Anda di halaman 1dari 12

HAK ASASI MANUSIA

(HAM)

Nama kelompok:

DARIUS HUNGGUWALI

ADI PUTRA DOMU NG. RATU

OKTOVIANUS MALO
KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas
karunia-Nya sehingga penulisan makalah ini dapat selesai dengan baik tanpa ada halangan suatu
apapun.
Dengan demikian diharapkan tugas ini juga dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran
untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa. Jika sekiranya belum sesuai dengan yang
diharapakan, mohon untuk memaklumi kekurangan tersebut.
Tugas ini jauh dari kata sempurna. Untuk itu kritik dan saran sangat diharapkan demi
penyempurnaan makalah ini. Atas kritik dan sarannya kelompok mengucapkan terima kasih.
DAFTAR ISI
JUDUL……………………………………………………………………………………………..

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………..

DAFTAR ISI……………………………………………………………… ………........................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………………….


1.2 Tujuan Penulisan………………………………………………………………………….
1.3 Manfaat……………………………………………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian HAM…………………………………………………………………………..


2.2 Sejarah singkat tentang HAM……………………………………………………………..
2.3 UU HAM………………………………………………………………………………….
2.4 Pandangan theologies Kristen tentang HAM…………………………………..…………
2.5 Peran imen Kristen dalam mengurangi pelanggaran HAM……………………………….

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………………..
3.2 Saran…………………………………………………………………………….………..

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………...................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Hak asasi manusia atau HAM adalah hak yang melekat pada diri manusia
sejak awal dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu
gugat sekalipun
1.2 TUJUAN
a. Mengetahui apa itu HAM
b. Mengetahui sejarah HAM di Indonesia
c. Mengetahui UU yang mengatur tentang HAM
d. Bagaimana pandangan theologies Kristen tentang HAM
1.3 MANFAAT
Agar Mahasiswa Dapat Lebih Mengenal Dan Memahami tentang hak asasi
manusia(HAM).
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN HAM

Hak asasi manusia atau HAM adalah hak yang melekat pada diri manusia sejak awal
dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat sekalipun. Secara garis
besar disimpulkan hak-hak asasi dapat dibedakan menjadi:
1. Hak-hak asasi pribadi atau personalrights yang meliputi kebebasan menyantakan pendapat
kebebasan memeluk agama,kebebasan bergerak dan sebagainya.
2. Hak-hak asasi ekonomi atau propertyrights yaitu hak untuk memiliki sesuatu,membeli ,dan
menjual serta memanfaatkannya.
3. Hak-hak asasi politik atau politicalrights yaitu hak untuk ikut serta dalam pemerintah, hak
pilih (dipilih dan memilih dalam suatu pemilihan umum), hak mendirikan partai politik ,dsb.
4. Hak-hak asasi untuk mendapatkat perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan
atau rights of legalequality.
5. Hak-hak asasi social dan kebudayaan atau social an cultural rights.Misal hak untuk
memilih pedidikan hak untuk mengembangkan kebudayaan dan sebagainya.
6. Hak asasi untuk mendapatkan perlakuan tata cara peradilan dan perlindungan atau
procedural rights. Misalnya : peraturan dalam hal penahanan, penangkapan penggeledahan,
peradilan dan sebagainya.

2.2 SEJARAH HAM

Sumber dari Ide Dasar Hak Asasi Manusia Inti dari dokumen historis MAGNA
CHARTA dari 1215 pada sejarah Negeri Inggris ,berbunyi “Tiada seorangpun boleh ditangkap
atau dipenjarakan atau diusir dari negerinya atau dibinasakan tanpa sejarah diadili oleh hakim-
hakim yang sederajat dengannya (=PERS,Penceramah)atau menurut undang-undang negerinya”.
Manin-society,individu dalam masyarakat dihadapan Allah Tuhannya adalah sama derajatnya
dan sifatnya : Anak Allah pencipta dan orang yang memberontak terhadap Allah Raja–Nya serta
orang yang sama pula mempunyai kesempatan untuk menerima kasih Allah, yaitu
penggampunan dan penebusan Allah .
Ide persamaan ini melalui gereja Kristen, seperti tadi sudah dikatakan,dituangkan kedalam
Magna Charta, khususnya dengan kata-kata diadili oleh hakim-hakim yang sederajat dengannya
(judicium perium suorum, Perrys idid). Prinsip ini bersama-sama dengan prinsip-prinsip lain,dari
due proses of low dan kemudian tentang kebebasan agama, kebebasan untuk mempunyain
pendapat, untuk berserikat dsb, akhirnya diperluas sampai jumlah hak-hak dan kebebasan asasi
yang tercamtum dalam Universal Declaration of Human Rights yang diumumkan di Paris pada
tanggal 10 Desember 1948.

2.3 UNDANG-UNDANG HAM


Undang-Undang yang mengatur tentang HAM terdapat dalam UU No. 39 Tahun
1999. Adapun salah satu bab dalam UU yaitu BAB II pada Pasalnya yang ke 4 mengenai
ASAS-ASAS DASAR yang berbunyi: “Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak
kebebasan pribadi, pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak,
hak untuk diakui sebagai pribadi dan persamaan di hadapan hukum, dan hak untuk tidak
dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat
dikurangi dalam keadaan apapun dan oleh siapapun”.

2.3 PANDANGAN THEOLOGIS KRISTEN TENTANG HAM


a. Manusia adalah suatu makhluk diantara makhluk-mahkluk yang lain, dan bahwa
diantara manusia dan Allah (khaliq) ada hubungan yang istimewa yang secara hakiki
membedakan manusia dari makhluk-mahkluk yang lain
b. Manusia memiliki keistimewaan dalam hal kesegambaran manusia dengan Allah
(Kejadian 1:26-28).
c. Manusia disituasikan oleh Khaliq didalam eksistensi terbuka, artinya eksistensi
manusia adalah bukan eksistensi yang telah selesai melainkan eksistensi yang masih
menuntut penyelesaiannya.
d. Khaliq menghendaki eksistensi manusia ditentukan sendiri oleh manusia,
direncanakan,diprogramkan, dibuat, dijadikan oleh manusia, dengan konsekuensi
logis.

Dasar Alkitabiah Hak Asasi Manusia menurut Alkitab


a. Martabat manusia sebagai pusat hak-hak asasi manusia maka manusia
memiliki hak-hak yang disebut asasi.
b. Bahwa semua dan setiap orang berhak dihargai dan diperlakukan berdasarkan
martabat eksistensinya(Ams 14:21, 14:31, 22:22, 22:23)
c. Simpati terhadap orang lemah sangat kuat terdengar didalam Alkitab(Ams
29:7)
d. Penghargaan terhadap anak sebagai manusia penuh ketaatan kepada taurat.
Perjanjian keselamatan berlaku pula bagi anak-anak.(Ef 6:4).

Pdt. Eka Darmaputera mengungkapkan bahwa untuk mengkaji HAM di dalam perspektif
atau sudut pandang Iman Kristen kita harus bertolak dari dua konsep yang mendasar. Kedua
konsep itu adalah kedaulatan Allah yang universal dan manusia sebagai imago dei, atau citra
Allah di dalam diri setiap manusia.
a. Kedaulatan Allah yang Universal
Kita mengakui bahwa HAM bersumber dari Allah yang memiliki kedaulatan
secara Unoversal. Oleh karena itu, tidak ada satu orang pun atau satu lembaga pun,
termasuk negara, yang berwenang untuk membatalkan atau mengurangi hak-hak tersebut,
kecuali Allah sendiri. Pelanggaran terhadap HAM merupakan pelanggaran terhadap
ketetapan Allah.

Seorang teolog yang juga seorang filsuf, jurgen Moltmann mengatakan bahwa
kedaulatan Alllah didalam diri manusia mencakup dimensi individual, simensi sosial,
dimensi ekologisnya, maupun dimensi futurologisnya. Dengan demikian, HAM
mencakup hak manusia untuk bebas, hak manusia untuk berkomunitas, serta haknya
untuk mempunyai masa depan yang lebih baik dan sejahtera.
Hak pada akhirnya membawa manusia pada suatu kewajiban. Misalnya, hak
manusia untuk bebas dan bermartabat membawa manusia kepada kewajiban untuk
menghormati kebebasan dan martabat orang lain.

b. Citra Alllah pada Diri Tiap Manusia


Didalam kisah penciptaan secara gamblang disebutkan bahwa Allah menciptakan
manusia menurut gambar dan rupa-Nya, atau lebih dikenal dengan istilah imago Dei
(imago=Citra/gambar;Dei=Allah). Manusia memantulkan Allah yang bermartabat: Alllah
yang adil, Allah yang didalam diri-Nya ada kebenaran, Allah yang bebas bertindak,
menyatakan dan mewujudkan kehendaknya, Allah yang adalah kasih. Namun, citra Allah
yang melekat pada manusiaitu juga mengandung kewajiban-kewajiban asasi yang
sebanding. Manusia memantulkan Allah yang didalam dirinya ada kebenaran dengan
kewajiban manusia untuk menyatakan kebenaran.
Tiap orang diciptakan sama berharganya di hadapan Allah, apapun latar belakang
manusia, Jenis kelamin, suku, bangsa, etnis, agama, warna kulit, dan tingkat sosial-
ekonominya. Di hadapan Allah “tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada
hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua
adalah satu di dalam Kristus Yesus” Gal. 3:28.

2.4 PERANAN IMAN KRISTEN DALAM MENGURANGI


PELANGGARAN TERHADAP HAM.
Jalan keluar dalam mengatasi pelanggaran-pelanggaran HAM, terutama di Indonesia:
1. Mengubah struktur masyarakat sehingga benar-benar menjadi suatu masyarakat sosialis
Pancasila sehingga memberikan kemungkinan kepada para warga masyarakat untuk dapat
menikmati hak-hak asasi manusia, dan untuk dapat membuktikan tugasnya untuk
kepentingan kemanusiaan.
2. Memberikan penerangan yang luas dan terus-menerus kepada lapisan masyarakat agar rakyat
benar-benar merasakan bahwa hak-hak asasi manusia, serta kewajiban-kewajiban yang
bernilai.
3. Mengetuk perasaan tanggung jawab wakil-wakil rakyat di lembaga-lembaga tinggi Negara
tentang telah terjadinya pelanggaran-pelanggaran hak asasi manusia dengan cara mengajukan
petisi-petisi dan surat-surat pengaduan.
4. Para pemimpin, penguasa, dan alat negara harus memiliki rasa keseimbangan antara hak-hak
dan kewajibannya.
5. Dalam pendidikan perlu ditanamkan perasaan kasih, di samping mendidik para siswa untuk
menghormati hak-hak orang lain, juga untuk mengetahui akan hak-hak mereka sendiri.
6. Harus terdapat control langsung misalnya pelanggar keadilan, tidak langsung misalnya public
opinion terhadap para pelanggar, sehingga mereka insaf bahwa setiap pelanggaran akan
diberikan kontrol dengan konsekuen.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Kita dapat menduga bahwa martabat eksistensial manusia melatarbelakangi juga hokum
kasih,yang mengandung peritah untuk mengasihi sesame manusia,diberikan dalam satu nafas
dengan perintah untuk mengasihi Allah. Kasih merupakan Bahasa khas Alkitab,baik perjanjian
lama maupun perjanjian baru, yang berarti menghargai dan memperlakukan manusia
berdasarkan martabat eksistensial manusia dibahasakan dengan: ”Allah mengasihi manusia”.
Dari sini kita dapat memahami bahwa hokum kasih didasarkan pada fakta bahwa Allah telah
mengasihi manusia, fakta bahwa manusia adalah objek kasih Allah,sehingga didalam hokum
kasih, mengasihi sesama, adalah mengasihi dengan berorientasi kepada Allah.
Krisis-krisis social, kultural, politis dan ekonomi mengakibatkan rupa-rupa ketengangan dan
konflik mental psikologis pribadi menempatkan kelompok-kelompok dan pribadi-pribadi
Indonesia dalam keadaan perang dengan diri sendiri dan dengan dunia sekitarnya.

3.2 SARAN
Jalan Keluar Dalam Mengatasi Pelanggaran-Pelanggaran HAM di Indonesia:
 Mengubah struktur masyarakat sehingga benar-benar menjadi suatu masyarakat
sosialis Pancasila sehinnga memberikan kemungkinan kepada para warga masyarakat
untuk dapat menikmati hak-hak asasi manusia,dan untuk dapat membuktikan
tugasnya untuk kepentingan kemanusiaan.
 Memberikan penerangan yang luas dan terus-menerus kepada lapisan masyarakat
agar rakyat benar-benar merasakan bahwa hak-hak asasi manusia,serta kewajiban-
kewajiban yang bernilai.
 Mengetuk perasaan tanggung jawab wakil-wakil rakyat di lembaga-lembaga tinggi
Negara tentang telah terjadinya pelanggaran-pelanggaran hak asasi manusia dengan
cara mengajukan petisi-petisi dan surat-surat pengaduan
 Para pemimpin, penguasa,dan alat Negara harus memiliki rasa keseimbangan Antara
hak-hak dan kewajibannya.
 Dalam pendidikan perlu ditanamkan perasaan welas kasih,disamping mendidik para
siswa untuk menghormati hak-hak orang lain, juga untuk mengetahui akan hak-hak
mereka sendiri.
 Harus terdapat control langsung misalnya pelanggar keadilan, tidak langsung
misalnya public opinion terhadap para pelanggar,sehigga mereka insaf bahwa setiap
pelanggaran akan diberikan control dengan konsekuen.
DAFTAR PUSTAKA

1. http://sayhellohelloo.blogspot.co.id/2014/02/materi-ringkas-ham-menurut-iman-
kristen.html
2. http://oktavianibuulolo.blogspot.co.id/2015/10/ham-menurut-iman-kristen.html

Anda mungkin juga menyukai