Definisi
Urolitiasis adalah proses terbentuknya batu (kalkuli) pada traktus urinarius. Kalkuli yang
ditemukan pada ginjal disebut nephrolitiasis dan kasus ini paling sering ditemukan. Jika kalkuli
ditemukan pada ureter dan vesica urinaria sebagian besar berasal dari ginjal.1,2 Urolitiasis
adalah penyebab umum adanya keluhan ditemukan darah dalam urin dan nyeri di abdomen,
pelvis, atau inguinal. Urolitiasis terjadi pada 1 dari 20 orang pada suatu waktu dalam kehidupan
mereka.3
2. Epidemiologi
Urolithiasis merupakan masalah kesehatan yang umum sekarang ditemukan.Diperkirakan
10% dari semua individu dapat menderita urolitiasis selama hidupnya, meskipun beberapa
individu tidak menunjukkan gejala atau keluhan. Setiap tahunnya berkisar 1 dari 1000 populasi
yang dirawat di rumah sakit karena menderita urolitiasis. Laki-laki lebih sering menderita
urolitiasis dibandingkan perempuan, dengan rasio 3:1. Dan setiap tahun rasio ini semakin
menurun. Dari segi umur, yang memiliki risiko tinggi menderita urolitiasis adalah
umur diantara 20 dan 40 tahun.4
3. Faktor Resiko
Risiko menderita urolitiasis meningkat akibat dari faktor-faktor apa pun yang menyebabkan
terjadinya urin yang stasis yang berkaitan dengan menurun atau tersumbatnya aliran urin.
Faktor-faktor yang menyebabkan tingginya angka insiden urolitiasis meliputi:2,3,4
Laki-laki: mengekskresi sedikit sitrat dan banyak kalsium dibandingkan perempuan.
Etnis: Etnis Amerika, Afrika atau Israel memiliki risiko tinggi menderita urolitiasis.
Riwayat keluarga: beberapa keluarga memiliki kecenderungan memproduksi
mukoprotein yang berlebihan pada traktus urinariusnya, yang mana dapat
meningkatkan terjadinya urolitiasis.
Riwayat kesehatan: beberapa masalah kesehatan dapat meningkatkan terjadinya
urolitiasis meliputi penyakit di saluran cerna, infeksi saluran kencing yang berulang
dan sistinuria.
Diet: dehidrasi atau menurunnya intake cairan meningkatkan terjadinya urolitiasis
ditambah dengan meningkatnya konsumsi sodium, oksalat, lemak, protein, gula,
karbohudrat kasar dan vitamin C.
Lingkungan: beberapa daerah memiliki risiko tinggi menderita urolitiasis seperti yang
beriklim tropis, pegunungan atau padang pasir.
Obat-obatan: bebrapa macam obat seperti ephedrin, guifenesin, thiazid, indinavir dan
allopurinol dapat menyebabkan terjadinya urolitiasis.
4. Anatomi Ginjal dan Ureter
Ureter merupakan saluran muskular dengan lumen yang sempit yang membawa urin dari
ginjal menju vesica urinaria. Bagian superior dari ureter yaitu pelvis renalis dibentuk oleh 2-3
calyc major dan masing-masing calyc major dibentuk oleh 2-3 calyc minor. Apex dari
pyramidum renalis yaitu paila renalis akan masuk menekuk ke dalam calyc minor.5,6 Pars
abdominalis dari ureter menempel peritoneum parietalis dan secara tofografi letaknya adalah
retroperitoenal. Ureter bejalan secara inferomedial menuju anterior dari psoas major dan ujung
dari processus transversus vertebrae lumbalis dan menyilang arteri iliaca externa tepat di luar
percabangan arteri iliaca commonis. Kemudian berjalan di dinding lateral dari pelvis untuk
memasuki vesica urinaria secara oblique.5
Ureter secara normal mengalami kontriksi dengan derajat yang bervariasi pada tiga tempat,
yaitu: 1). Junctura ureteropelvicum, 2). Saat ureter melewati tepi dari aditus pelvicum, dan 3).
Saat melewati dinding vesica urinaria. Area-area yang menyempit ini merupakan lokasi yang
potensial untuk terjadinya obstruksi yang disebabkan oleh batu (kalkuli) ginjal.5,6
Urolitiasis yang masih berukuran kecil umumnya tidak menunjukkan gejala yang
signifikan, namun perlahan seiring berjalannya waktu dan perkembangan di saluran kemih
akan menimbulkan gejala seperti rasa nyeri (kolik renalis) di punggung, atau perut bagian
bawah (kolik renalis).6
Kolik didefinisikan sebagai nyeri tajam yang disebabkan oleh sumbatan, spasme otot
polos, atau terputarnya organ berongga. Kolik renal berarti nyeri tajam yang disebabkan
sumbatan atau spasme otot polos pada saluran ginjal atau saluran kencing (ureter). 7
Nyeri klasik pada pasien dengan kolik renal akut ditandai dengan nyeri berat dan tiba-
tiba yang awalnya dirasakan pada regio flank dan menyebar ke anterior dan inferior. Hampir
50% dari pasien merakan keluhan mual dan mutah.5 Kolik ginjal biasanya nyeri berat, pasien
tidak bisa istirahat (posisi irrespektif). Berbeda dengan pasien peritonitis yang cenderung
berbaring saja dan tidak mau bergerak. Gejala lain adalah lemas, berkeringat, dan nyeri ringan
saat palpasi abdominal ginjal. Namun untuk batu staghorn walaupun besar sering tanpa gejala
nyeri karena jenis batu ini membesar mengikuti system anatomi saluran ginjal. Gejala dari
batu ginjal atau batu ureter dapat diprediksi dari pengetahuan tempat terjadinya obstruksi.
Nyeri yang khas dirasakan pada testis untuk pasien pria dan labia mayora pada pasien wanita.9
Di ureteropelvic: nyeri bersifat ringan sampai berat dirasakan lokasinya agak dalam
dalam regio flank tanpa penyebaran ke regio inguinal, urgensi (dorongan kuat untuk
berkemih disertai dengan kandung kemih yang tidak nyaman dan banyak berkemih),
frekuensi (sering berkemih), disuria (nyeri saat berkemih) dan stranguria (pengeluaran
urin yang lambat dan nyeri akibat spasme uretra dan kandung kemih).
Di ureter: nyeri yang mendadak, berat, nyeri di regio flank dan ipsilateral dari abdomen
bagian bawah, menyebar ke testes atau vulva, mual yang terus menerus tanpa muntah
Di ureter bagian proksimal: nyeri menyebar ke regio flank atau area lumbar
Di ureter di bagian medius: nyeri menyebar ke anterior dan caudal
Di uterer di bagian distal: menyebar ke inguinal atau testes atau labia majora
Waktu melewati vesica ruinaria: paling sering asimptomatis, retensio urin posisiona
7. klasifikasi Urolithiasis
7.1. Klasifikasi berdasarkan etiologi
Berdasarkan etiologinya urolitiasis dapat diklasifikasikan menjadi: infeksi, non infeksi,
genetik, atau efek samping obat. Dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Klasifikasi Urolitiasis Berdasarkan Etiologi 10
Komposisi dari batu (kalkuli) sangat penting untuk menjadi dasar diagnostik dan
penanganan lebih lanjut. Kalkuli sering dibentuk oleh substansi campuran. Pada tabel 2 di bawah
menyajikan komposisi dari kalkuli yang relevan dengan klinis dan komponen mineralnya.10
Berdasarkan diameter ukurannya secara dua dimensi dibagi menjadi >5 cm, 4-10 cm, 10-
20 cm, dan > 20 cm. Sedangkan berdasarkan posisi anatominya kalkuli dibagi menjadi: calyx
superior, medius, atau inferior; pelvis renali; ureter proksimal, medius, dan distal; dan vesica
urinaria.11
8. Diagnosis
8.1 Anamnesis
Diagnosis adanya kalkuli pada traktus urinarius dimulai dari wawancara adanya
keluhan klasik berupa kolik renalis. Bagaimana onset, kualitas dan durasi dari kolik renalis
tersebut. Nyeri pada kolik renalis ditandai nyeri akut dan berat pada regio flank yang
menjalar ke anterior dan inferior abdomen. Pasien terlihat tidak bisa diam, selalu
menggeliat berbeda dengan nyeri karena peritonitis dimana pasien selalu diam dan
berbaring. Pada saat wawancara juga ditanyakan adanya riwayat urolitiasis sebelumnya
dan juga adakah keluarga yang menderita urolitiasis.4,5,12
Pemeriksaan fisik vital sign jangan pernah lupa dilakukan. Demam juga bisa
dijumpai saat muncul kolik renalis, jika ada infeksi pada kasus hidronefrosis, pienefrosis
atau abses perinephritik. Adanya takikardia dan berkeringat juga bisa dijumpai. Pada kasus
dimana terjadi hidronephrosis yang disebabkan oleh obstruksi pada ureter ditemukan
adanya flank ternderness. Pemeriksaan abdomen dan genetalia biasanya meragukan (harus
hati-hati). Bila pasien merasakan nyeri didaerah terebut, tapi tanda-tanda kelainan tidak ada
dijumpai, maka kemungkinan nyeri berasal dari batu ginjal.12
Pada 85% dari pasien yang mengalami kolik renalis pada pemeriksaan urinalisisnya
ditemukan adanya hematuria secara mikroskopis, kadang-kadang kristaluria.5 Derajat
hematuria bukan merupakan ukuran untuk memperkirakan besar batu atau kemungkinan
lewatnya suatu batu. Tidak dijumpai hematuria secara mikroskopis pada urinalisis tidaklah
menyingkirkan adanya suatu batu saluran kemih, dan lebih kurang 10% penderita batu urin
dijumpai darah didalam urinnya.4,12
Bakteriuria biasanya tidak dijumpai kecuali bila pasien secara bersamaan menderita
infeksi saluran kencing (ISK). Meskipun ISK bukan secara langsung merupakan
konsekuensi dari batu, tapi ISK dapat terjadi setelah instrumentasi atau pemakaian alat
seperti kateter pada bedah traktus urinarius ataupun dalam pengobatan batu ginjal.5
Urinalisis harus dilakukan dalam pada semua pasien dengan dugaan urolitiasis. Selain
mikrohematuria tipikal, temuan penting yang perlu diperhatikan adalah pH urin dan adanya
kristal, yang dapat membantu mengidentifikasi komposisi batu. Penderita batu asam urat
biasanya memiliki urin yang bersifat asam, dan mereka yang memiliki formasi batu akibat
infeksi memiliki urine alkalin.4
Identifikasi bakteri penting dalam perencanaan terapi, dan kultur urin harus
dilakukan secara rutin. Pyuria terbatas adalah respon yang cukup umum terhadap iritasi
yang disebabkan oleh batu dan, dengan tidak adanya bakteriuria, umumnya tidak
menunjukkan adanya infeksi saluran kemih yang berdampingan.12
Untuk diagnosa pasti adanya batu adalah dengan Intravenous Pielography (IVP)
dan foto polos abdomen atau Blass Nier Overzicht (BNO). Namun pada keadaan tertentu
misalnya wanita hamil, ada riwayat tak tahan dengan zat kontras, ditentukan dengan
pemeriksaan Ultrasonography (USG). Dikatakan USG lebihsensitif untuk mendeteksi batu
ureteral vesical junction dibandingkan dengan IVP, namun juga dikatakan bahwa USG
tidak dapat mendeteksi batu ureter tengah dan distal.4
Sayangnya, kalkuli yang bersifat radiopaque sering dikaburkan oleh tinja atau gas
usus, dan batu-batu ureter yang melintang di atas processus transversus corpus vertebra
sangat sulit untuk diidentifikasi. Selanjutnya, radiopacities nonurologis, seperti kelenjar
getah bening yang mengalami kalsifikasi, batu empedu, tinja dan phlebolith (vena pelvis
yang mengandung kalsifikasi), dapat disalahartikan sebagai batu. Meskipun 90% kalkuli
urin secara historis dianggapradioopak, sensitivitas dan spesifisitas radiografi BNO tetap
saja buruk (sensitivitas: 45-59%; Spesifisitas: 71-77%). 12
Keakuratan IVP dapat dimaksimalkan dengan persiapan usus yang tepat, dan efek
buruk kontras yang merugikan. Media dapat diminimalkan dengan memastikan bahwa
pasien terhidrasi dengan baik. Sayangnya, langkah persiapan ini memerlukan waktu dan
seringkali tidak bisa dilakukan saat pasien dalam kondisi darurat. Dibandingkan dengan
USG abdomen dan BNO, IVP memiliki sensitivitas yang lebih tinggi (64-87%) dan
spesifisitas (92-94%) untuk deteksi urolitiasis. Namun, IVP dapat membingungkan dengan
adanya batu radiolusen yang tidak mengganggu, yang mungkin tidak selalu menghasilkan
"defek pengisian." Selanjutnya, pada pasien dengan obstruksi tingkat tinggi, bahkan IVP
yang berkepanjangan selama 12-24 jam mungkin tidak menunjukkan tingkat penyumbatan
karena konsentrasi media kontras yang tidak memadai.4,5,12
Media kontras yang digunakan dalam IVP efek samping berupa nefrotoksik yang
telah terbukti. Kadar serum kreatini harus diukur sebelum media kontras diberikan.
Meskipun kadar serum kreatinin lebih besar dari 1,5 mg/dL (130 µmol/L) bukan
kontraindikasi mutlak. Risiko dan manfaat menggunakanmedia kontras harus
dipertimbangkan dengan hati-hati, terutama pada pasien diabetes melitus, penyakit
kardiovaskular atau mieloma multipel. Resiko ini dapat diminimalisir dengan menghidrasi
pasien denagn cukup, meminimalkan jumlah bahan kontras yang diinfuskan, dan
memaksimalkan interval waktu antara pemberian kontras berturut-turut. Meskipun
demikian, adalah bijaksana untuk menghindari penggunaan media kontras bila modalitas
pencitraan alternatif dapat memberikan informasi yang setara. 12
9. Tatalaksana
Pengobatan urolitiasis meliputi penanganan darurat kolik renalis (ureter), termasuk
jika ada indikasi untuk intervensi pembedahan, dan terapi medis untuk kalkulinya. Dalam
keadaan darurat dimana ada kekhawatiran tentang kemungkinan gagal ginjal, fokus
pengobatan adalah harus memperbaiki dehidrasi, mengobati infeksi saluran kemih,
mencegah terjadinya jaringan parut, mengidentifikasi pasien dengan ginjal fungsional
soliter, dan mengurangi risiko cedera ginjal akut akibat nefrotoksisitas kontras, terutama
pada pasien. dengan azotemia yang sudah ada sebelumnya (kreatinin > 2 mg/dL), diabetes,
dehidrasi, atau multiple myeloma. Hidrasi intravena yang adekuat sangat penting untuk
meminimalisi efek nefrotoksik dari media kontras.4,5,10
Sebagian besar pasien hidronefrosis karena urolitiasis yang berukuran kecil dapat
ditangani dengan melakukan observasi dan pemberian asetaminofen. Kasus yang lebih
serius dengan nyeri yang sulit ditangani mungkin memerlukan drainase dengan memasang
stent nefrostomi stent atau perkutan. Stent ureter interna biasanya lebih disukai dalam
situasi ini karena dapat menurunkan angka morbiditas.4,5
Ukuran batu merupakan faktor yang sangat penting untuk dapat memprediksi
perjalanannya dalam traktur urinarius. Batu yang berdiameter kurang dari 4 mm memiliki
kemungkinan 80% dapat melewati traktus urinarius secara spontan. Dan menurun sebesar
20% jika batu berdiameter >8mm. Tapi perjalanan batu pada traktus urinarius juga
tergantung pada bentuk dan lokasi pasti dari batu, dan anatomi dari traktus urinarius bagian
superior. Jika terjadi obstruksi pada junctura ureteropelvis meskipun berukuran kecil
sangat sulit melwati junctura tersebut.4,5
Penempatan stent
Nefrostomi perkutan
Extracorporeal shockwave lithotripsy (ESWL)
Ureteroscopi (URS)
Nephrostolithotomi Perkutan
Open nephrostomy
Anatrophic nephrolithotomy
DAFTAR PUSTAKA
1. Armed Forces Health Surveillance Center. Urinary Stones, Active Component, U.S.
Armed Forces, 2001-2010. Medical Surveillance Monthly Report (MSMR). 2011.
December; Vol 18 (No12): 6-9.
2. Kidney stones in adults. National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases.
https://www.niddk.nih.gov/health-information/urologicdiseases/kidney-stones/definition-
facts. Accessed Jan. 16, 2018.
3. Medical Definition of Urolithiasis. Medicine.Net.com.
https://www.medicinenet.com/script/main/art.asp?articlekey=6649. Accessed Jan. 16,
2018.
4. Yolanda S. What is Urolithiasis. News Medical Life Sciences. https://www.news-
medical.net/health/What-is-Urolithiasis.aspx Accessed. Jan. 16, 2018.
5. Moore, Keith L., Arthur F Dalley, and A. M. R Agur. Clinically Oriented Anatomy. 6th
ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2010.
6. Skandalakis, John E., Panajiotis N. Skandalakis, Lee John Skandalakis, and SpringerLink
(Online service). Surgical Anatomy and Technique: A Pocket Manual. New York, NY:
Springer US, 1995.
7. Dave C. 2017. Nephrolithiasis. Medscape.
https://emedicine.medscape.com/article/437096-overview. Dec 12. 2017. Accessed Jan.
16, 2018.
8. Evan AP, Coe FL, Lingeman JE, Shao Y, Sommer AJ, Bledsoe SB, et al. Mechanism of
formation of human calcium oxalate renal stones on Randall's plaque. Anat Rec (Hoboken).
2007 Oct. 290(10):1315-23
9. Kolik Ginjal. Catatan Urologi. https://urologynotes.wordpress.com/2009/06/21/kolik-
ginjal/. Accessed Jan. 16, 2018.
10. Turk C, Knoll T, Pterick A et al. Guidelines on Urolithiasis. European Association of
Urology 2015. March 2015.
11. Kim SC, Burns EK, Lingeman JE, et al. Cystine calculi: correlation of CTvisible structure,
CT number, and stone morphology with fragmentation by shock wave lithotripsy. Urol Res
2007 Dec;35(6):319-24.
12. Kim SC, Burns EK, Lingeman JE, et al. Cystine calculi: correlation of CT-visible structure,
CT number, and stone morphology with fragmentation by shock wave lithotripsy. Urol Res
2007 Dec;35(6):319-24.