Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM SISTEM TRANSMISI

JUDUL PERCOBAAN : KARAKTERISTIK SALURAN KOAKSIAL

KELAS/GROUP : BM4/04

NAMA PRAKTIKAN : 1. Annisa Pratiwi (4314030031)

2. Gena Pradita (4314030004)

3. Meiwa Rian P. (4314030008)

4. Tiur Nova Aditya (4314030018)

TANGGAL PERCOBAAN : 17 Maret 2016

TGL. PENYERAHAN LAP. : 17 Maret 2016

NILAI :

DOSEN :

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

PROGRAM STUDI BROADBAND MULTIMEDIA

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

2015
KARAKTERISTIK SALURAN KOAKSIAL

I. TUJUAN
A. Resistansi
1. Merangkai dan memahami fungsi jembatan Wheatstone
2. Mengukur resistansi kabel, inner, outter (screen)
3. Mengerti metode perluasan range pengukuran
4. Mengamati pengaruh frekuensi terhadap resistansi
5. Mengamati pengaruh panjang saluran terhadap resistansi
B. Induktansi
1. Merangkai dan mengerti fungsi jembatan Maxwell
2. Mengukur nilai induktansi dan resistansi dengan jembatan Maxwell
C. Kapasitansi
1. Merangkai dan mengerti fungsi jembatan Wien
2. Mengukur kapasitansi kabel saluran terbuka dan konduktansi
3. Menghitung impedansi karakteristik

II. PENDAHULUAN
A. Resistansi
Pengukuran resistansi kabel dapat dilakukan dengan jembatan DC atau dibaca

secara langsung dengan ohmmeter. Jika pengukuran AC dilakukan dan

frekuensinya ditingkatkan, karena adanya komponen reaktif.

Resistansi karakteristik saluran ditentukan dengan rumus berikut :

Dimana adalah panjang saluran (m)

B. Induktansi
Komponen reaktif yang timbul pada frekuensi yang tinggi harus diperhitungkan,

untuk itu digunakan jembatan Maxwell yang dilengkapi dengan penyeimbang

magnitude dan phase. Pada percobaan ini magnitude diseimbangkan oleh R4 dan

phasa oleh R2. Rumus yang digunakan pada jembatan Maxwell :

dan
C. Kapasitansi dan Impedansi Karakteristik
Jika saluran transmisi diterminasi dengan impedansi karakteristiknya maka tidak

akan terjadi gelombang berdiri pada saluran. Pada keadaan ini tegangan akan

sama di sepanjang saluran jika redaman diabaikan.


Untuk perhitungan digunakan sebagai berikut :

Pada daerah intermediet (100 KHz-1MHz), efek kulit mempengaruhi R dan L,

sehingga kabel HF mempunyai impedansi 50Ω pada frekuensi rendah dan 75Ω

pada frekuensi lebih tinggi.

III.ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN

No. Alat dan Komponen Jumlah


1 Multimeter 1 buah
2 Generator Fungsi 1 buah
3 Osiloskop 1 buah
4 Resistor 100 Ω 1 buah
5 Potensiometer 1 kΩ 1 buah
6 Potensiometer 470 kΩ 1 buah
7 Capasitor 470 kΩ 1 buah
8 Universal Bridge 1 buah
9 Saluran koaksial 1 buah

IV. DIAGRAM PERCOBAAN

1:1:40 mW

R3
100Ω Uy1 a
Rx
b

R4 R2
100Ω 1 kΩ
Gambar 1. Rangkaian Resistansi

a
R3 Rx Lx 1
b
100Ω

C Uy1
R4 10nF
R2
1 kΩ 1 kΩ
Gambar 2. Rangkaian Induktansi

1:1:40 mW

Rx Cx 1

a
R3
b
Gambar 3. Rangkaian Kapasitansi
100Ω dan Impedansi Karakteristik
Uy1
R4 R2
1kΩ 470 kΩ
C
V. PROSEDUR MELAKUKAN PERCOBAAN 10nF

A. Resistansi
1. Membuat rangkaian seperti Gambar 1.
2. Menghubungkan saluran ke jembatan pada a dan b, ujung saluran dihubung

singkat, dengan panjang saluran 100 m.


3. Memberi tegangan sumber 2 Vpp pada frekuensi 1 KHz.
4. Menyeimbangkan jembatan dan potensiometer hingga tegangan TP

minimum.
5. Menghitung Rx dengan persamaan 1.
6. Mengukur resistansi inner dan outer.
7. Menghitung impedansi karakteristik saluran dengan persamaan 2.
8. Mengulangi langkah 1 sampai 7 dengan mengubah frekuensi 10 kHz dan 100

kHz.
9. Mencatat hasil percobaan pada Tabel 1.
10. Mengulangi langkah 1 sampai 9 dengan mengganti panjang saluran 100 m.
11. Mencatat hasil percobaan pada Tabel 2.

B. Induktansi
1. Membuat rangkaian seperti Gambar 2, menyeimbangkan jembatan dan

menghitung nilai Rx dan Lx.


2. Menentukan nilai induktansi karakteristik dan resistansi karakteristik.
3. Menghitung faktor kualitas saluran.
4. Mencatat hasil percobaan pada Tabel 3.

C. Kapasitansi dan Impedansi Karakteristik


1. Membuat rangkaian seperti Gambar 3, menyeimbangkan dan mengukur R4

dan R2.
2. Menghitung nilai Cx, Rx, Gx, dan Z.
3. Mencatat hasil percobaan pada Tabel 4.

VI. HASIL PERCOBAAN


Tabel 1. Pengukuran dan perhitungan resistansi dengan panjang saluran 100 m

Frekuensi (kHz) R2 (Ω) Rx (Ω) Rsal (Ω/m)


1
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100

Tabel 2. Pengukuran induktansi saluran

Frekuensi (kHz) R2 (Ω) Rx (Ω) Lx (µH)


10
20
100

Tabel 3. Pengukuran kapasitansi dan impedansi karakteristik saluran. R3 = 100

Frekuensi Cx
R2 (Ω) R4 (Ω) Rx (Ω) Gx (S) Z (Ω) Lx (µH)
(kHz) (µF)
10
20
100
VII. ANALISA
Pada percobaan kali ini kami melakukan pengukuran dan perhitungan

resistansi terhadap frekuensi gelombang pada sebuah saluran koaksial sepanjang

100m yang ditampilkan dalam Tabel 1. Dalam tabel tersebut tampak saat

diberikan frekuensi sebesar 1 kHz, besar resistansi yang terukur pada

potensiometer adalah Ω, kemudian frekuensi dinaikan menjadi 10 kHz resistansi

terukur menjadi Ω, frekuensi terus dinaikan hingga mencapai 100 Khz dan

didapat nilai resistansi terukurnya menjadi Ω. Dari hasil tersebut diketahui

bahwa nilai frekuensi yang diberikan berbanding langsung dengan nilai resistansi

yang didapat, dimana semakin tinggi nilai frekuensi yang mengaliri suatu saluran

koaksial maka nilai resistansinya pun akan semakin tinggi. Rangkaian ini

merupakan jembatan Wheatstone dimana R2 .R3 = R4.Rx. Dari formula tersebut

maka didapat R4 = R3, maka R2 = Rx. Dengan rumus diatas maka dapat dihitung

nilai Rx nya dan dapat diketahui bahwa panjang saluran mempengaruhi besar

resistansinya, dimana semakin panjang sebuah saluran koaksial maka nilai

resistansinya akan semakin besar.


Percobaan selanjutnya, kami melakukan pengukuran dan perhitungan

nilai induktansi pada sebuah saluran koaksial sepanjang 100m yang ditampilkan

dalam Tabel 2. Dalam tabel tersebut diketahui saat diberikan frekuensi sebesar 10

kHz, potensiometer 1 menunjukan nilai resistansi sebesar Ω dan potensiometer 2

menunjukan nilai resistansi sebesar Ω. Kemudian frekuensinya dinaikan 2 kali

lipat menjadi 20kHz, potensiometer 1 dan 2 masing-masing menunjukkan nilai

resistansi sebesar Ω dan Ω. Terakhir frekuensi dinaikan kembali 10kali lipat dari

frekuensi awal menjadi 100kHz, potensiometer 1 menunjukan nilai resistansi

sebesar Ω dan potensiometer 2 menunjukan nilai resistansi sebesar Ω. Maka


dapat kita lihat bahwa besar frekuensi mempengaruhi nilai induktansi, dimana

semakin tinggi nilai frekuensi yang digunakan maka semakin tinggi pula nilai

induktasinya.
Pada percobaan terakhir, kami melakukan pengukuran kapasitansi dan

impedansi karakteristik pada sebuah saluran koaksial sepanjang 100 m. Saat

diberikan nilai frekuensi sebesar 10 kHz nilai resistansi yang terukur pada

potensiometer 1 adalah Ω dan potensiometer 2 adalah Ω. Saat frekuensi dinaikan

menjadi 20 kHz resistansi pada potensiometer 1 adalah Ω, dan potensiometer 2

yaitu Ω. Ketika frekuensi 100 kHz resistansi pada potensiometer 1 adalah Ω dan

potensiometer 2 yaitu Ω. Dari data yang telah kami dapatkan, bias dilihat bahwa

semakin tinggi frekuensi maka semakin tinggi pula resistansi potensiometernya.

VIII. KESIMPULAN
1. Semakin tinggi nilai frekuensi yang mengaliri suatu saluran koaksial, maka nilai

resistansinya pun akan semakin tinggi


2. Besar reaktansi induktif berbanding lurus dengan perubahan frekuensi dan nilai

induktansi induktor, semakin besar frekuensi arus bolak-balik dan semakin besar

nilai induktor, maka semakin besar nilai reaktansi induktif XL pada induktor

sebaliknya.
3. Semakin tinggi frekuensi maka semakin tinggi pula resistansinya.

Anda mungkin juga menyukai