Isilah form dibawah dengan uraian singkat dan berikan tanda contreng (X/V) pada kotak atau
lingkari pada salah satu pilihan jawaban yang menggambarkan penelitian.
P: Nomor Urutan Protokol CIOMS 2016 – Lampiran 1;
S: Standar Kelaikan Etik (WHO-2011 dan Pedoman KEPPKN 2017);
C: Check List/Daftar Tilik
G: Guideline CIOMS 2016
IC: CIOMS 2016 – Lampiran 2
“Differences in ability to urinate after bladder training between adults and the elderly post
operative with spinal anesthesia in IRNA Bedah RSUD Ngudi Waluyo Wlingi”
1. Lokasi Penelitian :
IRNA Bedah (Ruang Bougenville) RSUD Ngudi Waluyo Wlingi
Identifikasi (p10)
1. Peneliti
(Mohon CV Peneliti Utama dilampirkan)
Peneliti Utama (PI) : Iqlima Alvein Nafiisah
Institusi : Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang
2. Anggota Peneliti :
Institusi : Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang
Sponsor (p9)
Nama : 1. Tavip Dwi Wahyuni, S. Kep., Ns., M. Kes.
2. Setyo Harsoyo, S. KM., M. Kes.
Justifikasi penelitian (p3). Tuliskan mengapa penelitian ini harus dilakukan, manfaat nya
untuk penduduk di wilayah penelitian ini dilakukan (Negara, wilayah, lokal)- Standar 2/A
(Adil)
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kemampuan berkemih
setelah bladder training antara pasien usia dewasa dan lansia post operasi dengan anestesi
spinal di IRNA Bedah RSUD Ngudi Waluyo Wlingi.
Penelitian ini merupakan penelitian yang melibatkan manusia sebagai subjek. Oleh
karena itu, sangat bermanfaat bagi manusia. Dengan dilakukannya bladder training dapat
diketahui perbedaan kemampuan berkemih antara pasien usia dewasa dan lansia. Adapun
manfaat penelitian ini bagi wilayah Rumah Sakit yaitu sebagai masukan dalam
meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan dan sebagai bahan pertimbangan untuk
menerapkan standart operasional prosedur bladder training dan sebagai salah satu
3
tambahan pengetahuan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang tepat
tentang bladder training yang sesuai dengan SOP. Selain itu, bermanfaat juga bagi klien
karena selain diberikan asuhan keperawatan tentang bladder training untuk mencegah
terjadinya retensi urine, klien juga diberikan informasi/pengetahuan sehingga menambah
wawasan bagi klien tentang bladder training dan diharapkan pasien dapat
mengaplikasikan.
nilai p=0,001 atau p<0,005 sehingga ada pengaruh bladder training terhadap kemampuan
berkemih pada pasien pria retensi urine. Responden dalam penelitian ini didominasi oleh
pasien berusia >50 tahun yaitu sebanyak 17 dari 20 responden. Dari hasil penelitian
tersebut, dengan adanya latihan bladder training maka pasien akan terlatih untuk
meingkatkan kemampuan dalam eliminasi urine karena latihan ini dapat mengembalikan
pola normal perkemihan dengan menghambat atau menstimulasi pengeluaran air kemih.
Penelitian yang terkait dengan bladder training adalah penelitian yang dilakukan oleh
Mariyanto, dkk (2017) dengan judul “Pengaruh bladder training terhadap inkontinensia
urine pada lanjut usia di posyandu lansia Desa Sumberedem Kecamatan Wonosari Malang”
diperoleh nilai p=0,006 atau p<0,05 sehingga ada pengaruh bladder training terhadap
inkontinensia urine pada lanjut usia di posyandu lansia Desa Sumberedem Kecamatan
Wonosari Malang. Responden dalam penelitian ini berusia >65 tahun (lansia). Hasil dari
penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Burgio (2004) dalam
penelitiannya yang menyatakan bahwa pemberian latihan bladder training sangat efektif
dalam meningkatkan kemampuan menahan kemih (urge incontinence), sehingga
kemampuan tersebut akan mengakibatkan frrekuensi berkemih lanjut usia menurun.
E. Kondisi Lapangan
1. Gambaran singkat tentang lokasi penelitian (p8) lihat G-2
Lokasi penelitian yang akan dilakukan terletak di RSUD Ngudi Waluyo Wlingi yang
beralamat di Jalan Dr. Soecipto No. 5 Wlingi. Penelitian akan dilakukan tepatnya di Ruang
Bougenville (IRNA Bedah) RSUD Ngudi Waluyo Wlingi.
2. Informasi ketersediaan fasilitas yang layak untuk keamanan dan ketepatan penelitian
Penelitian ini belum pernah dilakukan di RSUD Ngudi Waluyo Wlingi. Selain itu, studi
pendahuluan yang dilakukan didapatkan hasil bahwa pasien post operasi dengan anestesi
spinal tergolong banyak, dan pasien yang menggunakan kateter di Ruang Bougenville
sebanyak 189 pasien, dan di Ruang Bougenville masih jarang dilakukan bladder training
sebelum kateter dilepas. Oleh karena itu, RSUD Ngudi Waluyo Wlingi dapat dikategorikan
menjadi tempat yang layak untuk dijadikan tempat penelitian.
F. Disain Penelitian
1. Tujuan Tujuan penelitian, hipotesa, pertanyaan penelitian, asumsi dan variabel penelitian
(p11)
Tujuan
- Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan
kemampuan berkemih setelah bladder training antara pasien usia dewasa dan lansia
post operasi dengan anestesi spinal di IRNA Bedah RSUD Ngudi Waluyo Wlingi.
- Tujuan Khusus
5
Manfaat
- Manfaat Teoritis
1. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai tambahan pengetahuan untuk pengembangan pengetahuan mahasiswa
keperawatan dalam rangka peningkatan pengetahuan berkaitan dengan
penatalaksanaan pasien sebelum pelepasan dower kateter.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai bahan rujukan dan data awal untuk mengembangkan penelitian
selanjutnya dengan pendekatan metode penelitian yang berbeda.
- Manfaat Praktis
1. Bagi Klien
Meningkatkan pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan klien tentang bladder
training sehingga klien dapat mencegah komplikasi dari pemasangan dan
penggunaan kateter yang terlalu lama.
2. Bagi Perawat
Sebagai salah satu tambahan pengetahuan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien untuk melaksanakan bladder training secara tepat sesuai
dengan standar operasional prosedur sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup
klien.
Hipotesis Penelitian
Pertanyaan yang dijadikan sebagai landasan penelitian adalah adakah perbedaan
kemampuan berkemih setelah bladder training antara pasien usia dewasa dan lansia post
operasi dengan anestesi spinal?
Variabel Penelitian
Variabel bebas (Independent Variable) : bladder training
Variabel terikat (Dependent Variable) : kemampuan berkemih.
3. Bila uji coba klinis, deskripsi harus meliputi apakah kelompok treatmen ditentukan
secara random, (termasuk bagaimana metodenya), dan apakah blinded atau terbuka.
(Bila bukan ujicoba klinis cukup tulis: tidak relevan) (p12)
Tidak relevan
6
G. Sampling
1. Jumlah subyek yang dibutuhkan sesuai tujuan penelitian dan bagaimana penentuannya
secara statistik (p13)
Dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, yaitu suatu teknik
penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang
dikehendaki peneliti (tujuan/masalah dalam penelitian), sehingga sampel tersebut dapat
mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam, 2017).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan, didapatkan hasil 3 bulan terakhir
yaitu antara Bulan Agustus-Oktober 2017 pasien yang menggunakan kateter sebanyak 189
pasien, sedangkan jumlah populasi pasien post operasi dengan anestesi spinal sebanyak 37
pasien. Sehingga didapatkan jumlah sampel penelitian sebanyak 37 responden,
berdasarkan rumus Nursalam (n = N )
1+N(d)2
Dari 34 responden tersebut akan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 17 responden
kelompok perlakuan usia dewasa, dan 17 responden kelompok perlakuan usia lansia..
3. Sampling kelompok rentan: alasan melibatkan anak anak atau orang dewasa yang tidak
mampu memberikan persetujuan setelah penjelasan, atau kelompok rentan, serta langkah
langkah bagaimana meminimalisir bila terjadi resiko (Guidelines 15, 16 and 17) (p15)
Tidak relevan
H. Intervensi
(pengguna data sekunder, kualitatif, cukup tulis tidak relevan, lanjut ke manfaat)
1. Deskripsi dan penjelasan semua intervensi (metode administrasi treatmen, termasuk rute
administrasi, dosis, interval dosis, dan masa treatmen produk yang digunakan (investigasi
dan komparator (p17)
- Prosedur penelitian yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:
a. Peneliti menentukan sampel yang menjadi subjek penelitian, yaitu responden
yang sesuai dengan kriteria inklusi.
b. Melaksanakan pendekatan dan meminta kesediaan calon responden untuk ikut
berpartisipasi dalam penelitian dengan menandatangani inform consent sebelum
operasi (pra-operasi).
7
2. Rencana dan jastifikasi untuk meneruskan atau menghentikan standar terapi selama
penelitian (p 4 and 5) (p18)
- Penelitian dihentikan ketika :
1. Pasien tidak dapat mengikuti perintah/tidak kooperatif.
2. Pasien kesakitan saat kateter diklem.
3. Pasien dengan riwayat penyakit pada sistem perkemihan
4. Pasien tidak bersedia menjadi responden.
- Penelitian diteruskan ketika :
1. Pasien pasca operasi dengan anestesi spinal di ruang Bougenville.
2. Responden laki-laki dewasa dengan rentang usia 20-59 tahun.
3. Responden laki-laki lansia dengan rentang usia ≥60 tahun
4. Pasien sadar (compos mentis) dan kooperatif.
5. Pasien yang tidak memiliki riwayat penyakit pada sistem perkemihan
6. Bersedia menjadi responden.
4. Test klinis atau lab atau test lain yang harus dilakukan (p20)
Tidak ada.
I. Monitor Hasil
1. Sampel dari form laporan kasus yang sudah distandarisir, metode pencataran respon
teraputik (deskripsi dan evaluasi metode dan frekuensi pengukuran), prosedur follow-up,
dan, bila mungkin, ukuran yang diusulkan untuk menentukan tingkat kepatuhan subyek
yang menerima treatmen (lihat lampiran) (p17)
- Pasien post operasi dengan anestesi spinal yang sudah diberikan intervensi bladder training
dan sudah dilepas kateter dilakukan observasi kemampuan berkemihnya sekali yaitu
kencing pertama kali setelah kateter dilepas. Mengisi lembar observasi yang berisikan
tanggal, data karakteristik responden, dan informasi yang berkaitan dengan penggunaan
kateter.
- Mengukur kemampuan berkemih pasien yang meliputi sensasi berkemih, kemampuan
memulai berkemih, pancaran urine, dan sensasi di akhir/sisa.
8
2. Resiko resiko yang diketahui dari adverse events, termasuk resiko yang terkait dengan
masing masing rencana intervensi, dan terkait dengan obat, vaksin, atau terhadap prosudur
yang akan diuji cobakan (Guideline 4) (p24)
Resiko saat pemberian intervensi adalah subyek tidak kooperatif, kurang konsentrasi.
M. Manfaat
1. Manfaat penelitian secara pribadi bagi subyek dan bagi yang lainnya (Guideline 4) (p25)
- Manfaat Teoritis
1. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai tambahan pengetahuan untuk pengembangan pengetahuan mahasiswa
keperawatan dalam rangka peningkatan pengetahuan berkaitan dengan
penatalaksanaan pasien sebelum pelepasan dower kateter.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai bahan rujukan dan data awal untuk mengembangkan penelitian selanjutnya
dengan pendekatan metode penelitian yang berbeda.
- Manfaat Praktis
1. Bagi Klien
Meningkatkan pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan klien tentang bladder
training sehingga klien dapat mencegah komplikasi dari pemasangan dan
penggunaan kateter yang terlalu lama.
9
2. Bagi Perawat
Sebagai salah satu tambahan pengetahuan dalam memberikan asuhan keperawatan
pada klien untuk melaksanakan bladder training secara tepat sesuai dengan standar
operasional prosedur sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup klien.
O. Informed Consent
1. Cara yang diusulkan untuk mendapatkan informed consent dan prosudur yang
direncanakan untuk mengkomunikasikan informasi penelitian kepada calon subyek,
termasuk nama dan posisi wali bagi yang tidak bisa memberikannya. (Guideline 9)
(p30)
Informed consent dilakukan kepada pasien dan wali (keluarga pasien) bahwa akan
dilakukan penelitian terkait pemberian tindakan bladder training pada pasien post dengan
spinal anestesi yang akan dilakukan pelepasan kateter. Informed consent dilakukan sehari
setelah operasi (H+1 pasca operasi) atau sebelum kateter akan dilepas. Peneliti
menjelaskan bahwa penulisan nama pada hasil penelitian akan dirahasiakan (inisial).
Kemudian, jika subyek menyatakan bersedia untuk menjadi sampel penelitian, maka
subyek harus mengisi lembar informed consent yang diberikan oleh peneliti.
2. Khusus Ibu Hamil: adanya perencanaan untuk memonitor kesehatan ibu dan kesehatan
anak jangka pendek maupun jangka panjang (Guideline 19)
(p29)
Responden yang digunakan laki-laki dewasa dan lansia.
P. Wali (p31)
1. Adanya wali yang berhak bila calon subyek tidak bisa memberikan informed consent
(Guidelines 16 and 17)
Tidak ada.
2. Adanya orang tua atau wali yang berhak bila anak paham tentang informed consent tapi
belum cukup umur(Guidelines 16 and 17)
10
Tidak ada.
Q. Bujukan
1. Deskripsi bujukan atau insentif pada calon subyek untuk ikut berpartisipasi, seperti uang,
hadiah, layanan gratis, atau yang lainnya (p32)
Bujukan yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan memberikan penjelasan bahwa jika
calon subyek berpartisipasi dalam penelitian ini akan mengerti tujuan, manfaat, dan
pengetahuan baru mengenai tindakan bladder training. Tidak ada uang ataupun hadiah,
diberikan reinforcement dengan cara pujian kepada subyek.
2. Rencana dan prosedur, dan orang yang betanggung jawab untuk menginformasikan bahaya
atau keuntungan peserta, atau tentang riset lain tentang topik yang sama, yang bisa
mempengaruhi keberlansungan keterlibatan subyek dalam penelitian (Guideline 9) (p33)
Kepala ruang penanggung jawab ruangan yang akan bertanggung jawab untuk
menginformasikan mengenai keuntungan dan bahaya dari penelitian ini kepada subyek
penelitian yang ikut andil dalam penelitian ini. Dalam penelitian sebelumnya dan hasil studi
pendahuluan didapatkan bahwa tindakan bladder training dapat dilakukan pada pasien
post operasi dengan anestesi spinal yang menggunakan kateter tetapi belum diketahui
perbedaannya antara pasien laki-laki usia dewasa dan lansia.
3. Perencanaan untuk menginformasikan hasil penelitian pada subyek atau partisipan (p34)
Dalam penelitian ini, informasi mengenai hasil penelitian direncanakan akan langsung
disampaikan kepada bidang penelitian Rumah Sakit dan kepala ruang Bougenville untuk
menjadi bahan evaluasi kedepannya dalam pemberian pelayanan kesehatan.
R. Penjagaan Kerahasiaan
1. Proses rekrutmen (misalnya lewat iklan), serta langkah langkah untuk menjaga privasi dan
kerahasiaan selama rekrutmen (Guideline 3) (p16)
Sampel yang diambil adalah subyek yang bersedia menjadi sampel penelitian. Subyek
yang bersedia ataupun tidak bersedia menjadi sampel penelitian tidak akan dibicarakan
kepada pihak lain. Subyek yang bersedia menjadi sampel penelitian nama dituliskan
menggunakan inisal dan hanya peneliti yang mengetahui.
2. Langkah langkah proteksi kerahasiaan data pribadi, dan penghormatan privasi orang,
termasuk kehatihatian untuk mencegah bocornya rahasia hasil test genetik pada keluarga
kecuali atas izin dari yang bersangkutan (Guidelines 4, 11, 12 and 24) (p 35)
1. Mengisi identitas diri dengan inisial
2. Tidak menunjukkan data-data kepada pihak lain sebelum data diolah dan dianalisis
3. Bagi subyek yang bersedia menjadi sampel penelitian, akan diberikan informasi
bahwa data akan disimpan secara aman dan tidak disebarluaskan
3. Informasi tentang bagaimana kode; bila ada, untuk identitas subyek dibuat, di mana di
simpan dan kapan, bagaimana dan oleh siapa bisa dibuka bila terjadi emergensi (Guidelines
11 and 12) ( p36)
Kode inisial digunakan untuk identitas diri sampel penelitian agar tidak diketahui
identitas sebenarnya dan menerapkan prinsip etik kerahasiaan. Data disimpan pribadi oleh
peneliti selama pengambilan data hingga hasil penelitian selesai. Bila terjadi emergensi,
data dapat diminta oleh peneliti melalui telepon langsung ke nomor yang telampir di CV.
4. Kemungkinan penggunaan lebih jauh dari data personal atau material biologis (p37)
11
Tidak relevan.
S. Rencana Analisis
1. Deskripsi tentang rencana tencana analisa statistik, termasuk rencana analisa interim bila
diperlukan, dan kreteria bila atau dalam kondisi bagaimana akan terjadi penghentian
prematur keseluruhan penelitian (Guideline 4) (B,S2);
Analisis yang digunakan dalam penelitian adalah analisis univariat dan analisis
bivariate. Analisis univariat pada penelitian ini adalah data umum yang disajikan dalam
distribusi frekuensi seperti jenis kelamin, usia, pola berkemih, keluhan berkemih, dan
observasi bladder training. Selain itu, analisis univariat dapat disajikan dalam bentuk
analisis statistik deskriptif (mean, modus, median, standar deviasi, maksimum, minimum).
Sedangkan analisis bivariat digunakan untuk mengetahui perbedaan kemampuan
berkemih setelah bladder training antara pasien usia dewasa dan lansia. Sebelum uji
hipotesis, menganalisa masing-masing variabel yaitu:
- Menganalisa pengaruh bladder training terhadap kemampuan berkemih kelompok usia
dewasa.
- Menganalisa pengaruh bladder training terhadap kemampuan berkemih kelompok usia
lansia.
- Selanjutnya dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji Mann-Whitney karena
untuk uji perbedaan (komparasi) yang berhadapan dengan 2 kelompok sampel bebas
(independen) dan skala data berbentuk ordinal.
Hasil uji statistik akan menghasilkan p-value. Cara menyimpulkan hasil p-value sebagai
berikut:
- Apabila harga p-value > harga α (0,05), maka kesimpulannya adalah H0 diterima dan H1
ditolak sehingga tidak ada perbedaan kemampuan berkemih setelah bladder training
antara pasien usia dewasa dan lansia.
- Apabila harga p-value > harga α (0,05), maka kesimpulannya adalah H0 ditolak dan H1
diterima sehingga ada perbedaan kemampuan berkemih setelah bladder training antara
pasien usia dewasa dan lansia.
T. Monitor Keamanan
1. Rencana rencana untuk memonitor keberlansungan keamanan obat atau intervensi lain
yang dilakukan dalam penelitian atau trial, dan, bila diperlukan, pembentukan komite
independen untuk data dan safety monitoring (Guideline 4) (B,S3,S7);
Tidak relevan.
U. Konflik Kepentingan
1. Pengaturan untuk mengatasi konflik finansial atau yang lainnya yang bisa mempengaruhi
keputusan para peneliti atau personil lainya; menginformasikan pada komite lembaga
tentang adanya conflict of interest; komite mengkomunikasikannya ke komite etik dan
kemudian mengkomunikasikan pada para peneliti tentang langkah langkah berikutnya
yang harus dilakukan (Guideline 25) (p42)
Konflik yang mungkin timbul adalah konflik kepercayaan atau adat yang mungkin dimiliki
klien dan keluarga, seperti tidak boleh bergerak banyak hanya boleh tidur. Rencana
pengaturan untuk mengatasi konflik tersebut adalah dengan melakukan diskusi dengan
klien dan wali bersama kepala ruang/perawat penanggung jawab ruangan. Namun pada
penelitian ini, tidakan yang dilakukan tidak membutuhkan pergerakan yang berlebihan
terhadap responden.
12
V. Manfaat Sosial
1. Untuk riset yang dilakukan pada seting sumberdaya lemah, kontribusi yang dilakukan
sponsor untuk capacity building untuk review ilmiah dan etika dan untuk riset riset
kesehatan di negara tersebut; dan jaminan bahwa tujuan capacity building adalah agar
sesuai nilai dan harapan para partisipan dan komunitas tempat penelitian (Guideline 8)
(p43)
Tidak relevan.
2. Protokol riset atau dokumen yang dikirim ke komite etik harus meliputi deskripsi rencana
pelibatan komunitas, dan menunjukkan sumber sumber yang dialokasikan untuk aktivitas
aktivitas pelibatan tersebut. Dokumen ini menjelaskan apa yang sudah dan yang akan
dilakukan, kapan dan oleh siapa, untuk memastikan bahwa masyarakat dengan jelas
terpetakan untuk memudahkan pelibatan mereka selama riset, untuk memastikan bahwa
tujuan riset sesuai kebutuhan masyarakat dan diterima oleh mereka. Bila perlu masyarakat
harus dilibatkan dalam penyusunan protokol atau dokumen ini (Guideline 7) (p44)
Dalam penelitian ini, peneliti melibatkan klien post operasi dengan anestesi spinal yang
masih menggunakan kateter di Ruang Bougenville RSUD Ngudi Waluyo Wlingi untuk
dijadikan sampel penelitian, namun jika ada subyek menolak untuk menjadi sampel maka
tidak perlu dipaksakan. Hal yang sudah dilakukan adalah melakukan studi pendahuluan di
RSUD Ngudi Waluyo Wlingi pada tanggal 5 Desember 2017 untuk memperoleh izin atas
diperbolehkannya dilakukan penelitian di RSUD Ngudi Waluyo Wlingi terutama di Ruang
Bougenville, melakukan seminar proposal di Poltekkes Kemenkes Malang pada tanggal 22
Desember 2017 untuk mengetahui apakah proposal yang diajukan layak untuk dilakukan
penelitian. Sementara hal-hal yang akan dilakukan adalah mengurus segala administrasi
dari keperluan pengambilan data penelitian yang selanjutnya digunakan sebagai dasar izin
untuk mengambil data di Ruang Bougenville RSUD Ngudi Waluyo Wlingi.
X. Publikasi
Rencana publikasi hasil pada bidang tertentu (seoerti epidemiology, generik, sosiologi)
yang bisa beresiko berlawanan dengan kemaslahatan komunitas, masyarakat, keluarga,
etnik tertentu, dan meminimalisir resiko kemudharatan kelompok ini dengan selalu
mempertahankan kerahasiaan data selama dan setelah penelitian, dan mempublikasi
hasil hasil penelitian sedemikian rupa dengan selalu mempertimbangkan martabat dan
kemulyaan mereka (Guideline 4) (p47)
Dalam penelitian ini, publikasi yang akan dilakukan haruslah seizin dari pihak rumah
sakit karena penelitian yang akan dilakukan menyangkut mutu dan pelayanan rumah sakit.
Jika pihak rumah sakit menyetujui untuk dilakukan publikasi pada hasil penelitian, maka
peneliti akan melakukan publikasi dengan memberikan kode terkait identitas terkait rumah
sakit agar privacy rumah sakit terkait mutu tetap terjaga.
Bila hasil riset negatip, memastikan bahwa hasilnya tersedia melalui publikasi atau dengan
melaporkan ke otoritas pencatatan obat obatan (Guideline 24) (p46)
13
Bila hasil riset negatif, maka peneliti akan melaporkan kepada pihak rumah sakit dan
mendiskusikan terkait publikasi yang akan dilakukan.
Y. Pendanaan
Sumber dan jumlah dana riset; lembaga funding, dan deskripsi komitmen finansial sponsor
pada kelembagaan penelitian, pada para peneliti, para subyek riset, dan, bila ada, pada
komunitas (Guideline 25) (B, S2);
(p41)
RENCANA ANGGARAN BIAYA PENELITIAN (Disesuaikan)
1. Biaya Pengiriman EC Rp. 175.000
2. Peralatan Penelitian
a. Print, FC, jilid Rp. 100.000
b. Transportasi Rp. 30.000
c. ATK Rp 100.000
3. Biaya reward responden Rp. 10.000 X 34
4. Lain-lain Rp. 50.000
Z. Komitmen Etik
1. Pernyataan peneliti utama bahwa prinsip prinsip yang tertuang dalam pedoman ini akan
dipatuhi (p6)
Saya menyatakan bahwa saya selaku peneliti utama akan mematuhi segala prinsip-prinsip
etik sesuai dengan penelitian saya yang sebagaimana telah saya tuangkan dalam protokol
ini.
2. (Track Record) Riwayat usulan review protokol etik sebelumnya dan hasilnya (isi dengan
judul da tanggal penelitian, dan hasil review Komite Etik(p7)
Belum ada riwayat usulan review protokol etik sebelumnya.
3. Pernyataan bahwa bila terdapat bukti adanya pemalsuan data akan ditangani sesuai policy
sponsor untuk mengambil langkah yang diperlukan (p48)
Saya selaku peneliti utama menyatakan bahwa bila terdapat bukti adanya pemalsuan
data, saya siap bertanggung-jawab dan menerima segala konsekuensi dari pihak rumah
sakit ataupun institusi pendidikan.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Aulia, D. 2016. Pengaruh Bladder Training terhadap Fungsi Perkemihan pada Pasien Post Operasi
dengan Spinal Anastesi di RS Lavalette Malang.
14
Bayhakki, dkk. 2008. Bladder Training Modifikasi Cara Kozier pada Pasien Pasca Bedah Ortopedi yang
Terpasang Kateter Urine.
Dharma, dkk. 2012. Penuntun Praktis Anestesi. Jakarta: EGC.
Grace & Borley, 2007. At a Glance Ilmu Bedah, Edisi 3. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Hasbi. 2014. Efektifitas Latihan Kegel Terhadap Pemulihan Kemampuan Berkemih pada Pasien Post
Op Open Prostatektomi di Ruang Instalasi Perawatan Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Ngudi
Waluyo Wlingi. Malang: Poltekkes Malang.
Hidayat, A. dkk. 2007. Keterampilan Dasar Praktik Klinik. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
Hidayat, A. dkk. 2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
Hidayat, A. dkk. 2009. Keterampilan Dasar Praktik Klinik. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
Hidayat, A. dkk. 2015. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Edisi 2 Buku 2. Jakarta: Penerbit Salemba
Medika.
Hinora, dkk. 2014. Pengaruh Bladder Training terhadap Kemampuan Berkemih pada Pasien Pria
dengan Retensi Urine. Buletin Sariputra.
Jitowiyono, S. 2010. Asuhan Keperawatan Post Operasi Pendekatan Nanda, NIC, NOC. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Jumi’ah, dkk. 2015. Perbedaan Pola Berkemih Pasien Pasca Pemasangan Kateter Urine dengan Bladder
Training Setiap Hari dan Satu Hari Sebelum Pelepasan Kateter Urine di RSUD Tugurejo
Semarang.
Mariyanto, dkk. 2017. Pengaruh Bladder Training terhadap Inkontinensia Urine pada Lanjut Usia di
Posyandu Lansia Desa Sumberdem Kecamatan Wonosari Malang. Nursing News: Volume 2.
Marlina, dkk. 2013. Hubungan Pemasangan Kateter dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih pada
Pasien di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam RSUDZA Banda Aceh.
Nababan, TJ. 2011. Pengaruh Bladder Retention Training terhadap Kemampuan Mandiri Berkemih
pada Anak di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Nurachmah, dkk. 2011. Dasar-dasar Anatomi Fisiologi. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
Nursalam, dkk. 2008. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam Keperawatan.
Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
Nursalam, dkk. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam Keperawatan.
Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
Nursalam, dkk. 2017. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis Edisi 4. Jakarta:
Penerbit Salemba Medika.
Potter&Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Potter&Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Potter&Perry. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik Volume 1 Edisi
4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
15
Riyadi, S. dkk. 2012. Standard Operating Procedure dalam Praktik Klinik Keperawatan Dasar.
Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.
Setiadi. 2013. Konsep dan Praktik Keperawatan: Riset Keperawatan. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu.
Setyoadi, dkk. 2011. Terapi Modalitas Keperawatan pada Klien Psikogeriatrik. Jakarta: Penerbit
Salemba Medika.
Shabrini, dkk. 2015. Efektifitas Bladder Training Sejak Dini dan Sebelum Pelepasan Kateter Urine
terhadap Terjadinya Inkontinensia Urine pada Pasien Pasca Operasi di SMC RS Telogorejo.
Sjamsuhidajat & De Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sjamsuhidajat & De Jong. 2011. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sugiyono, 2014. Konsep Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung Afabeta.
Susanto, dkk. 2014. Anestesi Klinis: Catatan Kuliah, Ed.3. Jakarta: EGC.
Tarwoto&Wartonah. 2015. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan-Edisi 5. Jakarta:
Penerbit Salemba Medika
Wilhelm, T. 2011. Adult Health Nursing: Mosby Elsevier. United States America: Elsevier.
AB. Lampiran
1. CV Peneliti Utama
2. Sampel Formulir Laporan kasus
B. EDUCATION
2014 - 2018 Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang
Jurusan Keperawatan Prodi DIV Keperawatan Malang
2011 – 2014 SMA Negeri 2 Jember
Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam
2008 – 2011 SMP Negeri 1 Kalibaru
2002 – 2008 SD Negeri 1 Kalibaru Wetan
2000 – 2002 TK Mardisiwi Kalibaru
C. TRAINING EXPERIENCE
2016 Pelatihan BCLS (Basic Cardiac Life Support) di Politeknik
Kesehatan Kemenkes Malang.