Disusun oleh:
dr. Parnatal Ganda Matua
Pembimbing:
dr. Devi Anyapritha
Laporan Kasus ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas Program
Internsip Dokter Indonesia
Periode 7 Mei – 7 September 2018
NIP :
BAB I
LAPORAN KASUS
Umur : 63 Tahun
Agama : Islam
No. CM : 08.15.38
1.2 Anamnesa (dengan auto serta allo anamnesis pada tanggal 27 Januari 2019 pukul 12.06)
A. Primary Survey
Airway & c-spine control:
Bicara spontan, jelas
Snorring (-)
Gurgling (-)
Airway clear
Breathing :
RR = 20 x/mnt
Trakea ditengah
JVP tak ↑
Thorax : jejas (-)
Circulation & control hemorhage:
N : 82 x/mnt (i/t cukup)
Perdarahan aktif (-) Sirkulasi stabil
1.3 Anamnesis
Keluhan Utama :
lemas.
Keluhan tambahan :
- perut kembung (+), bersendawa (+), nyeri pada kaki kanan (+),
Pasien datang dengan keluhan lemas, lemas yang dirasakan sudah 1 minggu dan lebih lemas
dirasakan 2 hari SMRS, lemas dirasakan diseluruh tubuh sepanjang hari. Mual (-), muintah
(-), BAB tidak ada keluhan , BAK tidak ada keluhan. Selain lemas pasien juga merasakan
perut kembung, sering bersendawa, dan nyeri dikaki kanan. Luka dikakin kanan dikatakan
sudah 1 bulan dan dalam proses penyembuhan, 1 hari SMRS kaki pasien terkena batu bata
dan pasien merasa kesakitan.
Riwayat Gula (+): pasien sudah mempunyai RIW Gula +/- 5 tahun dengan tidak terkontrol
Pasien adalah seorang laki-laki yang sudah ditinggal mendiang istrinya dan tidak bekerja.
Tinggal di rumah anaknya, biaya hidup semuanya ditanggung anak dan menantunya.
Status Generalis :
Kepala
Normochepali
Mata
Leher
Thorax
Paru-Paru
Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris
Palpasi : vocal fremitus simetris kiri dan kanan
Perkusi : sonor pada seluruh lapangan paru
Auskultasi : bising nafas vesikuler di kedua paru, ronkhi -/-, whezing -/-
Jantung
Inspeksi : ictus cordis terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba 1 jari linea midclavicularis sinistra, ICS 5
Perkusi : Batas atas : ICS 2 linea parasternalis sinistra
Batas kanan : ICS 3-4 linea sternalis dextra
Batas kiri : ICS 5, 1 cm lateral linea midclavicularis
sinistra
Auskultasi : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : perut tampak datar
Auskultasi : bising usus 4x per menit
Palpasi : supel, nyeri tekan (-)
Perkusi : timpani, nyeri ketuk (-)
Ekstremitas atas
Regio kanan : akral hangat, tidak terdapat oedem
Regio kiri : akral hangat, tidak terdapat oedem
Ekstremitas Bawah
Regio kanan : akral hangat, terdapat luka di bagian depan kaki kanan
dengan ukuran ( P: 5cm,L:3 cm).bengkak (-), merah (+), push
(-), hangat (+), nanah (-)
1.9 Prognosis
Ad vitam : dubia
Ad sanationam : dubia
Ad fungsionam : dubia
Diabetes Melitus
1.1 Definisi Diabetes Melitus
Diabetes mellitus adalah kelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan
hiperglikemia akibat defek sekresi insulin, menurunnya kerja insulin, atau keduanya.
Diabetes mellitus kronis dikaitkan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi, dan
kegagalan organ yang berbeda, terutama mata, pembuluh darah, jantung dan saraf[1].
Diabetes mellitus ditandai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan
protein. Gejala klinisnya meliputi poliuria, polidipsia, polifagia, penurunan berat badan.
Seringkali gejala ringan atau tidak ada di antara orang-orang dengan diabetes melitus tipe
2 selama bertahun-tahun terutama bila hiperglikemia ringan. Penyakit ini mungkin tetap
tidak terdeteksi, namun kerusakan jaringan bisa terjadi dan oleh karena itu komplikasi
vaskular mungkin ada pada saat diagnosis[1].
Komplikasi jangka panjang diabetes terutama terdiri dari dua jenis: (1) komplikasi
mikrovaskular yang meliputi retinopati dengan potensi kehilangan penglihatan, nefropati
yang menyebabkan gagal ginjal, neuropati perifer dengan risiko ulkus kaki, amputasi dan
neuropati otonom yang menyebabkan gejala gastrointestinal, genitourinari, kardiovaskular,
disfungsi seksual. Komplikasi makrovaskular meliputi penyakit kardiovaskular dengan
peningkatan kejadian penyakit kardiovaskular aterosklerotik, arteri perifer, dan
serebrovaskular[1].
.2 Klasifikasi
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan Diabetes Mellitus menjadi
empat kelompok besar. Keempat kelompok utama tersebut ditentukan: (i) insulin-
dependent diabetes mellitus (IDDM, tipe 1), (ii) non-insulin-dependent diabetes mellitus
(NIDDM, tipe 2), (iii) "jenis lain", dan (iv) diabetes mellitus gestational (GDM)[1].
Tabel 1.14 Klasifikasi Diabetes Melitus[1,2]
Klasifikasi DM Penjelasan
Insulin-dependent Diabetes Mellitus tipe 1 disebabkan oleh defisiensi insulin
diabetes mellitus (tipe 1) absolut dan biasanya merupakan penyakit autoimun yang
menyebabkan rusaknya sel beta yang mensekresikan
insulin di pankreas. Dalam beberapa kasus penyebab
kerusakan sel beta tidak diketahui (idiopatik).
Non-insulin-dependent berasal dari defisiensi insulin relatif yang mungkin terkait
diabetes mellitus (tipe 2) dengan berbagai tingkat defek tindakan insulin yang
dikenal secara kolektif sebagai resistensi insulin.
Tipe lain Defek genetik fungsi sel beta pankreas
Defek genetik kerja insulin
Penyakit eksokrin pankreas
Endokrinopati
Obat/zat kimia (kortikosteroid)
Infeksi
Imunologi
Sindrom genetik lain (berkaitan DM)
DM Gestasional Diabetes mellitus gestasional adalah keadaan intoleransi
karbohidrat yang menyebabkan hiperglikemia dengan
tingkat keparahan yang bervariasi, dengan onset atau
diagnosis pertama selama masa kehamilan.
.3 Epidemiologi
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), angka kejadian diabetes
mellitus di dunia meningkat dari 108 juta penduduk pada tahun 1980 menjadi 422 juta
penduduk pada tahun 2014. Pada tahun 2012, estimasi kematian yang disebabkan karena
diabetes mellitus sebanyak 1.5 juta penduduk dunia[3]. Prevalensi diabetes mellitus
terbanyak terdapat di benua Asia yaitu sebesar 28% dari total populasi pada tahun 2014[4].
Sedangkan di benua Eropa, sebanyak 60 juta penduduk menderita diabetes dimana 10.3%
adalah pria dan 9.6% adalah wanita[5]. Lebih dari 14.3% dari total populasi di benua
Amerika menderita diabetes[6].
World Health Organization (WHO) memprediksi bahwa di Indonesia, prevalensi
terjadinya diabetes mellitus akan meningkat dari 8.4 juta penduduk pada tahun 2000
menjadi 21.3 juta penduduk pada tahun 2030[7]. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
pada tahun 2007 dan tahun 2013, prevalensi diabetes mellitus di daerah urban untuk usia
diatas 15 tahun sebesar 5.7% dimana proporsi diabetes mellitus pada tahun 2013 meningkat
hampir dua kali lipat dibandingkan tahun 2007[34]. Prevalensi terbesar di propinsi Maluku
Utara dan Kalimantan Barat yang mencapai 11.1% dan proporsi terkecil terdapat di
propinsi Papua sebesar 1.7%. Sedangkan prevalensi toleransi glukosa terganggu (TGT),
berkisar antara 4.0% di propinsi Jambi sampai 21.8% di propinsi Papua Barat dengan rerata
sebesar 10.2%. Prevalensi diabetes mellitus di daerah Banten tahun 2013 sebesar 104.962
kasus[8].
Etiologi
Diabetes mellitus tipe 2 (T2DM) secara klasik diderita oleh orang di atas usia 40
tahun, meskipun pada populasi berisiko tinggi, seperti etnis Asia Selatan, Afrika dan
Afrika-Karibia, dapat muncul lebih awal. Usia dan etnis merupakan faktor risiko T2DM,
dengan persentase dua kali lipat di atas usia 65 tahun dan dengan peningkatan enam kali
lipat prevalensi pada kelompok etnis berisiko tinggi. Dalam beberapa tahun terakhir,
T2DM telah semakin banyak didiagnosis pada usia yang lebih muda, terutama karena
rendahnya aktivitas fisik dan obesitas. Faktor genetik dianggap memiliki peran penting
dalam etiologi T2DM, menyumbang 80% kerentanan penyakit[8].
Faktor lingkungan juga memiliki peranan penting dalam pengembangan resistensi
insulin dan diabetes melitus tipe 2. Obesitas adalah salah satu faktor kunci penyebab DM.
Kurangnya aktifitas fisik dan bayi dengan berat lahir rendah juga dapat menyebabkan
terjadinya diabetes mellitus[8].
Gambaran klinis
Hanya sekitar setengah dari pasien yang datang dengan gejala klasik rasa haus,
polidipsia, poliuria dan penurunan berat badan. Gejala-gejala tersebut tidak se-khas pada
T1DM. Sepertiga kasus terdeteksi secara kebetulan, sehingga sering terjadi keterlambatan
diagnosis hingga bertahun tahun. Oleh karena itu, banyak pasien datang dengan sudah
terjadinya komplikasi diabetes mellitus, termasuk komplikasi mikrovaskular seperti
neuropati perifer atau retinopati diabetik, atau dengan infeksi berulang. Sekitar 10%
individu yang mengalami T2DM telah mengalami komplikasi mikrovaskuler pada saat
diagnosis[8].
Patofisiologi
Diabetes mellitus tipe 2 ditandai oleh defek pada sensitivitas insulin dan sekresi
insulin. Resistensi insulin didefinisikan sebagai ketidakmampuan insulin melakukan efek
biologisnya pada konsentrasi fisiologis. Hal ini ditandai dengan ketidakmampuan insulin
menstimulasi pengambilan glukosa oleh otot rangka dan menghambat produksi glukosa
hepatik. Insulin juga gagal menekan lipolisis pada jaringan adiposa sehingga terjadi
peningkatan asam lemak non-esterifikasi[8].
Diagnosis
Kriteria diagnosis diabetes mellitus berdasarkan American Diabetes Association
(ADA), yaitu[11]:
1. Glukosa plasma puasa 126 mg/dL (7.0 mmol/L) atau lebih, atau
2. Glukosa plasma 2 jam 200 mg/dL (11.1 mmol/L) atau lebih selama test toleransi
glukosa oral 75 g, atau
3. Glukosa plasma sewaktu 200 mg/dL (11.1 mmol/L) atau lebih pada pasien dengan
gejala klasik hiperglikemi atau krisis hiperglikemi. Gejala klasik diabetes mellitus
adalah poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan yang tidak dapat
dijelaskan sebabnya
4. Pemeriksaan hemoglobin A1c (HbA1c) 6.5% atau lebih.
Hasil pemeriksaan yang tidak memenuhi kriteria normal atau kriteria DM
digolongkan ke dalam kelompok prediabetes yang meliputi: toleransi glukosa terganggu
(TGT) dan glukosa darah puasa terganggu (GDPT)[11].
1. Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT)
Hasil pemeriksaan glukosa plasma puasa antara 100-125 mg/dl dan pemeriksaan
TTGO glukosa plasma 2 jam <140 mg/dl
2. Toleransi Glukosa Terganggu (TGT)
Hasil pemeriksaan glukosa plasma 2 jam setelah TTGO antara 140-199 mg/dl dan
glukosa plasma puasa <100 mg/dl
Berikut cara pemeriksaan tes toleransi glukosa oral (TTGO) menurut WHO,
yaitu[37]:
1. Tiga hari sebelum pemeriksaan, pasien tetap makan (dengan karbohidrat yang cukup)
dan melakukan kegiatan jasmani seperti kebiasaan sehari-hari.
2. Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan, minum air
putih tanpa glukosa tetap diperbolehkan
3. Dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah puasa.
4. Diberikan glukosa 75 gram (orang dewasa), atau 1,75 gram/kgBB (anak- anak),
dilarutkan dalam air 250 mL dan diminum dalam waktu 5 menit
5. Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam setelah
minum larutan glukosa selesai
6. Dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah 2 (dua) jam sesudah beban glukosa
7. Selama proses pemeriksaan, subjek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok
Tatalaksana
Secara umum, meningkatkan kualitas hidup penyandang diabetes adalah tujuan
utama dalam penatalaksanaan pada pasien dengan diabetes mellitus. Beberapa tujuan
penatalaksanaan diabetes mellitus lainnya antara lain[7]:
1. Tujuan jangka pendek yaitu dengan menghilangkan keluhan diabetes melitus,
memperbaiki kualitas hidup, dan mengurangi risiko komplikasi akut.
Stres berat (infeksi sistemik, operasi
besar, infark miokard akut, stroke)
Kehamilan dengan diabetes mellitus/ diabetes melitus gestasional yang tidak
a. Karbohidrat
Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan energi. Terutama
karbohidrat yang berserat tinggi. Pembatasan karbohidrat total <130 g/hari tidak
dianjurkan. Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% total asupan energi. Bagi pasien
diabetes mellitus dianjurkan makan tiga kali sehari dan bila perlu dapat diberikan
makanan selingan seperti buah atau makanan lain sebagai bagian dari kebutuhan
kalori sehari.
b. Lemak
Asupan lemak yang dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori, dan tidak
diperkenankan melebihi 30% total asupan energi. Komposisi yang dianjurkan
antara lain lemak jenuh < 7 % kebutuhan kalori, lemak tidak jenuh ganda <10 %
dan selebihnya berasal dari lemak tidak jenuh tunggal. Konsumsi kolesterol yang
dianjurkan < 200mg/hari. Adapun beberapa makanan yang perlu dibatasi adalah
makanan yang banyak mengandung lemak jenuh dan lemak trans seperti daging
berlemak dan susu fullcream.
c. Protein
Kebutuhan protein sebesar 10 – 20% total asupan energi. Sumber protein yang
dianjurkan antara lain ikan, udang, cumi, daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit,
produk susu rendah lemak, kacang-kacangan, tahu dan tempe. Pada pasien dengan
nefropati diabetik perlu penurunan asupan protein menjadi 0,8 g/kg BB per hari
atau 10% dari kebutuhan energi, dengan 65% diantaranya bernilai biologik tinggi.
Kecuali pada penderita diabetes melitus yang sudah menjalani hemodialisis asupan
protein menjadi 1-1,2 g/kg BB per hari.
d. Natrium
Natrium yang dianjurkan <2300 mg perhari. Sumber natrium antara lain adalah
garam dapur, vetsin, soda, dan bahan pengawet seperti natrium benzoat dan natrium
nitrit.
e. Serat
Konsumsi serat yang dianjurkan dapat berasal dari kacang- kacangan, buah dan
sayuran serta sumber karbohidrat yang tinggi serat. Anjuran konsumsi serat adalah
20-35 gram/hari.
Latihan jasmani sehari-hari dianjurkan bagi pasien dengan diabetes mellitus apabila
tidak disertai adanya nefropati. Latihan jasmani dilakukan secara teratur sebanyak 3-5 kali
per minggu selama sekitar 30-45 menit, dengan total 150 menit per minggu. Jeda antar
latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut. Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan
glukosa darah sebelum latihan jasmani. Apabila kadar glukosa darah <100 mg/dL pasien
harus mengkonsumsi karbohidrat terlebih dahulu dan bila >250 mg/dL dianjurkan untuk
menunda latihan jasmani. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang
bersifat aerobik dengan intensitas sedang (50-70% denyut jantung maksimal) seperti jalan
cepat, bersepeda santai, jogging, dan berenang[7].
Perawatan kaki pada pasien diabetes mellitus sangat dibutuhkan guna mencegah
komplikasi kaki diabetik sehingga setiap pasien perlu dilakukan pemeriksaan kaki secara
lengkap minimal sekali setiap tahun. Kaki diabetik dengan ulkus merupakan komplikasi
diabetes yang paling sering terjadi. Ulkus kaki diabetik adalah luka kronik pada daerah di
bawah pergelangan kaki, yang meningkatkan morbiditas, mortalitas, dan mengurangi
kualitas hidup pasien. Ulkus kaki diabetik disebabkan oleh proses neuropati perifer,
penyakit arteri perifer (peripheral arterial disease), ataupun kombinasi keduanya. Berikut
beberapa komponen penting dalam manajemen kaki diabetik dengan ulkus, antara lain[7]:
2. Periksa kaki setiap hari, dan dilaporkan pada dokter apabila kulit terkelupas,
4. Selalu menjaga kaki dalam keadaan bersih, tidak basah, dan mengoleskan krim
6. Keringkan kaki dan sela-sela jari kaki secara teratur setelah dari kamar mandi.
7. Gunakan kaos kaki dari bahan katun yang tidak menyebabkan lipatan pada ujung-ujung
jari kaki.
9. Jika sudah ada kelainan bentuk kaki, gunakan alas kaki yang dibuat khusus.
10. Sepatu tidak boleh terlalu sempit atau longgar, jangan gunakan hak tinggi.
11. Hindari penggunaan bantal atau botol berisi air panas/batu untuk menghangatkan kaki.
Komplikasi
Diabetes mellitus merupakan penyakit kronik yang ditandai dengan hiperglikemia.
Hiperglikemia yang terjadi terus-menerus dapat menyebabkan komplikasi yang serius.
Secara umum, komplikasi dari diabetes mellitus dibagi menjadi dua yaitu komplikasi
makrovaskular dan komplikasi mikrovaskular. Komplikasi makrovaskular yang dapat
terjadi yaitu coronary artery disease, perpheral arterial disease dan stroke. Adapun
komplikasi mikrovaskular yang dapat terjadi adalah nefropati diabetik, neuropati dan
retinopati[12].
Program pengendalian Diabetes Melitus di Puskesmas
Program pengendalian diabetes mellitus dilakukan secara terintegrasi yaitu antara
lain[12]:
1. Peningkatan faktor risiko penyakit tidak menular terintegrasi di fasilitas layanan
primer (Pandu PTM)
Untuk peningkatan tatalaksana faktor risiko utama (konseling berhenti
merokok, hipertensi, dislipidemia) di fasilitas pelayanan dasar (puskesmas,
dokter keluarga, praktik swasta)
Tatalaksana terintegrasi hipertensi dan diabetes melalui pendekatan faktor
risiko
Prediksi risiko penyakit jantung dan stroke dengan chart WHO
Salah satu akibat komplikasi kronik atau jangka panjang Diabetesmellitus adalah
ulkus diabetika. Ulkus diabetika disebabkan adanya tigafaktor yang sering disebut Trias
yaitu : Iskemik, Neuropati, dan Infeksi
Pada penderita DM apabila kadar glukosa darah tidak terkendali akanterjadi komplikasi
kronik yaitu neuropati, menimbulkan perubahan jaringansyaraf karena adanya
penimbunan sorbitol dan fruktosa sehinggamengakibatkan akson menghilang, penurunan
kecepatan induksi, parastesia,menurunnya reflek otot, atrofi otot, keringat berlebihan,
kulit kering dan hilangrasa, apabila diabetisi tidak hati-hati dapat terjadi trauma yang akan
menjadiulkus diabetika
Iskemik merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh karenakekurangan darah
dalam jaringan, sehingga jaringan kekurangan oksigen. Halini disebabkan adanya proses
makroangiopati pada pembuluh darah sehinggasirkulasi jaringan menurun yang ditandai
oleh hilang atau berkurangnya denyutnadi pada arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea,
kaki menjadi atrofi, dingindan kuku menebal. Kelainan selanjutnya terjadi nekrosis
jaringan sehinggatimbul ulkus yang biasanya dimulai dari ujung kaki atau tungkai
Eritrosit pada penderita DM yang tidak terkendali akan meningkatkanHbA1C
yang menyebabkan deformabilitas eritrosit dan pelepasan oksigen dijaringan oleh eritrosit
terganggu, sehingga terjadi penyumbatan yangmenggangu sirkulasi jaringan dan
kekurangan oksigen mengakibatkankematian jaringan yang selanjutnya timbul ulkus
diabetika
Penderita Diabetes mellitus biasanya kadar kolesterol total, LDL,trigliserida
plasma tinggi. Buruknya sirkulasi ke sebagian besar jaringan akanmenyebabkan hipoksia
dan cedera jaringan, merangsang reaksi peradanganyang akan merangsang terjadinya
aterosklerosis31.
Perubahan/inflamasi pada dinding pembuluh darah, akan terjadipenumpukan lemak pada
lumen pembuluh darah, konsentrasi HDL (highdensity-lipoprotein) sebagai pembersih plak
biasanya rendah. Adanya faktorrisiko lain yaitu hipertensi akan meningkatkan kerentanan
terhadapaterosklerosis.
Konsekuensi adanya aterosklerosis yaitu sirkulasi jaringanmenurun sehingga kaki
menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal. Kelainanselanjutnya terjadi nekrosis jaringan
sehingga timbul ulkus yang biasanyadimulai dari ujung kaki atau tungkai .
Pada penderita DM apabila kadar glukosa darah tidak terkendalimenyebabkan
abnormalitas lekosit sehingga fungsi khemotoksis di lokasiradang terganggu, demikian
pula fungsi fagositosis dan bakterisid menurunsehingga bila ada infeksi mikroorganisme
sukar untuk dimusnahkan olehsistem phlagositosis-bakterisid intra selluler.
Pada penderita ulkus diabetika, 50 % akan mengalami infeksi akibatadanya glukosa
darah yang tinggi, yang merupakan media pertumbuhanbakteri yang subur. Bakteri
penyebab infeksi pada ulkus diabetika yaitu kumanaerobik Staphylokokus atau
Streptokokus serta kuman anaerob yaituClostridium perfringens, Clostridium novy, dan
Clostridium septikum
5. Pencegahan dan Pengelolaan Ulkus diabetik
Pencegahan dan pengelolaan ulkus diabetik untuk mencegahkomplikasi lebih lanjut
adalah (19,20) :
a. Memperbaiki kelainan vaskuler.
b. Memperbaiki sirkulasi.
c. Pengelolaan pada masalah yang timbul ( infeksi, dll).
d. Edukasi perawatan kaki.
e. Pemberian obat-obat yang tepat untuk infeksi (menurut hasil
laboratoriumlengkap) dan obat vaskularisasi, obat untuk penurunan gula darah
maupunmenghilangkan keluhan/gejala dan penyulit DM.
f. Olah raga teratur dan menjaga berat badan ideal.
g. Menghentikan kebiasaan merokok.
h. Merawat kaki secara teratur
DAFTAR PUSTAKA