Anda di halaman 1dari 16

JURNAL PRAKTIKUM INSTRUMEN

SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis
“Penentuan Konsentrasi dan Pergeseran Panjang Gelombang
dengan Spektrofotometer UV-Vis”

Disusun oleh :
Amelia Putri Divindha
17030194055
KB 2017

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN KIMIA
2020

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada
panjang gelombang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau
kisi difraksi dengan detektor fototube. Benda bercahaya seperti matahari atau
bohlam listrik memancarkan spektrum yang lebar terdiri atas panjang
gelombang. Panjang gelombang yang dikaitkan dengan cahaya tampak itu
mampu mempengaruhi selaput pelangi mata manusia dan karenanya
menimbulkan kesan subyektif akan ketampakan (vision). Dalam analisis secara
spektrofotometri terdapat tiga daerah panjang gelombang elektromagnetik yang
digunakan, yaitu daerah UV (200 – 380 nm), daerah visible (380 – 700 nm),
daerah inframerah (700 – 3000 nm) (Khopkar 1990).
Prinsip kerja dari spektrofotometri UV-Vis adalah penyerapan sinar
tampak untuk ultra violet dengan suatu molekul dapat menyebabkan terjadinya
eksitasi molekul dari tingkat energi dasar (ground state) ketingkat energi yang
paling tinggi (excited stated). Pengabsorbsian sinar ultra violet atau sinar
tampak oleh suatu molekul umumnya menghasilkan eksitasi elektron bonding,
akibatnya panjang absorbsi maksimum dapat dikolerasikan dengan jenis ikatan
yang ada didalam molekul (Hendayana, 1994).
Pada percobaan ini akan dilakukan analisis kimia mengenai penentuan
konsentrasi dan pergeseran panjang gelombang pada larutan metil merah. Metil
merah merupakan senyawa yang memiliki gugus kromofor azo. Zat warna azo
adalah senyawa yang paling banyak terdapat dalam limbah tekstil, yaitu sekitar
60%-70%. Metil merah mempunyai sistem kromofor gugus azo (-N=N-) yang
berikatan dengan gugus aromatik. Senyawa azo aromatik bersifat stabil dan
mempunyai warna menyala (Widjajanti, Tutik, & Utomo, 2011).
Perbandingan metil merah dalam suasana asam dan basa dapat
ditunjukkan secara spektrofotometri karena kedua bentuk metil merah
mengabsorbsi kuat pada daerah cahaya tampak (400-800 nm). Dalam suasana
asam, senyawa ini berupa HMR(I), yang berwarna merah dan mempunyai dua

2
bentuk resonansi. Jika ditambahkan basa, sebuah proton hilang dan terjadi
anion MR-(II), yang berwarna kuning (Widjajanti, Tutik, & Utomo, 2011).
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana menentukan panjang gelombang optimum?
1.2.2 Bagaimana menentukan pergeseran panjang gelombang?
1.2.3 Bagaimana menentukan absorbansi standar?
1.2.4 Bagaimana menentukan konsentrasi sampel?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui cara penentuan konsentrasi dan mengetahui
pengaruh pelarut dan pH pada gelombang optimum.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Spektrofotometri
Spektofotometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur energi
secara relative jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan, atau
diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Spektrofotometer
menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang gelombang tertentu, dan
fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau
yang diabsorpsi (Khopkar, 1990).
Spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika
energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi
dari panjang gelombang. Kelebihan spektrofotometer dibandingkan fotometer
adalah panjang gelombang dari sinar putih lebih dapat terseleksi dan ini
diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating ataupun celah optis.
Pada fotometer filter, sinar dengan panjang gelombang yang diinginkan
diperoleh dengan berbagai filter dari berbagai warna yang mempunyai
spesifikasi melewatkan trayek panjang gelombang tertentu. Pada fotometer
filter, tidak mungkin diperoleh panjang gelombang yang benar-benar
monokromatis, melainkan suatu trayek panjang gelombang 30-40 nm.
Sedangkan pada spektrofotometer, panjang gelombang yang benar-benar
terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma.
Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu,
monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blangko dan suatu
alat untuk mengukur perbedaan absorpsi antara sampel dan blangko ataupun
pembanding (Khopkar, 1990)
Pada spektrofotometri panjang gelombang yang benar-benar terseleksi
dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma suatu
spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu.
Monokromator sel pengabsorbsian untuk mengukur perbedaan absorpsi antara
sampel dan blanko ataupun zat pembanding (Khopkar, 1990).

4
Gambar 1. Spektrum panjang gelombang radiasi elektromagnetik yang
dipancarkan oleh matahari (Khopkar, 1990).
Spektofometri mempelajari interaksi antara radiasi elektromagnetik
dengan sampel. Radiasi elektromagnetik atau cahaya merupakan suatu bentuk
energi dengan sifat “dualisme” yang dapat memiliki tingkah laku sebagai
gelombang dan partikel. Cahaya sebagi sebuh gelombang digambarkan dengan
adanya tingkah laku seperti dapat dihamburkan (difraksi), sedangkan sifat
cahaya sebagai partikel dapat digambarkan dengan absropsi dan emisi cahaya
oleh sampel (Gandjar & Rohman, 2007)
Interaksi antara sampel dengan radiasi elektromagnetik ditunjukkan
dengan perubahan energi pada sampel karena menyerap radiasi
elektromagentik. Ketika foton diserap sampel, maka foton akan rusak dan
energi akan diterima oleh sampel. Interaksi molekul-molekul dengan radiasi
elektromagnetik dapat menyebabkan molekul berotasi, bervibrasi (bergetar)
atau bertranslasi (berpindah dari satu tempat ke tempat lain dalam suatu
ruangan). Perubahan dalam bentuk atau gerakan apapun, atau perubahan level
energi elektron, akan melibatkan perubahan level energi molekul. Perubahan
semacam inidisebut sebagai transisi (Gandjar & Rohman, 2007). Energi foton
(dalam joule) dihubungkan dengan frekuensi dan panjang gelombangnya dapat
dirumuskan sebagai berikut:
𝐸 = ℎ 𝜈 atau atau

(Day & Underwood, 2002)

Berdasarkan persamaan tersebut, sinar yang memiliki panjang


gelombang makin panjang akan memiliki energi/tenaga makin kecil
(Sastrohamidjojo, 2018). Berdasarkan kisaran panjang gelombang, maka dapat
dituliskan urutan energi yang dimiliki dari terbesar berturu-turut antara lain:

5
E sinar UV> E sinar Vis> E IR> E gelombang radio
2.2 Spektofotometer UV-VIS
Spektrofotometer UV-VIS Spektrofotometri ini merupakan gabungan
antara spektrofotometri UV dan Visible. Menggunakan dua buah sumber
cahaya berbeda, sumber cahaya UV dan sumber cahaya visible. Meskipun
untuk alat yang lebih canggih sudah menggunakan hanya satu sumber sinar
sebagai sumber UV dan Vis, yaitu photodiode yang dilengkapi dengan
monokromator. Untuk sistem spektrofotometri, UV-Vis paling banyak tersedia
dan paling populer digunakan. Kemudahan metode ini adalah dapat digunakan
baik untuk sample berwarna juga untuk sample tak berwarna (Khopkar, 1990).
Spektrofotometer Uv-Vis adalah alat yang digunakan untuk mengukur
transmitansi, reflektansi dan absorbsi dari cuplikan sebagai fungsi dari panjang
gelombang serta untuk pengukuran didaerah ultra violet dan didaerah tampak.
Semua metode spektrofotometri berdasarkan pada serapan sinar oleh senyawa
yang ditentukan, sinar yang digunakan adalah sinar yang semonokromatis
mungkin. Spektrofotometer sesuai dengan namanya merupakan alat yang
terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari
spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat
pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorbsi.
Warna yang diserap oleh suatu senyawa merupakan warna komplementer
dari warna yang teramati. Beberapa warna yang diamati dan warna
komplementernya terdapat pada tabel berikut ini :
 Tabel Spektrum Warna
Panjang Gelombang Warna
Warna Terlihat
(nm) komplementer
<400 Ultraviolet
400-450 Violet Kuning
450-490 Biru jingga
490-550 Hijau merah
550-580 Kuning Ungu
580-650 Jingga Biru
650-700 Merah Hijau
>700 Infrared
Tabel 1. Panjang gelombang berbagai warna cahaya (Sumber dari:
http://physics.about.com/od/lightoptics/a/vislightspec.htm diakses pada tanggal 16
Februari 2020)

6
Sinar dari sumber cahaya akan dibagi menjadi dua berkas oleh cermin
yang berputar pada bagian dalam spektrofotometer. Berkas pertama akan
melewati kuvet berisi blanko, sementara berkas kedua akan melewati kuvet
berisi sampel. Blanko dan sampel akan diperiksa secara bersamaan. Adanya
blanko, berguna untuk menstabilkan absorbsi akibat perubahan voltase dari
sumber cahaya.
 Prinsip kerja

Gambar 2. Prinsip kerja spektrofotometer uv-vis (Skoog, West, Holler, &


Crouc, 2013)
Prinsip kerja dari Spektrofotometer UV-Vis yaitu cahaya dipancarkan
dari lampu deuterium maupun wolfram yang bersifat polikromatis di teruskan
melalui lensa menuju ke monokromator pada spektrofotometer dan filter
cahaya pada fotometer. Monokromator akan mengubah cahaya polikromatis
menjadi monokromatis. Kemudian cahaya dengan panjang gelombang
tertentu akan dilewatkan pada sampel yang mengandung suatu zat dalam
konsentrasi tertentu. Setelah itu, cahaya akan diserap sebagian dan sebagian
lainnya akan diteruskan dan diterima oleh detektor. Detektor akan
menghitung cahaya yang diterima dan dapat mengetahui berapa cahaya yang
diserap analit dalam sampel. Cahaya yang diserap sebanding dengan
konsentrasi zat yang terkandung dalam sampel sehingga akan diketahui
konsentrasi zat dalam sampel secara kuantitatif (Rohman, 2007).
Berdasarkan hukum Lambert-Beer, serapan cahaya berbanding lurus
dengan konsentrasi. Hukum Lambert-Beer dinyatakan dalam bentuk
persamaan sebagai berikut.
A= k.c.l
Dimana
A = Absorbansi (serapan cahaya oleh zat kimia)

7
k = koefisien ekstinsi molar larutan
l = tebal kuvet
c = konsentrasi sampel
Menurut (Sastrohamidjojo, 2001), instrumen yang digunakan untuk
mempelajari serapan atau emisi radiasi elektromagnetik sebagai fungsi dari
panjang gelombang disebut “spektrometer” atau spektrofotometer.
Komponen–komponen pokok dari spektrofotometer meliputi :

Gambar 3. Komponen-komponen peralatan spektrofotometer UV-Vis (Sitorus,


2009).
1. Sumber tenaga radiasi yang stabil
Sumber radiasi UV yang kebanykan digunakan adalah lampu hidrogen dan
lampu deuterium. Yang terdiri dari sepasang elektroda yang terselubung
dalam tabung gas dan diisi dengan gas hidrogen dan deuterium yang
bertekanan rendah. Sumber radiasi ultraviolet lain adalah lampu xenon,
tetapi tidak se stabil lampu hidrogen. Sumber radiasi terlihat dan radiasi
inframerah dekat yang biasa digunakan adalah lampu filamen tungsten.
Filament dipanaskan oleh sumber arus searah (DC), atau oleh baterai.
Filamen tungsten menghasilkan radiasi kontinu dalam daerah antara 350
dan 2500 nm
2. Monokromator
Dalam spektrometer, radiasi yang polikromatik yang harus diubah menjadi
radiasi monokromatik. Ada dua jenis alat yang digunakan untuk mengurai
radiasi polikromatik menjadi monokromatik yaitu penyaring dan
monokromator. Penyaring dibuat dari benda khusus yang hanya
meneruskan radiasi pada daerah panjang gelombang tertentu dan penyerap
radiasi dari panjang gelombang yang lain. Monokromator merupakan

8
serangkaian alat optik yang mengurai radiasi polikromatik menjadi jalur-
jalur yang efektif/panjang gelombang-gelombang tunggalnya dan
memisahkan panjang gelombang-gelombang tersebut menjadi jalur-jalur
yang sangat sempit (Sitorus, 2009).
3. Tempat Cuplikan
Cuplikan pada daerah ultraviolet atau terlihat yang biasnya berupa gas atau
larutan ditempatkan dalam sel atau kuvet. Untuk daerah violet biasanya
digunakan Quartz atau sel dari silica yang dilebur, sedangkan untuk daerah
terlihat digunkan gelas biasa atau quartz. Sel yang digunakan untuk
cuplikan yang berupa gas mempunyai panjang lintasan dari 0,1 – 100 nm,
sedangkan sel untuk larutan mempunyai panjang lintasan tertentu dari 1
hingga 10 cm. Sebelum sel dipakai harus dibersihkan dengan air, atau jika
dikehendaki dapat dicuci dengan larutan detergen atau asam nitrat panas
(Sitorus, 2009).
4. Detektor
Setiap detektor penyerap tenaga foton yang mengenainya dan mengubah
tenaga tersebut untuk dapat di ukur secara kuantitatif seperti sebagai arus
listrik atau perubahan-perubahan panas. Kebanyakan detektor
menghasilkan sinyal listrik yang dapat mengaktifkan meter atau pencatat.
Setiap pencatat harus menghasilkan sinyal yang secara kuantitatif
berkaitan dengan tenaga cahaya yang mengenainya (Sitorus, 2009).

Cara kerja spektrofotometer secara singkat adalah sebagai berikut.


Tempatkan larutan pembanding, misalnya blanko dalam sel pertama
sedangkan larutan yang akan dianalisis pada sel kedua. Kemudian pilih
fotosel yang cocok 200 nm - 650 nm (650 nm – 1100 nm) agar daerah λ
yang diperlukan dapat terliputi. Dengan ruang fotosel dalam keadaan
tertutup “nol” galvanometer dengan menggunakan tombol dark-current.
Pilih yang diinginkan, buka fotosel dan lewatkan berkas cahaya pada
blanko dan “nol” galvanometer didapat dengan memutar tombol
sensitivitas. Dengan menggunakan tombol transmitansi, kemudian atur
besarnya pada 100%. Lewatkan berkas cahaya pada larutan sampel yang

9
akan dianalisis. Skala absorbansi menunjukkan absorbansi larutan sampel
(Khopkar, 1990).
 Analisis Sampel Spektroskopi UV-VIS
a. Analisis Kualitatif
Penggunaan alat ini dalam analisis kuantitatif sedikit terbatas sebab
spektrum sinar tampak atau sinar UV menghasilkan puncak-puncak
serapan yang lebar sehingga dapat disimpulkan bahwa spektrum yang
dihasilkan kurang menunjukan puncak-punca serapan. Namun, walaupun
puncak yang dihasilkan bebentuk lebar, puncak tersebut masih dapat
digunakan untuk memperoleh keterangan ada atau tidaknya gugus
fungsional tertentu dalam suatu molekul organik (Khopkar, 1990).
b. Analisis Kuantitatif
Penggunaan sinar UV dalam analisis kuantitatif memberikan
beberapa keuntungan, diantaranya ;
- Dapat digunakan secara luas
- Memiliki kepekaan tinggi
- Keselektifannya cukup baik dan terkadang tinggi
- Ketelitian tinggi
-Tidak rumit dan cepat
Adapun langkah-langkah utama dalam analisis kuantitatif adalah ;
- Pembentukan warna ( untuk zat yang yang tak berwarna atau warnanya
kurang kuat ),
- Penentuan panjang gelombang maksimum,
- Pembuatan kurva kalibrasi,
- Pengukuran konsentrasi sampel (Khopkar, 1990).
 Fungsi Spektrofotometer UV-VIS
Spektrometer Uv-Vis dapat digunakan misalnya untuk mengukur kadar
logam. UV/Vis spektroskopi secara rutin digunakan dalam kuantitatif
penentuan larutan dari logam transisi ion dan sangat dikonjugasikan senyawa
organik.
a. Larutan ion logam transisi dapat berwarna (misalnya, menyerap cahaya)
karena elektron dalam atom logam dapat tertarik dari satu negara

10
elektronik lainnya. Warna larutan ion logam sangat dipengaruhi oleh
kehadiran spesies lain, seperti anion tertentu atau ligan. Sebagai contoh,
warna larutan encertembaga sulfat adalah biru yang sangat terang;
menambahkanamonia meningkat dan perubahan warna panjang
gelombang serapan maksimum (λ m a x ) (Sylvi, 2006).
b. Senyawa organik, terutama mereka yang memiliki tingkat
tinggi konjugasi, juga menyerap cahaya pada daerah UV atau terlihat
dari spektrum elektromagnetik. Pelarut untuk penentuan ini sering air
untuk senyawa larut dalam air, atau etanol untuk senyawa organik yang
larut. (Pelarut organik mungkin memiliki penyerapan sinar UV yang
signifikan; tidak semua pelarut yang cocok untuk digunakan dalam
spektroskopi UV. Ethanol menyerap sangat lemah di paling panjang
gelombang.).Polaritas pelarut dan pH dapat mempengaruhi penyerapan
spektrum senyawa organik. Tirosin, misalnya, peningkatan penyerapan
maksimum dan koefisien molar kepunahan ketika pH meningkat 6-13
atau ketika polaritas pelarut berkurang (Sylvi, 2006).
c. Sementara kompleks transfer biaya juga menimbulkan warna, warna
sering terlalu kuat untuk digunakan dalam pengukuran kuantitatif. Hukum
Beer-Lambert menyatakan bahwa absorbansi larutan berbanding lurus
dengan konsentrasi spesies menyerap dalam larutan dan panjang jalan.
Jadi, UV/VIS spektrofotometer dapat digunakan untuk menentukan
konsentrasi dalam larutan penyerap dan mengetahui seberapa cepat
perubahan absorbansi dengan konsentrasi (Sylvi, 2006).
 Kelebihan dan Kelemahan Spektrofotometri UV-Vis
a. Kelebihan Spektrofotometri UV-Vis
Kelebihan spektrofotometri dibandingkan fotometer adalah
panjang gelombang dan sinar putih dapat terseleksi dan ini diperoleh
dengan alat pengurai seperti prisma, glatung, ataupun celah optis. Pada
spektrofotometri panjang gelombang yang benar-benar terseleksi dapat
diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma suatu
spektrofotometer tersususn dari sumber spektrum tampak yang kontinyu.
Monokromator sel pengabsorbsian untuk mengukur perbedaan absorpsi

11
antara sampel dan blanko ataupun pembanding (Khopkar, 1990).

b. Kekurangan Spektrofotometer UV/VIS


1. Absorbsi dipengaruhi oleh pH larutan, suhu dan adanya zat
pengganggu dan kebersihan dari kuvet
2. Hanya dapat dipakai pada daerah ultraviolet yang panjang
gelombang >185 nm
3. Pemakaian hanya pada gugus fungsional yang mengandung elektron
valensi dengan energy eksitasi rendah
4. Sinar yang dipakai harus monokromatis (Khopkar, 1990).
2.3 Hukum-Hukum Dasar dari UV-VIS
1. Hukum Lambert-Beer
Hukum Lambert-Beer (Beer`s law) adalah hubungan linearitas
antara absorban dengan konsentrasi larutan sampel. Konsentrasi dari
sampel di dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada
panjang gelombang tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer.
Biasanya hukum Lambert-Beer ditulis dengan:
A= k.c.l
Dimana
A = Absorbansi (serapan cahaya oleh zat kimia)
k = koefisien ekstinsi molar larutan
l = tebal kuvet
c = konsentrasi sampel

Menurut (Dachrianus, 2004), Hukum Lambert-Beer terbatas karena


sifat kimia dan faktor instrumen. Penyebab non linearitas ini adalah:
a. Deviasi koefisien ekstingsi pada konsentrasi tinggi (>0,01 M), yang
disebabkan oleh interaksi elektrostatik antara molekul karena jaraknya
yang terlalu dekat.
b. Hamburan cahaya karena adanya partikel dalam sampel.
c. Flouresensi atau fosforesensi sampel.
d. Berubahnya indeks bias pada konsentrasi yang tinggi.
e. Pergeseran kesetimbangan kimia sebagai fungsi dari konsentrasi.

12
f. Radiasi non-monokromatik; deviasi bisa digunakan dengan
menggunakan bagian datar pada absorban yaitu pada panjang
gelombang maksimum.
g. Kehilangan cahaya.
Penggunaan Spektrofotometer Ultra-violet dan Sinar Tampak bisa
untuk contoh cairan maupun padatan, seperti air laut, lumpur/sedimen
dan batuan. Oleh karena prinsip kerja Spektrofotometer Ultra-violet dan
Sinar Tampak berdasarkan penyerapan cahaya oleh suatu larutan, maka
semua contoh yang akan diperiksa hams diubah terlebih dahulu menjadi
bentuk larutan. Untuk pemakaian Spektrofotometer Sinar Tampak larutan
tersebut harus berwarna. Hal ini bisa dikerjakan dengan menambahkan
pereaksi tertentu pada contoh yang diperiksa. Kemudian hasil
pengukuran dari Spektrofotometer dimasukkan ke dalam rumus
LAMBERT-BEER, maka akan didapatkan kadar zat yang dicari
(Triyati,1985).
2.4 Metil Merah

Gambar. Struktur senyawa metil merah


Metil Merah (Methyl Red) adalah senyawa organic yang memiliki rumus
kimia C15H15N3O2, senyawa ini banyak dipakai untuk indikator titrasi asam
basa. Indikator ini berwarna merah pada pH dibawah 4,4 dan berwarna kuning
diatas 6,2. Warna transisinya menghasilkan warna orange.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat
1. Labu ukur 50 mL 1 buah
2. Labu ukur 10 mL 1 buah
3. Gelas ukur 10 mL 1 buah

13
4. Gelas kimia 50 mL 6 buah
5. Tabung reaksi 3 buah
6. Pipet tetes 3 buah
7. Spektrofotometer UV-Vis 1 set
3.2 Bahan
1. Larutan metil merah 23 mL
2. NaOH 0,4 M 2 mL
3. Larutan HCl 0,4 M 2 mL
4. Aquades secukupnya
3.3 Prosedur
PERCOBAAN 1. PENENTUAN KONSENTRASI SUATU LARUTAN
Tujuan: Menentukan konsentrasi suatu larutan
Cara kerja:
a. Penyiapan larutan baku
Buatlah larutan baku metil merah dengan konsentrasi 50 ppm. Dari larutan
baku ini buat larutan standar 1, 3, 5, 7, dan 10 ppm.
b. Penentuan panjang gelombang yang optimum
Gunakan larutan dengan konsentrasi terendah untuk mengukur absorbansi
larutan pada panjang gelombang 300-600 nm. Buatlah kurva serapan
masing- masing larutan (A vs λ). Tentukan λ optimum larutan.
c. Penentuan absorbansi standar
Larutan dengan konsentrasi 1,3,5,7, dan 10 ppm. Buat kurva kalibrasi
dengan mengukur absorbansi dari sederetan larutan standar penyelesaian
(A vs C) pada panjang gelombang optimum. Tentukan Persamaan
Kurvanya. Pengukuran dimuiai dari perhitungan dengan konsentrasi
terendah
d. Penentuan konsentrasi sampel
Buat spektrum sampel larutan metil merah dengan konsentrasi tertentu.
Amati dan catat absorbansinya. Hitung konsentrasi metil merah tersebut
menggunakan persamaan kurva yang telah diperoleh.
PERCOBAAN 3. PERGESERAN PANJANG GELOMBANG

14
Tujuan: Mengetahui pengaruuh pelarut dan pH pada panjang gelombang
optimum
Cara Kerja:
a. Masukkan 5 tetes benzena ke dalam tabung reaksi, tambahkan 5 ml
heksana, kocok sampai homogen. Kemudian masukkan ke dalam kuvet,
amati absorbansinya pada panjang gelombang 185-350 nm dengan blanko
heksana.
b. Masukkan 5 tetes aseton ke dalam tabung reaksi, tambahkan 5 ml heksana,
kocok sampai homogen. Kemudian masukkan ke dalam kuvet, amati
absorbansinya pada panjang gelombang 185-350 nm dengan blangko
heksana.
c. Tentukan panjang gelombang optimum benzena dan aseton optimal dalam
pelarut heksana.
d. Masukkan 1 ml larutan metil merah 50 ppm dalam labu takar 50 mL,
encerkan dengan akuades sampai tanda butas. Ukur absorbansinya pada
panjang gelombang 300-600 nm dengan blanko akuades.
e. Masukkan 1 ml larutan metil merah 50 ppm ke dalam labu takar 50 mL,
tambahkan 2 ml HCI 0,4 M, encerkan dengan akuades sampai tanda batas.
Ukur absorbansinya pada panjang gelombang 300-600 nm dengan blanko
akuades.
f. Masukkan 1 ml larutan merah 50ppm ke dalam labu takar 50 mL,
tambahkan 2 mL NaOH 0,4 M, encerkan dengan akuades sampai tanda
batas. Ukur absorbansinya pada panjang gelombang 300-600 nm dengan
blangko akuades.
g. Tentukan panjang gelombang metil mnerah optimal dalam suasana asam
dan basa.

DAFTAR PUSTAKA

15
Dachrianus. (2004). Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi.
Padang: Universitas Andalas.
Day, R. A., & Underwood, A. L. (2002). Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Ke-6.
Jakarta: Erlangga.
Gandjar, & Rohman. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Jakarta: Pustaka Pelajar.
Khopkar. (1990). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia.
Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sastrohamidjojo, H. (2001). Dasar-Dasar Spektroskopi. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Triyati, Etty. (1985). Spektofotometer Ultra-Violet dan sinar tampak serta
aplikasinya dalam oseanologi. Volume X, Nomor 1 : 39 - 47.

16

Anda mungkin juga menyukai