Hemoragi adalah pengaliran darah keluar dari pembuluh darah yang bisa mengalir keluar
tubuh (perdarahan eksternal) atau ke dalam tubuh (perdarahan internal). Syok hemoragik
adalah syok yang terjadi akibat perdarahan dalam jumlah yang besar (500 ml). Banyak terjadi
dalam obsetri, disebabkan oleh perdarahan postpartum, perdarahan karena abortus,
kehamilan ektopik terganggu, plasenta previa, solusio plasenta, rupture uteri dan perlukaan
jalan lahir. Penanganannya adalah dengan menghilangkan penyebab dan mengganti segera
darah yang hilang.
Setelah terjadi pendarahan yang berat, volume darah yang ada menjadi sangat berkurang.
Hipovolumenya mengakibatkan hipotensi, sehingga penderita jauh ke dalam keadaan syok.
Setelah syok, terjadi peningkatan kadar catecholamine dalam darah yang disertai
vasokonstriksi arteriola-arteriola dan venula-venula dalam sirkulasi mikro. Vasokonstriksi
pada pembuluh-pembuluh darah ini berlangsung karena rangsangan simpatik. Akibatnya
terjadi hipotensi, susunana saraf simpatik mendapat rangsangan dari pusat-pusat vasomotor
dalam medulla yang lebih dahulu dirangsang oleh reseptor-reseptor regang (stretch receptors)
yang berada dalam sinus karotikus dan arkus aorta.
3. SHOCK HEMORAGIC
Uterus Tegang, bagian janin tak Tak tegang, Tak nyeri tekan
teraba,Nyeri tekan
3.2.4 Postpartum : perdarahan postpartum, luka-luka jalan lahir. Syok karena perdarahan, infeksi,
dan eklamsi adalah merupakan tiga hal utama pembawa kematian dalam
kebidanan. Hemoragi postpartum adalah kehilangan darah sebanyak 500 ml
atau lebih dari traktus genitalia setelah melahirkan.
Hemoragi postpartum primer yaitu mencakup semua kejadian peradarahan dalam 24 jam
setelah kelahiran.
Hemoragi postpartum sekunder yaitu mencakup semua kasus PPH yang terjadi antara 24
jam setelah kelahiran bayi dan 6 minggu masa postpartum.
Uterus atonik (terjadi karena, misalnya plasenta atau selaput ketuban tertahan)
Trauma genital (meliputi penyebab spontan dan trauma akibat penatalaksanaan atau
gangguan, misalnya kelahiran yang menggunakan peralatan termasuk seksio sesarian,
episiotomy).
Koagulasi intravaskular diseminata yaitu salah satu komplikasi yang terjadi pada sepsis
dan berkontribusi terhadap kejadian disfusi organ.
Inversi uterus
3.2.7 Penyebab hemoragi postpartum sekunder :
Pada syok hemoragi tindakan esensial adalah menghentikan perdarahan dan menganti
kehilangan darah. Setelah diketahui adanya syok hemoragi, penderita dibaringkan dalam
posisi Trendelenburg, yaitu dalam poisi terlentang biasa dengan kaki sedikit tinggi (30˚).
Dijaga jangan sampai penderita kedinginan badannya. Setelah kebebasan jalan nafas terjamin,
untuk meingkatkan oksigenisasi dapat diberi oksigen 100% kira-kira 5 liter/menit melalui
jalan nafas. Sampai diperoleh persediaan darah buat tranfusi, pada penderita melalui infus
segera diberi cairan dalam bentuk larutan seperti NaCl 0,9%, ringer laktat, dekstran, plasma
dan sebagainya. Sebagai pedoman dala menentukan jumlah volume cairan yang diperlukan,
dipergunakan ukuran tekanan vena pusat (CVP) dan keadaan diuresia. CVP dapat
dipergunakan untuk menilai hubungan antara volume darah yang mengalir ke jantung dan
daya kerja jantung. Tinggi CVP pada seseorang yang sehat yang berbaring adalah 5-8 cm air.
Tekanan akan menurun jika volume darah itu menjadi kurang dan akan menarik dengan
berkurangnya daya kerja jantung. Dengan demikian, CVP penting untuk memperoleh
informasi tentang keseimbangan antara darah yang mengalir ke jantung dan kekuatan jantung,
serta untuk menjaga jangan sampai pemberian cairan dengan jalan infus berlebihan. Selama
CVP masih rendah pemberian cairan dapat diteruskan akan tetapi jika CVP lebih dari normal
(15-16 cm air), hal itu merupakan isyarat untuk menghentikan atau saat untuk menggurangi
pemberian cairan dengan infus. Pemeriksaan hematokrit berguna sebagai pedoman pemberian
darah. Kadar hematokrit normal 40%, dan pada perdarahan perlu diberi darah sekian banyak,
sehingga hematokrit tidak kurang dari 30%. Jika dianggap perlu kepada penderita syok
hemoragi diberi cairan bikarbonat natrikus untuk mencegah atau meanggulangi asidosis.
Penampilan klinis penderita banyak member isyarat mengenai keadaan penderita mengenai
hasil perawatannya.
5. TERAPI :
Letakkan penderita datar punggunya, tinggikan kedua tungkai : “ posisi pisau lipat”.
Cegah agar tidak kedinginan (selimut, bantal), berikan oksigen.
5.2 Hemostatis
Pada suatu kedaruratan, tergantung atas penyebabnya, pembuluh darah atau serviks yang
ruptura diklem, uterus ditekan bimanual, tekan aorta. Dalam banyak hal, tidak mungkin
mengefektifkan hemostatis ditempat praktek dokter (kehamilan prematur, ektopik, ruptura
uteri, hematoma supralevator)
Berika Hydergine mula-mula sampai 1,2 mg, kemudian 0,6 mg IV. Berikan
Rheomacrodex (10%) : maksimum 10 ml/kg berat badan, tetapi hati-hati pada insufisiensi
ginjal.
Hanya bila diperlukan, kemudian berikan Demerol dalam dosis kecil : maksimum 50 mg
per dosis.
Selalu curiga kelainan pembekuan darah bila darah yang mengalir dari genitalia tidak
membeku atau membeku sangat lambat
Pada prinsipnya pasang kateter “indwelling”. Ukur pengeluaran air seni setiap jam.
5.8 Penatalksanaan jantung
Pada jantung yang tidak rusak sebelumnya dan pada penderita tua : Kombetin (strofantin)
0,25-0,5 mg IV atau Lanoxin (digitoksin) 0,25 mg IV.
PENUTUP
KESIMPULAN
Shock hemoragic adalah syok yang terjadi akibat perdarahan dalam jumlah yang besar
(500 ml). disebabkan oleh perdarahan postpartum, perdarahan karena abortus, kehamilan
ektopik terganggu, plasenta previa, solusio plasenta, rupture uteri dan perlukaan jalan lahir.
Syok hemoragi reversibel dibagi dalam 2 stadium :
DAFTAR PUSTAKA
Heller, Luz. 1997. Gawat Darurat Ginekologi Dan Obstetri. Jakarta : Egc.
Dsog., Chalik, Dr. Tma. 1997. Hemoragi Utama Obstetri Dan Ginekologi. Jakarta : Widya
Medika.
Mph., Mochtar, Prof. Dr. Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid 1. Jakarta : Egc.