Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pemerintah

Pemerintah sebagai sekumpulan orang-orang yang mengelola kewenangan-

kewenangan, melaksanakan kepemimpinan dan koordinasi pemerintahan serta

pembangunan masyarakat dari lembaga-lembaga dimana mereka ditempatkan.

Pemerintah merupakan organisasi atau wadah orang yang mempunyai kekuasaan

dan lembaga yang mengurus masalah kenegaraan dan kesejahteraan rakyat dan

Negara. Pemerintah adalah organisasi kekuasaan untuk membuat dan menerapkan

hukum serta undang-undang diwilayah tertentu Pemerintahan dalam arti luas

adalah segala urusan yang dilakukan oleh Negara dalam menyelenggarakan

kesejahteraan rakyatnya dan kepentingan Negara sendiri, jadi tidak diartikan

sebagai pemerintah yang hanya menjalankan tugas eksekutif saja, melainkan juga

meliputi tugas-tugas lainnya termasuk legislative dan yudikatif. Fungsi-fungsi

pemerintahan dapat ditemukan dalam konstitusi berupa fungsi peradilan,

perencanaan anggaran belanja, pajak, militer, dan polisi. Rasyid membagi fungsi

pemerintahan menjadi empat bagian yaitu, pelayanan ( public service ),

pembangunan (development), pemberdayaan (empowering), dan pengaturan

(regulation).1

Pemerintahan adalah suatu ilmu dan seni. Dikatakan sebagai seni Karena

banyak pemimpin pemerintahan yang tanpa pendidikan pemerintahan, mampu

berkiat serta dengan kharismatik menjalankan roda pemerintahan. Pemerintahan

1
Muhadam Labolo.2006.Memahami Ilmu Pemerintahan.PT.Raja Grafindo Persada.Jakarta.hlm:22

6
berasal dari kata dasar pemerintah, yang paling sedikit kata “ perintah “ tersebut

memiliki empat unsure yaitu, ada dua pihak yang terkandung, kedua pihak

tersebut saling memiliki hubungan, pihak yang memerintah, dan pihak yang

diperintah memiliki ketaatan. Apabila dalam suatu Negara kekuasaan pemerintah,

dibagi atau dipisahkan maka terdapat perbedaan antara pemerintahan dalam arti

luas dengan pemerintahan dalam arti sempit. Pemerintahan dalam arti hanya

sempit meliputi lembaga yang mengurus pelaksanaan roda pemerintahan ( disebut

eksekutif ), sedangkan pemerintahan dalam arti luas selain eksekutif termasuk

juga lembaga yang membuat peraturan perundang-undangan ( disebut legislative )

dan yang melaksanakan peradilan ( disebut yudikatif ).2

2.2 Pengertian Regulasi

Regulasi adalah "mengendalikan perilaku manusia atau masyarakat dengan

aturan atau pembatasan." Regulasi dapat dilakukan dengan berbagai bentuk,

misalnya: pembatasan hukum diumumkan oleh otoritas pemerintah, regulasi

pengaturan diri oleh suatu industri seperti melalui asosiasi perdagangan, Regulasi

sosial (misalnya norma), co-regulasi dan pasar. Seseorang dapat,

mempertimbangkan regulasi dalam tindakan perilaku misalnya menjatuhkan

sanksi (seperti denda). Tindakan hukum administrasi, atau menerapkan regulasi

hukum, dapat dikontraskan dengan hukum undang-undang atau kasus.

Regulasi diamanatkan oleh upaya negara untuk menghasilkan hasil yang tidak

mungkin sebaliknya terjadi, memproduksi atau mencegah hasil di tempat yang

berbeda dengan apa yang dinyatakan mungkin terjadi, atau memproduksi atau

2
Inu kencana syafiie.2001. pengantar ilmu pemerintahan, PT.Refika Aditama. Bandung,hlm.20.

7
mencegah hasil dalam rentang waktu yang berbeda daripada yang akan terjadi.

Dengan cara ini, Regulasi dapat dilihat sebagai artefak laporan pelaksanaan

kebijakan. Contoh umum regulasi mencakup kontrol di masukan pasar, harga,

upah, persetujuan Pembangunan, efek polusi, pekerjaan bagi orang-orang tertentu

dalam industri tertentu, standar produksi untuk barang-barang tertentu, pasukan

militer dan jasa. 3

2.3 Pengertian Orang Tua

Orang tua merupakan orang yang lebih tua atau orang yang dituakan. Namun

umumnya di masyarakat pengertian orang tua itu adalah orang yang telah

melahirkan kita yaitu Ibu dan Bapak.4 Ibu dan bapak selain telah melahirkan kita

ke dunia ini, ibu dan bapak juga yang mengasuh dan yang telah membimbing

anaknya dengan cara memberikan contoh yang baik dalam menjalani kehidupan

sehari-hari, selain itu orang tua juga telah memperkenalkan anaknya kedalam hal-

hal yang terdapat di dunia ini dan menjawab secara jelas tentang sesuatu yang

tidak dimengerti oleh anak. Maka pengetahuan yang pertama diterima oleh anak

adalah dari orang tuanya. Karena orang tua adalah pusat kehidupan rohani si anak

dan sebagai penyebab kenalnya dengan alam luar, maka setiap reaksi emosi anak

dan pemikirannya dikemudian hari terpengaruh oleh sikapnya terhadap orang

tuanya di permulaan hidupnya dahulu.5

Berdasarkan uraian diatas secara jelas bahwa orang tua yang memiliki peran

penting dalam menentukan nasib anak kedepan, segala sesuatu yang berhubungan

3
http://id.shvoong.com/law-and-politics/politics/2094305-pengertian-regulasi/#ixzz2NWYdYz2F.Diakses
Tanggal 14 Maret 2013 Pukul 22.00.
4
Maulana Hasan.2000.Pengantar Advokasi Dan Hukum Perlindungan Anak.PT.Gramedia.Jakarta.hlm:49
5
John Santrock.2001.Perkembangan Anak.Bumi Aksara.Jakarta.hlm:17

8
dengan anak, baik menyangkut pendidikan, ataupun pengembangan bakatnya

selalu diarahkan oleh orang tua. Keluarga merupakan lingkungan social yang

terdekat untuk membesarkan, mendewasakan, dan didalamnya anak mendapatkan

pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga merupakan kelompok masyarakat

yang terkecil, akan tetapi merupakan lingkungan yang paling kuat dalam

membesarkan anak dan terutama bagi anak yang belum sekolah. Oleh karena itu,

keluarga memegang peranan penting dalam perkembangan anak. Keluarga yang

baik akan berpengaruh positif bagi perkembangan anak, sedangkan keluarga yang

jelek akan menimbulkan pengaruh yang negative pula. Karena anak sejak lahir

dan kemudian mengalami pertumbuhan memang dari sebuah keluarga, oleh

karena itu wajarlah apabila faktor keluarga sangat mempengaruhi perilaku anak.6

2.4 Pengertian Anak di bawah umur

Dari Pasal 47 dan Pasal 50 Undang-Undang Perkawinan bisa disimpulkan

bahwa Undang-Undang Perkawinan berpegang teguh pada patokan umur dewasa

18 tahun. Definisi anak menurut UU, Perlindungan anak : Anak adalah seseorang

yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.

Definisi anak yang ditetapkan perundang-undangan berbeda dengan definisi

menurut hukum islam dan hukum adat. Menurut hukum Islam dan hukum adat

sama-sama menentukan seseorang masih anak-anak atau sudah dewasa bukan dari

usia anak. Hal ini karena masing-masing anak berbeda usia untuk mencapai

tingkat kedewasaan. Hukum Islam menentukan definisi anak dilihat dari tanda-

tanda pada seseorang apakah seseorang itu sudah dewasa atau belum. Artinya

6
Nashriana, S.H.,M.Hum,2011.Perlindungan Hukum Pidana Bagi Anak di Indonesia,PT.Raja Grafindo
Persada,Jakarta,hlm.40.

9
seseorang dinyatakan sebagai anak apabila anak tersebut belum memiliki tanda-

tanda yang dimiliki oleh orang dewasa sebagaimana ditentukan dalam hukum

islam.7

2.5 Mempekerjakan Anak di bawah umur menurut hukum positif

Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa yang dimaksud dengan

anak adalah seseorang yang umurnya dibawah 18 (delapan belas) tahun. Sehingga

anak yang di bawah umur 18 (delapan belas) tahun tidak dapat dikatakan cakap

hukum dan perbuatan yang dilakukannya belum mencapai kriteria perbuatan atau

tindakan hukum. Dalam upaya-upaya pengembangan bakat sebagaimana

dijelaskan dalam UU diatas merupakan bentuk persiapan mental anak-anak agar

tidak kaget dalam menempuh dunia kerja kedepannya. Yang perlu dipahami

bahwa semua yang dapat dilakukan dalam konteks pengembangan diri mereka.

Dan sebagian para orang tua beranggapan bahwa memberikan pekerjaan kepada

anak-anak mereka merupakan proses belajar, belajar untuk menghargai pekerjaaan

dan belajar untuk bertanggung jawab, mereka juga berharap anak-anak mereka

dapat membantu meringankan beban mereka selaku orang tua. Selama masih

dalam kondisi wajar dan sesuai dengan ketentuan UU hal tersebut sah-sah saja.

Namun sebagian orang tua memberi pekerjaan yang diluar kemampuannya dan

menghilangkan kesempatan kepada anak-anak untuk mengembangkan diri.

Keadaan seperti ini terkadang memberikan dampak yang cukup signifikan pada

perkembangan psikologis anak dan mental yang dibangun. Tidak banyak keadaan

seperti ini membuat anak menjadi brutal, terbelakang mental, krisis moral.

7
Marlina.2009, Peradilan Pidana Anak di Indonesia.PT.Refika Aditama, Bandung.hlm.34

10
Terkait dengan pekerja anak, undang-undang secara tegas melarang

mempekerjakan anak. Hal ini dapat diketahui dari Pasal 68 UU

Ketenagakerjaan.Disadari ataupun tidak terdapat banyak ketentuan perundang-

undangan yang mengatur perlindungan terhadap anak yang telah dilanggar oleh

para pelaku, baik orang tua anak dan pengusaha yang telah mempekerjakan anak

dibawah umur. Undang-Undang Republik Indonesia No.13 Tahun 2003 Tentang

Ketenagakerjaan, melarang secara tegas kepada setiap orang atau badan yang

mempekerjakan anak dibawah umur8. Pasal 68 ayat (1) “Ketentuan sebagaimana

di maksud dalam pasal 68 dapat si kecualikan bagi anak yang berumur antara 13

tahun sampai dengan 15 Tahun untuk melakukan pekerjaan ringan sepanjang

tidak mengganggu perkembangan dan kesehatan fisik,mental,dan Sosial”. Ayat

(2) “Pengusaha yang memperkerjakan Anak pada pekerjaan ringan sebagaimana

di maksud dalam ayat 1 harus memenuhi persyaratan:

a) Izin tertulis dari Orang Tua atau Wali;

b) Perjanjian kerja antara Pengusaha dengan Orang tua atau Wali;

c) Waktu kerja maksimum 3 jam ;

d) Dilakukan pada siang Hari dan tidak mengganggu waktu sekolah;

e) Keselamatan dan kesehatan kerja;

f) Adanya hubungan kerja yang jelas dan;

g) Menerima upah sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

Pasal 70 ayat (1) “Anak dapat melakukan pekerjaan di tempat kerja yang

merupakann bagian dari kurikulum Pendidikan atau pelatihan yang di sahkan oleh

8
Muladi.2005.Hak Asasi Manusia.PT.Refika Aditama.Bandung.hlm:207

11
pejabat yang berwenang”. Ayat (2) “Anak sebagaimana di maksud dalam ayat 1

paling sedikit berumur 14 belas tahun”. Ayat (3) “pekerjaan sebagaimana di

maksud dalam ayat 1 dapat di lakukan dengan syarat”:

a) Di beri petunjuk yang jelas tentang cara pelaksanaan pekerjaan serta

bimbingan dan pengawasan dalam melaksanakan pekerjaan dan;

b) Di beri perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja9.

Pasal 71 “Anak dapat melakukan pekerjaan untuk mengembangkan bakat dan

minatnya. Pengusaha yang mempekerjakan Anak sebagaimana di maksud dalam

ayat 1 wajib memenuhi syarat:

a) Di bawah pengawasan langsung dari Orang Tua atau Wali ;

b) Waktu kerja paling lama 3 jam sehari dan ;

c) Kondisi dan lingkungan kerja tidak mengganggu perkembangan

fisik,mental,sosial,dan waktu sekolah.

Pasal 72 “Dalam hal Anak di pekerjakan bersama-sama dengan pekerja/Buruh

dewasa maka tempat kerja Anak harus dipisahkan dari tempat kerja pekerja/Buruh

Dewasa”. Pasal 73 “Anak di anggap bekerja bilamana berada di tempat

kerja,kecuali dapat di buktikan sebaliknya”. Pasal 74 ayat (1) Siapa pun di larang

memperkerjakan dan melibatkan anak pada pekerja-pekerja yang terburuk. Ayat

(2) Pekerjaan-pekerjaan yang terburuk yang di maksud dalam ayat 1 meliputi:

a) Segala pekerjaan dalam bentuk perbudakan atau sejenisnya;

9
Naskah akademik kelompok XI. Hlm; 9

12
b) Segala pekerjaan yang memanfaatkan,menyediakan,atau menawarkan

anak untuk pelacuran,Produksi Pornografi,pertunjukan Pornografi,atau

perjudian;

c) Segala pekerjaan yang memanfaatkan,menyediakan,atau melibatkan anak

untuk produksi dan Perdagangan minuman

keras,narkotika,psikotropika,dan zat adiktif lainnya dan/atau;

d) Semua pekerjaan yang membahayakan kesehatan,keselamatan,atau moral

anak10.

Pasal 75 “Pemerintah berkewajiban melakukan upaya penanggulangan anak yang

bekerja di luar hubungan kerja”. Pasal 178 Barangsiapa : mempekerjakan anak

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 ayat (1); mempekerjakan anak tanpa

perlindungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 96 ayat (2); dipidana dengan

pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak Rp.

200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) 11 . Pasal 179 Barangsiapa mempekerjakan

orang muda pada pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 97 ayat 91)

dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling

banyak Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah).

Pasal 26 Undang- Undang Perlindungan Anak termasuk juga pada Pasal 28J Ayat

1 UUD 1945. 12 Pada dasarnya semuanya orang berhak untuk mendapatkan

pekerjaan secara layak tanpa diskriminasi, namun di era yang seperti sekarang ini

sudah diwarnai oleh berbagai persaingan. Jurang antara si miskin dan si kaya

10
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
11
Ibid .
12
Ade maman.2010.Penjelasan Hukum Tentang Batasan Umur.Jakarta.PT.Gramedia.hlm.63

13
semakin jelas terlihat, sehingga keberadaan keluarga miskin makin meningkat

yang berpengaruh pada peningkatan orang tua yang mempekerjakan anaknya.

2.6 Mempekerjakan Anak di bawah Umur menurut Hukum Islam

Anak adalah merupakan sebuah titipan dari Allah SWT, kepada kedua orang

tua, masyarakat, bangsa, dan negara sebagai pewaris dari Ajaran Islam (Wahyu

Allah SWT ) yang kelak akan memakmurkan dunia sebagai rahmatan lilalamin,

yang wajib dijaga serta dipelihara dengan baik agar anak dapat mengetahui hak

dan kewajibannya dan para orang tua juga harus memberikan pendidikan jasmani,

rohani, serta akal supaya anak bisa berkembang dan mampu menghadapi dan

mengatasi problema hidup yang akan dia hadapi dan kelak menjadi orang yang

berguna bagi dirinya sendiri dan juga bagi lingkungannya. Dalam Al Qur`an

seperti yang termuat dalam Qur`an Surah Al Kahfi ayat 46 yang artinya “Harta

dan anak adalah perhiasan dunia“. Al Qur`an telah menjelaskan

bagaimana anak menjadi perhiasan dunia, sehingga bagaimana anak sebagai

sesuatu yang mewah atau kemewahan yang dimiliki orang orang tua dalam suatu

keluarga, sehingga bagaimana suatu keluarga yang memiliki anak dan

menjadikan anaksebagai sesuatu yang harus dijaga dengan baik dan benar

sehingga anak-anak menjadi berarti dalam keluarga, masyarakat, bangsa dan

negara.

Dalam Al Qur`an yang termuat dalam Qur`an Surah Ataaghabun ayat 25 yang

artinya “Anak adalah sebagai ujian dan cobaan (berpeluang mendapat kebaikan

dan pahala dan kemungkinan menerima karena tantangan dan kelengahan.

Sesunggunya hartamu dan anak-anakmu adalah cobaan “. Bila dikaitkan dengan

14
ayat tersebut diatas, selain anak sebagai perhiasan dunia, anak juga menjadi

cobaan, karena apabila orang tua dan atau keluarga tidak memberikan yang

terbaik bagi anak, sangat mungkin anak tersebut membawa permasalahan bagi

orang tua atau keluarga. Sebaliknya, apabila anak-anak didik secara baik dan

benar dapat menghasilkan sesuatu yang dapat mengangkan harkat dan martabat

orangtua atau keluarga13.

Dalam Al Qur`an Surah Ali Imran Ayat 14 yang artinya “Anak adalah sasaran

kecintaan dan perhiasan hidup serta bagian dari unsur kebahagiaan, dijadikan

indah pada manusia kecintaan pada wanita dan anak-anak “. Penegasan Al Qur`an

dalam ayat ini anak harus dijadikan sebagai kecintaan dan dapat menciptakan

kebahagiaan, oleh sebab itu ada perintah untuk mencurahkan kecintaan


14
kepada anak dari orangtua atau keluarga . Hal ini dapat menumbuhkan

kecintaan anak. Yang pada akhirnya kehidupan dengan penuh cinta dan kasih

antara sesama. Kompilasi Hukum Islam (Intruksi Presiden RI No.1 Tahun 1991)

1) Pasal 77 ayat (3)

Kewajiban suami istri terhadap anak

Suami istri memikul kewajiban untuk mengasuh dan memelihara anak-

anak mereka, baik mengani pertumbuhan jasmani, rohani maupun

kecerdasannya dan pendidikan agamanya.

2) Pasal 105

Dalam hal terjadi perceraian, maka pemeliharaan anak yang belum

mumayyiz atau belum berumur 12 (dua belas) tahun adalah hak ibunya.

13
Maulana Hasan Wadong.2000.Pengantar Advokasi dan Hukum Perlindungan Anak. PT.Gramedia
Widiasarana Indonesia.Jakarta. hlm: 12
14
Naskah akademik ilmu perundang-undangan kelompok XI.hlm;22

15
Sementara pemeliharaan anak yang sudah mumayyiz diserahkan kepada

pilihan anak itu sendiri untuk memilih di antara ayah atau ibunya sebagai

pemegang hak pemeliharaannya. Akan tetapi biaya pemeliharaannya

ditanggung oleh ayahnya.

3) Pasal 106

Orang tua berkewajiban merawat dan mengembangkan harta anaknya yang

belum dewasa atau di bawah pengampuan, dan tidak diperbolehkan

memindahkan atau menggadaikannya; kecuali karena keperluan yang

mendesak, jika kepentingan dan kemaslahatan anak itu menghendaki atau

suatu kenyataan yang tidak dapat dihindarkan lagi. Orang tua juga

bertanggung jawab atas kerugian yang ditimbulkan karena kesalahan dan

kelalaiannya dari kewajiban tersebut

Fenomena yang banyak terjadi di kalangan masyarakat miskin, anak dijadikan

suatu obyek untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Dalam hal ini, anak disuruh

bekerja di jalanan sebagai pengemis, pengamen, dan lain sebagainya yang dapat

menyebabkan anak tersebut menjadi anak yang hidup di jalanan dan dampaknya

anak-anak tersebut bisa dimanfaatkan oleh orang-orang dewasa yang bisa

menjadikan mereka suatu alat untuk dijadikan sasaran pelampiasan kemarahan

dan bahkan terkadang bagi anak perempuan dijadikan pelampiasan nafsu birahi.

Para orang tua yang mempekerjakan anaknya, menganggap hal tersebut sah-sah

saja, karena mereka menyuruh anak mereka sendiri untuk ikut bekerja mencari

nafkah dan memenuhi kebutuhan hidup dalam keluarga.

16
Padahal didalam undang-undang dan Al-quran sudah menegaskan bahwa anak

berhak mendapatkan perlindungan dari sasaran penganiayaan, penyiksaan, dan

lain sebagainya. Bahwa orang tua yang mempekerjakan anak dibawah umur

dengan dasar motivasi mendidik anak maka menurut hukum Islam diperbolehkan

karena kewajiban dasar orang tua adalah memelihara dan mendidik anaknya

dengan sebaik-baiknya, dan orang tua yang mempekerjakan anak dengan motivasi

mencari uang yang dapat mengganggu perkembangan fisik, jiwa, dan mentalnya,

maka itu dilarang.15

2.7 Hak Anak Untuk Bekerja

Di Indonesia, perhatian dari berbagai pihak terhadap pekerja anak,

memperlihatkan tendensi yang semakin meningkat. Hal ini antara lain Nampak

dengan diratifikasinya konvensi hak-hak anak pada tahun 1990 melalui Keputusan

Presiden No. 36 Tahun 1990, ikut sertanya Indonesia dalam Konferensi ILO

tentang pekerja anak yang menghasilkan konvensi No. 138 Tahun 1973, dan

dengan diundangkannya berbagai macam peraturan perundang-undangan yang

bermaksud memberikan “ perlindungan” terhadap anak. Pembahasan hal seperti

itu harus menunjukan sikap politis setiap pihak terhadap diakui tidaknya nak-anak

untuk bekerja. Sedangkan situasi dan konteks persoalan pekerja anak di Indonesia

terlalu kompleks untuk dijadikan dasar pertimbangan pengambilan sikap yang

hitam-putih16.

Oleh karena itu, pemikiran para pihak yang menaruh banyak perhatian pada

pekerja anak, ada-tidaknya hak anak untuk bekerja harus disikapi secara hati-

15
Maulana Hasan.2000.Pengantar Advokasi Dan Hukum Perlindungan Anak.PT.Gramedia.Jakarta.hlm:32
16
Muladi.2005.Hak Asasi Manusia.PT.Refika Aditama.Bandung.hlm:202

17
hati.menurut UU No. 12 Tahun 1948 Tentang tenaga kerja yang sekarang sudah

diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan, disebutkan bahwa pemerintah melarang secara mutlak, tanpa

pengecualian apapun, bagi anak-anak untuk bekerja. Akan tetapi meskipun telah

diperkuat dengan sanksi-sanksi pidana, adanya larangan tersebut tidaklah dapat

berlaku secara efektif. Pada tataran normative, ketidakefektifan tersebut antara

lain disebabkan sikap ambivalen atau tidak serius dari pemerintah sendiri. Sikap

ini tercermin dalam aspek penegakan hukumnya (Law Enforcement).17

Sejumlah temuan penelitian menunjukkan bahwa munculnya pekerja anak ini

disebabkan karena, adanya tekanan ekonomi yang memaksa mereka untuk terlibat

secara aktif di dalam kegiatan ekonomi, baik untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya sendiri, maupun sebagai suatu bentuk partisipasi dari anak untuk

memenuhi kebutuhan ekonomi dan bagi kelangsungan hidup keluarganya, karena

mereka dianggap telah ikut bertanggung jawab terhadap ekonomi keluarga.18

Pekerja anak dimanapun mereka berada, di lihat secara umum kondisi dan

situasinya di yakini akan mengancam kehidupan dan juga masa depannya,

termasuk masa depan masyarakat. Dunia anak seharusnya dunia yang penuh

kegembiraan, bermain, sekolah, perhatian dan kasih sayang orang tua. Suasana

tersebut sebagai proses pendukung tumbuh dan berkembang seorang anak , yang

dapat memberikan landasan untuk kehidupan masa depannya. Berbagai studi

tentang pekerja anak seringkali di temukan bahwa seorang pekerja anak selalu

berada di kondisi yang tidak menguntungkan, rentan dalam bentuk eksploitasi dan

17
Muladi.2005.Hak Asasi Manusia.PT.Refika Aditama.Bandung.hlm:203
18
ibid.

18
minim dalam akses pengembangan diri secara fisik, mental, spritual, moral.

Karena itu, anak-anak yang masuk ke pasar kerja menjadi pekerja anak

merupakan rasionalisasi untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga yang

dilanda kemiskinan. Hal inilah yang dijadikan dasar mempekerjakan anak-anak,

bahkan dengan pekerjaan yang eksploitatif, upah murah, dan pekerjaan yang

berbahaya. Dapat diperkirakan pekerja anak rata-rata memberi sumbangan 20-25

persen bagi ekonomi keluarga. Dengan jumlah sebesar itu wajar jika banyak orang

tua dengan ekonomi pas-pasan merelakan anaknya mencari tambahan

penghasilan. Kenyataan ini menyebabkan anak-anak tersebut semakin

terkungkung dalam dunia kerja yang penuh dengan ketidakpastian. Efek lebih

lanjut adalah ketidaksiapan anak dalam menghadapi masa depan. Pendidikan yang

rendah dan kepribadian yang belum matang akan membuat mereka tidak memiliki

posisi tawar yang tinggi dalam dunia kerja atau lingkungan sosial. Mereka

akhirnya berfungsi sebagai pelestari siklus kemiskinan keluarganya. Dengan kata

lain, tidak ada mobilitas vertikal yang dialami sang anak dalam perjalanan

hidupnya. Keberadaan pekerja anak ini dilematis, satu sisi anak-anak bekerja

untuk memberikan konstribusi pendapatan keluarga, namun mereka rentan dengan

eksploitasi dan perlakuan salah. Pada kenyataannya, sulit untuk memisahkan

antara partisipasi anak, pembelajaran dengan eksploitasi anak 19 . Walaupun ada

alasan bahwa keterlibatan anak dalam dunia kerja karena alasan tradisi, proses

mewariskan keahlian oleh orang tua, atau proses pembelajaran, namun

kenyataannya, ketika ditelusuri lebih lanjut masalah anak-anak yang bekerja erat

19
Badan Informasi Publik.2005.Penghapusan eksploitasi Seksual Komersial Anak.Pusat Informasi
Kesejahteraan Rakyat.Jakarta,hlm;5

19
kaitannya dengan masalah ekonomi. Karenanya, anak-anak masuk ke pasar kerja

bukan karena pembelajaran, tetapi eksploitasi. Salah satu ciri lain untuk

mengenali dan membedakan, bahwa seorang anak masuk ke pasar kerja bukan

karena pembelajaran adalah melihat pada hak-hak anak. Masalah pekerja anak

yang masih dibawah umur merupakan fenomena yang sulit di tuntaskan hingga

kini. Keberadaan pekerja anak yang masih dibawah umur erat kaitannya dengan

situasi kemiskinan yang menimpa masyarakat. Permasalahan mengenai pekerja

anak sudah sangat memprihatinkan karena ini merupakan suatu permasalahan

sosial yang harus segera di cari jalan keluarnya, akan tetapi hal ini semakin

banyak terjadi, banyak faktor yang menyebabkannya. Fenomena Pekerja anak

semula lebih berkaitan dengan tradisi dan budaya membantu orang tua. Sebagian

besar orang tua beranggapan, member pekerjaan kepada anak-anak merupakan

upaya proses belajar, belajar menghargai kerja dan tanggung jawab. Selain dapat

melatih dan memperkenalkan anak ke dunia kerja, mereka juga berharap dapat

membantu mengurangi beban keluarga. Namun sejalan dengan perkembangan

waktu, fenomena anak yang bekerja banyak berkaitan erat dengan alasan ekonomi

keluarga (masalah kemiskinan) dan kesempatan memperoleh pendidikan. Soalnya,

pendapatan orang tua yang sangat sedikit itu tidak mampu lagi menutupi

kebutuhan hidup keluarga sehingga memaksa mereka ikut bekerja.20

Pekerja anak ataupun kita lihat sebagai anak-anak yang kurang beruntung

merupakan anak-anak yang dengan terpaksa harus bekerja demi kelangsungan

ekonomi keluarga serta pribadinya. Anak yang seharusnya menikmati masa

20
Eggi Sudjana.2002.Buruh Menggugat.Pustaka Sinar Harapan.Jakarta.hlm:150

20
kanak-kanak,memperoleh pendidikan, disisi lain terpaksa harus terjun kedunia

kerja layaknya orang dewasa pada umumnya. Meskipun disatu pihak sangat

dipahami bahwa kehadiran anak adalah suatu anugerah yang harus dijaga dan

dikembangkan bakatnya, namun dipihak lain kehadiran anak sangat diharapkan

dalam membantu memenuhi kelangsungan ekonomi keluarga. Sering kita lihat

tidak sedikit jumlah orang tua yang memilih mempekerjakan anaknya ketimbang

harus disekolahkan.

2.8 Hak-Hak dan Kewajiban Anak

Pada tanggal 20 November 1959 Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa

(PBB) telah mensahkan deklarasi tentang hak-hak anak. Dalam mukadimah

Deklarasi ini, tersirat bahwa umat islam berkewajiban memberikan yang terbaik

bagi anak-anak. Deklarasi ini memuat 10 (sepuluh) asas tentang hak-hak anak

yaitu21:

1. Anak berhak menikmati semua hak-haknya sesuai dengan ketentuan

yang terkandung dalam deklarasi ini. Setiap anak tanpa pengecualian

harus dijamin hak-haknya tanpa membedakan suku bangsa, warna

kulit, jenis kelamin,bahasa, agama, pandangan politik, kebangsaan,

tingkatan social, kaya miskin, kelahiran, atau status lain, baik yang ada

pada dirinya maupun pada keluarganya.

2. Anak berhak memperoleh perlindungan khusus dan harus memperoleh

kesempatan yang dijamin oleh hukum dan sarana lain, agar

menjadinnya mampu untuk mengembangkan diri secara fisik,

21
Gultom Maidin.2008.Perlindungan hukum terhadap anak.Bandung:Refika Aditama.hlm.45

21
kejiwaan, moral, spiritual, dan kemasyarakatan dalam situasi yang

sehat, normal; sesuai dengan kebebasan dan harkatnya. Penuangan

tujuan itu ke dalam hukum, kepentingan terbaik atas diri anak harus

merupakan pertimbangan utama.

3. Anak sejak dilahirkan berhak akan nama dan kebangsaan.

4. Anak berhak dan harus dijamin secara kemasyarakatan untuk tumbuh

kembang secara sehat. Untuk ini baik sebelum maupun setelah

kelahirannya harus ada perawatan dan perlindungan khusus bagi anak

dan ibunya. Anak berhak mendapat gizi yang cukup, perumahan,

rekreasi, dan pelayanan kesehatan.

5. Anak yang cacat fisik, mental, dan lemah kedudukan sosialnya akibat

keadaan tertentu harus memperoleh pendidikan, perawatan, dan

perlakuan khusus.

6. Anak berhak mendapat pendidikan wajib secara cuma-Cuma sekurang-

kurangnya ditingkat sekolah dasar. Mereka harus mendapat

perlindungan yang dapat meningkatkan pengetahuan umumnya, dan

yang memungkinkan, atas dasar kesempatan yang sama untuk

mengembangkan kemampuannya, pendapat pribadinya, dan perasaan

tanggung jawab moral dan sosialnya, sehingga mereka dapat menjadi

anggota masyarakat yang berguna. Kepentingan anak haruslah

dijadikan pedoman oleh mereka yang bertanggungjawab terhadap

pendidikan dan bimbingan anak yang bersangkutan: pertama-tama

tanggung jawab tersebut terletak pada orang tua mereka. Anak harus

22
mempunyai kesempatan yang leluasa untuk bermain dan berekreasi

yang diarahkan untuk tujuan pendidikan, masyarakat dan pemerintah

yang berwenang harus berusaha meningkatkan pelaksanaan hak ini22.

7. Agar kepribadian anak tumbuh secara maksimal dan harmonis, ia

memerluka kasih sayang dan pengertian. Sedapat mungkin ia harus

dibesarkan dibawah asuhan dan tanggung jawab orang tuanya sendiri,

dan bagaimanapun harus diusahakan agar tetap , berada dalam suasana

yang penuh kasih saying, sehat jasmani dan rohani. Anak dibawah usia

lima tahun tidak dibenarkan terpisah dari ibunya. Masyarakat dan

pemerintah yang berwenang berkewajiban memberikan perawatan

khusus kepada anak yang tidak memiliki keluarga dan kepada anak

yang tidak mampu. Diharapkan agar pemerintah atau pihak lain

memberikan bantuan pembiayaan bagi anak-anak yang berasal dari

keluarga besar.

8. Dalam keadaan apapun anak harus didahulukan dalam menerima

perlindungan dan pertolongan.

9. Anak harus dilindungi dari segala bentuk kealpaan, kekerasan,

penghisapan. Ia tidak boleh dijadikan subjek perdagangan. Anak tidak

boleh bekerja sebelum usia tertentu, ia tidak boleh dilibatkan dalam

pekerjaan yang dapat merugikan kesehatan atau pendidikannya,

22
Gultom Maidin.2008.Perlindungan hukum terhadap anak.Bandung:Refika Aditama.hlm.46

23
maupunyang dapat mempengaruhi perkembangan tubuh, jiwa, dan

akhlaknya23.

10. Anak harus dilindungi dari perbuatan yang mengarah ke dalam bentuk

diskriminasi social, agama maupun bentuk-bentuk diskriminasi

lainnya.Mereka harus dibesarkan di dalam semangat penuh pengertian,

toleransi dan persahabatan antar bangsa, perdamaian serta

persaudaraan semesta dengan penuh kesadaran bahwa tenaga dan

bakatnya harus diabdikan kepada sesama manusia24

Hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin,

dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan

negara. Menurut Pasal 1 Angka 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak, bahwa Perlindungan Anak adalah segala kegiatan untuk

menjamin anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan

berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta

mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Dalam Konvensi Hak Anak Pasal 28 ayat 1 menyebutkan bahwa negara-

negara peserta mengakui hak anak atas pendidikan dan dengan tujuan

mencapai hak ini secara bertahap dan mendasarkan pada kesempatan yang

sama. Ini berarti bahwa anak berhak mendapatkan pendidikan tanpa

membeda-bedakan status dan golongan dan begitu pula dengan pekerja anak.

23
Gultom Maidin.2008.Perlindungan hukum terhadap anak.Bandung:Refika Aditama.hlm.46
24
Ibid

24
Pekerja anak yang terpaksa harus mendapat kesempatan yang sama seperti

anak lain untuk mendapatkan pendidikan yang murah bagi mereka25.

Pada Pasal 4 UU no. 23 tahun 2002 menjelaskan bahwa setiap anak berhak

untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai

dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari

kekerasan dan diskriminasi.

Pemerintah Indonesia telah mengesahkannya dalam Keppres Nomor 36 Tahun

1990 yang menetapkan bahwa:

“Semua anak tanpa pengecualian apapun memiliki hak yang tercantum dalam

deklarasi, tanpa perbedaan atau diskriminasi atau dasar ras, warna kulit, jenis

kelamin, bangsa, agama, paham politik lainnya, asal kebangsaan atau asal sosial,

kekayaan, kelahiran, dan status dari dirinya sendiri atau dari keluarganya.”26

Materi hukum hak-hak anak dalam Konvensi Hak Anak tersebut dapat

dikelompokkan dalam 4 (empat) kategori hak-hak anak:

1. Hak terhadap kelangsungan hidup (survival right), yaitu hak-hak anak

dalam Konvensi Hak Anak yang meliputi hak-hak anak untuk

melestarikan dan mempertahankan hidup (the rights of life) dan hak untuk

memperoleh standar kesehatan yang tertinggi dan perawatan yang sebaik-

baiknya.

2. Hak terhadap perlindungan (protection rights), yaitu hak-hak anak dalam

Konvensi Hak Anak yang meliputi hak perlindungan dari diskriminasi,

25
Zulchaina Tanamas.1999.Aspek Hukum Perlindungan Anak.PT.Citra aditya Bakti.Bandung;hlm 10
26
Sri Widoyati Wiratmo Soekito.1989. anak dan wanita dalam hukum.LP3ES.Jakarta.hlm.56

25
tindak kekerasan, dan keterlantaran bagi anak yang telah mempunyai

keluarga dan bagi anak-anak pengungsi.

3. Hak untuk tumbuh-kembang (development right), yaitu hak-hak anak

dalam Konvensi Hak Anak yang meliputi segala bentuk pendidikan

(formal dan nonformal) dan hak untuk mencapai standar hidup yang layak

bagi perkembangan fisik, mental, spiritual, moral, dan fisik anak.

4. Hak untuk berpartisipasi (participation right), yaitu hak-hak anak dalam

Konvensi Hak Anak yang meliputi hak anak untuk menyatakan pendapat

dalam segala hak yang mempengaruhi anak27.

Anak dilahirkan merdeka, tidak boleh dilenyapkan atau dihilangkan, tetapi

kemerdekaan anak harus dilindungi dan diperluas dalam hal mendapatkan hak

atas hidup dan hak perlindungan baik dari orang tua, keluarga dan masyarakat,

bangsa dan negara. Perlindungan anak tersebut berkaitan erat untuk mendapatkan

hak asasi mutlak dan mendasar yang tidak boleh dikurangi satupun atau

mengorbankan hak mutlak lainnya untuk mendapatkan hak-haknya sebagai

manusia seutuhnya bila ia menginjak dewasa, dengan demikian bila anak telah

menjadi dewasa, maka anak tersebut akan mengetahui dan memahami mengenai

apayang menjadi dan kewajiban baik terhadap keluarga, masyarakat, bangsa dan

negara. Hak asasi anak adalah hak asasi manusia plus dalam arti kata harus

mendapatkan perhatian khusus dalam memberikan perlindungan, agar anak yang

baru lahir, tumbuh dan berkembang mendapat hak asasi manusia secara utuh.

27
Sri Widoyati Wiratmo Soekito.1989. anak dan wanita dalam hukum.LP3ES.Jakarta.hlm.56

26
Perlindungan anak merupakan upaya-upaya yang mendukung terlaksananya

hak-hak dan kewajiban. Seorang anak yang memperoleh dan mempertahankan

hak untuk tumbuh dan berkembang dalam hidup secara berimbang dan positif,

berarti mendapat perlakuan secara adil dan terhindar dari ancaman yang

merugikan.28

28
Moh.Faisal Salam,2005.Hukum Acara Peradilan Anak di Indonesia, Bandar Maju,Bandung.Hlm.1

27

Anda mungkin juga menyukai