Oleh:
2018
i
ii
HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASA TUBUH IBU, PARITAS IBU,
DAN UMUR IBU DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR
RENDAH DI RUMAH SAKIT Ir. SOEKARNO
Abstrak
Latar Belakang: BBLR disebabkan oleh usia kehamilan yang pendek
(prematuritas), dan IUGR (Intra Uterine Growth Restriction) yang dalam
bahasa Indonesia disebut Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) atau
keduanya. Kedua penyebab ini dipengaruhi oleh faktor risiko, seperti faktor
ibu, plasenta, janin dan lingkungan. Faktor risiko tersebut menyebabkan
kurangnya pemenuhan nutrisi pada janin selama masa kehamilan. Bayi
dengan berat badan lahir rendah umumnya mengalami proses hidup jangka
panjang yang kurang baik. Apabila tidak meninggal pada awal kelahiran,
bayi BBLR memiliki risiko tumbuh dan berkembang lebih lambat
dibandingkan dengan bayi yang lahir dengan berat badan normal.
Tujuan: Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis
hubungan antara IMT, paritas, umur Ibu dengan Kejadian BBLR.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian Descriptif analitik
dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang digunakan sebanyak 97
responden ibu postpartum yang diambil dengan teknik simple random
sampling. Data yang didapat merupakan data sekunder yang diambil dari
data rekam medis ibu melahirkan tahun 2016 .
Hasil: Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat
hubungan antara IMT, Paritas, Umur ibu dengan kejadian BBLR . Usia
terbanyak yang mengalami BBLR yaitu ada pada umur 31-40 tahun dengan
prosentase 74,2% , Sementara paritas terbanyak yang mengalami BBLR
yaitu ada pada kelompok berisiko (primipara) dengan prosentase 64,9% dan
IMT ibu yang beresiko mengalami BBLR adalah IMT rendah dengan
prosentase 68,0%.
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara IMT, Paritas, umur ibu dengan
kejadian BBLR.
Abstract
1
Method: This research uses Descriptive analytic research design with cross
sectional approach. The sample used were 97 respondents of postpartum
mother taken by simple random sampling technique. The data obtained are
secondary data taken from maternal medical record data in 2016
Result: Based on the results of research that has been done, there is a
relationship between BMI, Parity, Age of mothers with the incidence of
LBW. Largest age who experienced LWB that is at the age of 31-40 years
with 74.2% percentage, while the most parity who experience LBW that is
in the risk group (primipara) with the percentage of 64.9% and BMI of
mother at risk of experiencing LBW is low IMT with a percentage of
68.0%..
Conclusion: There is a relationship between BMI, Parity, maternal age with
LBW incidence.
1. PENDAHULUAN
2
berkembang lebih lambat dibandingkan dengan bayi yang lahir dengan
berat badan normal. Selain gangguan tumbuh kembang, individu
dengan riwayat BBLR mempunyai faktor risiko tinggi untuk terjadinya
hipertensi, penyakit jantung dan diabetes setelah mencapai usia 40
tahun (Juaria dan Henry, 2014)
Pada masa sekarang ini, sudah dikembangkan tatalaksana awal terhadap
bayi BBLR dengan menjaga suhu optimal bayi, memberi nutrisi
adekuat dan melakukan pencegahan infeksi. Meskipun demikian, masih
didapatkan 50% bayi BBLR yang meninggal pada masa neonatus atau
bertahan hidup dengan malnutrisi, infeksi berulang dan kecacatan
perkembangan neurologis. Oleh karena itu,pencegahan insiden BBLR
lebih diutamakan dalam usaha menekan Angka Kematian Bayi
(Prawiroharjo,2014). Development Goals yang ke IV yaitu menurunkan
angka kematian anak terutama di negara berkembang, perlu dilakukan
upaya pencegahan kejadian BBLR di masa mendatang, salah satunya
dengan melakukan pengawasan ketat terhadap faktor-faktor risiko yang
mempengaruhi kejadian BBLR. Berdasarkan data diatas, maka perlu
diteliti faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian BBLR
di RSU Sukoharjo.
2. METODE
2.1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif analitik
dengan menggunakan desain penelitian cross sectional
2.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah
Sukoharjo pada bulan November sampai Desember tahun 2017. Rumah
Sakit Umum Daerah Sukoharjo merupakan salah satu rumah sakit
terbesar di provinsi Jawa Tengah.
2.3.Populasi dan Sampel
1. Populasi target
Populasi target dalam penelitian ini adalah ibu melahirkan bayi
di rumah sakit umum daerah Sukoharjo .
2. Populasi aktual
Populasi aktual dalam penelitian ini adalah ibu melahirkan bayi
dengan BBLR.
3
2.4. Sampel dan Teknik Sampel
Pada penelitian ini sampel yang akan menjadi fokus penelitian
adalah ibu hamil dengan BBLR. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Simple random sampling.
3.1. Hasil
1. BBLR
Tabel 1 Distribusi Berat Badan Lahir Rendah
Positif 74 76,3%
Negatif 23 23,7%
Total 97 100%
Sumber : data sekunder, 2016.
Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan hasil bahwa jumlah sampel 97,
jumlah ini dianggap sudah mewakili dari jumlah populasi.
2. Usia
Tabel 2 Distribusi Usia
BBLR Jumlah Persentase
19-25 21 21,6
26-30 4 4,1
31-40 72 74,2
Total 97 100%
4
Sumber : data sekunder, 2016.
Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan hasil bahwa jumlah ibu
postpartum umur 19-35 tahun yang melahirkan bayi bblr berjumlah
21 orang dengan prosentase 21,6 %, umur 26-30 tahun yang
melahirkan bayi BBLR berjumlah 4 orang dengan prosentase 4,1 %,
sedangkan umur 31-40 tahun yang melahirkan bayi BBLR berjumlah
72 orang dengan prosentase 74,2 %.
3. Paritas
Tabel 3 Distribusi Paritas
Paritas Jumlah Persentase
Primipara 63 64,9%
Multipara 22 22,7%
Grandemultipara 12 12,4
Total 97 100%
Sumber : data Sekunder, 2016.
Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan hasil bahwa jumlah ibu
postpartum dengan BBLR yang memiliki riwayat primipara
berjumlah 63 orang dengan prosentase 64,9 %, Multipara berjumlah
22 orang dengan prosentase 22,7 %, Grandemultipara berjumlah 12
dengan prosentase 12,4 %.
4. IMT
Tabel 4 Distribusi Jenis IMT
Jenis IMT Jumlah Persentase
Rendah 66 68,0%
Normal 7 7,2%
Lebih 24 24,7%
Total 97 100%
Sumber : data Sekunder, 2016.
Berdasarkan tabel 4.4 didapatkan hasil bahwa jumlah ibu
postpartum yang Memiliki IMT rendah berjumlah 66 orang dengan
prosentase 68,0%, IMT normal berjumlah 7 orang dengan prosentase
7,2 %, IMT lebih berjumlah 24 orang dengan prosentase 24,7.
5
5. Analisis Data Hubungan Usia terhadap Kejadian Berat Badan Lahir
Rendah.
Tabel 5 Analisis Bivariat Usia
19-25 tahun 1 20 21
0,000 9,188
26-35 tahun 3 1 4
31-40 tahun 70 2 72
Total 74 23 97
BBLR
Total
P value OR
Positif Negatif
Paritas
Primipara 59 4 63
0,000 0,066
Multipara 5 17 22
Grandemultipara 10 2 12
6
Total 74 23 97
Kurus 64 2 66
0,002 5,494
Normal 6 1 7
Obesitas 4 20 24
Total 74 23 97
7
3.2 Pembahasan
1. Deskripsi Karakteristik Ibu Postpartum
Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember tahun 2017 di Rumah
sakit Ir. Soekarno Sukoharjo. Pada penelitian ini didapatkan sampel
97 responden yang di ambil dari rekam medis. Setelah dilakukan
penelitian pada 97 responden didapatkan responden ibu postpartum
yang berada pada usia 19-25 tahun yang memiliki resiko BBLR
berjumlah 21 orang, Usia 26-30 berjumlah 4 orang, dan 31-40
berjumlah 72 orang. Berdasarkan distribusi paritas didapatkan data 97
responden , didapatkan ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR dan
memiliki riwayat primipara 63 orang, Multipara berjumlah 22, dan
grandemultipara berjumlah 12 orang.
Ditinjau dari distribusi usia, usia ibu postpartum yang paling
banyak diteliti pada penelitian ini adalah usia ibu pada rentang usia
31-40 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa ibu yang ada di daerah
Sukoharjo dan sekitarnya berada dalam usia kurang produktif ketika
ibu tersebut dalam kondisi hamil. Pada usia ini organ reproduksi
diperkirakan sudah mengalami kelemahan fungsi sehingga dapat
terdapat penyulit dalam persalinan.
Ditinjau dari distribusi paritas, paritas ibu postpartum yang
paling banyak diteliti pada penelitian ini adalah ibu dengan status
primipara. Hal ini menunjukkan bahwa ibu yang ada di daerah
Sukoharjo dan sekitarnya berada dalam paritas yang berisiko
menderita BBLR. Ibu postpartum yang berada pada status paritas
primipara diperkirakan belum memiliki mental yang stabil dalam
mengambil keputusan yang baik maupun menerima status barunya
sebagai seorang ibu sehingga terdapat gangguan adaptasi psikologis
pasca persalinan.
Ditinjau dari IMT, IMT ibu postpartum paling banyak diteliti
pada penelitian ini adalah ibu yang memiliki IMT rendah. Hal ini
menunjukkan bahwa ibu yang ada di daerah Sukoharjo dan sekitarnya
dimungkinkan memiliki gangguan pada nutrisi sehingga dapat
mempengaruhi terjadinnya BBLR.
2. Usia Ibu
Ditinjau dari hasil analisis, usia ibu postpartum memiliki makna
secara statistik karena memiliki p value (<0.001) < 0,05, sehingga
8
didapatkan hubungan yang signifikan antara usia dengan kejadian
BBLR. Nilai OR yang didapatkan pada variabel ini bernilai 9,188
yang menunjukkan bahwa ibu postpartum yang berada pada usia 31-
40 tahun memiliki 9,188 kali kemungkinan menderita BBLR. Hasil
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fatmawati (2015)
dengan p value (0,000) < 0,05 dan nilai OR yang bernilai 3,41 yang
menunjukkan bahwa usia ibu merupakan faktor paling kuat dalam
mempengaruhi kejadian BBLR.
Teori yang dikemukakan oleh Mansur (2008) menyatakan
kejadian BBLR lebih banyak terjadi pada usia 31-40 tahun atau pada
usia sudah tidak produktif. Umur yang terlalu tua dimungkinkan sang
ibu akan memiliki risiko terjadinnya BBLR karena organ reproduksi
kehamilan mengalami penurunan fungsi salah satunnya pada otot
uterus. Menurut Prawirohardjo (2014) usia ibu yang aman untuk
kehamilan dan dilakukan persalinan adalah ibu yang beusia lebih dari
20 tahun dan kurang dari 30 tahun karena dianggap telah memiliki
kesiapan baik secara fisik, emosi, psikologi, sosial, maupun ekonomi.
3. Paritas
Ditinjau dari hasil analisis, paritas ibu postpartum memiliki
makna secara statistik karena memiliki p value (<0,001) > 0,05,
sehingga didapatkan terdapat hubungan yang signifikan antara usia
dengan kejadian BBLR. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Fatmawati (2015) dengan p value (0,007) < 0,05 dan
nilai OR yang bernilai 1,94 yang menunjukkan bahwa paritas
memiliki hubungan yang signifikan dalam mempengaruhi kejadian
BBLR.
Teori yang dikemukakan oleh Mansur (2008) menyatakan
kejadian BBLR lebih banyak terjadi pada ibu postpartum dengan
status primipara, tetapi tidak menutup kemungkinan terjadinya BBLR
pada ibu postpartum dengan status multipara jika ibu tersebut
memiliki riwayat BBLR sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh
Harini (2017) menyatakan bahwa ibu postpartum dengan status
multipara dapat menderita BBLR.
4. IMT
Ditinjau dari hasil analisis, jenis persalinan ibu postpartum
memiliki makna secara statistik karena memiliki p value (0,002) >
9
0,05 sehingga didapatkan tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara jenis persalinan dengan kejadian BBLR. Hasil ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Chairunnisa (2013) dengan p
value (0,024) < 0,05 yang menunjukkan bahwa IMT memiliki
hubungan yang signifikan dalam mempengaruhi kejadian BBLR.
5. Hubungan Usia dan Paritas dengan Kejadian BBLR
Berdasarkan hasil analisis, usia memiliki pengaruh yang
signifikan dengan kejadian BBLR dengan p value <0,001 dan nilai
OR yang bernilai 9,188 yang menunjukkan ibu postpartum yang
berusia 31-40 tahun memiliki kemungkinan 9,188 kali menderita
BBLR dibandingkan dengan ibu postpartum yang berusia 21 – 30
tahun, paritas juga memiliki pengaruh yang signifikan dengan
kejadian BBLR dengan p value <0,001 dan nilai OR yang bernilai
0,066 yang menunjukkan ibu postpartum dengan riwayat primipara
memiliki kemungkinan 0,066 kali menderita BBLR. Sedangkan IMT
juga memiliki pengaruh yang signifikan dengan kejadian BBLR
dengan P value 0,002 dan nilai OR yang bernilai 5,494 yang menun
jukkan ibu postpartum dengan IMT yang rendah memiliki
kemungkinan 5,494 kali menderita BBLR.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Fatmawati (2015)
terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi kejadian BBLR yaitu
dukungan sosial suami dengan p value 0,000 dan nilai OR yang
bernilai 2,44. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kurniasari
(2015) terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi kejadian BBLR
yaitu pendidikan dengan p value 0,017 dan nilai OR yang bernilai
2,625 dan pekerjaan dengan p value 0,018 dan nilai OR yang bernilai
3,684.
Dalam proses asuhan kebidanan, bidan dan tenaga kesehatan
yang terlibat dalam kehamilan dan persalinan ibu, diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan psikologis pada ibu hamil sebagai contoh
dukungan dari tenaga kesehatan. Sehingga tidak terdapat masalah
pada kondisi fisik maupun mental pada ibu pasca melahirkan
(Kemenkes, 2016).
6.Analisis Multivariat
Pada penelitian ini, untuk mengetahui hubungan antar variabel
(bivariat) digunakan metode uji statistik chi square dengan syarat dan
10
ketentuan uji yang telah terpenuhi dan untuk mengetahui besar
pengaruh masing-masing variabel (multivariat) digunakan metode uji
regresi logistik.
4. PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat
hubungan antara IMT, Paritas, Umur ibu dengan kejadian BBLR .
Usia terbanyak yang mengalami BBLR yaitu ada pada umur 31-40
tahun, Sementara paritas terbanyak yang mengalami BBLR yaitu ada
pada kelompok berisiko (primipara) dan IMT ibu yang beresiko
mengalami BBLR adalah IMT rendah.
4.2. Saran
1. Diharapkan penelitian selanjutnya menambah variabel penelitian
yang dapat mempengaruhi kejadian BBLR seperti dukungan
sosial suami, pendidikan dan pekerjaan .
2. Mampu menentukan solusi untuk mencegah dan mengurangi
kejadian BBLR
11
DAFTAR PUSTAKA
13