Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KIMIA LINGKUNGAN

“Pengaruh Pestisida Organoklorin Terhadap Lingkungan”

Disusun Oleh:

Ramlawati (H031 17 1014)

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Puji beserta syukur marilah kita ucapkan kepada Allah SWT yang
senantiasa melindungi hambanya dari segala kejahatan mahluknya. Shalawat
beserta salam sudah seharusnya kita sanjung sajikan keharibaan Nabi Muhammad
SAW yang telah membawa kita menuju kebahagiaan di Dunia dan Akhirat yang
hakiki. Ucapan Alhamdulillah merupakan ucapan yang tepat setelah
terselesaikannya makalah ini. Makalah ini merupakan salah satu tugas pada mata
kuliah Kimia Lingkungan. Makalah ini berisi penjelasan tentang pengaruh
pestisida organoklorin terhadap lingkungan. Diharapkan pembuatan makalah ini
dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi para pembaca dan dapat dijadikan salah
satu ilmu yang bermanfaat. Penulis menyadari masih banyaknya kekurangan dari
penulisan hasil makalah ini, kritin dan saran yang membangun sangat membantu
penulis untuk mengurangi segala kekurangan tersebut kedepannya. Dengan
kerendahan hati, penulis berharap makalah ini bermanfaat bagi penulis sendiri
maupun bagi pembaca. Aminn.

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................


DAFTAR ISI ....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...............................................................................
1.2 Tujuan Penulisan ............................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pestisida........................................................................
2.2 Pestisida Organoklorin ...................................................................
2.3 Pengaruh Pestisida Organoklorin Terhadap Lingkungan ..............
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.....................................................................................
3.2 Saran ...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hasil pertanian di Indonesia semakin meningkat dengan menggunakan
pestisida, petani menjadi senang dengan melihat hasil tanam yang melimpah serta
tidak rusak diganggu dengan hama dan gulma. Penggunaan pestisida sudah sangat
meluas, berkaitan dengan dampak positifnya, yaitu meningkatnya produksi
pertanian dan menurunnya penyakit-penyakit yang penularannya melalui
perantaraan makanan (foodborne diseases) atau pun vektor (vector-borne
diseases) (Yuantari, 2011).
Organoklorin termasuk ke dalam golongan pestisida yang bagus dan
ampuh, namun memiliki banyak dampak negatif terhadap lingkungan.
Sebagai pestisida, sifat persistensinya sangat menguntungkan untuk mengontrol
hama dan terdapat pula kemungkinan terjadinya bioakumulasi dan
biomagnifikasi. Dikarenakan karakteristiknya yang sulit terbiodegradasi dan
kelarutannya yangtinggi dalam lemak, organoklorin dapat terakumulasi dalam
jaringan hewan yang prosesnya disebut biokonsentrasi. Biomagnifikasi dapat
terjadi pada hewan yang terlibat dalam rantai makanan. Pestisida jenis ini masih
digunakan di negara-negara berkembang, terutama di daerah khatulistiwa. Hal ini
dikarenakan harganya yang sangat murah, keefektifannya, dan persistensinya.
Kebanyakan negara berkembang terletak di daerah yang beriklim tropis dimana
pada umumnya memiliki temperatur dan curah hujan yang tinggi. Iklim yang
seperti itu dapat membuat perpindahan residu melalui udara dan air secara cepat
dan akhirnya berkonstribusi terhadap kontaminasi global.
Proporsi pestisida yang akan mencapai target, seperti hama, ditemukan
tidak lebih dari dari yang diaplikasikan, sedangkan lainnya akan beradadi
lingkungan. Penggunaan pestisida organoklorin telah mengakibatkan pencemaran
terhadap udara, tanah,dan air. Area persawahan yang menggunakan banyak materi
organik akan mengandung residu pestisida yang tinggi karena tanah yang seperti
ini dapat mengabsorbsi senyawa hidrokarbon yang mengandung klor (hidrokarbon
terklorinasi).
1.2 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi pestisida.
2. Untuk mengetahui deskripsi pestisida organoklorin.
3. Untuk mengetahui pengaruh pestisida organoklorin terhadap lingkungan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pestisida


Pestisida berasal dari kata pest, yang berarti hama dan cida yang berarti
pembunuh, jadi pestisida adalah substansi kimia digunakan untuk membunuh atau
mengendalikan berbagai hama. Secara luas pestisida diartikan sebagai suatu zat
yang dapat bersifat racun, menghambat pertumbuhan/perkembangan, tingkah
laku, perkembangbiakan, kesehatan, pengaruh hormon, penghambat makanan,
membuat mandul, sebagai pengikat, penolak dan aktivitas lainnya yang
mempengaruhi OPT. Sedangkan menurut The United State Federal
Environmental Pestiade Control Act, Pestisida adalah semua zat atau campuran
zat yang khusus untuk memberantas atau mencegah gangguan serangga, binatang
pengerat, nematoda, cendawan, gulma, virus, bakteri, jasad renik yang dianggap
hama kecuali virus, bakteri atau jasad renik yang terdapat pada manusia dan
binatang lainnya. Atau semua zat atau campuran zat yang digunakan sebagai
pengatur pertumbuhan tanaman atau pengering tanaman. Terdapat berbagai jenis
pestisida salah satunya adalah hidrokarbon berklor. Kelompok senyawa ini sering
disebut sebagai organoklorin walaupun penamaannya kurang tepat karena
didalamnya termasuk fosfat organik yang mengandung klor (Yuantari, 2011).
Pestisida adalah bahan kimia bersifat racun yang sering digunakan dalam
bidang pertanian khususnya untuk memberantas hama, gulma, dan penyakit pada
tanaman serta meningkatkan produksi pertanian. Bahan-bahan kimia yang
digunakan untuk memberantas atau mencegah hama air, jasad renik dalam rumah
tangga, bangunan, dan alat-alat pengangkut serta binatang-binatang yang
mengakibatkan penyakit pada manusia dan hewan, juga termasuk dalam pestisida.
Meskipun telah dibuat peraturan tentang tata cara pengunaan pestisida yang benar,
akan tetapi aplikasi pemakaiannya oleh petani sering tidak terkontrol sehingga
menimbulkan berbagai dampak negatif (Rumampuk dkk., 2010).
Pestisida terbagi dalam tiga kelompok besar yaitu pestisida organoklorin.
Organofosfat dan karbamat. Pestisida golongan organofosfat dan karbamat
bersifat lebih beracun dibandingkan pestisida dibandingkan pestisida golongan
organoklorin, namun pestisida golongan organoklorin lebih sulit terurai dan
mengakibatkan penyakit dalam jangka panjang (kronik) serta berakumulasi di
dalam rantai makanan. Di Indonesia, dari catatan tahun 1998, beredar tidak
kurang dari 500 jenis pestisida dari ketiga golongan tersebut (Surono dkk., 2018).

2.2 Pestisida Organoklorin


Organoklorin atau disebut “Chlorinated hydrocarbon” terdiri dari beberapa
kelompok yang diklasifikasi menurut bentuk kimianya. Yang paling populer dan
pertama kali disinthesis adalah “Dichloro-diphenyl-trichloroethan” atau disebut
DDT. Organoklorin mengandung unsur karbon, hidrogen, dan klorin (DDT dan
D3 aldrin). Daya racun terhadap organisme tertentu dinyatakan dalam nilai LD 50
(Lethal Dose atau takaran yang mematikan). LD 50 menunjukkan banyaknya
racun persatuan berat organisme yang dapat membunuh 50% dari populasi jenis
binatang yang digunakan untuk pengujian, biasanya dinyatakan sebagai berat
bahan racun dalam milligram, perkilogram berat satu ekor binatang uji. Jadi
semakin besar daya racunnya semakin besar dosis pemakainnya.
Pestisida organoklorin merupakan bahan kimia yang digunakan petani
untuk membasmi hama, namun disamping manfaatnya yang dapat meningkat
hasil pertanian pestisida dapat membahayakan kesehatan dan dapat mencemari
lingkungan. Pestisida organoklorin seperti DDT yang sudah dilarang
penggunaannya di Indonesia tetapi dari beberapa hasil penelitian masih
ditemukan. Untuk menghindari dampak negatif dari penggunaan pestisida, maka
perlu adanya peningkatan pengetahuan dan praktik yang benar dalam
menggunakan pestisida di lahan pertanian. Disamping itu petani hendaknya
menggunakan alat pelindung diri pada waktu menggunakan pestisida serta
menerapkan Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) (Yuantari, 2011).
Pestisida organoklorin merupakan racun kontak dan racun perut, efektif
untuk mengendalikan larva, nimfa dan imago dan kadang-kadang untuk pupa dan
telur. Mekanisme peracunan organoklorin lainnya adalah dengan terjadinya
gangguan pada sistem syaraf pusat yang mengakibatkan terjadinya hiperaktivitas,
gemetaran, kejang-kejang dan akhirnya terjadi kerusakan syaraf dan otot serta
kematian. Apabila organoklorin menginhibisi enzim kholinesterase pada sistem
syaraf pusatreseptor muskarinik dan nikotinik pada system saraf pusat dan perifer,
hal tersebut menyebabkan timbulnya gejala keracunan yang berpengaruh pada
seluruh bagian tubuh.

2.3 Pengaruh Pestisida Organoklorin Terhadap Lingkungan


Penggunaan Pestisida organoklorin telah mengakibatkan pencemaran
terhadap udara, tanah, dan air. Area persawahan yang menggunakan banyak
materi organik akan mengandung residu pestisida yang tinggi karena tanah yang
seperti ini dapat mengabsorbsi senyawa hidrokarbon yang mengandung klor
(hidrokarbon terklorinasi). Faktanya, organoklorin juga telah dilarang di
Indonesia, namun masih banyak petani yang menggunakannya. Telah dibuktikan
bahwa organoklorin masih terkandung dalam tanah di daerah pertanian Pantura
Jawa Barat. Hal ini menandakan organoklorin masih digunakan di daerah tersebut.
Jenis organoklorin yang terdeteksi adalah DDT, Dieldrin, Endrin, dan masih
banyak lagi. Dikarenakan kondisi daerah pertanian di Jawa Barat tidak terlalu
berbeda, maka tanah daerah pertanian di Sub DAS Citarum Hulu diperkirakan
mengandung senyawa organoklorin.
Pestisida organoklorin (OCP) adalah suatu kelas senyawa toksik yang
dicirikan oleh stabiltas relative kimiawi dan biologisnya, sehingga bersifat
persisten di lingkungan. Sehingga sebagai konsekuensinya, OCP telah diletakkan
pada bagian puncak dari potensi ancaman bahaya di lingkungan. OCP yang
persisten dan tersebar luas di lingkungan telah memicu diadakannya banyak
penelitian, baik pada struktur, tingkah laku, deposisi (nasib akhir) di lingkungan
metabolitnya di lingkungan. Penyebaran yang luas dari senyawa-senyawa OCP
sebagai bahan pencemar lingkungan, telah banyak dilaporkan, baik yang berasal
dari lingkungan pertanian, air tawar maupun perairan laut. Kerusakan lingkungan
laut yang disebabkan oleh OCP telah banyak terdokumentasi.
Pestisida yang seharusnya digunakan untuk membasmi hama ternyata
berdampak pada pencemaran lingkungan baik itu air, udara maupun tanah.
Pestisida organoklorin merupakan bahan kimia yang masuk dalam kategori
Persisten Organic Pollutants (POPs) yang berbahaya bagi kesehatan. Hal ini dapat
membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan karena bahan kimia ini dapat
menyebabkan kanker, alergi dan merusak susunan saraf (baik sentral ataupun
peripheral serta dapat juga mengganggu sistem endokrin yang menyebabkan
kerusakan pada sistem reproduksi dan sistem kekebalan yang terjadi pada mahluk
hidup, termasuk janin (Yuantari, 2011).
Penggunaan pestisida organoklorin memberi masalah terhadap lingkungan
yang lebih meluas karena telah telah bermunculan masalah-masalah lingkungan
baru yang lebih serius seperti polusi air, udara, degradasi lahan, erosi, hilangnya
keragaman hayati (loss of biological diversity), deforestasi dan meningkatnya
suhu bumi. Kondisi demikian tidak hanya terjadi di negara-negara maju, tetapi
juga di negara-negara berkembang (Maryunani, 2018).
Laut mempunyai kekayaan alam yang beranekaragam, selain kandungan
hayati lautnya, laut juga memiliki kekayaan bahan non-organik seperti mineral-
mineral, minyak bumi dan bahan-bahan tambang lainnya. Bahan-bahan tersebut
terbentuk melalui proses geologi, fisika, kimia dan biologi yang tidak hanya
terJadi di lautan, tetapi juga melibatkan daratan. Misalnya, material letusan
gunung berapi yang terjatuh sampai di laut, atau kikisan material dari darat yang
terbawa oleh air sungai. Dengan demikian, mineral-mineral di lautan memiliki
distribusi yang luas.
Terjadinya pencemaran di laut tidak lepas dari masuknya mineral-mineral
yang terbawa melaluai run off atau aliran sungai yang membawa berbagai macam
logam berat. Ancaman juga datang dari pencemaran limbah industri, terutama
logam dan senyawa organoklorin. Dua jenis bahan berbahaya ini mengakibatkan
terjadinya akumulasi (penumpukan kandungan logam berat padang melalui proses
yang disebut magnifikasi biologis. Persis seperti penumpukan kandungan merkuri
yang menimpa kerang. Penggunaan Pestisida organoklorin telah mengakibatkan
pencemaran terhadap udara, tanah, dan air. Area persawahan yang menggunakan
banyak materi organik akan mengandung residu pestisida yang tinggi karena
tanah yang seperti ini dapat mengabsorbsi senyawa hidrokarbon yang
mengandung klor (hidrokarbon terklorinasi).
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Pestisida adalah bahan kimia bersifat racun yang sering digunakan dalam bidang
pertanian khususnya untuk memberantas hama, gulma, dan penyakit pada
tanaman serta meningkatkan produksi pertanian.
2. Pestisida organoklorin merupakan bahan kimia yang digunakan petani
untuk membasmi hama, namun disamping manfaatnya yang dapat
meningkat hasil pertanian pestisida dapat membahayakan kesehatan dan
dapat mencemari lingkungan.
3. Penggunaan pestisida organoklorin memberi masalah terhadap lingkungan
yang lebih meluas karena telah telah bermunculan masalah-masalah
lingkungan baru yang lebih serius seperti polusi air, udara, degradasi
lahan, erosi, hilangnya keragaman hayati (loss of biological diversity),
deforestasi dan meningkatnya suhu bumi.

3.2 Saran
Semoga dengan adanya makalah ini dapat membuat pembaca sadar akan
bahaya dari pestisida organoklorin dan mengetahui bagaimana cara mengatasi
permasalahan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/17017430/BAB_I_III_Organoklorin, diakses tanggal


05 Maret 2019.
Frepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/10986/4PESTISIDA.docx/se
quence, diakses tanggal 05 Maret 2019.

Surono, I.S., Sudibyo, A. dan Waspodo, P., 2018, Pengantar Keamanan Pangan
Untuk Industri Pangan, Deepublish, Yogyakarta.
Maryunani, 2018, Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Pembangunan Ekonomi
Secara Berkelanjutan, UB Press, Malang.
Yuantari, M.C., 2011, Dampak Pestisida Organoklorin Terhadap Kesehatan
Manusia dan Lingkungan Serta Penanggulangannya, Prosiding Seminar
Nasional.

Rumampuk, N.D., Tilaar, S. dan Wullur, S., 2010, Median Lethal Concentration
(Lc-50) Insektisida Diklorometan Pada Nener Bandeng (Chanos-Chanos
Forks), Jurnal Perikanan dan Kelautan, 6(2): 87-91.

https://ahahermanto.wordpress.com/2013/03/28/organoklorin/ diakses tanggal 05


Maret 2019.
1. Solusi Untuk Pengaruh Pestisida Organoklorin Terhadap Lingkungan
Penggunaan pestisida organoklorin telah dilarang di Indonesia karena telah
memberikan masalah besar bagi lingkungan dan dapat menimbulkan berbagai
macam penyakit pada manusia apabila telah tercemar di lingkungan, namun masih
banyak petani yang menggunakan pestisida ini. Untuk menghadapi masalah ini,
alangkah baiknya pemerintah Indonesia memberhentikan pabrik-pabrik yang
memproduksi pestisida organoklorin ini, karena apabila hanya diberikan
peringatan maka tidak akan ada berhasil. Selain itu, dalam penggunaan pestisida
ini sebaiknya menggunakan alat pelindung diri untuk mencegah tubuh terpapar
langsung dengan pestisida ini.

2. Soal
a. Bagaimana pengaruh pestisida organoklorin apabila telah terpapar oleh
manusia?
Jawab:
Pestisida organoklorin dapat membahayakan kesehatan manusia dan
lingkungan karena bahan kimia ini dapat menyebabkan kanker, alergi dan
merusak susunan saraf (baik sentral ataupun peripheral serta dapat juga
mengganggu sistem endokrin yang menyebabkan kerusakan pada sistem
reproduksi dan sistem kekebalan yang terjadi pada mahluk hidup,
termasuk janin.
b. How does the organochlorine pesticide enter into the human body?
Jawab:
Organochlorine enters the victim's body through the skin, toxins can enter
the pores or be absorbed directly into the body's system, especially those
that dissolve oil (polar) through the mouth, poisons can be absorbed like
food, directly into the bloodstream. Through the respiratory tract toxins
can be absorbed into the body's system and can directly affect the
respiratory system (taking oxygen and removing CO2).

Anda mungkin juga menyukai