Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap aktifitas yang dilakukan oleh manusia sangat erat interaksinya dengan

tempat-tempat umum, baik untuk bekerja, melakukan interaksi sosial, belajar maupun

melakukan aktifitas lainnya. Menurut Chandra (2006), tempat-tempat umum memiliki

potensi sebagai tempat terjadinya penularan penyakit, pencemaran lingkungan ataupun

gangguan kesehatan lainnya. Kondisi lingkungan tempat-tempat umum yang tidak

terpelihara akan menambah besarnya risiko penyebaran penyakit sehingga perlu

dilakukan upaya pencegahan atau penganggulangan resiko penyakit.

Pelabuhan merupakan salah satu tempat umum yang perlu dijaga sanitasinya, baik

pelabuhan laut maupun pelabuhan udara seperti halnya Bandara El-Tari dan Pelabuhan

Laut Tenau. Selain pelabuhan berfungsi sebagai pusat ekonomi dan sosial, pelabuhan

juga menjadi pintu masuk keluarnya penyakit menular. Salah satu hal utama dalam

bidang sosial, pelabuhan bisa dimanfaatkan sebagai tempat untuk memperoleh akses jalur

transportasi dari satu pulau ke pulau yang lainnya maupun dari satu negara ke negara

yang lain. Dapat dimungkinkan dari kegiatan tersebut, memberikan peluang yang besar

dalam penyebaran penyakit, baik dari satu pulau ke pulau yang lain, dari satu negara ke

negara yang lain maupun dari wilayah pelabuhan ke daerah daratan di pulau tersebut.

Salah satu penyakit yang penyebarannya cepat, luas, dapat menimbulkan KLB dan dapat

menyebar melalui jalur pelabuhan laut adalah Demam berdarah atau demam berdarah

dengue.

Demam berdarah atau demam berdarah dengue adalah penyakit yang disebabkan

oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti yang mengandung virus Dengue. Menurut Hastuti

1
(2008), Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit infeksi yang dapat berakibat fatal

dalam waktu yang relatif singkat. Penyakit ini dapat menyerang semua umur baik anak-

anak maupun orang dewasa. Penyebab penyakit ini adalah virus dengue, sejenis virus

yang tergolong arbovirus yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk

Aedes aegypti betina. Nyamuk Aedes aegypti menyimpan virus dengue pada telurnya,

selanjutnya virus tersebut akan ditularkan ke manusia melalui tubuh seseorang, tidak

selalu dapat menimbulkan infeksi jika orang tersebut memiliki daya tahan tubuh yang

kuat. Secara alamiah sebenarnya virus tersebut akan dilawan oleh antibodi tubuh.

Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue

penyebab penyakit demam berdarah. Selain dengue, Aedes aegypti juga merupakan

pembawa virus demam kuning (yellow fever) dan chikunguya. Penyebaran jenis ini

sangat luas, meliputi hampir semua daerah tropis di seluruh dunia. Aedes aegypti

merupakan pembawa utama (primary vector) dan bersama Aedes albopictus menciptakan

siklus persebaran dengue di desa-desa dan perkotaan. Masyarakat diharapkan mampu

mengenali dan mengetahui cara-cara mengendalikan DBD untuk membantu mengurangi

persebaran penyakit demam berdarah (Anggraeni, 2011).

Nyamuk Aedes aegypti betina menghisap darah manusia setiap 2 hari. Protein dari

darah tersebut diperlukan untuk pematangan telur yang dikandungnya. Setelah menghisap

darah, nyamuk ini akan mencari tempat hinggap (beristirahat). Tempat hinggap yang

disenangi ialah benda-benda yang tergantung, seperti : pakaian, kelambu atau

tumbuh-tumbuhan di dekat berkembang biaknya. Biasanya di tempat yang agak gelap dan

lembab. Setelah masa istirahat selesai, nyamuk itu akan meletakkan telurnya pada

dinding bak mandi/WC, tempayan, drum, kaleng, ban bekas, dan lain-lain. Biasanya

sedikit di atas permukaan air. Selanjutnya nyamuk akan mencari mangsanya

(menghisap darah) lagi dan seterusnya (Depkes RI, 2007).

2
Berdasarkan data profil kesehatan Indonesia tahun 2012 dilaporkan sebanyak

90.245 kasus DBD dengan jumlah kematian 816 orang (incidence rate/ angka kesakitan

37,11 per 100.000 penduduk dengan CFR 0,90) (Profil Kesehatan Indonesia tahun

2012). Sedangkan laporan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota se-Provinsi NTT tahun 2012

sebesar 1.542 kasus, sedangkan pada tahun 2011 sebesar 424 kasus, hal ini menunjukkan

bahwa terjadi peningkatan kasus pada tahun 2012 dengan kasus terbanyak yaitu kota

kupang dengan jumlah 890 kasus dan 8 orang meninggal (Profil Kesehatan NTT Tahun

2012). Berdasarkan laporan Profil Kesehatan Kota Kupang tahun 2012 angka kesakitan

DBD tahun 2008-2013, mengalami fluktuasi, dimana pada tahun 2008 sebesar 1.80 per

1000 penduduk, menurun pada tahun 2011 menjadi 1,05 per 1000 penduduk, dan

kemudian meningkat pada tahun 2012 menjadi 2.55 per 1000 penduduk dan pada tahun

2013 sebanyak 277 Kasus dengan rincian 153 pada laki-laki dan 124 pada perempuan

dengan total kematian 3 Kasus, dengan jumlah kasus pada puskesmas Alak sebanyak 15

kasus (Profil Kesehatan Kota Kupang Tahun 2013).

Hasil penerapan/survei COMBI dalam PSN-DBD pada tahun 2009 di 5 Kota

(Kota Bogor, Kota Bekasi, Depok, Batam dan Mataram) menunjukkan bahwa masih

ditemukannya jentik Aedes aegypti di tempat-tempat penampungan air (TPA) seperti; bak

mandi, drum, tempayan, ember dan non TPA seperti; alas pot bunga/kembang, ban bekas,

dll, ABJ sebesar 80,60%. Hasil survei yang dilakukan Kantor Kesehatan Pelabuhan area

pelabuhan Tenau Kupang khususnya daerah buffer pada bulan juni didapati HI sebesar

1,2, CI sebesar 0,4 dan BI sebesar 1; bulan juli angka HI sebesar 3,4, CI sebesar 1,23

dan BI sebesar 3,4; bulan agustus angka HI sebesar 2,27, CI sebesar 0,99 dan BI sebesar

2, 27; bulan september angka HI sebesar 2,38, CI sebesar 2,08 dan BI sebesar 2,476.

Berdasarkan survei yang dilakukan pada tanggal 9- 18 oktober didapati indeks

jentik di daerah buffer yaitu HI sebesar 3,49%, CI sebesar 2,04% dan BI sebesar 4,65. Hal

3
ini disebabkan peran serta masyarakat dalam melakukan PSN-3M belum menjadi

kebiasaan sehari-hari dan masyarakat belum menganggap penting kegiatan tersebut. Oleh

karena itu, daerah buffer dengan tingkat kepadatan jentik di atas standar ( berdasarkan

SOP Ditjen P2PL tahun 2009), indikator kepadatan jentik harus < 1 ) sehingga harus

menjadi fokus perhatian dalam upaya pencegahan dan pengendalian penyakit demam

berdarah.

Guna mengantisipasi ancaman penyakit global serta permasalahan kesehatan

masyarakat yang merupakan masalah darurat yang menjadi perhatian dunia, kantor

kesehatan pelabuhan dituntut mampu menangkal risiko kesehatan yang mungkin masuk

melalui orang, alat angkut, barang, temasuk kontainer dari negara lain dengan melakukan

tindakan tanpa menghambat perjalanan dan perdagangan. Kegiatan pengendalian risiko

lingkungan khususnya pengendalian vektor merupakan salah satu upaya mencegah

pernyebaran penyakit karantina dan penyakit menular potensial wabah melalui pemutusan

mata rantai penularan penyakit. Upaya pengendalian bertujuan untuk membuat pelabuhan

tidak menjadi sumber penularan penyakit

1.2 Rumusan Masalah


Apakah ada hubungan antara perilaku masyarakat dengan kepadatan jentik nyamuk di
area Buffer

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Menganalisis hubungan perilaku masyarakat dengan kepadatan jentik nyamuk di
area Buffer
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Menganalisis hubungan pengetahuan masyarakat terhadap kepadatan jentik
nyamuk di area Buffer
2. Menganalisis hubungan sikap masyarakat terhadap kepadatan jentik nyamuk
di area Buffer

4
3. Menganalisis hubungan tindakan masyarakat terhadap kepadatan jentik
nyamuk di area Buffer
1.4 Manfaat
a. Bagi Institusi Magang
1) Memperoleh masukan untuk evaluasi program pengendalian nyamuk dalam
upaya pencegahan dan penyebaran penyakit bersumber binatang di wilayah
kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kupang.
2) Menciptakan suasana kerja sama yang baik antara pegawai dan peserta magang
dalam rangka mempraktikkan serta meningkatkan pengetahuan khususnya
dalam hal pengendalian nyamuk untuk wilayah kerja Pelabuhan Laut Tenau
Kupang.
b. Bagi FKM UNDANA
1) Memperoleh informasi tentang kondisi nyata dunia kerja yang berguna bagi
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2) Memperoleh umpan balik dari institusi tempat magang dalam rangka
pengembangan kurikulum agar lebih sesuai dengan kebutuhan di lapangan.
3) Terjalinnya kerja sama dengan institusi magang sehingga dapat mendukung
dalam mengamalkan Tri Dharma Perguruan Tinggi
c. Bagi Mahasiswa
1) Memperoleh gambaran umum situasi kerja di Kantor Kesehatan Pelabuhan
(KKP) Kupang.
2) Mendapatkan pengalaman nyata yang terkait dengan aplikasi ilmu kesehatan
masyarakat khususnya pengendalian nyamuk di Pelabuhan Laut Tenau
Kupang.
3) Sebagai tempat pengaplikasian semua ilmu pengetahuan yang dimiliki dengan
mempraktikan langsung di tempat magang.
4) Menambah wawasan ilmu pengetahuan kesehatan masyarakat terutama
dibidang kesehatan lingkungan.

5
BAB II

METODOLOGI

2.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survey analitik yakni penelitian yang

mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi, kemudian

melakukan analisis korelasi antara faktor resiko dengan efek. Penelitian ini

menggunakan design cross sectional study, dimana peneliti mempelajari korelasi

antara factor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau

pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo, 2012 ).

2.2 Lokasi dan Waktu Magang

2.2.1 Lokasi Kegiatan

Pelaksanaan Kegiatan Magang dilaksanakan di Kantor Kesehatan Pelabuhan,

wilayah kerja Pelabuhan Tenau Kupang.

2.2.2 Waktu Kegiatan

Waktu pelaksanaan kegiatan Magang dilaksanakan dari tanggal 2 Oktober-4

Desember 2014 dengan rincian:

a. Pembekalan Magang pada tanggal 27 September 2014.


b. Pelaksanaan kegiatan Magang di lokasi sampai penyusunan laporan awal
pada tanggal 2 Oktober-29 November 2014.
c. Seminar Magang yang dilaksanakan di Kantor Kesehatan Pelabuhan
Kupang pada tanggal 4 Desember 2014.
d. Seminar Magang yang dilaksanakan di Kampus pada tanggal 13 Desember
2014.

6
2.3 Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi menurut Notoatmodjo (2012) adalah keseluruhan obyek penelitian

atau obyek yang diteliti. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh Kepala

Keluarga yang rumahnya berada pada area Buffer yaitu sebanyak 139 KK.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian kecil populasi yang digunakan dalam uji untuk

memperoleh informasi statistic mengenai keseluruhan populasi (Notoadmodjo,

2012 ).

Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan teknik Simple Random Sampling, dimana setiap unit dari populasi

mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel. Dan dengan

menggunakan cara pengacakan menggunakan aplikasi komputer. Adapun

penentuan besar sampel menggunakan rumus :

N
n=
1 + N(d2 )

Keterangan:

N : besar populasi

n : besar sampel

d : tingkat kepercayaan/ ketepatan yang diinginkan ( 0,1 )

Perhitungan penentuan sampel adalah sebagai berikut:

139
n=
1 + 139(0,12 )

n= 58

Jadi, besar sampel dalam dalam penelitian adalah 58 orang

7
2.4 Definisi operasional

Definisi Operasional dan Metode Pengukuran

Terhadap Beberapa Variabel Penelitian

Variabel Definisi Kriteria objektif Alat ukur Skala

Operasional

Variable Dependen

Indeks jentik banyaknya jentik 1. Ya, Jika banyaknya Kuesioner Nominal


dalam tepat
jentik diatas indikator yaitu
penapungan air.
diatas 1 % (SOP P2PL)

2. Tidak, Jika banyaknya

jentik diatas indikator yaitu

< 1 % (SOP P2PL)

Variable Independen

Pengetahuan sekumpulan 1. baik, jika responden Kuesioner Nominal


informasi yang menjawab ≥73%
dipahami 2. tidak baik, jika
masyarakat terhadap responden menjawab <
pernyataan 73%
pengetahuan tentang (Nursalam, 2008)
perilaku
Pengendalian jentik
nyamuk
Sikap Respon masyarakat 1. Positif, jika nilai total Kuesioner Nominal
terhadap pernyataan jawaban ≥ median atau
sikap tentang pe ≥ 69
mberantasan sarang 2. Negatif, jika nilai total
jentik pada saat jawaban < median atau
pegumpulan data < 69

8
(Riyanto, 2011)
Tindakan Segala kegiatan atau 1. Mendukung , jika Kuesioner Nominal
perlakuan atau responden jika nilai
tindakan untuk total jawaban ≥
pengendalian jentik median atau ≥ 63
2. Tidak mendukung , jika
responden jika nilai
total jawaban ≥
median atau ≥ 63
(Riyanto, 2011)
2.5 JENIS KEGIATAN

Kegiatan yang dilaksanakan adalah yaitu :

1. Kegiatan survei jentik Aedes aegypti pada area Buffer dan Perimeter di wilayah
kerja Pelabuhan Tenau
2. Pengendalian Vektor Nyamuk ( wilayah perimeter dan buffer ) di wilayah kerja
Pelabuhan Tenau.
3. Kegiatan survei sanitasi Pos Bandar Udara El Tari.
4. Kegiatan inspeksi café, kantin dan restauran di wilayah kerja Pelabuhan Tenau
5. Kegiatan pengukuran kepadatan lalat di wilayah kerja Pelabuhan Tenau
6. Kegiatan survei sanitasi kapal dan pemeriksaan kadar alkohol para Anak Buah
Kapal (ABK) dan kapten di wilayah kerja Pelabuhan Tenau.
7. Kegiatan Registrasi ,Rekapitulasi data penyakit dan pembagian kuesioner tentang
penyakit HIV dan AIDS pada pekerja dan ABK di wilayah kerja Pelabuhan
Tenau.
8. Penyuluhan tiga penyakit terbesar pada pekerja di PT Saipem( ISPA, Diare,
Gastritis).
9. Kegiatan pencatatan dan perhitungan IMT pada kegiatan pemeriksaan kesehatan
gratis yang dilakukan di wilayah kerja pelabuhan Tenau.
10. Kegiatan pemasangan dan pengamatan kepadatan tikus di wilayah kerja
pelabuhan Tenau.
2.6 JENIS DATA
a. Data Primer

9
Data primer diperoleh dari setiap kegiatan, meliputi : IS kapal laut, IS Rumah
Makan, survei jentik, larvasidasi, pengukuran kepadatan jentik, dan pemasangan
perangkap tikus, pengukuran kepadatan lalat.
b. Data Sekunder
Data sekunder yang di peroleh adalah data yang ada pada Kantor Kesehatan
Pelabuhan yang meliputi profil KKP Kupang tahun 2013 dan data pegawai tahun
2014.
2.7 METODE PENGUMPULAN DATA
Metode pengumpulan data yang digunakan untuk penyusunan laporan Magang
adalah pengamatan/observasi dan wawancara .
1. Pengamatan/Observasi merupakan cara yang digunakan untuk mengamati
berbagai hal yang berkaitan dengan masalah kesehatan yang berhubungan
dengan jurusan epidemiologi dan biostatistika, kemudian dilakukan pencatatan
terhadap hal-hal yang dianggap penting berkaitan dengan masalah kesehatan
setempat.
2. Wawancara merupakan metode yang digunakan untuk pengambilan data dengan
cara melakukan tanya jawab kepada responden atau sumber informasi untuk
mendapatkan informasi yang lebih spesifik dengan menggunakan panduan
wawancara yang telah disiapkan oleh kelompok.
2.8 TEKNIK PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
Teknik pengolahan dan analisis data
1. Teknik Pengolahan Data

Data dikumpulkan sesuai dengan format yang telah disediakan sebelumnya,

kemudian ditabulasi dan diolah dengan menggunakan system komputerisasi.

Pengolahan data pada penelitian ini melalui beberapa tahap yaitu : editing yang

merupakan proses data pengamatan kelengkapan dan kesesuaian dalam jawaban

kuesioner, coding yakni memberikan kode pada data informasi yang telah

dikumpulkan dengan kuesioner, scoring yakni proses pembobotan nilai atau skor

dari pertanyaan yang diberikan dengan skor yang telah ditentukan, processing data

yakni memasukkan data ke dalam perangkat lunak yang digunakan sesuai dengan

10
variabel dan kode data, dan cleaning yakni pembersihan kembali semua data dari

kesalahan-kesalahan yang terjadi selama pemasukkan data (Riyanto,2011).

2. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik

setiap variable penellitian.

2. Analisis Bivariat

Dilakukan terhadap dua variable yang diduga berhubungan atau

berkolerasi.Untuk mengetahui hubungan antara variabel dependen dan variabel

independen.

Uji statistik yang dipilih adalah Chi square (X2) dalam tabel 2 x 2 dengan derajat

kepercayaan 95 %. Dan selanjutnya menggunakan koefisien kontigensi (C)

untuk mencari keeratan hubungan antara dua variabel ( X dan Y) dalam kategori

nominal diskrit.

Formula untuk koefisien kontigensi:

X2
𝐶 = √X2 +n

Dimana:
N = jumlah responden
X2= Chi square

Sedangkan untuk mencari C, terlebih dahulu mencari X2, maka perlu kita

membicarakan lebih dahulu formula X2 dengan rumus umum:

k
2
(O − E)2
𝑋 =∑
E
i

Dimana:
O= frekuensi observasi
E= frekuensi harapan

11
BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI MAGANG

A. Data Umum Wilayah


Propinsi Nusa Tenggara Timur merupakan propinsi yang terletak dibagian
timur Indonesia merupakan propinsi kepulauan disebut juga sebagai propinsi Maritim.
NTT memiliki pulau sebanyak 1300 baik pulau besar seperti Flores, Sumba, Timor,
alor dan terdapat pulau-pulau kecil seperti pulau Rote, Sabu, Semau.
Secara administratif propinsi NTT terdiri dari 19 Kabupaten, dan 1 (satu)
Kota. Propinsi yang terletak paling selatan dari wilayah kesatuan RI, berbatasan darat
dengan Negara Republik Demokratik Timor Leste (RDTL) dan berbatasan laut
dengan Negara Australia. Sebagai propinsi kepulauan yang mempunyai karakteristik
geografi yang tediri dari Pegunungan dan Lautan sangat rentan terhadap bencana
alam seperti :
Gempa Bumi : Daerah Flores, Alor
Tanah Longsor : Flores Barat dan Tengah
Banjir Bandang : Timor, Flores
Angin Puting Beliung : Flores, Timor, Sumba
Air Pasang / T : Flores, Timor, Rote, Timor
Disamping rawan bencana alam juga terjadi berbagai factor resiko dan kedaduratan
masalah kesehatan.
Pembangunan kesehatan di wilayah pelabuhan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari pembangunan kesehatan secara Nasional, dimana Indonesia telah
berkomitmen dan mengambil bagian secara Internasional dalam MISI Global
meningkatkan dan mengembangkan pembangunan kesehatan secara global diberbagai
Negara sebagai mana yang diamanatkan Internasional Health Regulation (IHR) tahun
2005. Indonesia merupakan salah satu pusat episentrum dunia yang memungkinkan
terjadi pandemi swine flu (H1N1), Flu burung (H5N1), Ebola, Mers-Cov, Polio, dan
Meningitis.

12
B. Visi, Misi, dan Tujuan
1. Visi
Visi Kantor Kesehatan Pelabuhan Kupang adalah “Kesehatan Pelabuhan yang
tangguh dan prima dalam rangka mewujudkan Pelabuhan, Bandara dan
Lintas Batas Sehat menuju Masyarakat Sehat Yang Mandiri dan
Berkeadilan”
Visi tersebut mengandung pengertian yang mendalam dan menunjukkan tekad
kuat dari Kantor Kesehatan Pelabuhan Kupang. untuk selalu meningkatkan
kualitas dan kuantitas produk hukum serta menata organisasi untuk mencapai visi
Kementerian Kesehatan.
2. Misi
Misi merupakan sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh instansi
pemerintah, sebagai penjabaran visi yang telah ditetapkan.
Untuk dapat mewujudkan visi Kantor Kesehatan Pelabuhan Kupang. tersebut,
ditetapkan 6 (enam) misi sebagai berikut:
a. Meningkatkan surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah
di pelabuhan beserta alat angkut dan muatannya.
b. Meningkatkan upaya pengendalian faktor risiko penyakit karantina dan
penyakit menular potensial wabah.
c. Meningkatkan upaya pencarian, pencegahan dan pengobatan kasus
penderita penyakit karantina dan penyakit menular potensial wabah.
d. Meningkatkan pengawasan keluar masuk obat, makanan-minuman,
kosmetika, alat kesehatan dan bahan adiktif lainnya (OMKABA).
e. Meningkatkan advokasi dengan jejaring kerja kemitraan.
f. Meningkatnya Pengawasan Faktor Resiko Lingkungan di Wilayah
Pelabuhan dan pengendalian terpadu.
3. Tujuan
Tujuan merupakan penjabaran dari visi dan misi yang telah ditentukan dan
menggambarkan kondisi yang diinginkan pada akhir periode. Tujuan yang ingin
dicapai oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan Kupang dalam periode tahun 2010 – 2014
adalah:

13
a. Mewujudkan pelabuhan sehat melalui upaya pencegahan masuk dan
keluarnya penyakit potensial wabah serta pengendalian faktor risiko
penyakit yang disebakan oleh angkutan dan lingkungan pelabuhan
b. Serta terwujudnya pelayanan prima bagi masyarakat pelabuhan, terutama
pengguna jasa pelabuhan dalam upaya mencegah masuk dan keluarnya
penyakit di wilayah Pelabuhan”
Penetapan tujuan ini dilandasi oleh fakta pembangunan bidang kesehatan dalam
melayani masyarakat agar dapat terjangkau dan dapat dirasakan oleh segenap
masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, perbaikan dan peningkatan kualitas dan
kuantitas pelayanan kesehatan mutlak diperlukan agar pembangunan kesehatan
berjalan sesuai dengan yang dicita-citakan. Selain itu dalam upaya cegah tangkal
masuk dan keluarnya penyakit melalui pelabuhan diperlukan dukungan
manajemen organisasi yang tertata dengan baik. Hal tersebut akan terwujud, bila
dilakukannya penataan organisasi dan tatalaksana yang terencana dan
berkesinambungan sehingga kegiatan tersebut dapat berjalan optimal.
C. Situasi Letak Geografis
Letak geografis Kantor Kesehatan Pelabuhan Kupang sebagai kantor induk

adalah terletak pada bagian Selatan Pulau Timor di Kota Madya kecamatan Maulafa,

dengan jarak ± 13 km dari kota Kupang, berada di atas ketinggian 102 m diatas

permukaaan laut. Pada titik koordinat 10⁰10,01’.80” S dan 123⁰39’2457”E.

Kantor Kesehatan Pelabuhan Kupang di wilayah kerja Pelabuhan Laut Tenau

merupakan lokasi magang mahasiswa FKM tahun 2014. Kantor tersebut terletak di

Kelurahan Alak Kecamatan Alak, berjarak ± 8KM, di bagian selatan Kota Kupang

tepatnya di selat Semau dengan posisi koordinat 100 11’ 52” S dan 1230 31’ 20” T.

Panjang Alur perairan ± 1,3 Mil dan kedalaman kolom pelabuhan antara -8 s/d -17 m

LW5, terletak di ujung Pulau Timor Provinsi Nusa Tenggara Timur.

D. Dasar Hukum
1. UU RI No. 1 Tahun 1962 tentang Karantina Laut

2. UU RI No. 2 Tahun 1962 tentang Karantina Udara

14
3. UU RI No. 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular

4. UU RI No. 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran

5. UU No. 16 tahun 1992 tentang Karantina hewan, ikan dan tumbuhan.

6. UU RI No. 17 tahun 2006 tentang Perubahan atas UU No. 10 Tahun 1995 tentang

Kepabeanan

7. UU RI No. 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji

8. UU RI No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran

9. UU RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

10. UU RI No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan

11. UU RI No. 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian

12. PP No 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular

13. PP 72 tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan

14. PP No 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan

15. PP No 70 Tahun 2001 tentang Kebandarudaraan

16. PP No 39 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Dekonsentrasi

17. Kepmenkes 264 Tahun 2004 tentang Kriteria dan Klasifikasi Kantor Kesehatan

Pelabuhan

18. Kepmenkes 1575 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen

Kesehatan

19. Permenkes 356 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesehatan

Pelabuhan

20. Kepmenkes 340 Tahun 1985 tentang Pembantuan Taktis Operasional Satuan

Organisasi Ditjen PPM & PLP Dalam Lingkungan Kerja Pelabuhan Laut Utama

Kepada Administrator Pelabuhan

15
21. Kepmenkes No. 612/Menkes/SK/V/ Tahun 2010 tentang Pedoman

Penyelenggaraan Karantina Kesehatan Pada Penanggulangan Kedaruratan

Kesehatan Masyarakat Yang Meresahkan Dunia.

22. Kepmenkes No. 160/I/Tahun 2010 tentang Rencana Strategis Kementerian

Kesehatan 2010-2014

23. Permenkes RI Nomor 2348 tahun 2011 tentang Perubahan Atas Permenkes 356

Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan

24. IHR 2005

E. Tugas Pokok dan Fungsi


1. Tugas Pokok KKP
Melaksanakan pencegahan masuk dan keluarnya penyakit, penyakit potensial
wabah, Surveilans epidemiologi, kekarantinaan, pengendalian dampak kesehatan
lingkungan, pelayanan kesehatan, pengawasan OMKABA serta pengamanan
terhadap penyakit baru dan penyakit yang muncul kembali, bioterorisme, unsur
biologi, kimia dan pengamanan radiasi di wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan
lintas batas darat negara. (Pasal 2 Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 356/MENKES/PER/IV/2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kantor Kesehatan Pelabuhan)
2. Fungsi KKP :
a) Pelaksanaan kekarantinaan
b) Pengamatan penyakit karantina dan penyakit menular potensial wabah
c) Simpul jejaring SE regional, nasional sesuai penyakit yang berkaitan dengan
lalu lintas internasional
d) Fasilitasi advokasi kesiap-siagaan dan penanggulangan KLB dan bencana
bidang kesehatan serta kesehatan matra termasuk kesehatan haji
e) Pelaksanaan, fasilitasi dan advokasi kesehatan kerja di lingkungan
pelabuhan/bandara dan lintas batas
f) Pelaksanaan pemberian sertifikat OMKA ekspor, pengawasan dokumen
kesehatan OMKA import
g) Pelaksanaan pengawasan kesehatan alat angkut
h) Pelaksana pemberian pelayanan kesehatan terbatas

16
i) Pelaksana pengendali resiko lingkungan
j) Pelaksana jejaring informasi dan tekhnologi bidang kesehatan
pelabuhan/bandara dan lintas batas
k) Pelaksana jejaring kerja dan kemitraan bidang kesehatan pelabuhan/bandara
dan PLBD
l) Pelaksanapelatihan teknis bidang kesehatan pelabuhan
m) Pelaksana ketatausahaan dan kerumahtanggaan KKP
3. KKP diklasifikasikan ke dalam 3 kelas, yaitu:

a. KKP Kelas I;

b. KKP Kelas II;

c. KKP Kelas III.

Klasifikasi KKP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada beban

kerja di bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara.

Berdasarkan PERMENKES No. 356 Tahun 2008 kegiatan atau program tersebut

dilaksanakan dibagian Tata Usaha, Seksi PK & SE, Seksi PRL & KLW. Adapun tugas

masing-masing sebagai berikut :

1. Sub Bagian Tata Usaha


Melakukan koordinasi dan penyusunan program, Pengelolaan informasi,

evaluasi, laporan, urusan tata usaha, keuangan, kepegawaian, penyelenggaraan

pelatihan, serta perlengkapan dan rumah tangga.

2. Seksi Pengendalian Karantina & SE

Melakukan penyiapan bahan perencanaan, pemantauan, evaluasi, penyusunan

laporan, dan koordinasi pelaksanaan kekarantinaan dan surveilans

epidemiologi penyakit, penyakit potensial wabah, penyakit baru, dan penyakit

yang muncul kembali, pengawasan alat angkut dan muatannya, lalu lintas

OMKABA, jejaring kerja, kemitraan, kajian, serta pengembangan teknologi,

17
dan pelatihan teknis bidang kekarantinaan dan surveilans epidemiologi di

wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara.

3. Seksi Pengendalian Risiko Lingkungan & KLW

Melakukan penyiapan bahan perencanaan, pemantauan, evaluasi, penyusunan

laporan, dan koordinasi pengendalian vektor dan binatang penular penyakit,

pembinaan sanitasi lingkungan, kesehatan terbatas, kesehatan kerja, kesehatan

matra, kesehatan haji, perpindahan penduduk, penanggulangan bencana,

vaksinasi internasional, jejaring kerja, kemitraan, kajian dan pengembangan

teknologi serta pelatihan teknis bidang pengendalian risiko lingkungan dan

upaya kesehatan di wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat

negara.

F. Beberapa Kegiatan Surveilans Epidemiologi


1. Surveilans Epidemiologi Penyakit Malaria

Pengambilan dan Pemeriksaan Sampel

Dalam pelaksanaan kegiatan Surveilans Epidemiologi Penyakit Malaria

dimaksudkan untuk mengetahui penyebaran penderita malaria. Hal yang

dilakukan adalah pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan jenis

plasmodiumnya. Dari hasil pelaksanaan kegiatan pengambilan sampel darah

malaria dapat diuraikan pada tabel berikut :

18
Tabel III.1 Hasil Pemeriksaan Sampel Darah Malaria Wilayah Kerja KKP Kupang Tahun
2013

NO WILKER

HASIL PEMERIKSAAN

Jumlah % Positif
sampel
Positif Negatif Malaria

1. Pel. Laut Tenau 177 177 0

2. Pel. Ferry Bolok 104 1 103 1

3. Bandara El Tari Kupang 56 0 56 0

4. Pel. Laut Atapupu 74 1 73 1

5. Pel. Laut Labuan Bajo 291 0 291 0

6. Pel. Laut Kalabahi 82 1 81 1

7. Pel. Laut Maumere 57 3 54 3

8. Pel. Laut Ende 160 0 160 0

9. Pel. Laut Waingapu 200 1 199 1

10. Bandara Tambolaka 77 2 75 2

11. Pel. Laut Reo 26 0 26 0

12. Pel. Laut Lembata 121 5 116 5

13. PLBD. Mota’ain 49 0 49 0

14. PLBD. Napan 27 0 27 0

15. PLBD. Metamauk 70 0 70 0

16 Pel. Laut Reo 125 0 125 0

T O TA L 1696 14 1682 14

Sumber : data sekunder

19
Tabel di atas menujukkan bahwa dari 1696 sampel yang diperiksa laboratorium

diperoleh 14 positif malaria sedangkan 1682 tidak ditemukan plasmodium dalam

darah sampel.

2. Surveilens Epidemiologi Semana Santa Tahun 2013

Kegiatan surveilans epidemiologi semana santa dilakukan pada bulan April 2013 di

Kota Larantuka Kabupaten Folres Timur.

Grafik III.1 Data 10 Penyakit Terbanyak Di Kabupaten Flores Timur Tahun 2013

jenis penyakit

49,232

14,700 12,328 8,832


7,570 6,366 6,107 5,216 4,850 4,658

Sumber : data sekunder


Dari data diatas jelas terlihat bahwa penyakit yang terbanyak adalah ISPA dengan

jumlah 49.232, hal ini dikarenakan kondisi lingkungan di Kabupaten Flores Timur

yang umumnya berdebu.

20
3. Surveilans Epidemiolgi Kesehatan Haji 2013

Tabel III.2 Gambaran Cakupan Pelayanan Kesehatan Haji Di Wilayah Kerja Kantor
Kesehatan Pelabuhan Kupang Tahun 2013

Jenis Pelayanan Kesehatan Jemaah Haji


Status Status Status
No Kabupaten/Kota Jumlah
Imunisasi % Pemeriksaan % Penyuluhan %
Meningitis Kesehatan Kesehatan
1 Manggarai barat 47 47 100 47 100 47 100
2 Manggarai 29 29 100 29 100 29 100
3 Ende 41 41 100 41 100 41 100
4 Sikka 54 54 100 54 100 54 100
5 Lembata 16 16 100 16 100 16 100
7 Flores Timur 18 18 100 18 100 18 100
8 Kalabahi 22 22 100 22 100 22 100
9 Sumba Timur 15 15 100 15 100 15 100
10 Rote Ndao 2 2 100 2 100 2 100
11 Kota Kupang 173 173 100 173 100 173 100
12 Kabupaten 16 16 100 16 100 16 100
Kupang
13 TTU 9 9 100 9 100 9 100
14 Belu 27 27 100 27 100 27 100
Total 471 471 100 471 100 471 100
Sumber data sekunder
Tabel diatas menggambarkan bahwa cakupan pelayanan kesehatan haji

sebelum berangkat menjalankan ibadah haji yang dilaksanakan oleh kabupaten dan

kota di wilayah kerja KKP Kupang tahun 2013 sangat baik. Hal tersebut ditunjukan

oleh cakupan pelayanan terhadap kebutuhan jemaah haji 100%, cakupan pelayanan

pemeriksaan kesehatan jemaah haji 100% dan cakupan pelayanan penyuluhan

kesehatan kepada jemaah haji 100%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 100%

kabupaten/kota yang ada diwilayah kerja KKP Kupang melakukan pelayanan

kesehatan jemaah haji yang meliputi pelayanan imunisasi mengitis, pelayanan

pemeriksaan kesehatan dan pelayanan penyuluhan kesehatan.

21
4. Pengamatan Dan Pengendalian Nyamuk
Tabel III.3 Hasil Pengamatan Survei Jentik Dan Kepadatan Nyamuk Aedes Di KKP
Kupang Tahun 2013
No Uraian kegiatan Sasaran Target Realisasi
1 Bangunan diperiksa Rumah/bangunan - 4638
2 Container diperiksa Container - 9743
3 Pemakaian larvasida Container - 1213,42 kg
4 Pemakaian insektisida Luas daerah - 203,58 Ltr
5 Luas daerah fogging Ha - 155 Ha
Sumber data sekunder

Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa dari 4638 Rumah/bangun yang

diperiksa, ada 9743 container yang diperiksa. Dalam upaya pengendalian nyamuk

selain kegiatan survei jentik juga dilakukan abatisasi baik terhadap rumah/bangunan

dan containner yang diperiksa dengan menggunakan abate sebanyak 1213,42 kg.

Selain itu juga dilakukan penyemprotan terhadap nyamuk dewasa (foging)

menggunakan insektisida 203,58 Ltr dengan total luas wilayah/daerah yang difoging

seluas 155 Ha.

22
5. Pengendalian Tikus & Pinjal
Tabel III.4 Hasil Pengendalian Tikus Dan Pinjal Di KKP III Kupang Tahun 2013
No Bulan Perangkap Tikus Indeks Pinjal
Yang Tertangkap
Dipasang
1 Januari 123 2 0
2 Pebruari 135 11 1
3 Maret 147 13 2,5
4 April 125 5 0
5 Mei 127 8 0
6 Juni 113 2 0
7 Juli 131 7 2
8 Agustus 139 2 0
9 September 161 14 2,5
10 Oktober 152 10 0,5
11 November 150 19 0,5
12 Desember 126 4 0,13
Total 1629 97 10,13
Sumber data sekunder

Berdasarkan tabel tersebut, diketahui pada tahun 2013 perangkap tikus yang

dipasang baik digudang/ kapal sebanyak 1629 perangkap, dan jumlah tikus yang

tertangkap sebanyak 97 ekor dengan ratio indeks pinjal sebesar 10,13 pinjal.

Berdasarkan hasil dan pengamatan yang dilakukan, tikus-tikus yang tertangkap tidak

dilakukan identifikasi dengan alasan bahwa belum semua wilker dapat melakukan

identifikasi oleh karena keterbatasan peralatan seperti mikroskop.

23
G. Kegiatan Kesehatan Lintas Wilayah
1. Pelayanan Kesehatan Dasar
Tabel III.5 jumlah kunjungan poliklinik KKP Kupang Tahun 2013

No Jenis BULAN
Penyakit Jan Peb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Se Ok No De TTL
p t v s
1 Malaria 1 1
2 Diare 4 2 0 1 0 0 5 1 5 1 4 4 27
3 ISPA 4 8 8 10 3 5 3 9 7 3 8 2 70
4 Jantung 0 0 2 4 0 1 0 1 0 0 0 0 8
5 Hipertensi 7 2 5 8 5 3 2 3 5 3 3 4 50
6 Kec.Kerja 2 6 1 2 0 4 2 1 1 0 4 4 27
7 Lain-lain 89 93 73 83 91 38 79 79 56 64 75 84 904
8 total 106 111 89 109 99 51 91 94 74 71 94 98 1087
Sumber data sekunder
Berdasarkan tabel kunjungan pasien ke poliklinik KKP Kupang Tahun 2013 diketahui bahwa

dari 1087 pasien yang berkunjung ke poliklinik KKP Kupang, jenis penyakit tertinggi adalah

ISPA sebanyak 70 pasien (6,4%) dan terendah adalah malari sebanyak 1 pasien, sedangkan

sebagian besar lainnya adalah jenis penyakit lainnya sebesar 904 (83,2%).

2. Pelayanan Kesehatan dan Rujukan


Grafik III.2 Rekapitulasi Hasil Pelayanan Rujukan di KKP Kupang Tahun 2013

Kedatangan Orang Sakit


Kedatangan orang sakit

14
12
9
8 8 8 8

4
3 3
2
0

Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sep Okt Nov Des
Bulan

Sumber data sekunder


24
3. Pelayanan Kesehatan Haji
Tabel III.6 Distribusi Jemaah Haji Berdasarkan Diagnosa Penyakit yang diderita tahun 2013

No Kabupaten/ Diagnosa Penyakit Total


Kota Hipertensi Dispepsia ISK Dislipdemia Dermatitis DM
1 Lembata 5 1 0 0 0 0 6
2 Manggarai7 1 0 1 0 0 9
3 Belu 3 3 0 3 0 0 9
4 Ende 20 0 1 0 1 3 25
Total 35 5 1 4 1 3 49
Sumber data sekunder
Berdasarkan data pda tabel tersebut diketahui bahwa dari 49 orang penderita sebagian besar

pada kabupaten Ende Sebesar 25 orang dan terendah pada kabupaten Lembata sebanyak 6

orang.

25
BAB IV

IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH

4.1.Hasil Kegiatan Magang


Mahasiswa yang melakukan magang di KKP Kupang di tempatkan Wilayah Kerja

Pelabuhan Tenau Kupang. Adapun jenis kegiatan yang dilaksanakan yaitu:

4.1.1. Pengendalian Vektor Nyamuk

a) Survei Jentik di Pelabuhan Tenau Kupang

Tujuan : Mengetahui indeks jentik-jentik nyamuk aedes.

Lokasi : Perimeter dan Buffer Pelabuhan Laut Tenau Kupang

Instrumen : Senter, formulir, cidukan, abate dan alat tulis.

Prosedur kerja: 1. Tahapan sebelum dilakukan survei jentik

a. mendapat penjelasan mengenai cara survei, pengisian format dan

lokasi survei.

b. Pembagian kelompok survei disertai pembagian abate yang akan

diberikan kepada warga.

c. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.

2. Tahapan saat survei dilakukan

a. Lakukan pengamatan pada container dan bangunan di lokasi

kegiatan.

b. Hasil pengamatan langsung dicatat pada folmulir yang telah

disediakan.

c. Apabila ditemukan jentik maka segera diberi tindakan dengan

membagikan abate pada container yang positif terdapat jentik

nyamuk.

d. Perhitungan HI, CI dan BI

26
Tabel IV.1 Hasil Pemeriksaan Jentik Daerah perimeter di Pelabuhan Tenau
Kupang November 2014
Keberadaan Jenis Bangunan
jentik Kantor % Jumlah %
Positif (+) 0 0 0 0
Negatif (-) 10 100 10 100
Jumlah 10 100 100 100
Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel IV.1 diketahui bahwa dari 10 bangunan yang diperiksa,

Tidak ditemukan bangunan yang positif jentik.. Hal ini menunjukkan bahwa House of

Index (HI) di daerah perimeter sebesar 0 %.

Tabel IV.2 Hasil Pemeriksaan Jentik Pada Container Daerah Perimeter di


Pelabuhan Tenau Kupang November 2014
Ditemukan Jentik Tidak Ditemukan
Jenis Container (+) Jentik (-) Total %
Jumlah % Jumlah %
Lain-lain 0 0 21 0 21 0
Jumlah 0 0 21 100 21 100
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel IV.2 dapat dilihat bahwa dari jumlah container yang

diperiksa sebanyak 21 buah, yang positif jentik 0. Sehingga hasil Container Indexnya

0%.

b) Wilker Pelabuhan Laut Tenau Kupang


Tabel IV.3 Hasil Pemeriksaan Jentik Daerah Buffer di Wilayah Kerja
Pelabuhan laut Tenau Kupang November 2014
Keberadaan Rumah yang % Jumlah %
Jentik diperiksa
Positif (+) 3 3,49 3 3,49
Negarif (-) 83 96,51 83 96,51
Jumlah 86 100 86 100
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel IV.3 diketahui bahwa dari 86 rumah yang diperiksa, 3 diantaranya

ditemukan adanya jentik sebesar (3,49%). Hal ini menunjukkan bahwa House of Index

(HI) sebesar 3,49%.

27
Tabel IV.4 Hasil Pemeriksaan Jentik pada container daerah buffer di Wilayah
Kerja Pelabuhan Tenau Kupang November 2014
Jenis Container Ditemukan Jentik (+) Tidak Ditemukan Jentik (-) Total %
Jumlah % Jumlah %
Drum 0 0 36 18,37 36 18,37
Bak mandi/WC 0 0 116 59,18 116 59,18
Tempayan 0 0 16 8,16 16 8,16
Lain-lain 0 0 28 14,28 28 14,28
Jumlah 0 0 196 100 196 100
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel IV.4 diketahui bahwa pemeriksaan jentik pada container di daerah

buffer , tidak ditemukan adanya jentik pada container (0%). Hal ini menunjukkan bahwa

Container Index (CI) di daerah perimeter sebesar 0%

4.1.2. Pengawasan Sanitasi Tempat Pengelolaan Makanan

Tujuan : Untuk mengetahui tingkat sanitasi tempat pengolahan makanan yang

ada di wilayah tersebut.

Lokasi : Wilayah (buffer)

Instrumen : Format pemeriksaan rumah makan dan alat tulis

Prosedur kerja : 1. Tahap sebelum dilakukan pengawasan sanitasi

a. Mendapat penjelasan cara pengisian format dan lokasi

pengawasan

b. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.

c. Meminta ijin pada pemilik rumah makan bahwa akan dilakukan

kegiatan inspeksi sanitasi rumah makan.

2. Tahap saat pengawasan dilakukan

a. Lakukan pegamatan sesuai dengan materi yang telah tersedia

dalam format inspeksi.

b. Memberi penilaian dari hasil pengamatan yang telah dilakukan

28
Tabel IV.5 Hasil Pemeriksaan Sanitasi Tempat Pengelolaan Makanan di
Wilayah Kerja Pelabuhan Laut Tenau Kupang November 2014
Nama tempat pemeriksaan Kategori penilaian
R.M Minang Raya Baik
Wr. Handayani Baik
R. M Artis Baik
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel IV.5 diketahui bahwa 3 rumah makan yang dilakukan

pemeriksaan sanitasi, dikategorikan baik. Kendala yang didapat pada saat dilakukan

pemeriksaan yaitu ada sikap penolakan secara tidak langsung dari pengelola atau

karyawan rumah makan yang bersangkutan karena kegiatan ini dinilai mengganggu

aktivitas dan berkurangnya pelanggan yang berkunjung ke rumah makan tersebut.

Tiga warung yang diperiksa di area Buffer pelabuhan adalah warung yang

masih aktif beroperasi setiap hari, sedangkan warung lainnya tidak dilakukan

pemeriksaan. Hal ini dikarenakan warung tersebut sudah tidak beroperasi lagi dan

juga bersifat temporer.

4.1.3. Pemasangan Perangkap Tikus

Tujuan : Mengetahui Indeks pinjal

Lokasi : Wilayah Kerja Pelabuhan Tenau Kupang.

Instrumen : Perangkap tikus, umpan ikan dan kelapa bakar, sarung tangan,
masker, format dan alat tulis
Jumlah perangkap
Pelabuhan laut tenau kupang sebanyak 16 perangkap
Prosedur kerja
a. Bersihkan perangkap

b. Pasang umpan pada perangkap yang telah dibersihkan

c. Letakkan perangkap pada tempat yang diduga terdapat tikus

dengan melihat tanda-tanda keberadaan tikus.

d. Lakukan pemeriksaan selama 5 hari berturut-turut.

29
Tabel IV.6 Hasil Pemasangan Perangkap Tikus di Wilayah Kerja Pelabuhan Laut
Tenau Kupang November 2014
Nama tempat Jumlah Jenis umpan Jumlah tikus
Pemasangan perangkap yang yang tertangkap
dipasang
R.M Minang Raya 3 Ikan 0
Wr. M’Ita 2 Ikan 0
Gudang Cahaya baru 3 Kelapa dan ikan 0
Kios Cahaya Baru 2 Ikan dan kelapa 0
Wr. Kasih 2 Ikan 0
Wr. Handayani 2 Ikan dan kelapa 0
Bpk Petrus 2 kelapa 0
Jumlah 16 0
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel IV.6 diketahui bahwa tidak ada tikus yang tertangkap. Untuk

mengetahui ada tidaknya tikus pada suatu tempat dan mencegah kemungkinan bahaya

dari makanan yang tercemar oleh tikus adalah sebagai berikut:

a. Dropping
Adanya kotoran tikus yang ditemukan ditempat atau di ruangan yang diperiksa.Tinja
tikus mudah dikenal dari bentuk dan warna yang khas, tanpa disertai bau yang
mencolok.Tinja tikus yang masih baru lebih terang dan mengkilap serta lebih lembut
atau agak lunak.Makin lama tinja makin keras.
b. Run ways
Jalan yang biasa dilalui tikus dari waktu ke waktu di suatu tempat disebut run ways.
Tikus mempunyai kebiasaan melalui jalan yang sama. Bila melalui lubang di antara
eternit rumah maka jalan yang dilaluinya lambat laun menjadi hitam .
c. Grawing
Grawing merupakan bekas gigitan yang dapat ditemukan. Tikus dalam aktivitasnya
akan melakukan gigitan baik untuk makan maupun membuat jalan misalnya
membuat lubang pada dinding.
d. Borrow
Borrow adalah lubang yang terdapat pada sekitar beradanya tikus seperti dinding,
lantai, perabotan, dan lain-lain.
e. Bau
Tikus akan mengeluarkan bau yang disebabkan oleh tubuh tikus atau urinenya.
f. Tikus hidup
Tikus hidup akan berkeliaran walaupun hanya sebentar. Ditemukannya bangkai tikus
baru maupun lama di tempat yang diamati.

30
4.1.4. Pengukuran Kepadatan Lalat

Tujuan : Mengetahui tingkat kepadatan lalat di rumah makan

Lokasi : Rumah Makan Buffer Pelabuhan Laut Tenau Kupang

Instrumen : Senter, formulir, cidukan, Fly-grill dan alat tulis.

Prosedur kerja: 1. Tahapan sebelum dilakukan pengukuran kepadatan lalat

a. Mendapat penjelasan mengenai cara pengukuran, pengisian

format dan lokasi survei.

b. Pengenalan alat pengukur kepadatan lalat (Fly-grill)

c. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.

2. Tahapan saat pengukuran dilakukan

a. Penentuan 5 titik tempat pemasangan Fly-grill dalam 1 lokasi

b. Dalam 1 titik dilakukan pengukuran sebanyak 10 kali

pengulangan.

c. Sekali pengulangan membutuhkan waktu 30 detik.

d. Hasil pengamatan langsung dicatat pada format yang telah

disediakan.

e. Dihitung untuk mengetahui kepadatan lalat pada rumah makan

kemudian dibandingkan dengan kriteria yang terdapat pada

format.

Tabel IV.7 Hasil Pengukuran Kepadatan Lalat di Wilayah Kerja Pelabuhan


Laut Tenau Kupang November 2014
Lokasi/Tempat Angka Kepadatan Keterangan
Lalat
RM. Handayani 1,76 Rendah
RM. Artis 8 Tinggi
Rm. Minang Raya 3,08 Rendah
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel IV.6 diketahui bahwa tingkat kepadatan lalat di wilayah

kerja Pelabuhan Laut Tenau Kupang dari ketiga Rumah Makan terdapat 1 dengan

31
kategori tinggi, maka perlu diberi tindakan pengendalian. Lokasi yang digunakan

untuk mengukur tingkat kepadatan lalat semuanya memiliki indeks kepadatan lalat

yang tinggi. Sesuai dengan interpretasi hasil pengukuran kepadatan lalat, maka hasil

pengukuran berada pada kategori 6-21 yang kategori padat sehingga perlu segera

dilakukan upaya Pengendalian.

Alat yang digunakan adalah Fly Grill. Fly-grill dapat dibuat dari bilah-bilah

kayu yang lebarnya 2 cm dan tebalnya 1 cm dengan panjang masing-masing 80 cm

sebanyak 16-24 dan dicat warna putih. Fly-grill dipakai untuk mengukur tingkat

kepadatan lalat dengan cara meletakan Fly-grill Ditempat yang akan diukur kepadatan

lalatnya, lalu dihitung jumlah lalat yang hinggap di Fly-grill dengan menggunakan

alat penghitung selama 30 detik. Sedikitnya pada setiap lokasi dilakukan 10 kali

perhitungan (10 kali 30 detik) dan 5 perhitungan lalat yang tertinggi dibuat rata-

ratanya dan dicatat dalam kartu hasil perhitungan.

Kendala yang didapat pada saat dilakukan pengukuran yaitu ada sikap

penolakan secara tidak langsung dari pengelola atau karyawan rumah makan yang

bersangkutan karena kegiatan ini dinilai mengganggu aktivitas dan berkurangnya

pelanggan yang berkunjung ke rumah makan tersebut.

4.1.5 Pemeriksaan Kesehatan ABK

Tujuan : mengetahui kesehatan ABK

Lokasi : Pelabuhan Tenau Kupang

Instrumen: formulir pemeriksaan, alcohol test, leaflet, format dokumen kesehatan

Jenis kegiatan yang dilakukan yaitu: wawancara, pemeriksaan fisik, pemeriksaan

lab(Pemeriksaan kadar alkohol), penyuluhan

kesehatan.

32
Hasil Kegiatan:

a. Jumlah kapal luar negeri yang diperiksa sebanyak 6 kapal yaitu kapal

Dolfijngracht(Belanda), Ena Griffin(Singapura), Posh Panglima(Singapura),

Posh Panglima(Singapura), Danzigergracht(Belanda), Salvaree(Singapura).

b. Jumlah pemeriksaan kesehatan fisik dan pemeriksaan lab(Pemeriksaan kadar

alkohol) ABK dari luar negeri yaitu sebanyak 91 ABK. Dari 91 ABK yang

diperiksa, semuanya normal(kadar alkohol : 0,00)

c. Penyuluhan Kesehatan pada tenaga kerja bongkar muat kapal di perusahaan

Saipem. Berdasarkan data 3 bulan terakhir yang diambil dari klinik Saipem

ditemukan 3 kasus penyakit terbanyak (ISPA, Diare dan Gastritis), maka kami

melakukan penyuluhan penyakit tersebut.

4.1.6 Pemeriksaan Sanitasi Kapal

Tujuan : mengetahui tingkat Sanitasi Kapal

Lokasi : Pelabuhan Tenau

Instrumen : format pemeriksaan hygiene kapal

Sasaran pemeriksaan : Dek, Kamar ABK/Penumpang, Kamar mandi, WC,

Dapur(Tempat penyimpanan makanan, tempat cuci alat-

alat), kamar pendingin, dry provision store room, food

hadler.

Prosedur kerja :

a. Petugas KKP naik ke atas kapal bertemu dengan nahkoda atau

perwira jaga.

b. Petugas KKP menjelaskan maksud dan memperlihatkan Surat Tugas.

c. Petugas KKP ditemani awak kapal melakukan pemeriksaan sanitasi

kapal.

33
d. Pemeriksaan sanitasi kapal berdasarkan pada formulir pemeriksaan

sanitasi kapal.

e. Petugas melakukan analisis hasil pemeriksaan dan menetapkan

rekomendasi hasil pemeriksaan.

f. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada nahkoda/awak kapal dan

saran tindak lanjut.

g. Hasil pemeriksaan dilaporkan ke atasan langsung.

h. Tindak lanjut hasil pemeriksaan dalam bentuk penerbitan SSCEC

dan tindakan penyehatan untuk penerbitan SSCC.

i. Tindakan penyehatan/rekomendasi berupa Disinseksi, Deratisasi,

Dekontaminasi dan Disinfeksi.

Kriteria penilaian : 0-5 (Baik), 6-12( Sedang), 13-17(Kurang), > 17 (Jelek).

Hasil pemeriksaan sanitasi kapal yaitu Kapal luar negeri : 6 kapal, sedangkan dalam

negeri 5 kapal. Dari 11 kapal yang diperiksa, 6 kapal dengan kategori baik(skor 0-5)

dan 5 kapal dengan kategori sedang(skor 6-12)

34
4.2.Identifikasi Masalah

Tabel IV.8 Hasil Identifikasi Masalah dari Kegiatan Magang yang dilaksanakan di
KKP Kupang

Aspek yang dinilai Standar Masalah yang ditemukan


1. Tingginya angka kepadatan Untuk indeks jentik Berdasarkan hasil survei jentik yang
jentik Aedes aegypti ≤0 0% dilakukan di wilayah perimeter dan
didaerah perimeter dan buffer untuk wilayah kerja
≤ 1% untuk daerah pelabuhan tenau kupang diperoleh
buffer maka data bahwa
direkomendasikan Untuk daerah perimeter
untuk dilakukan HI : 00,00% CI : 00,00%
pengendalian.(SOP Untuk Daerah buffer
PRL KKP ) HI : 3,49 % dan CI : 2,04 %

2. Rendahnya tingkat sanitasi Interpretasi Penilaian : Berdasarkan hasil pemeriksaan tiga


TPM 52-40 : Baik sekali rumah makan di area buffer
39-35 :Baik pelabuhan Tenau, semuanya dalam
34-30 : Sedang kategori baik.
29-25 : Kurang
24 ke bawah : Jelek
(SOP PRL KKP )
3. Tingginya indeks pinjal Indeks pinjal ≤1 Berdasarkan hasil survei tidak
(SOP PRL KKP ) ditemukan adanya tikus pada
wilayah kerja Pelabuhan laut tenau
Kupang
4. Tingginya angka kepadatan  0-2 : Kategori Dari 3 rumah makan didapati 1
lalat rendah, tidak ada rumah makan yang tingkat
masalah kepadatan lalat tinggi dan berada
 3-5 : Kategori pada kategori padat, sehingga
sedang, perlu diperlukan tindakan pengendalian.
pengawasan
 6-20 : Kategori
padat, perlu segera
dilakukan upaya
Pengendalian
 > 20: Kategori amat
padat, perlu upaya
Pengendalian
(SOP PRL KKP )
5. Rendahnya sanitasi kapal  0-5 Baik Berdasarkan hasil pemeriksaan
 6-12 Sedang sanitasi kapal, dari 11 kapal yang
 13-17 Kurang bersandar di pelabuhan Tenau (6
 >17 Jelek kapal dengan kategori baik
(SOP PRL KKP ) sedangkan 5 kapal dengan kategori
sedang )

35
4.3.Penentuan Prioritas Masalah
Prioritas masalah ditentukan berdasarkan sistem seleksi yang menggunakan dua unsur,

yaitu kriteria (urgensi/kepentingan, solusi, dan biaya) dan skor (nilai 1, 2, dan 3).

1. Urgensi / kepentingan

a. Nilai 1 tidak penting

b. Nilai 2 penting

c. Nilai 3 sangat penting

2. Solusi

a. Nilai 1 tidak mudah

b. Nilai 2 mudah

c. Nilai 3 sangat mudah

3. Biaya

a. Nilai 1 rendah

b. Nilai 2 sedang

c. Nilai 3 tinggi

Kriteria dan skor ditetapkan berdasarkan kesepakatan penulis. Total skor dari masing-

masing kriteria merupakan penentu prioritas masalah, yaitu masalah dengan total paling

tinggi sebagai ranking pertama dalam dan menjadi prioritas masalah untuk dicari

penyelesaian masalahnya.

No. Aspek yang dinilai Urgensi Solusi Biaya Total Rangking


(Cost) (U x S x C)
1 Tingginya angka 3 2 3 18 I
kepadatan jentik
2 Rendahnya tingkat 2 1 2 4 IV
sanitasi TPM
3 Tingginya indeks pinjal 3 2 2 12 II
4 Tingginya angka 2 1 3 6 III
kepadatan lalat
5. Rendahnya sanitasi kapal 2 2 1 4 IV

36
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengertian Jentik Nyamuk

Jentik adalah tahap larva dari nyamuk. Jentik hidup di air dan memiliki
perilaku mendekat atau “menggantung” pada permukaan air untuk bernafas. Jentik
menjadi sasaran dalam pengendalian populasi nyamuk yang berperan sebagai vektor
penyakit menular melalui nyamuk, seperti malaria dan demam berdarah dengue.
Pengendalian jentik nyamuk adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk membasmi
atau memberantas telur, jentik, dan kepompong nyamuk dengan berbagai cara dengan
tujuan untuk menekan laju pertumbuhan nyamuk di lingkungan.

B. Perkembangan Jentik Nyamuk


Jentik nyamuk dalam siklus hidupnya mengalami perubahan bentuk
(metamorphos) sempurna yaitu dari telur, jentik (larva), kepompong (pupa) lalu
menjadi nyamuk dewasa. Kontak pertama dengan air merupakan rangsangan bagi
nyamuk untuk meletakkan telurnya. Biasanya telur diletakkan pada dinding bagian
dalam kontainer di permukaan air. Jumlah telur nyamuk Aedes aegypti untuk sekali
bertelur dapat mencapai 300 butir dengan ukuran ± 5 mm berwarna hitam/gelap.
Selanjutnya telur menetas menjadi jentik.
Jentik nyamuk dalam air dapat dikenali dengan ciri–ciri antara lain : berukuran
0,5–1 cm dan selalu bergerak aktif dalam air. Gerakan berulang–ulang dari bawah
keatas permukaan air dimaksudkan untuk bernapas.Pada waktu istirahat, posisinya
hampir tegak lurus dengan permukaan air. Jentik berkembang menjadi pupa. Pada
tingkat pupa ini tidak memerlukan makan, tetapi perlu udara.Waktu pertumbuhan
menjadi nyamuk adalah 1–2 hari. Pada umumnya nyamuk jantan menetas lebih
dahulu dari nyamuk betina. Lalu pupa berkembang menjadi nyamuk dewasa dan tidak
lagi hidup dalam air.

C. Survey Jentik
Pengendalian vector adalah kegiatan pengendalian yang dilakukan untuk
menurunkan populasi atau melenyapkan serangga penular penyakit atau vector
dengan maksud mencegah atau memberantas penyakit yang ditularkan oleh vector
dan gangguan-gangguan yang diakibatkan oleh vector. Tujuan kegiatan pengendalian
vector di wilayah Bandar Udara El Tari dan Pelabuhan Laut Tenau Kupang adalah

37
menjamin bebasnya lingkungan bandara baik perimeter maupun buffer, serta alat
angkut (pesawat) dari serangga penular penyakit dan di pelabuhan tenau adalah
menjamin bebasnya lingkungan pelabuhan baik perimeter maupun buffer, serta alat
angkut (kapal laut ) dari serangga penular penyakit.
Kegiatan pengendalian vector nyamuk yang dilakukan meliputi : survey jentik,
abatesasi, pengukuran kepadatan nyamuk dewasa dan Pengendalian nyamuk dewasa
(fogging). Tujuan survey jentik untuk mengetahui indeks jentik nyamuk sehingga
diketahui ada tidaknya peningkatan maka jika ada dilakukan identifikasi. Tempat
perindukan nyamuk Aedes aegypti adalah genangan air yang tertampung di wadah
atau biasa disebut kontainer, dan bukan pada genangan air yang langsung
berhubungan dengan tanah.
Survei ini cukup dilakukan dengan melihat ada tidaknya jentik disetiap
genangan air tanpa melakukan pengambilan jentik. Dalam program Pengendalian
penyakit DBD, survei jentik yang biasa dilakukan adalah cara visual dan ukuran yang
dipakai sebagai indikator adalah House Index, Container Index, dan Breteau Index.

D. Cara Membasmi Jentik Nyamuk

Cara membasmi jentik nyamuk dikenal sebagai 3M, yaitu menguras, menutup,
dan mengubur. Langkah-langkahnya antara lain:

1. Minimal satu minggu sekali, lebih sering lebih baik, menguras bak mandi,
tempayan, dan sebagainya.
2. Tempayan, gentong, drum, dan tempat air lainnya hendaknya ditutup rapat,
sehingga nyamuk tidak bisa masuk kedalamnya untuk meletakkan telur.
3. Kaleng bekas, ban bekas, dan benda-benda lain yang dapat menampung air
hujan hendaknya dibuang atau dikubur. Jika tidak dapat menjadi tempat yang
disukai nyamuk demam berdarah untuk bertelur.
4. Pepohonan seperti pohon pisang, palm, dan lain-lain, di sekitar rumah harus
dibersihkan agar tidak ada air yang tertampung di sela-selanya.
5. Memeriksa secara teratur tempat air apakah ada jentik nyamuk demam
berdarah atau tidak.
6. Untuk membunuh larva, dapat juga digunakan bubuk abate. Bubuk ini aman
untuk kesehatan dan telah mendapat izin oleh WHO.

38
E. Hasil

a) Gambaran faktor responden


1. Pengetahuan

Grafik V.1 Distribusi Responden berdasarkan Pengetahuan tentang Nyamuk

Pengetahuan
Baik ≥ 73 Kurang <73

28 orang
(48,3%) 30 orang
(51,7%)

Berdasarkan grafik diatas, responden dengan pengetahuan baik tentang

nyamuk sebanyak 30 orang (51,7 %), dan pengetahuan kurang sebanyak 28

orang (48,3%).

2. Sikap

GrafikV.2 Distribusi Responden berdasarkan sikap tentang pencegahan

kepadatan jentik

Sikap
Positif Negatif

37
21 (63,8%
(36,2% )
)
Positif Negatif

39
Berdasarkan grafik diatas, responden dengan sikap positif terhadap upaya

pencegahan kepadatan jentik yaitu sebanyak 21 orang (36,2 %) dan sebanyak

37 orang (63,8 %) bersikap negatif terhadap upaya pencegahan kepadatan

jentik.

3. Tindakan

Grafik V.3 Distribusi Responden berdasarkan Tindakan dalam Upaya

Pencegahan kepadatan jentik

Tindakan

20
(34,5%) Mendukung
Tidak Mendukung
38
(65,5%)

Berdasarkan grafik diatas, lebih banyak responden yang tidak mendukung

dan melakukan dalam upaya pencegahan kepadatan jentik yakni sebanyak 38

orang (65,5%) dan yang mendukung melakukan upaya pencegahan sebanyak 20

orang (34,5%).

b) Analisis Bivariat
1. Analisis Hubungan antara Pengetahuan dengan Kepadatan Jentik di area Buffer

Pelabuhan Tenau Kupang Tahun 2014

40
Tabel V.1 Hubungan antara Pengetahuan dengan Kepadatan Jentik di area Buffer

Pelabuhan Tenau Kupang Tahun 2014

PENGETAHUAN KEPADATAN JENTIK Total


RESPONDEN NYAMUK P value
Ada % Tidak % N % 0,000
ada
≥73 Baik 0 0 30 65,2 30 51,7
<73 Kurang baik 12 100 16 34,8 28 48,3
Total 12 100 46 100 58 100
Berdasarkan tabel, bahwa responden dengan pengetahuan yang baik dan terdapat

kepadatan jentik diatas standar yaitu sebanyak 0 orang (0%) sedangkan pengetahuan

yang kurang dan terdapat kepadatan jentik diatas standar yaitu sebanyak 12 orang

(100%). Dari uji Chi Square ini diperoleh nilai p yaitu 0,000. Hasil analisis ini

menunjukan ada hubungan signifikan antara pengetahuan dengan kepadatan jentik di

area Buffer Pelabuhan Tenau Kupang Tahun 2014

2. Analisis Hubungan antara Sikap dengan Kepadatan Jentik di area Buffer Pelabuhan

Tenau Kupang Tahun 2014

Tabel V.2 Hubungan antara Sikap dengan Kepadatan Jentik di area Buffer Pelabuhan

Tenau Kupang Tahun 2014

SIKAP KEPADATAN JENTIK Total


RESPONDEN NYAMUK P value
Ada % Tidak ada % N % 0,320
Positif 6 50 15 32,6 21 36,2
Negatif 6 50 31 67,4 37 63,8
Total 12 100 46 100 58 100
Berdasarkan tabel, bahwa responden dengan sikap yang positif dan terdapat

kepadatan jentik diatas standar yaitu sebanyak 6 orang (50%) sedangkan sikap yang

negatif dan terdapat kepadatan jentik diatas standar yaitu sebanyak 6 orang (50%).

Dari uji Chi Square ini diperoleh nilai p yaitu 0,320. Hasil analisis ini menunjukan

41
tidak ada hubungan antara sikap dengan kepadatan jentik di area Buffer Pelabuhan

Tenau Kupang Tahun 2014

3. Analisis Hubungan antara Tindakan dengan Kepadatan Jentik di area Buffer

Pelabuhan Tenau Kupang Tahun 2014

Tabel V.3 Hubungan antara Tindakan dengan Kepadatan Jentik di area Buffer

Pelabuhan Tenau Kupang Tahun 2014

TINDAKAN KEPADATAN JENTIK Total


RESPONDEN NYAMUK P value
Ada % Tidak % N % 1,000
ada
Mendukung 4 33,3 16 34,8 20 34,5
Tidak mendukung 8 66,7 30 65,2 38 65,5
Total 12 100 46 100 58 100
Berdasarkan tabel, bahwa responden dengan tindakan yang tidak mendukung dan

terdapat kepadatan jentik diatas standar yaitu sebanyak 8 orang (66,7%) sedangkan

tindakan yang mendukung dan terdapat kepadatan jentik diatas standar yaitu 4 (33,3

%). Dari uji Chi Square ini diperoleh nilai p yaitu 1,000. Hasil analisis ini

menunjukan ada tidak ada hubungan antara tindakan dengan kepadatan jentik di area

Buffer Pelabuhan Tenau Kupang Tahun 2014

F. Bahasan

a) Hubungan antara Pengetahuan dengan kepadatan jentik di Area Buffer Pelabuhan

Tenau Kupang

Dari hasil penelitian terlihat bahwa dari 58 responden , terdapat 30 responden

(51,7%) memiliki pengetahuan yang baik sedangkan sebanyak 28 orang (48,3%)

memiliki pengetahuan yang kurang. Kemudian hasil analisis statistik antara variabel

pengetahuan dengan kepadatan jentik diperoleh nilai p = 0,000 (p < 0,05).

42
Hal ini menunjukan bahwa faktor pengetahuan mempunyai hubungan yang

signifikan dengan kepadatan jentik. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Nur Asah

Nanumarury (2011) yang menyatakan bahwa adanya hubungan pengetahuan dengan

kepadatan jentik.

b) Hubungan antara Sikap dengan kepadatan jentik di Area Buffer Pelabuhan Tenau

Kupang

Dari hasil penelitian terlihat bahwa dari 58 responden , terdapat 21 responden

(36,2%) memiliki sikap yang positif dan terdapat kepadatan jentik diatas standar

sedangkan sebanyak 37 orang (63,8%) memiliki sikap yang negatif dan terdapat

kepadatan jentik diatas standar. Kemudian hasil analisis statistik antara variabel sikap

dengan kepadatan jentik diperoleh nilai p = 0,320 (p > 0,05).

Hal ini menunjukan bahwa faktor sikap tidak berhubungan secara yang signifikan

dengan kepadatan jentik. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Sukoco (2001) yang

menyatakan bahwa tidak adanya hubungan sikap dengan kepadatan jentik.

c) Hubungan antara Tindakan dengan kepadatan jentik di Area Buffer Pelabuhan Tenau

Kupang

Dari hasil penelitian terlihat bahwa dari 58 responden , terdapat 20 responden

(34,5%) memiliki tindakan mendukung sedangkan sebanyak 38 orang (65,5%)

memiliki tindakan tidak mendukung. Kemudian hasil analisis statistik antara variabel

pengetahuan dengan kepadatan jentik diperoleh nilai p = 1,000 (p > 0,05).

Hal ini menunjukan bahwa faktor tindakan tidak mempunyai hubungan yang

signifikan dengan kepadatan jentik. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Nur Asah

43
Nanumarury (2011) yang menyatakan bahwa tidak adanya hubungan tindakan dengan

kepadatan jentik.

G. Alternatif Pemecahan Masalah

Alternatif pemecahan masalah dari prioritas masalah yang telah ditentukan

ialah:

1. Meningkatkan frekuensi pengawasan terhadap kebersihan lingkungan sekitar

wilayah kerja pelabuhan Tenau dengan lebih memperhatikan container/

penampungan air.

2. Sosialisasi mengenai 3M yakni menguras bak air, mengubur barang bekas yang

sudah tidak terpakai lagi dan menutup tempat penampungan air sebagai upaya

pencegahan terhadap keberadaan jentik nyamuk.

3. Memperhatikan rutinitas pembagian abate serta sosialisasi mengenai cara

penggunaan abate yang tepat.

4. Melibatkan kerja sama lintas sektor

5. Hasil yang didapat dari survei di diskusikan bersama aaratur desa

6. Menggerakan kelompok dalam masyarakat seperti kelompok pemuda dan ibu

PKK.

44
BAB VI
PENUTUP
6.1 SIMPULAN
1. Ada hubungan antara pengetahuan dan kepadatan jentik nyamuk.

2. Tidak ada hubungan antara sikap dan kepadatan jentik nyamuk.

3. Tidak ada hubungan antara tindakan dan kepadatan jentik nyamuk.

6.2 SARAN
Berdasarkan hasil kegiatan magang selama 9 minggu di Kantor Kesehatan Pelabuhan

Wilayah Kerja Pelabuhan Tenau Kupang, maka kami menyarankan kepada:

1) Bagi Masyarakat

Masyarakat sekitar pelabuhan Tenau dan masyarakat yang melakukan aktifitas

disekitar pelabuhan Tenau agar tetap menjaga kebersihan dan sanitasi sekitar bandara,

khusus untuk masyarakat yang memiliki tempat usaha diharapkan dapat menjaga

sanitasi lingkungan sekitar tempat usaha, untuk pengendalian vektor dapat dilakukan

dengan cara membersihkan tempat penampungan air.

2) Bagi Instansi Tempat Pelaksanaan Magang

a. Perlu ditingkatkan lagi pengawasan terhadap kebersihan lingkungan sekitar

pelabuhan laut Tenau dengan lebih memperhatikan container/ penampungan

air.

b. Perlu ditingkatkan sosialisasi mengenai 3M yakni menguras bak air, mengubur

barang bekas yang sudah tidak terpakai lagi dan menutup tempat

penampungan air sebagai upaya pencegahan terhadap jentik nyamuk

khususnya di daerah buffer pelabuhan Tenau.

c. Perlu diperhatikan rutinitas pembagian abate serta sosialisasi mengenai cara

penggunaan abate yang tepat.

45

Anda mungkin juga menyukai