Anda di halaman 1dari 23

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Kanker Serviks


2.1.1 Definisi Kanker serviks

Kanker serviks adalah suatu proses keganasan yang terjadi pada serviks,

sehingga jaringan disekitarnya tidak dapat melaksanakan fungsi sebagaimana

mestinya dan merupakan sebuah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher

rahim/serviks (Sukaca, 2009).

Kanker serviks adalah kanker yang tumbuh dari sel-sel serviks, kanker

serviks dapat berasal dari sel-sel di leher rahim dan dari sel-sel mulut rahim atau

keduanya (Suheimi, 2010).

Kanker serviks atau kanker serviks atau kanker leher rahim adalah kanker

yang terjadi pada serviks uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita

yang merupakan pintu masuk kearah rahim yang terletak antara rahim dan liang

senggama (vagina) (Rina, 2009).

2.1.2 Etiologi Kanker serviks


Perjalanan penyakit karsinoma serviks merupakan salah satu model

karsiogenesis yang melalui tahapan atau multistep, dimulai dari karsiogenesis

yang awal sampai terjadinya perubahan morfologi hingga menjadi kanker

invasive. Studi – studi epidemiologi menunjukkan 90% lebih kanker serviks di

hubungkan dengan jenis Human Papilomma Virus (HPV). Beberapa bukti


6

menunjukkan kanker dengan HPV negative ditemukan pada wanita yang lebih

tua dan dikaitkan dengan prognosis yang buruk. HPV merupakan faktor

inisiator kanker serviks Onkoprotein E6 dan E7 yang berasal dari HPV

merupakan penyebab terjadinya degenerasi keganasan. Onkoprotein E6 akan

mengikat p53 sehingga TSG p53 akan kehilangan fungsinya. Sedangkan

onkoprotein E7 akan mengikat TSG Rb, ikatan ini menyebabkan terlepasnya

E2F yang merupakan faktor transkripsi sehingga siklus sel dapat berjalan tanpa

control (Agustin, 2006).


2.1.3 Faktor Resiko kanker Serviks
Faktor-faktor resiko yang mempengaruhi adanya kanker leher rahim adalah

sebagai pemicu tumbuhnya sel tidak normal. Menurut Rasjdi (2010) Faktor

resiko kanker serviks dibagi 2 yakni: faktor resiko yang sudah ditemukan dan

faktor resiko yang masih diperkirakan.


1. Faktor yang sudah ditemukan
Menurut Rasjidi (2010) terdapat beberapa faktor yang sudah ditemukan

yang menjadi pencetus terjadinya kanker serviks, yaitu : hubungan seksual,

dietilsrilbesferol (DES), kararkteristik partner, merokok, dan riwayat

ginekologis.
a) Hubungan seksual
Karsinoma serviks diperkirakan sebagai penyakit yang ditularkan secara

seksual, dimana beberapa bukti menunjukkan adanya hubungan antara

riwayat hubungan seksual dan risiko penyakit ini. Sel kolumnar serviks

lebih peka terhadap metaplasia selama usia dewasa. Maka, wanita yang

berhubungan seksual sebelum usia 18 tahun akan berisiko terkena kanker

serviks lima kali lipat. Menurut etiologi infeksinya, baik usia saat pertama
7

berhubungan dan jumlah partner seksual adalah faktor risiko kuat untuk

terjadinya kanker serviks.


b) Dietilsrilbesferol (DES): Hubungan antara clear cell adenocarcinoma

serviks dan paparan DES in utero telah dibuktikan.


c) Karakteristik Partner
Sirkumsisi pernah dipertimbangkan menjadi faktor pelindung, tapi

sekarang hanya dihubungkan dengan penurunan faktor risiko. Studi kasus

control menunjukkan bahwa pasien kanker serviks lebih sering menjalani

seks aktif dengan partner yang melakukan seks berulang kali.


Selain itu, partner pria dengan kanker penis atau partner pria yang istrinya

meninggal terkena kanker srviks juga akan meningkatkan resiko kanker

serviks.
d) Merokok
Sekarang ini ada data yang mendukung rokok sebagai penyebab kanker

serviks dan hubungan antara merokok dengan kanker sel skuamosa pada

serviks (bukan adenoskuamosa atau adenokarsinoma). Mekanisme kerja

bisa kmgsung (aktivitas mutasi mukus serviks telah ditunjukkan pada

perokok) atau melalui efek imunosupresif dari merokok.


Tembakau mengandung bahan-bqhan karsinogen baik yang dihisap

sebagai rokok atau sigaret yang dikunyah. Asap rokok menghasilkan

polycyclic aromatic hydrocarbons heterocyclic amine yang sangat

karsinogen dan mutagen, sedang bila dikunyah ia menghasilkan

nitrosamine. Bahan yang berasal dari tembakau yang dihisap terdapat pada

getah serviks wanita perokok dan dapat menjadi ko karsinogen infeksi

virus. Ali dkk bahkan membuktikan bahwa bahan-bahan tersebut dapat


8

menyebabkan kerusakan DNA epitel serviks sehingga dapat menyebabkan

neoplasma serviks.
e) Riwayat Ginekologis
Walaupun usia menars atau menopause tidak mempengaruhi risiko kanker

serviks, hamil di usia muda dan jumlah kehamilan atau manaiemen

persalinan yang tidak tepat dapat pula meningkatkan risiko.


f) Usia
Kebanyakan penderita kanker berada pada usia lebih dari 40 tahun, hal

ini diperkirakan karena faktor imun dan daya tahan yang menurun. Tetapi

bukan berarti usia dibawah 40 tahun tidak dapat terkena kanker, hal

tersebut dapat terjadi akibat beberapa faktor.


2. Faktor resiko yang masih diperkirakan
Terdapat 4 faktor resiko yang masih diperkirakan menjadi penyebab

terjadinya kanker serviks, yakni: kontrasepsi oral, diet, etnis dan faktor social

serta pekerjaan.
a) Kontrasepsi Oral
Risiko noninvasif dan invasif kanker serviks telah menunjukkan

hubungan dengan kontrasepsi oral. Bagaimanapun, penemuan ini

hasilnya tidak selalu konsisten dan tidak semua studi dapat

membenarkan perkiraan risiko dengan mengontrol pengaruh kegiatan

seksual. Beberapa studi gagal dalam menunjukkan beberapa

hubungan dari salah satu studi, bahkan melaporkan proteksi terhadap

penyakityang invasif. Hubungan yang terakhir ini mungkin palsu dan

menunjukkan deleksi adanya bias karena peningkatan skrining

terhadap pengguna kontrasepsi. Beberapa studi yang Iebih Ianjut


9

kemudian memerlukan konfirmasi atau menyangkal observasi

mengenai kontrasepsi oral ini.


b) Diet
Diet rendah karotenoid dan defisiensi asam folat juga dimasukkan

dalam faktor risiko kanker serviks.


Banyak sayur dan buah mengandung bahan-bahan antioksidan dan

berkhasiat mencegah kanker. Dari beberapa penelitiaan ternyata

defisiensi terhadap asam folat, vitamin C, E, dan beta karotin atau

retinol berhubungan dengan peningkatan risiko kanker serviks.


c) Etnis dan Faktor Sosial
Wanita di kelas sosioekonomi yang paling rendah memiliki foktor

risiko lima kali Iebih besar daripada faktor risiko pada wanita di kelas

yang paling tinggi. Hubungan ini mungkin dikacaukan oleh hubungan

seksual dan akses ke sistem pelayanan kesehatan. Di Amerika Serikat,

ras negro, hispanik, dan wanita Asia memiliki insidens kanker serviks

yang Iebih tinggi daripada wanita ras kulit putih. Perbedaan ini

mungkin mencerminkan pengaruh dari sosioekonomi.


d) Pekerjaan
Sekarang ini ketertarikan difokuskan pada pria yang pasangannya

menderita kanker serviks. Diperkirakan bahwa paparan bahan tertentu

dari suatu pekerjaan seperti debu, logam, bahan kimia, tar, atau oli

mesin dapat menjadi faktor risiko kanker serviks.


2.1.4 Faktor Prognosis Kanker Serviks
Ketahanan hidup penderita pada kanker serviks stadium awal setelah

histerektomi radikal dan limfodenektomi pelvis bergantung pada beberopa

faktor berikut:
1. Status KGB
10

Penderita dengan tanpa metastasis ke KGB, 5-year survival rate (5-YSR) nya

adalah 85-90%. Bila didapatkan metastasis ke KGB make 5-YSR antara 20-

74% bergantung pada jumlah, lokasi, dan ukuran metastasis.


2. Ukuran tumor
Penderita dengan ukuran tumor < 2 cm angka survival-nya 90% dan bila > 2

cm angka survival-nya menjadi 60%. Bila tumor primer > 4 cm angka

survival-nya turun menjadi 40%. Analisis dari GOG terhadap 645 penderita

menunjukkan bahwa tiga tahun bebas kanker untuk iesi yang tersembunyi

adalah 94,6%; untuk tumor < 3 cm adalah 85,5%; dan untuk tumor > 3 cm

68,4%.
3. Invasi ke jaringan parametrium
Penderita dengan invasi kanker ke parametrium memiliki 5-YSR 69%

dibandingkan penderita tanpa invasi yang memiliki 5-YSR 95%. Bila invasi

disertai KGB yang positif maka 5-YSR turun menjadi 39-42%.


4. Kedalaman invasi
invasi < 1 cm memilki 5-YSR sekitar 90% dan akan turun menjadi 63-78%

bila > 1 cm.


5. Ada tidaknya invasi ke pembuluh darah dan pembuluh limfe
Adanya invasi ke pembuluh darah dan pembuluh limfe sebagai faktor

prognosis masih menjadi kontroversi. Beberapa laporan menyebutkan bila

didapatkan invasi ke pembuluh darah dan pembuluh limfe, 5-YSR nya 50-

70% dan bila invasi tidak didapatkan 5-YSR nya 90%, Akan tetapi laporan

lain mengatakan tidak ada perbedaan bermakna dengan adanya invasi atau

tidak.
2.1.5 Stadium Klinis Kanker Serviks
Staging untuk kanker serviks berdasarkan pemeriksaan klinis, sehingga

pemeriksaan yang lebih teliti dan cermat dibutuhkan untuk penegakkan


11

diagnosis. Stadium klinik seharusnya tidak berubah setelah beberapa kali

pemeriksaan. Apabila ada keraguan pada stadiumnya maka stadium yang lebih

dini dianjurkan. Pemeriksaan berikut dianjurkan untuk membantu penegakkan

diagnosis seperti, palpasi, inspeksi, komposkopi, kuretase endoserviks,

histeroskopi, sistoskopi, proktoskopi, intravenous urography, dan pemeriksaan

X-ray untuk paru-paru dan tulang. Kecurigaan infiltrasi pada kandung kemih

dan saluran pencernaan sebaiknya dipastikan dengan biopsi. Koniasi dan

amputasi serviks dapat dilakukan untuk pemeriksaan klinis. Interpretasi dari

limfangografi, arteriografi, venografi, laparoskopi, ultrasonografi, CT scan dan

MRI sampai saat ini belum dapat digunakan secara baik untuk staging

karsinoma atau deteksi penyebaran karsinoma karena hasilnya yang sangat

subyektif. Pemeriksaan patologi anatomdapat menjadi setelah prosedur


operasi dapat menjadi data yang akurat untuk penyebaran penyakit, tetapi

penemuan ini tidak dianjurkan untuk menjadi perubahan diagnosis staging

sebelumnya. Stadium yang dipakai adalah stadium klinik menurut Internasional

Federation of Gynecologi and Obstetrics(FIGO),


1) Stage 0 : Karsinoma in situ, CIN grade III
Bagian ini belum diyakini sebagai kanker invasive karena lesinya belum

melebihi membran basalis.


2) Stage I : Karsinoma mikroinvasif, masih terbatas di serviks.

Hanyadapat didiagnosa dengan mikroskop. Secara klinis belum terlihat.


Stage IA1 : invasi ke stroma, kedalamannya tidak lebih dari 3mm dan

penyebaran horizontal tidak lebih dari 7mm. dengan treatment yang

optimal ~95%.
12

Stage IA2 : invasi ke stroma, kedalamannya lebih dari 3mm tetapi tidak

lebih dari 5mm dan penyebaran horizontal tidak lebih dari 7mm. 5 years

survival dengan treatment yang optimal ~95 %.


Stage IB : Karsinoma terbatas diserviks. Secara klinis sudah terlihat atau

lesi mikroskopisnya lebih dari daripada IA2.


Stage IB 1 : secara klinis terlihat lesi 4 cm atau lebih kecil dengan luas

pandang terbesar. 5 year survival dengan treatment yang optimal ~85%.


Stage IB2 : secara klinis terlihat lesi 4 cm atau lebih besar dengan luas

pandang terbesar. 5 year survival dengan treatment yang optimal ~75%.


3) Stage II : karsinoma yang masih terbatas di serviks, belum mencapai

uterus
Stage IIA : menyebar melalui serviks, termasuk 2/3 atas vagina, tetapi

bukan termasuk jaringan di sekitar uterus (parametrium).


Stage IIB : menyebar melalui serviks, sudah menginvasi parametrium,

tetapi belum mencapai dinding pelvis atau 1/3 bawah vagina.


4) Stage III : karsinoma yang sudah menyebar ke dinding pelvis atau

melibatkan1/3 bawah vagina, atau menyebabkan hidronefrosis atau

kerusakan ginjal.
5) Stage IIIA : menyebar ke 1/3 bawah vagina, tetapi belum mencapai

dinding pelvis
Stage IIIB : menyebar ke dinding pelvis, hidronefrosis atau ginjal yang

tidak berfungsi
6) Stage IV : tumor telah menyebar
Stage IVA : menyebar sampai melibatkan mukosa kandung kemih dan

rectum
Stage IVB : menyebar ke organ yang jauh, misalnya limfonodi

extrapelvis, ginjal, tulang, paru, hepar, dan otak (Rasjidi, 2008).


2.1.6 Manifestasi Klinik Kanker Serviks
13

Pada fase prakanker, sering tidak ada gejala atau tanda-tanda yang khas.

Namun, kadang biasa ditemukan gejala-gejala sebagai berikut :


1) Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang keluyar dari

vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis

jaringan.
2) Perdarahan setelah senggama (post coital bleeding) yang kemudian berlanjut

menjadi perdarahan yang abnormal.


3) Timbulnya perdarahan setelah masa menopause.
4) Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau

dan dapat bercampur dengan darah.


5) Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.
6) Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang

panggul. Bila nyeri terjadi di dareah pinggang ke bawah, kemungkinan

terjadi hidronefrosis. Selain itu, bisa juga timbul nyeri di tempat-tempat

lainnya.
7) Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema

kaki, timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah

(rectum), terbentuknya fistel vesikovaginal atau rektovaginal, atau timbul

gejala-gejala akibat metastasis jauh (Andrijono, 2010).


2.1.7 Pemeriksaan penunjang Kanker Serviks
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah :
1) Sitologi, dengan cara test Pap
2) Kolposkopi
3) Servikografi
4) visual langsung
5) Gineskopi
6) Pap net (pemeriksaan dengan hasil lebih sensitif)
2.2 Konsep Dasar Depresi
2.8.2 Definisi Depresi
Depresi adalah salah satu bentuk gangguan jiwa pada alam perasaan (afektif,

mood) yang ditandai kemurungan, kesedihan, kelesuan, kehilangan gairah


14

hidup, tidak ada semangat, dan merasa tidak berdaya, perasaan bersalah atau

berdosa, tidak berguna dan putus asa. Depresi terjadi pada dua keadaan, yaitu

pada orang normal dan pada kasus patologis. Pada orang normal, depresi

merupakan keadaan kemurungan (kesedihan, kepatahan semangat) yang

ditandai dengan perasaan tidak pas, menurunnya kegiatan, dan pesimisme

menghadapi masa yang akan datang . Sedangkan pada kasus patologis, depresi

merupakan ketidakmauan ekstrim untuk mereaksi terhadap perangsang,

disertai menurunnya nilai diri, delusi ketidakpasan, tidak mampu dan putus asa

(Iyus, 2007;Chaplin, 2002).


2.9.2 Tanda dan Gejala Depresi
Pada umumnya, individu yang mengalami depresi menunjukkan gejala

psikis, fisik dan sosial yang khas. Beberapa orang memperlihatkan gejala yang

minim, beberapa orang. Kriteria depresi dapat ditegakkan apabila sedikitnya 5

dari gejala dibawah ini telah ditemukan dalam jangka waktu 2 minggu yang

sama danmerupakan satu perubahan pola fungsi dari sebelumnya. Gejala dan

tanda umum depresi adalah sebagai berikut


1. Gejala Fisik
a) Gangguan pola tidur; Sulit tidur (insomnia) atau tidur berlebihan

(hipersomnia)
b) Menurunnya tingkat aktivitas, misalnya kehilangan minat,kesenangan

atas hobi atau aktivitas yang sebelumnyadisukai.


c) Sulit makan atau makan berlebihan (bisa menjadi kurusatau kegemukan)
d) Gejala penyakit fisik yang tidak hilang seperti sakit kepala,masalah

pencernaan (diare, sulit BAB dll), sakit lambung dan nyeri kronis
e) Terkadang merasa berat di tangan dan kaki
f) Energi lemah, kelelahan, menjadi lamban
g) Sulit berkonsentrasi, mengingat, memutuskan
15

2. Gejala Psikis
a) Rasa sedih, cemas, atau hampa yang terus – menerus.
b) Rasa putus asa dan pesimis
c) Rasa bersalah, tidak berharga, rasa terbebani dan tidak berdaya/tidak

berguna
d) Tidak tenang dan gampang tersinggung
e) Berpikir ingin mati atau bunuh diri
f) Sensitive
g) Kehilangan rasa percaya
3. Gejala Sosial
a) Menurunnya aktivitas dan minat sehari-hari (menarik diri,menyendiri,

malas)
b) Tidak ada motivasi untuk melakukan apapun
c) Hilangnya hasrat untuk hidup dan keinginan untuk bunuh diri
2.2.3 Penyebab Depresi
Depresi disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor. Jika seseorang di

dalam riwayat kesehatannya memiliki keluarga yang mengalami depresi,

maka terdapat kecenderungan untuk mengalami depresi juga. Faktor – faktor

yang dihubungkan dengan penyebab depresi pada kanker serviks terdiri :

faktor usia, faktor lama menderita kanker dan faktor stadium kanker. Dimana

ketiga faktor tersebut dapat saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya.

1. Usia
Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa golongan usia muda yaitu

remaja dan orang dewasa lebih banyak terkena depresi. Hal ini dapat

terjadi karena pada usia tersebut terdapat tahap-tahap serta tugas

perkembangan yang penting, yaitu peralihan dari masa remaja ke dewasa,

masa sekolah ke masa kuliah atau bekerja, serta masa pubertas hingga

kepernikahan. Pada usia dewasa terdapat penurunan kecenderungan


16

kecemasan dan depresi seiring dengan bertambah usia. Faktor yang

mempengaruhi penurunan tersebut adalah berkurangnya respon emosi

seseorang seiring bertambahnya umur, meningkatnya kontrol emosi dan

kekebalan terhadap pengalaman yang stressful (Jorn, 2008)


2. Lama Menderita Kanker
Kanker merupakan penyakit dengan jangka waktu yang lama dan

mematikan, semakin lama mengidap kanker dan ditambah dengan

pengobatan dengan kemoterapi yang menimbulkan berbagai masalah fisik

maupun psikis. Dalam aspek kognitif mereka berfikir akan mati dalam

waktu dekat, tidak berguna, selalu merepotkan orang lain. Hal ini akan

mempengaruhi aspek afektif yaitu timbul perasaan cemas, syok, tidak

tentram, bingung, gelisah, kacau, dan putus asa. Kondisi psikologis

tersebut akhirnya berdampak pada perilaku mereka seperti tidak percaya

diri, menutup diri, dan pendiam hal hal tersebut lah yang akan

menyebabkan depresi (Petersen, 2002)


3. Stadium Kanker
Faktor-faktor psikososial dapat mempengaruhi kanker dalam sejumlah

cara, seperti peranan stres dan kepribadian penderita pada awal didiagnosa

terkena kanker terhadap perkembangan kanker. Sebagian penderita

beranggapan bahwa penyakit kanker membuat krisis hidup, seperti pada

penderita kanker serviks seringkali mengalami tekanan karena

penyakitnya tersebut menimbulkan rasa sakit, ketergantungan pada orang

lain, ketidakmampuan dan ketidak berdayaan dan hilangnya fungsi tubuh.

Kondisi depresi ini menyebabkan harapan negatif mengenai situasi


17

kesakitan yang lebih cepat pada penderita kanker, terlebih pasien yang

belum dapat menerima kenyataan tesebut dengan lapang hati. Jadi

berbagai reaksi psikologis seperti situasi stres dan sugesti penderita dapat

memberikan dampak pada perkembangan kanker ke stadium yang lebih

lanjut. Depresi pada pasien kanker stadium lanjut karena perasaan takut

akan dampak yang terjadi, misalnya perubahan body image dan kematian.

Takut akan kematian bisa berakibat terganggunya proses pengobatan.

Dalam hal ini pasien yang menjalani kemoterapi dan berobat di rumah

sakit membutuhkan metode perawatan dan pengobatan yang lebih khusus.

Pendekatan yang baik dan terapeutik dari dokter dan perawat akan

memperkuat koping pasien. Koping dibutuhkan pasien sebagai upaya

untuk mengatasi depresi (Setiawan, 2004)

2.2.4 Resiko yang Ditimbulkan Depresi


1. Bunuh Diri
Orang yang menderita depresi memiliki perasaan kesepian,

ketidakberdayaan dan putus asa. Sehingga mereka mempertimbangkan

membunuh dirinya sendiri.


2. Gangguan Tidur : Insomnia ataupun hypersomnia, Gangguan tidur dan

depresi biasanya cenderung muncul bersamaan. Setidaknya 80% dari orang

yang menderita depresi mengalami insomnia atau kesulitan untuk tidur. 15%

mengalami depresi dengan tidur yang berlebihan. Kesulitan tidur dianggap

sebagai gejala gangguan mood.


3. Gangguan Interpersonal
18

Individu yang mengalami depresi cenderung mudahtersinggung, sedih yang

berkepanjangan sehinggacenderung menarik diri dan menjauhkan diri dari

orang lain. Terkadang menyalahkan orang lain. Hal ini menyebabkan

hubungan dengan orang lain maupun lingkungan sekitar menjadi tidak baik.
4. Gangguan dalam pekerjaan
Depresi meningkatkan kemungkinan dipecat atau penderita sendiri yang

mengundurkan diri dari pekerjaan ataupun sekolah. Orang yang menderita

depresi cenderung memiliki motivasi yang menurun untuk melakukan

aktivitas ataupun minat pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari.

5. Gangguan pola makan


Depresi dapat menyebabkan gangguan pola makan atau sebaliknya

gangguan pola makan juga dapat menyebabkan depresi. Pada penderita

depresi terdapat dua kecenderungan umum menegenai pola makan yang

secara nyata mempengaruhi berat tubuh yaitu :


a. Tidak selera makan
b. Keinginan makan-makanan yang manis bertambah
6. Perilaku-perilaku merusak
Beberapa orang yang menderita depresi memiliki perilaku yang merusak

seperti, agresivitas dan kekerasan, menggunakan obat-obatan terlarang dan

alkhohol, serta perilaku merokok yang berlebihan.


2.2.5 Macam Gangguan Depresi
Gangguan depresi terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Major Depressive Disorder (MDD)
MDD ditandai dengan kondisi emosi sedih dan kehilangan kemampuan

untuk menikmati aktivitas yang biasa dilakukan, bersama dengan minimal 4

(empat) dari gejala di bawah ini :


19

a. Tidur terlalu banyak (10 jam atau lebih) atau terlalu sedikit (sulit untuk

tertidur, sering terbangun)


b. Kekakuan motoric
c. Kehilangan nafsu makan dan berat badan menurun drastis atau

sebaliknya makan berlebihan sehingga berat badan meningkat drastis.


d. Kehilangan energi, lemas, tidak bersemangat, tidak tertarik melakukan

apapun
e. Merasa tidak berharga
Kesulitan untuk berkonsentrasi, berpikir, dan membuat keputusan
f. Muncul pikiran tentang kematian berulang kali atau bunuh diri
Gejala-gejala ini muncul hampir sepanjang hari, setiap hari, selama

minimal 2 (dua) minggu dan bukan dikarenakan kehilangan yang wajar,

misalnya karena suami/istri meninggal. MDD sering disebut masyarakat

umum dengan istilah depresi.


2. Dysthymic Disorder (Gangguan Distimik/Distimia) Merupakan gangguan

depresi yang kronis. Individu yang didiagnosis mengalami distimik

mengalami kondisi depresif lebih dari separuh waktu dari minimal 2 (dua)

tahun. Jadi, dalam jangka waktu 2 (dua) tahun, separuh dari waktu tersebut

individu ini mengalami kondisi depresif, minimal mengalami 2 (dua) gejala

di bawah ini:
a. Kehilangan nafsu makan atau sebaliknya
b. Tidur terlalu banyak/terlalu sedikit
c. Merasa diri tidak berharga
d. Kesulitan berkonsentrasi dan mengambil keputusan
e. Mersa kehilangan harapan
Gejala tidak tampak jelas lebih dari 2 (dua) bulan. Tidak ada episode MDD

selama 2 tahun pertama gejala muncul. Gejala yang dialami lebih ringan

daripada MDD namun dengan waktu yang lebih lama.


2.2.6 Alat ukur depresi
20

Pengukuran tingkat depresi dilakukan dengan beberapa skala, dapat

menggunakan Hamilton Depression Rating Scale, Beck Depression Inventory,

The Center for Epidemiologic Studies Depression Scale, Zung Self-rating

Depression Scale, dan Goldberg Depression scale (Videbeck, 2008)


1. Hamilton Depression Rating Scale
Merupakan Skala berdasarkan klinis dengan Indikasi utama untuk dibuat

untuk mengukur keparahan dari gejala depresi dari pasien dengan penyakit

depresi primer, tetapi sering juga digunakan untuk memeriksa gejala depresi

pada kelompok lain. Penilaian dilakukan oleh dokter yang telah dilatih atau

profesional kesehatan mental dengan dasar observasi selama wawancara

dilakukan. Penilaian harus idealnya dilakukan dengan waktu yang tepat dan

tidak berbeda agar untuk menghindari pengaruh variasi diurnal. Periode

waktu yang dicakupi oleh skala yaitu kondisi klinis pada waktu wawancara.
Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan penilaian: 15-20 menit

merupakan wawancara yang semi-struktur. Hamilton mempublikasikan

rekomendasi untuk penilaian setiap item pada tahun 1967. Biasanya

menggunakan yang paling sering adalah edisi 17 pertanyaan. Hal ini juga

berguna untuk memantau perubahan pada gejala depresi selama terapi dan

dibandingkan efikasi dari intervensi yang berbeda. Validitas bisa menjadi

masalah pada pasien dengan populasi akibat mendapat pasien dengan

penyakit somatik yang berulanh. Ada beberapa konsensus untuk presentasi

yaitu dengan skor, dengan interpretasi sangat berat >23, berat 19-22

moderate, 14-18 ringan 8-13 dan tidak ada depresi, 0-7.


2. Beck Depression Inventory
21

Merupakan skala simptomatik yang di isi oleh tenaga kesehatan

profesional atau pasien dengan indikasi utama untuk mengukur sikap dan

gejala dari karakteristik depresi. Penilaian dilakukan oleh tenaga kesehatan

profesional atau diisi sendiri. Periode waktu yang mencakup dalam skala ini

yaitu 2 minggu sebelum evaluasi. Waktu yang digunakan untuk mengisi

penilaian sekitar 5-10 menit. Penilaian berisi 21 item dengan setiap

pertanyaan ada empat atau lima kategori respon yang dipesan sesuai dengan

keparahan, setiap item dinilai dengan skala 0 (tidak ada masalah) – 3. Skor

total dengan penjumlahan sederhana yaitu 21 skor item. Umumnya skor <9

mengindikasikan tidak ada atau depresi minimal, 10-18 menunjukkan

depresi ringan-sedang, 19-29 mengindikasikan depresi sedang-berat, dan

>30 mengindikasikan depresi berat. Akan tetapi skor 0-4 bisa juga

menunjukkan adanya penolakan diri terhadap depresi (denial) dan skor 40-

63 bisa menunjukkan eksagerasi dari depresi atau kelainan personalitas

histrionik atau borderline. Usia 10 tahun merupakan usia minimal untuk

melakukan penilaian terhadap diri sendiri. BDI sendiri sudah direvisi

menjadi BDI-II dan diterima pada tahun 1996 dan merupakan salah satu

kuesioner yang paling baru mendekati DSM-IV dan dapat dengan tepat

membedakan orang mana yang terkena depresi dan mempunyai risiko

rendah terkena depresi. Perbedaan BDI 1A dan BDI II ada di penambahan 4

item yaitu agitasi, perasaan tidak berharga, susah berkonsentrasi dan

kehilangan energi sehingga menyebabkan BDI II lebih reflektif terhadap


22

kriteria DSM IV dan beberapa item dari BDI 1A seperti hilangnya berat

badan, perubahan pencitraan tubuh, susah untuk bekerja dan gejala somatik

preokupasi dihilangkan karena hal tersebut kurang berindikasi terhadapa

keparahan depresi secara umum.


3. The Center for Epidemiologic Studies Depression Scale
Merupakan skala penilaian untuk menilai depresi atau kelainan depresif

yang diisi sendiri oleh penderita sebagai skrining gejala-gejala yang

berkaitan dengan depresi. Skala ini dikenal luas dan sering digunakan

sebagai instrumen didalam penelitian dibidang psikiatri. CESD – revised

terdiri dari 20 item dengan 9 grup gejala depresi yang berbeda-beda dengan

skala dari 0 (tidak sama sekali atau kurang dari sehari) – 3 (hampir setiap

haris selama 2 minggu) dengan interpretasi jika ditemukan anhedonia dan

disforia hampir setiap hari selama 2 minggu ditambah dengan 4 gejala utama

dari DSM-IV juga hampir setiap hari maka dianggap episode depresif mayor,

kemungkinan episode depresi mayor jika ditemukan anhedonia dan disforia

hampir setiap hari ditambah 3 gejala dari DSM-IV hampir setiah hari atau 5-

7 hari selama dua minggu, gejala depresi subtreshold jika skor dihitung

paling tidak 16 dan tidak ditemukan kriteria depresi, dan dinyatakan tidak

signifikan secara klinis jika < 16 dari 20 item.


4. Zung Self-rating Depression Scale
Diantara skala pengukuran tersebut yang paling umum dikenal dan

digunakan oleh para ahli serta pada penelitian - penelitian sebelumnya

adalah The Zung Self-Rating Depression Scale dan dari dr William K Zung

oleh karena skala ini memiliki validitas yang tinggi. Selain itu skala ini dapat
23

diisi sendiri dan kerahasiaannya juga lebih. terjamin. Untuk Zung Self-rating

Depression Scale berupa kuisioner yang berisi 20 pertanyaan dimana terdiri

dari 10 pertanyaan positif dan 10 pertanyaan negatif yang meliputi gejala

afektif, gejala psikologis dan gejala fisik yang berhubungan dengan depresi.

Sedangkan skala Zung Self-Rating Anxiety Scale berupa kuisioner yang

terdiri dari 20 pertanyaan dengan 15 pertanyaan tentang gejala untuk somatis

dan 5 pertanyaan tentang gejala untuk sikap. Dalam skala pengukuran Zung

baik untuk depresi dan kecemasan, pasien diminta untuk menentukan

frekuensi dengan gejala yang dialami yaitu dengan pilihan, tidak

pernah/sedikit, kadang - kadang, cukup sering, hampir sering/selalu. Dimana

setiap frekuensi tersebut mempunyai porsi nilai sendiri. Untuk masing

masing skala nantinya diperoleh total skor yang dikelompokkan dalam

tingkatan:
a. Skor 25-49 : Depresi minimal
b. Skor 50-59 : Depresi ringan
c. Skor 60-69 : Depresi sedang
d. Skor > 70 : Depresi Berat
5. Goldberg Depression scale
Tes ini terdiri dari 18 pertanyaan yang berkaitan dengan emosi/perasaan,

fisik, dan kecerdasan seseorang. Ini dirancang oleh Dr Ivan K. Goldberg

seorang psikiater terkemuka di New York sebagai alat self-assessment cepat

tetapi kurang akurat. Penting untuk diingat bahwa ini hanya tes cepat untuk

gejala depresi dan tidak menggantikan diagnosis dibuat oleh percakapan

tatap muka dengan seorang psikiater atau dokter professional yang ahli

tentang kesehatan mental. 18 pertanyaan di bawah ini mengacu pada


24

bagaimana seseorang merasa dan berperilaku selama seminggu yang lalu.

Untuk setiap pertanyaan, menunjukkan sejauh mana itu benar, dengan

memilih jawaban yang tepat yang digambarkan suasana hati Anda.

Tingkatan depresi menurut Goldberg :


a. Skor 0-9 : Tidak Depresi (normal)
b. Skor 10-17 : Sedikit Tertekan (cemas)
c. Skor 18-21 : Ambang Depresi
d. Skor 22-35 : Depresi ringan
e. Skor 36-53 : Depresi sedang
f. Skor 54 keatas : Depresi barat

2.2.7 Depresi Pada Kanker Serviks


Kanker adalah penyakit serius dan berpotensi mengancam nyawa yang

berpengaruh pada fisik dan kesejahteraan emosional pasien. Diagnosa kanker

merupakan salah satu stressor yang dapat memicu terjadinya tekanan psikologis

yang signifikan. Gangguan yang paling sering muncul akibat diagnosa kanker

adalah depresi. Depresi pada penderita kanker dapat disebabkan oleh berbagai

alasan termasuk reaksi psikologis yang disebabkan oleh diagnosis kanker, efek

samping pengobatan, usia, pendidikan, sosial ekonomi. Selain itu stadium

kanker, lama menderita kanker juga meningkatkan resiko depresi pada pasien

kanker (Tjokronegoro, 2006).


Orang yang menderita kanker sekaligus juga mengalami depresi, pasien

kanker serviks memiliki resiko untuk mengalami gangguan psikologis

tergantung lama menderita kanker. Pasien yang telah didiagnosa lebih dari 6

bulan sangat mempunyai resiko terjadinya gangguan kognitif, perilaku, afektif,

dan depresi. Hal lain yang berhubungan dengan adanya kejadian depresi pada

pasien kanker serviks adalah keberadaan, kepedulian dan kasih sayang dari
25

keluarga dan teman- teman. Orang yang memperoleh dukungan sosial akan

menimbulkan rasa aman, damai, dan sikap yang tenang bagi yang menerima

(Kaitel & Kopala dalam Lubis & Hasilda, 2009).


Kondisi dan penanganan pada penderita juga kanker akan dapat

menimbulkan stres, sehingga tidak saja mempengaruhi kondisi fisik tetapi juga

mempengaruhi kondisi psikologis penderita. Dampak fisik yang dialami antara

lain nafsu makan berkurang, penurunan berat badan, kerontokan rambut,

terjadinya nyeri di area panggul, perut bawah terasa sesak. Sedangkan, dampak

psikologi yang muncul jika mengetahui dirinya menderita kanker maka akan

menampilkan reaksi takut akan kematian, ketidakmampuan, ditelantarkan,

ketergantungan, kehilangan kemandirian, diputuskan dari hubungan fungsi

peran (Tim Kanker Serviks, 2010).


Selain itu umumnya penderita kanker memiliki penerimaan diri yang

rendah, harga diri yang rendah, merasa putus asa, bosan, cemas, frustasi,

tertekan dan takut kehilangan seseorang (Lubis, 2009). Jika perasaan-perasaan

lersebut dirasakan penderita dalam waktu yang cukup lama dapat

mengakibatkan depresi.
26

2.3 Kerangka Konseptual

Faktor penyebab kanker :

Hubungan seksual
Hal yang mempengaruhi
sebelum usia 18 tahun pikiran klien :
Kanker Serviks Lama menderita kanker
Karakteristik partner
Usia saat ini
Usia
Stadium kanker
Riwayat ginekologis

Dll

Tingkat Depresi:

1. Ringan
2. Sedang
3. Berat

Keterangan :
27

: Faktor yang diteliti

Gambar 2.1 Kerangka konseptual penelitian dengan judul Tingkat Depresi Pada
Klien dengan Kanker Serviks di Wilayah kerja Puskesmas Pacar Keling
Surabaya

Anda mungkin juga menyukai