elektrodanya serta dapat juga
energi listrik diubah menjadi energi kimia untuk mengembalikan elektroda tersebut
seperti semula sehingga baterai dapat dipakai kembali. Pada baterai rechargeable
elektroda dipisahkan oleh separator berpori yang berfungsi sebagai transport ion (aliran
ion) pada saat penggunaan maupun pengisian baterai. Sedangkan pada baterai non
rechargeable hanya dapat terjadi pengonversian energi dari energi kimia menjadi energi
listrik sehingga baterai hanya bisa dipakai satu kali. Efisiensi kerja pada baterai
rechargeable lebih besar daripada baterai non rechargeable, karena pada baterai
rechargeable dapat digunakan berkali-kali asal tidak terjadi kerusakan didalam baterai.

4. Tuliskan hasil analisis dari pengamatan Anda terhadap kerja dan efisiensi kerja dari
batere sederhana yang Anda buat dengan buah, pohon, dan uang logam
Jawab :
a. Kentang
Menurut Medical Board (2010) kentang mengandung banyak kalium. Ion-ion
pada kentang seperti kalium bertindak sebagai zat elektrolit pada baterai. Elektroda
yang digunakan adalah seng sebagai anoda dan uang koin 500 berwarna kemerahan
(mengandung Cu) sebagai katoda, Sedangkan Dari data dibuku diketahui potensial
standard dari:
Zn2+ + 2e- → Zn Eo red = -0,76 V
Cu2+ + 2e- → Cu Eo red = +0,34 V

Secara teori dididapatkan perhitungan Eosel sebagai berikut:

Eosel = Eored - Eook

Eosel = 0,34 V – (- 0,76 V)

Eosel = +1,1 V

Sedangkan percobaan kami pada baterai kentang dengan menggunakan voltmeter


didapatkan Voltase = 0,509 V
𝑡𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛
Efisiensi baterai (η) = 𝑥 100%
𝑡𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑐𝑎𝑟𝑎 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
0,509 𝑉
Efisiensi baterai (η) = 𝑥 100%
1,1 𝑉

Efisiensi baterai (η) = 46,27 %


b. Uang logam
Digunakan uang logam 500 berwarna perak (mengandung alumunium) dan uang
logam berwarna keemasan (mengandung tembaga).
Al3+ + 3e- → Al Eo red = -1,88 V
Cu2+ + 2e- → Cu Eo red = +0,34 V

Secara teori dididapatkan perhitungan Eosel sebagai berikut:

Eosel = Eored - Eook

Eosel = 0,34 V – (- 1,88 V)

Eosel = +2,22 V

Sedangkan percobaan kami pada baterai uang logam dengan menggunakan


voltmeter didapatkan Voltase = 0,588 V per sel.
𝑡𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛
Efisiensi baterai (η) = 𝑥 100%
𝑡𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑐𝑎𝑟𝑎 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
0,588 𝑉
Efisiensi baterai (η) = 𝑥 100%
2,22 𝑉

Efisiensi baterai (η) = 26,48 %


c. Limbah detergen
Pada percobaan kami digunakan limbah detergen sebagai zat elektrolit pada
baterai. Senyawa elektrolit pada detergen meliputi Alkyl Benzene Sulfonate
(ABS), Linier Alkyl Benzene Sulfonate (LAS), Alpha Olein Sulfonate (AOS) dan
garam ammonium. Logam seng sebagai anoda dan tembaga sebagai katoda.
Zn2+ + 2e- → Zn Eo red = -0,76 V
Cu2+ + 2e- → Cu Eo red = +0,34 V
Secara teori dididapatkan perhitungan Eosel sebagai berikut:
Eosel = Eored - Eook
Eosel = 0,34 V – (- 0,76 V)
Eosel = +1,1 V
Sedangkan percobaan kami pada baterai kentang dengan menggunakan voltmeter
didapatkan Voltase = 0,479 V
𝑡𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛
Efisiensi baterai (η) = 𝑥 100%
𝑡𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑐𝑎𝑟𝑎 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
0,479 𝑉
Efisiensi baterai (η) = 𝑥 100%
1,1 𝑉

Efisiensi baterai (η) = 43,5 %


Dapat disimpulkan pada percobaan kami bahwa penggunaan kentang dan limbah
detegen sebagai zat elektrolit dengan jenis elektroda yang digunakan sama dihasilkan
efisiensi baterai pada kentang lebih besar daripada baterai menggunakan limbah
detergen.

5. Suatu larutan asam sulfat yang diberi symbol H2SO4 dengan konsentrasi 0,01 M
diletakkan di antara elektroda yang berdiameter 2 cm dengan jarak masing-masing
elektroda 5 mm ternyata pengukuran menghasilkan hantaran 5 mS. Berdasarkan data
tersebut (kalau kekurangan data bisa dicarikan dari tempat lain) tentukanlah:

a. hantaran spesifik larutan


jawab :
Diketahui:
MH2SO4 = 0,01 M
Diameter elektroda = 2 cm
Jarak dua elektroda = 5 mm ~ 0,5 cm
Hantaran (1/R) = 5 mS ~ 0,005 S
1 1
Anggap elektroda berebentuk 2 lingkaran = A = 2 . 3,14 . (1 cm)2
A = 1,57 cm2
Ditanya: Hantaran spesifik (K)
Hantaran spesifik dilambangkan sebagai K (memiliki satuan Scm-1). Nilainnya dapat
dihitung dari:
𝑐
R =𝐾
𝑐
K =𝑅
1
K =c.𝑅

c = konstanta sel (cm-1)


R = hambatan (Ω)
1/R = hantaran (Ω-1) = 1 Siemens (S)
Karena
𝑙
c=𝐴

l = jarak elektroda (cm)


A= luas penampang elektroda (cm2)
Maka
𝑙 1
K = 𝐴. 𝑅
0,5 𝑐𝑚
K= . 0,005 S
1,57 cm2

K = 1,59 x 10-3 Scm-1

b. hantaran molar larutan

Jawab :

Hantaran molar dapat dihitung dengan rumus:


𝐾
λm = 𝐶

K = hantaran spesifik (Scm-1)


C = konsentrasi larutan (mol/L)/(mmol/mL)
1,59 𝑥 10−3 𝑆𝑐𝑚−1
λm = 0,01 𝑚𝑜𝑙/𝐿

λm = 0,159 Scm2mmol-1
λm = 159 Scm2mol-1
c. bilangan transport ion H+ dan SO4-

jawab :

Bilangan transport dapat dihitung dengan metode Hittorf. Prinsipnya dengan


mengetahui salah satu ion yang pindah baik ke anoda maupun ke katoda. Sehingga
dapat dirumuskan sebagai berikut:
t+ + t- = 1
dimana
𝑄+ 𝑄−
t+ = atau t- =
𝑄 𝑄

Q = jumlah listrik yang dialirkan


Q+ = jumlah listrik pada katoda
Q- = jumlah listrik pada anoda
t+ = bilangan transport kation
t- = bilangan transport anion

Massa ekivalen = massa yag sebading dengan dengan 1 mol elektron = 6, 02 x 1023 e

1 gek = 1 mol e-

Muatan 1 e = 1,6 x 10-19 C

Muatan 1 mol e = (6,02 x 1023)(1,6 x 10-19)C

= 96500 C

=1F

Maka

Katoda: 2H+ + 2e- → H2

[H2SO4] = 0,01 M

[H+] = 0,02 M

Misal dalam 1 L larutan, maka terdapat 0,02 mol H+

mol ekivalen H+ = mol ekivalen e-

mol ekivalen e- = 0,02 mol ~ 0,02 F


Misal pada gas H2 yang dihasilkan adalah 150 mL (diukur pada STP), Maka muatan
yang terkumpul dalam katoda adalah adalah:
0,150 𝐿
mol H2 = 22,4 𝐿

mol H2 = 0,0067 mol


1
mol ekivalen H2 = 2 mol ekivalen e-

mol ekivalen e- = 0,0134 mol ~ 0,0134 F

Sehingga nilai bilangan transport H+ (t+) dapat dihitung dengan


𝑄+
t+ = 𝑄

0,0134 𝐹
t+ = 0,02 𝐹

t+ = 0,67

Untuk bilangan transport SO42- (t-)

t+ + t- =1
0,67 + t- =1
t- = 0,33
Kesimpulan yang didapatkan adalah laju transport ion ketika ada arus listrik yang
dialirkan yaitu ion H+ akan lebih cepat daripada ion SO42- saat menuju elektroda
masing-masing dengan perbandingan sekitar 2:1.

d. derajat ionisasi H2SO4

Jawab :

Langkah awal adalah mencari nilai hantaran pembatas dari larutan, yaitu dengan
rumus dan melihat tabel.
λom = v- λo + v+ λo
λom = 1 . 160 Scm2mol-1 + 2 . 349,6 Scm2mol-1
λom = 859,2 Scm2mol-1
kemudian dihitung derajat ionisasi H2SO4
λm
α = λom
159 Scm2mol−1
α = 859,2 Scm2mol−1

α = 0,185

Anda mungkin juga menyukai