Sistempenglihatan
Sistempenglihatan
DIKTAT KULIAH
SISTEM PENGLIHATAN
Oleh
dr. Ahmad Aulia Jusuf, PhD
Bagian Histologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Jl. Salemba Raya 6 Jakarta
2003
Pendahuluan
Mata (Gb-1) merupakan organ fotosensoris yaitu organ yang menerima rangsangan
cahaya. Cahaya masuk melintasi kornea, lensa, dan beberapa struktur refraksi di dalam
orbita. Cahaya kemudian difokuskan oleh lensa ke bagian saraf mata yang sensitif
terhadap cahaya yaitu retina. Retina mengandung sel-sel batang dan kerucut yang akan
mengubah impuls cahaya menjadi impuls saraf. Setelah melintasi suatu rangkaian lapisan
sel saraf dan sel-sel penyokong informasi penglihatan diteruskan oleh saraf optik ke otak
untuk diproses.
Secara embriologis proses pembentukan mata dimulai pada minggu ke 4 masa
embrio. Proses pembentukan mata berasal dari 3 sumber yaitu
1. Penonjolan forebrain yang akan membentuk retina dan saraf optik
2. Permukaan ektoderm yang akan diinduksi menjadi lensa dan beberapa struktur
pelengkap di bagian depan mata.
3. Jaringan mesenkim yang mengumpul membentuk tunika dan struktur-struktur
yang berkaitan dengan orbita.
Dinding bola mata disusun oleh 3 tunika (lapisan) (Gb-1 dan Gb-2) yaitu:
A. Tunika fibrosa (lapis sklera-kornea) merupakan lapisan luar bola mata terdiri atas
sklera dan kornea.
B. Tunika vaskularis (lapis uvea) merupakan lapisan tengah bola mata terdiri atas
khoroid, badan siliaris dan iris.
C. Tunika neuralis (lapis retina) merupakan lapisan dalam bola mata terdiri atas
retina.
2
melingkupi seperenam depan bola mata. Tempat sambungan sklera dan kornea dikenal
dengan nama limbus.
KORNEA (Gb-4)
Kornea merupakan bagian tunika fibrosa yang transparan, tidak mengandung
pembuluh darah, dan kaya akan ujung-ujung serat saraf. Kornea berasal dari penonjolan
tunika fibrosa ke sebelah depan bola mata. Secara histologik kornea terdiri atas 5 lapisan
yaitu:
1. Epitel kornea
merupakan lanjutan dari konjungtiva disusun oleh epitel gepeng berlapis tanpa lapisan
tanduk. Lapisan ini merupakan lapisan kornea terluar yang langsung kontak dengan
dunia luar dan terdiri atas 7 lapis sel. Epitel kornea ini mengandung banyak ujung-
ujung serat saraf bebas. Sel-sel yang terletak di permukaan cepat menjadi aus dan
digantikan oleh sel-sel yang terletak di bawahnya yang bermigrasi dengan cepat.
2. Membran Bowman
merupakan lapisan fibrosa yang terletak di bawah epitel tersusun dari serat kolagen
tipe 1.
3. Stroma kornea
merupakan lapisan kornea yang paling tebal tersusun dari serat-serat kolagen tipe 1
yang berjalan secara paralel membentuk lamel kolagen. Sel-sel fibroblas terletak di
antara serat-serat kolagen.
3
4. Membran Descemet
merupakan membran dasar yang tebal tersusun dari serat-serat kolagen.
5. Endotel kornea
Lapisan ini merupakan lapisan kornea yang paling dalam tersusun dari epitel selapis
gepeng atau kuboid rendah. Sel-sel ini mensintesa protein yang mungkin diperlukan
untuk memelihara membran Descement. Sel-sel ini mempunyai banyak vesikel dan
dinding selnya mempunyai pompa natrium yang akan mengeluarkan kelebihan ion-ion
natrium ke dalam kamera okuli anterior. Ion-ion klorida dan air akan mengikuti secara
pasif. Kelebihan cairan di dalam stroma akan diserap oleh endotel sehingga stroma
tetap dipertahankan dalam keadaan sedikit dehidrasi (kurang cairan), suatu faktor yang
diperlukan untuk mempertahankan kualitas refraksi kornea.
Kornea bersifat avaskular (tak berpembuluh darah) sehingga nutrisi didapatkan dengan
cara difusi dari pembuluh darah perifer di dalam limbus dan dari humor akweus di
bagian tengah. Kornea menjadi buram bila endotel kornea gagal mengeluarkan
kelebihan cairan di stroma.
Limbus (Gb-5)
Limbus merupakan tempat pertemuan antara tepian kornea dengan sklera. Pada tempat
ini terdapat lekukan atau sudut akibat perbedaan kelengkungan kornea dan sklera. Bagian
luarnya diliputi epitel konjungtiva bulbi yang merupakan epitel berlapis silindris dengan
lamina propria di bawahnya. Stromanya merupakan tepian sklera yang menyatu dengan
kornea. Stroma ini tersusun dari jaringan ikat fibrosa. Di bagian dalam stroma ini
membentuk taji sklera (scleral spur). Pada bagian anterior taji ini terdapat jaringan
trabekula (trabecula sheet) dengan jalinan ruang-ruang di antaranya dikenal sebagai ruang
trabekula (trabecular spaces/ space of Fontana). Di atas trabekula terdapat suatu saluran
lebar dan panjang disebut kanal Schlemm.
4
lapisan jaringan trabekula yang lebih dalam. Lumen kanal ini di batasi oleh selapis sel
endotel. Kanal ini akan meneruskan diri ke dalam pleksus sklera dan akhirnya bermuara
pada pleksus vena sklera. Di bagian posterior taji sklera, pada korpus siliaris terdapat otot
polos, muskulus siliaris yang berfungsi untuk mengatur akomodasi mata.
5
Badan siliaris membentuk tonjolan-tonjolan pendek seperti jari yang dikenal sebagai
prosessus siliaris. Dari prosessus siliaris muncul benang-benang fibrillin yang akan
berinsersi pada kapsula lensa yang dikenal sebagai zonula zinii.
Korpus siliaris dilapisi oleh 2 lapis epitel kuboid (Gb-7). Lapisan luar kaya akan
pigmen dan merupakan lanjutan lapisan epitel pigmen retina. Lapisan dalam yang tidak
berpigmen merupakan lanjutan lapisan reseptor retina, tetapi tidak sensitif terhadap
cahaya. Sel-sel di lapisan ini akan mengeluarkan cairan filtrasi plasma yang rendah protein
ke dalam bilik mata belakang (kamera okuli posterior).
Humor akweus mengalir dari bilik mata belakang (kamera okuli posterior) ke bilik
mata depan (kamera okuli anterior) melewati celah pupil (celah di antara iris dan lensa),
lalu masuk ke dalam jaringan trabekula di dekat limbus dan akhirnya masuk ke dalam
kanal Schlemm. Dari kanal Schlemm humor akweus masuk ke pleksus sklera dan akhirnya
bermuara ke sistem vena.
Korpus siliar mengandung 3 berkas otot polos yang dikenal sebagai muskulus siliaris.
Satu berkas karena orientasinya akan menarik khoroid sehingga membuka kanal Schlemm
untuk aliran humor akweus. Dua berkas lain yang menempel pada skleral spur berfungsi
untuk mengurangi tekanan pada zonula Zinii sehingga lensa menjadi lebih tebal dan
konveks. Fungsi ini disebut akomodasi.
Glaukoma merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai oleh peningkatan tekanan
intraokuler yang tinggi dalam waktu lama akibat kegagalan penyaluran humor akweus dari
bilik mata depan. Bila keadaan ini dibiarkan dapat menyebabkan kebutaan.
6
yang menutupi permukaan korpus siliaris. Permukaan yang menghadap ke arah lensa
mengandung banyak sel-sel pigmen yang akan mencegah cahaya melintas melewati iris.
Dengan demikian cahaya akan terfokus masuk melalui pupil.
Pada iris terdapat 2 jenis otot polos (Gb-8) yaitu otot dilatator pupil dan otot
sfingter/konstriktor pupil. Kedua otot ini akan merubah diameter pupil. Otot dilatator
pupil yang dipersarafi oleh persarafan simpatis akan melebarkan pupil, sementara otot
sfingter pupil yang dipersarafi oleh persarafan parasimpatis (N. III) akan memperkecil
diameter pupil.
Jumlah sel-sel melanosit yang terdapat pada epitel dan stroma iris akan mempengaruhi
warna mata. Bila jumlah melanosit banyak mata tampak hitam, sebaliknya bila melanosit
sedikit mata tampak bewarna biru.
7
Sebagai akibatnya lensa tidak dapat mencembung guna memfokuskan bayangan benda
secara tepat pada retina. Keadaan ini dapat diatasi dengan pemakaian kaca mata.
Lensa digantung ke korpus siliaris oleh penggantung lensa yang dikenal sebagai
zonula Zinii.
Korpus Vitreus (Gb-1)
Korpus vitreus merupakan suatu agar-agar jernih yang mengisi ruang vitreus (ruang
antara lensa dan retina). Korpus vitreus disusun hampir seluruhnya oleh air (99%) dan
mengandung elektrolit, serat-serat kolagen dan asam hialuronat. Korpus vitreus melekat
pada seluruh permukaan retina. Di tengah korpus vitreus berjalan sisa suatu saluran yang
berisi cairan dikenal sebagai kanal hialoidea, yang semula mengandung arteri hialodea
pada masa janin. Badan vitreus berfungsi untuk memelihara bentuk dan kekenyalan bola
mata.
8
meningkat. Keadaan ini disebut glaukoma dan dapat mengakibatkan kerusakan retina
dan kebutaan bila dibiarkan.
9
sebagai fovea sentralis (Gb-1 dan Gb-11) yang merupakan daerah penglihatan yang
paling peka. Fovea sentralis merupakan suatu sumur dangkal berbentuk bulat terletak 4
mm ke arah temporal dari lempeng optik dan sekitar 0,8 mm di bawah meridian meridian
horizontal. Cekungan ini disebabkan tidak adanya lapisan dalam retina, pada retina di
daerah ini. Sel penglihat pada lantai fovea terdiri dari hanya kerucut yang tersusun rapat
dan berukuran lebih panjang di bandingkan dengan yang dibagian perifer retina.
Retina optikal atau neural melapisi khoroid mulai dari papila saraf optik di bagian
posterior hingga ora serrata di anterior. Pada irisan histologik (Gb-9, Gb-12 dan Gb-13)
terdapat 10 lapisan retina dari luar ke dalam yaitu:
1. Epitel pigmen
2. Lapisan batang dan kerucut
3. Membran limitans luar
4. Lapisan inti luar
5. Lapisan pleksiform luar
6. Lapisan inti dalam
7. Lapisan pleksiform dalam
8. Lapisan sel ganglion
9. Lapisan serat saraf
10. Membran limitans dalam
Epitel pigmen adalah suatu lapisan sel poligonal yang teratur, ke arah ora serrata
bentuk selnya menjadi lebih gepeng. Inti sel berbentuk kuboid dengan sitoplasmanya kaya
akan butir-butir melanin. Fungsi epitel pigmen adalah
1. Menyerap cahaya dan mencegah terjadinya pemantulan.
2. Berperan dalam nutrisi fotoreseptor
3. Penimbunan dan dan pelepasan vitamin A
4. Berperan dalam proses pembentukan rhodopsin
Lapisan batang dan kerucut mengandung 2 jenis sel fotoreseptor yaitu sel batang
dan sel kerucut yang merupakan modifikasi sel saraf. Lapisan ini mengandung badan sel
batang dan kerucut. Sel batang merupakan sel khusus yang ramping dengan segmen luar
berbentuk silindris dengan panjang 28 mikrometer mengandung fotopigmen rhodopsin
10
dan suatu segmen dalam yang sedikit lebih panjang yaitu sekitar 32 mikrometer.
Keduanya mempunyai ketebalan 1,5 mikrometer. Inti selnya terletak di dalam lapisan inti
luar. Ujung segmen luar tertanam dalam epitel pigmen. Segmen luar dan dalam
dihubungkan oleh suatu leher yang sempit. Dengan mikroskop electron segmen luar
tampak mengandung banyak lamel-lamel membran dengan diameter yang seragam dan
tersusun seperti tumpukan kue dadar. Sel batang ini di sebelah dalam membentuk suatu
simpul akhir yang mengecil pada bagian akhirnya pada lapisan pleksiform luar yang
disebut sferul batang (rod spherule). Sel batang yang hanya teraktivasi dalam keadaan
cahaya redup (dim light) sangat sensitive terhadap cahaya. Sel ini dapat menghasilkan
suatu sinyal dari satu photon cahaya. Tetapi sel ini tidak dapat menghasilkan sinyal dalam
cahaya terang (bright light) dan juga tidak peka terhadap warna.
Cahaya yang masuk ke dalam retina diserap oleh rhodopsin, suatu protein yang
tersusun dari opsin (protein transmembran) yang terikat pada aldehida vitamin A.
Penyerapan cahaya ini akan menyebabkan isomerisasi rhodopsin dan memisahkan opsin
dari ikatannya dengan aldehida vitamin A menjadi opsin bentuk aktif. Opsin bentuk aktif
kemudian memfasilitasi pengikatan guanosin triphosphate (GTP) dengan protein
transducin. Kompleks GTP-transducin ini kemudian mengaktifkan ensim cyclic guanosin
monophosphate phosphodiesterase suatu ensim yang berperan dalam pembentukan
senyawaan cyclic guanosin monophosphate (cGMP). Siklik guanosin monophosphate
(cGMP) ini berperan dalam pembukaan kanal natrium di dalam plasmalema sel batang dan
menyebabkan masuknya natrium dari segmen luar sel batang menuju ke segmen dalam sel
batang. Keadaan ini akan menyebabkan hiperpolarisasi di segmen dalam sel batang dan
merangsang dilepaskannya neurotransmitter dari sel batang menuju ke sel bipolar. Oleh sel
bipolar rangsang kimiawi ini dirubah menjadi impuls listrik yang akan diteruskan menuju
ke sel ganglion untuk selanjutnya dikirim ke otak.
Sel kerucut mempunyai struktur yang mirip dengan sel batang tetapi segmen luar
yang mengecil dan membesar ke arah segmen dalam, sehingga berbentuk seperti botol.
Inti sel kerucut lebih besar dibandingkan dengan sel batang. Sel kerucut di sebelah dalam
melebar pada bagian akhirnya pada lapisan pleksiform luar membentuk kaki kerucut
(cone pedicle). Sel kerucut teraktivasi dengan cahaya terang (bright light) dan
menghasilkan aktivitas visual yang lebih besar di bandingkan sel batang. Sel kerucut
11
merupakan sel fotoreseptor yang peka terhadap warna. Ada 3 jenis sel kerucut yang
masing-masing mengandung pigmen iodopsin yang berbeda. Setiap jenis iodopsin
mempunyai sensitivitas tertentu terhadap warna merah, biru dan hijau.
Membran limitans luar merupakan rangkaian kompleks tautan antara sel batang, sel
kerucut, dan sel Muller. Dengan mikroskop cahaya tampak sebagai garis.
Lapisan inti luar merupakan lapisan yang terdiri atas inti-inti sel batang dan kerucut
bersama badan selnya.
Lapisan pleksiform luar dibentuk oleh akson sel batang dan kerucut bersama dendrit
sel bipolar dan sel horizontal yang saling bersinaps.
Lapisan inti dalam dibentuk oleh inti-inti dan badan sel bipolar, sel horizontal, sel
amakrin, dan sel Muller. Sel bipolar dapat mempunyai dendrit yang panjang atau
pendek. Aksonnya lurus dan berjalan vertikal ke dalam lapisan pleksiform dalam disini
berhubungan dengan dendrit sel ganglion. Sel horizontal mempunyai badan sel yang
lebih besar daripada sel bipolar. Dendritnya berakhir dalam keranjang berbentuk cangkir
disekeliling sejumlah besar kaki kerucut. Sel amakrin terletak pada baris kedua atau
ketiga sebelah dalam lapisan inti dalam. Bentuknya seperti buah pir dengan sebuah
tonjolan yang berjalan ke arah dalam untuk berakhir pada lapisan pleksiform dalam. Di
lapisan ini tonjolan sel ini bercabang secara luas dan bersinaps dengan beberapa sel
ganglion. Sel Muller disebut juga gliosit retina, berukuran raksasa dengan intinya terletak
pada lapisan inti dalam. Dari badan sel, juluran sitoplasma yang panjang dan tipis meluas
ke membran limitans luar dan dalam.
Lapisan pleksiform dalam dibentuk oleh sinaps antara sel bipolar, amakirn, dan sel
ganglion.
Lapisan ganglion dibentuk oleh badan dan inti sel ganglion. Sel ganglion merupakan
sel yang besar, sangat mirip dengan neuron pada otak dengan suatu massa terdiri dari
materi kromofil (badan Nissl) dalam badan sel. Akson sel ganglion membentuk serat saraf
optik. Aksonnya tak pernah bercabang
Lapisan serat saraf optikus dibentuk oleh akson sel ganglion.
Membran limitans dalam sebenarnya adalah membrana basalis sel Muller yang
memisahkan retina dari korpus vitreum.
12
Media Refraksi
Media refraksi merupakan bangunan transparan yang harus dilalui berkas cahaya
untuk mencapai retina. Komponen media refraksi adalah
1. Kornea
2. kamera okuli anterior
3. kamera okuli posterior
4. lensa
5. badan vitreus.
13
Di bawah kulit terdapat lapisan otot lingkar mata (muskulus orbikularis okuli) yang
merupakan otot rangka. Bagian atau berkas serat otot ini yang berada di belakang saluran
keluar kelenjar Meibom disebut muskulus siliaris Riolani.
Di bagian tengah palpebra terdapat jaringan ikat fibrosa yang menjadi kerangka
kelopak mata yang disebut tarsus. Tarsus ini tebal pada pangkal kelopak mata dan makin
ke ujung makin semakin sempit. Di dalam tarsus terdapat untaian kelenjar sebasea yang
disebut kelenjar Meibom yang bermuara bersama ke dalam satu saluran keluar dan tidak
berhubungan dengan folikel rambut. Epitel konjungtiva makin ke pangkal makin tinggi
dan di dalam forniks terdapat lipatan mukosa.
KONJUNGTIVA (Gb-15)
Konjungtiva adalah membran mukosa jernih yang melapisi permukaan dalam kelopak
mata (konjungtiva palpebra) dan menutupi permukaan sklera pada bagian depan bola
mata (konjungtiva bulbi). Konjungtiva di susun oleh epitel berlapis silindris yang
mengandung sel goblet yang terletak di atas suatu lamina basal dan lamina propia yang
terdiri atas jaringan ikat longgar. Sekret sel-sel goblet ikut menyusun tirai air mata yang
berfungsi sebagai pelumas dan pelindung epitel mata bagian depan. Pada corneoscleral
junction, tempat berawalnya kornea, konjungtiva melanjutkan diri sebagai epitel kornea
berlapis gepeng kornea dan tidak mengandung sel goblet.
Konjungtivitis adalah peradangan konjungtiva yang biasanya ditandai oleh
konjungtiva yang hiperemis (merah) dan sekret yang banyak. Hal ini mungkin disebabkan
oleh bakteri, virus, alergen atau parasit-parasit lainnya.
14
akan menyebabkan air mata tersebar di atas kornea seperti wiper pada kaca mobil dan
berguna untuk mengeluarkan benda asing seperti partikel debu. Penguapan air mata yang
berlebihan dicegah oleh suatu lapisan/film mukus (dari sel goblet konjungtiva tarsal) di
atas film air dan minyak (dari kelenjar meibom). Air mata disapukan ke arah medial dan
kelebihannya memasuki pungta lakrimal (lacrimal puncta) yang terletak disetiap sudut
medial palpebra superior dan inferior. Dari sini air mata kemudian masuk ke kanalikuli
lakrimal (lacrimal canaliculi), dan akhirnya masuk sakus lakrimal. Dinding kanalikuli
lakrimal tersusun oleh epitel bertingkat silindris bersilia. Sakus lakrimalis merupakan
bagian superior duktus nasolakrimalis yang melebar. Air mata kemudian masuk ke duktus
nasolakrimal yang juga dilapisi epitel bertingkat silindris bersilia. Dari sini air mata
kemudian dikeluarkan ke meatus inferior yang terletak di dasar rongga hidung.
References
1. Wonodirekso, S dan Tambajong J (editor) (1990), Organ-Organ Indera Khusus dalam
Buku Ajar Histologi Leeson and Leeson (terjemahan), Edisi V, EGC, Jakarta,
Indonesia Hal.538-574.
2. Fawcett, D.W (1994), The Eye in: A Textbook of Histology (Bloom and Fawcett), 12th
edition, Chapman and Hall, New York, USA, pp. 872-916
3. diFiore, MSH (1981), Organs of Special Sense and Associated Structures, in Atlas of
Human Histology, 5th edition, Lea and Febiger, Philadelphia, USA, pp.248-256.
4. Young, B and Heath, J.W. (2000), Special Sense Organs in Wheater’s Functional
Histology, 4th edition, Churchill Livingstone, London, UK, pp 380-405
5. Gartner, LP and Hiatt, J.L. (1997), Special Senses in: Color Textbook of Histology,
W.B. Saunder Company, USA, pp. 422-442
15