Anda di halaman 1dari 13

Psoriasis dan Faktor Penyebab

Cynthia Tambunan ( 102016091 )


Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta, Indonesia
Terusan Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat, 11510

Abstrak
Psoriasis adalah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik dan residif, ditandai
dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama yang kasar, berlapis-lapis
dan transparan; disertai fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Koebner.
Penyebab psoriasis masih belum diketahui, namun terdapat beberapa faktor resiko timbulnya
psoriasis seperti faktor genetik dan faktor imunologi. Psoriasis bukanlah penyakit menular, tetapi
bersifat menurun. Para peneliti menemukan gen abnormal yang mengarah ke pembentukan
psoriasis pada penderita psoriasis. Gen ini bisa diturunkan dari orang tua kepada anak-anaknya.
Berbagai faktor pencetus pada psoriasis diantaranya stress psikis, infeksi fokal, trauma
(fenomena Kobner), endokrin, gangguan metabolik, obat, alkohol dan merokok. Stress psikis
merupakan faktor pencetus yang utama.
Kata Kunci : Psoriasis, bercak eritema, autoimun
Abstract
Psoriasis is an autoimmune, chronic and residif-causing disease, characterized by the presence
of tightly defined erythema spots with coarse, multi-layered and transparent skuama;
accompanied by the phenomenon of wax drips, Auspitz and Koebner. The cause of psoriasis is
still unknown, but there are several risk factors for the occurrence of psoriasis such as genetic
factors and immunological factors. Psoriasis is not a contagious disease, but it is declining. The
researchers found an abnormal gene that led to the formation of psoriasis in patients with
psoriasis. This gene can be passed from parents to their children. Various triggering factors in
psoriasis include psychic stress, focal infection, trauma (Kobner phenomenon), endocrine,
metabolic disorders, drugs, alcohol and smoking. Psychic stress is a major precipitating factor.
Keywords : Psoriasis, erythema spots, immunological factors

1
Fakultas Kedokteran UKRIDA
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Diagnosis psoriasis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan gejala klinik serta pemeriksaan
penunjang untuk membedakan apakah yang diderita merupakan penyakit yang disebabkan oleh
jamur, virus atau idiopatik.
Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan adanya keluhan yang merupakan gejala utama
yaitu :
 Bercak merah bersisik tebal seperti mika pada dada, perut, punggung, pinggang, kedua
tungkai atas dan bawah yang terasa gatal sejak 4 minggu yang lalu
 Gizi kurang
 Konjungtiva anemis +/+, lain-lain dalam batasan normal
Working Diagnosis
Psoriasis ialah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik dan residif, dan ditandai
dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama yang kasar, berlapis-lapis
dan transparan; disertai fenomena lilin, Auspitz, dan Kobner. Psoriasis juga disebut psoriasis
vulgaris berarti psoriasis yang berada di stadium biasa, karena ada psoriasis lain, misalnya
psoriasis pustulosa.1
Differential Diagnosis

Ptiriasis rosea ialah penyakit kulit yang belum diketahui penyebabnya, dimulai dengan sebuah
lesi inisial berbentuk eritema dan skuama halus. Kemudian disusul oleh lesi-lesi yang lebih kecil
dibadan, lengan dan paha atas yang tersusun sesuai dengan lipatan kulit dan biasanya
menyembuh dalam waktu 3-8 minggu. Ptiriasis rosea didapati pada semua umur, terutama
antara 15-40 tahun, pada wanita dan pria sama banyaknya.2

Gambar 1. Ptiriasis Rosea

2
Fakultas Kedokteran UKRIDA
Sifilis pada stadium II dapat menyerupai psoriasis dan disebut sifilis psoriasiformis.
Perbedaannya adalah skuama berwarna coklat tembaga dan sering disertai demam pada malam
hari (dolores nocturnal), STS positif (tes serologik untuk sifilis), terdapat senggama tersangka
(coitus suspectus), dan pembesaran kelenjar getah bening menyeluruh serta alopesia areata.2

Predileksi Dermatitis Seboroik pada alis, lipatan nasolabial, telinga sternum dan fleksura.
Sedangkan Psoriasis pada permukaan ekstensor terutama lutut dan siku serta kepala. Skuama
pada psoriasis kering, putih, mengkilap, sedangkan pada Dermatitis Seboroik skuama berminyak,
tidak bercahaya. Psoriasis tidak lazim pada wajah dan jika skuama diangkat tampak basah bintik
perdarahan dari kapiler (Auspitz sign), dimana tanda ini tidak ditemukan pada dermatitis
seboroik.2

Gambar 2. Dermatitis Seboroik

Etiologi3

Penyebab psoriasis hingga saat ini tidak diketahui, terdapat predisposisi genetik tetapi secara
pasti cara diturunkan tidak diketahui. Psoriasis tampaknya merupakan suatu penyakit keturunan
dan tampaknya juga berhubungan dengan kekebalan dan respon peradangan. Diketahui faktor
utama yang menunjang penyebab psoriasis adalah hiperplasia sel epidermis. Penyelidikan sel
kinetik menunjukkan bahwa pada psoriasis terjadi percepatan proliferasi sel-sel epidermis serta
siklus sel germinatum lebih cepat dibandingkan sel-sel pada kulit normal. Pergantian epidermis
hanya terjadi dalam 3-4 hari sedangkan turn over time epidermis normalnya adalah 28-56 hari.

Ada beberapa faktor – faktor yang dapat mencetuskan psoriasis, yaitu:

 Trauma: Dilaporkan bahwa berbagai tipe trauma kulit dapat menimbulkan psoriasis.

3
Fakultas Kedokteran UKRIDA
 Infeksi: Sekitar 54 % anak-anak dilaporkan terjadi eksaserbasi psoriasis dalam 2-3
minggu setelah infeksi saluran pernapasan atas. Infeksi fokal yang mempunyai hubungan
erat dengan salah satu bentuk psoriasis ialah Psoriasis Gutata, sedangkan hubungannya
dengan Psoriasis Vulgaris tidak jelas dan pernah di laporkan kasus-kasus Psoriasis Gutata
yang sembuh setelah diadakan tonsilektomi. Streptococcus pyogenes telah diisolasi
sebanyak 26 % pada Psoriasis Gutata Akut, 14 % pada pasien Psoriasis Plak, dan 16 %
pada pasien Psoriasis Kronik.
 Stres : Dalam penyelidikan klinik, sekitar 30-40 % kasus terjadi perburukan oleh karena
stres. Stres bisa merangsang kekambuhan psoriasis dan cepat menjalar bila kondisi pasien
tidak stabil. Pada anak-anak, eksaserbasi yang dihubungkan dengan stres terjadi lebih
dari 90 %. Stres psikis merupakan faktor pencetus utama. Tidak ditemukan gangguan
kepribadiaan pada penderita psoriasis. Adanya kemungkinan bahwa stres psikologis
dapat mengakibatkan menurunnya kemampuan menerima terapi dan dapat menyebabkan
deteriorasi terutama pada kasus berat.
 Alkohol : Umumnya dipercaya bahwa alkohol berefek memperberat psoriasis tetapi
pendapat ini belum dikonfirmasi dan kepercayaan ini muncul berdasarkan observasi
pecandu alkohol yang menderita psoriasis. Peminum berat yang telah sampai pada level
yang membayakan kesehatan sering ditemukan pada pasien psorasis berat laki-laki
dibandingkan penderita psorasis lainnya. Kemungkinan alkohol yang berlebihan dapat
mengurangi kemampuan pengobatan dan juga adanya gejala stres menyebabkan parahnya
penyakit kulit.
 Faktor endokrin : Puncak insiden psoriasis pada waktu pubertas dan menopause. Pada
waktu kehamilan umumnya membaik, sedangkan pada masa pasca partus memburuk.
 Sinar matahari : Dilaporkan 10 % terjadi perburukan lesi.

Manifestasi Klinis4
Pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Kobner (isomorfik).
Fenomena tetesan lilin dan Auspitz merupakan gambaran khas pada lesi psoriasis dan merupakan
nilai diagnostik, kecuali pada psoriasis inverse (psoriasis pustular) dan digunakan untuk
membandingkan psoriasis dengan penyakit kulit yang mempunyai morfologi yang sama,
sedangkan Kobner tidak khas, karena didapati pula pada penyakit lain, misalnya liken planus,

4
Fakultas Kedokteran UKRIDA
liken nitidus, veruka plana juvenilis, pitiriasis rubra pilaris, dan penyakit Darier. Fenomena
Kobner didapatkan insiden yang bervariasi antara 38-76 % pada pasien psoriasis. Fenomena
tetesan lilin ialah skuama yang berubah warnanya menjadi putih pada goresan, seperti lilin yang
digores disebabkan oleh berubahnya indeks bias. Cara menggores dapat menggunakan pingir
gelas alas.
Pada fenomena Auspitz tampak serum atau darah berbintik-bintik yang disebakan oleh
papilomatosis. Cara megerjakannya : skuama yang berlapis-lapis itu dikerok, bisa dengan pinggir
gelas alas. Setelah skuamanya habis, maka pengerokan harus dilakukan perlahan-lahan, jika
terlalu dalam tidak akan tampak perdarahan yang berbintik-bintik melainkan perdarahan yang
merata.
Fenomena Kobner dapat terjadi 7-14 hari setelah trauma pada kulit penderita psoriasis, misalnya
garukan dapat menyebabkan kelainan yang sama dengan kelainan psoriasis.

Klasifikasi Psoriasis5-7

 Psoriasis Guttate

Bentuk psoriasis ini menyerupai bintik-bintik merah kecil di kulit. Bercak (lesions)
guttate biasanya timbul pada badan dan kaki, Bintik-bintik ini biasanya tidak setebal atau
bersisik seperti bercak-bercak (lesions) pada psoriasis plak. Psoriasis Guttate kadang-
kadang timbul secara tiba-tiba. berbagai kondisi diketahui menjadi pencetus timbulnya
psoriasis guttate, termasuk infeksi saluran pernafasan atas, infeksi streptococcal,
amandel, stress, luka pada kulit dan penggunaan obat-obatan tertentu (termasuk anti-
malaria dan beta-bloker). Infeksi streptococcal pada tenggorokan (strep throat) biasanya
merupakan salah satu pencetus psoriasis guttate, strep throat bisa terjadi tanpa gejala dan
tetap bisa menimbulkan psoriasis guttate. Psoriasis Guttate masih bisa tetap ada,
walaupun infeksi streptokokus telah hilang. Bentuk psoriasis ini dapat hilang dengan
sendirinya, kadang-kadang penderita akan sembuh untuk selamanya, atau sembuh untuk
sementara waktu kemudian kambuh kembali sebagai pecahan dari psoriasis plak. kadang-
kadang psoriasis guttate bisa timbul pada masa anak-anak dan terbawa sampai dewasa.

5
Fakultas Kedokteran UKRIDA
Gambar 3. Psoriasis Guttate

 Psoriasis Kuku

Menyerang dan merusak kuku dibagian bawah kuku tumbuh banyak sisik seperti serbuk,
jenis ini termasuk yang sulit/bandel untuk disembuhkan bagi penderita.

Gambar 4. Psoriasis Kuku

 Psoriasis Plak

Hampir 80% dari penderita psoriasis adalah tipe psoriasis plak yang secara ilmiah disebut
juga psoriasis vulgaris (yang berarti umum). Tipe plak ini bersifat meradang pada kulit
menimbulkan bercak merah yang dilapisi dengan kulit yang tumbuh berwarna keperakan
yang umum nya akan terlihat pada sekitar alis,lutut, kepala (seperti ketombe), siku juga
bagian belakang tubuh sekitar panggul serta akan meluas kebagian-bagian kulit lainnya.
Pada awal timbulnya bintik merah yang berangsur-angsur membesar menjadi bercak
merah yang disebut plak atau bercak yang kemudian tumbuh dengan lebih cepat

6
Fakultas Kedokteran UKRIDA
menutupi bercak merah dengan kulit yang berwarna putih keperakan (berpetak-petak)
yang terjadi dari sel-sel kulit yang mati, yang akan terus menerus terlepas dari kulit yang
terkena radang psoriasis plak tersebut. Pada umumnya kulit-kulit yang terkena psoriasis
akan sangat kering juga terasa sakit/perih, gatal dan terkelupas.

Gambar 5. Psoriasis Plak

 Psoriasis Inverse

Inverse psoriasis ditemukan pada ketiak, pangkal paha, dibawah payudara, dan di lipatan-
lipatan kulit di sekitar kemaluan dan panggul Tipe psoriasis ini pertama kali tampak
sebagai bercak (lesions) yang sangat merah dan biasanya lack the scale associated dengan
psoriasis plak. Bercak itu bisa tampak licin dan bersinar. Psoriasis Inverse sangat
(particularly irritating) menganggu karena iritasi yang disebabkan gosokan/garukan dan
keringat karena lokasinya di lipatan-lipatan kulit dan daerah sensitif (tender). terutama
sangat mengganggu bagi penderita yang gemuk dan yang mempunyai lipatan kulit yang
dalam.

Gambar 6. Psoriasis Inverse

7
Fakultas Kedokteran UKRIDA
 Psoriasis eksudativa

Bentuk ini sangat jarang. Biasanya kelainan psoriasis kering, tetapi pada bentuk ini
kelainannya eksudatif seperti dermatitis akut.

 Psoriasis pustulosa

Ada dua bentuk psoriasis pustular, yaitu palmar-plantar dan generalisata :

a. Pustulosis palmar plantar


Pustulosis palmar plantar juga dikenal sebagai psoriasis pustular palmar plantar. Bentuk
psoriasis ini terlokalisasi berupa pustul steril pada telapak tangan dan kaki, biasanya
tersusun secara simetris. Bentuk psoriasis ini jarang sekali pada usia sebelum dewasa, dan
dapat tampak de novo atau pada pasien yang telah diketahui terkena psoriasis.
Biasanya terdapat eritem yang berbatas tegas, dengan skuama pada daerah yang
berpustul. Pustul awal berwarna krem putih klasik dengan dasar eritem. Hal diatas
biasanya berwarna matur sampai setengah kecoklatan,

Gambar 8. Psoriasis Pustular Plamar Plantar

b. Psoriasis pustular generalisata


Psoriasis pustular generalisata adalah suatu kedaruratan kulit. Tampak pustul steril yang
biasanya dengan dasar kulit eritroderma (kerusakan kulit total). Sering sekali kulit pasien
tampak berwarna sangat merah dengan sedikit atau tidak ada skuama.

8
Fakultas Kedokteran UKRIDA
Gambar 9. Psoriasis Pustular Generalista

 Eritroderma psoriatic

Dikatakan eritroderma jika menyerang lebih dari 95% kulit dengan lesi kulit apapun.
Psoriasis eritrodermi dapat timbul melalui dua cara,yaitu :
1. Lesi kronik yang secara bertahap berkembang menjadi plak yang luas, yang meliputi
hampir seluruh bagian tubuh. Kondisi ini kadang menyebabkan gangguan sistemik dan
biasanya berespon baik dengan pengobatan ringan hingga moderat.
2. Psoriasis yang tidak stabil dapat tiba-tiba berkembang atau mengikuti periode
peningkatan ketidakstabilan dan intoleransi terhadap terapi topikal. Hal ini merupakan
kedaruratan medis dan pasien seharusnya di rawat di rumah sakit untuk mendapatkan
terapi dan pengawasan yang intensif. Hal tersebut dihubungkan dengan gangguan
sistemik yang signifikan dan dapat menghasilkan ketidakseimbangan kontrol suhu tubuh
dan ketidakseimbangan cairan tubuh. Kondisi ini bisa dipicu oleh hipokalemi, anti
malaria, coal tar atau kegagalan terapi sistemik terutama steroid sistemik

Penatalaksanaan8
Pengobatan sistemik
1. Kortikosteroid
Kortikosteroid dapat mengontrol psoriasis, dosisnya kira-kira ekuivalun dengan
prednison 30 mg per hari. Setelah membaik, dosis diturunkan perlahan-lahan, kemudian
diberi dosis pemeliharaan. Penghentian obat secara mendadak akan menyebabkan
kekambuhan dan dapat terjadi psoriasis pustulosa generalisata.
2. Obat sitostatik
Obat sitostatik yang biasanya digunakan ialah metotreksat. Indikasinya ialah untuk
psoriasis, psoriasis pustulosa, psoriasis artritis dengan lesi kulit, dan eritroderma karena
psoriasis, yang sukar terkontrol dengan obat standar.

9
Fakultas Kedokteran UKRIDA
Kontraindikasinya ialah kelainan hepar, ginjal, sistem hematopoetik, kehamilan, penyakit
infeksi aktif (misalnya tuberkulosis), ulkus peptikum, kolitis ulserosa, dan psikosis.
Efek sampingnya di antaranya ialah nyeri kepala, alopesia, juga terhadap saluran cerna,
sumsum tulang belakang, hepar, dan lien. Pada saluran cerna berupa nausea, nyeri
lambung stomatitis ulserosa, dan diare. Jika hebat dapat terjadi enteritis hemoragik dan
perforasi intestinal. Depresi sumsum tulang berakibat timbulnya leukopenia,
trombositpenia, kadang-kadang anemia. Pada hepar dapat terjadi fibrosis dan sirosis.
3. Asitretin
Asitretin digunakan bagi psoriasis yang sukar disembuhkan dengan obat-obat lain
mengingat efek sampingnya. Cara kerjanya belum diketahui pasti. Pada psoriasis obat
tersebut mengurangi proliferasi sel epidermal pada lesi psoriasis dan kulit normal.
Efek sampingnya sangat banyak diantaranya pada kulit (menipis); selaput lendir pada
mulut, mata, dan hidung kering: peninggian lipid darah; gangguan fungsi hepar;
hiperostosis; dan teratogenik. Kehamilan hendaknya tidak terjadi sebelum 2 tahun setelah
obat dihentikan.
4. Siklosporin
Efeknya ialah imunosupresif. Dosisnya 6 mg/kgBB sehari. Bersifat nefrotoksik dan
hepatotoksik. Hasil pengobatan untuk psoriasis baik, hanya setelah obat dihentikan dapat
terjadi kekambuhan.
5. Terapi biologik
Obat biologik merupakan obat yang baru, efeknya memblok langkah molekular spesifik
penting pada patogenesis psoriasis ialah infiksimal, alefasep, etanersep, efalizumab,
adalimumab dan ustekimumab. Ternyata hasil pengobatan dengan obat yang terakhir ini
lebih baik daripada dengan etanersef. Efalizumab sekarang oleh FDA ditarik dari
peredaran karena dapat menimbulkan risiko timbulnya leukoensefalopatik multipel yang
dapat menyebabkan infeksi otak dan menyebabkan kematian.
Pengobatan topikal
1. Preparat ter
Obat topikal yang biasa digunakan ialah preparat ter, efeknya ialah antiradang. Menurut
asalnya preparat ter dibagi menjadi 3, yakni yang berasal dari:
- Fosil, misalnya iktiol

10
Fakultas Kedokteran UKRIDA
- Kayu, misalnya oleum kadini dan oleum ruski
- Batubara, misalnya: liantral dan likuor karbonis detergens.
Preparat ter yang berasal dari fosil biasanya kurang efektif untuk psoriasis, yang cukup
efektif ialah yang berasal dari batubara dan kayu.
Pada psoriasis yang telah menahun lebih baik digunakan ter yang berasal dari batubara,
karena ter tersebut lebih efektif daripada ter yang berasal dari kayu dan pada psoriasis
yang menahun kemungkinan timbulnya iritasi kecil. Sebaliknya pada psoriasis akut
dipilih ter dari kayu, karena jika dipakai ter dari batubara dikuatirkan akan terjadi iritasi
dan menjadi eritroderma.
2. Kortikosteroid
Kortikosteroid topikal memberi hasil yang baik. Potensi dan vehikulum bergantung pada
lokasinya. Pada skalp, muka dan daerah lipatan digunakan krim, di tempat lain digunakan
salap. Pada daerah muka, lipatan dan genitalia eksterna dipilih potensi sedang. Pada
batang tubuh dan ekstremitas digunakan salap dengan potensi kuat atau sangat kuat
bergantung pada lama penyakit. Jika telah terjadi perbaikan potensinya dan frekuensinya
dikurangi.
3. Antralin
Obat ini dikatakan efektif. Kekurangannya ialah mewarnai kulit dan pakaian. Konsentrasi
yang digunakan biasanya 0,2-0,8% dalam pasta, salap atau krim. Lama pemakaian hanya
¼ - ½ jam sehari sekali untuk mencegah iritasi. Penyembuhan dalam 3 minggu.
4. Pengobatan dengan penyinaran
Seperti diketahui sinar ultraviolet mempunyai efek menghambat mitosis, sehingga dapat
digunakan untuk pengobatan psoriasis. Cara yang terbaik ialah penyinaran secara
alamiah, tetapi sayang tidak dapat diukur dan jika berlebihan malah akan memperparah
psoriasis. Karena itu digunakan sinar ultraviolet artifisial, diantaranya sinar A yang
dikenal sebagai UVA. Sinar tersebut dapat digunakan secara tersendiri atau berkombinasi
dengan psoralen (8-metoksipsoralen, metoksalen) dan disebut PUVA, atau bersama-sama
dengan preparat ter yang dikenal sebagai pengobatan cara Goeckerman.

11
Fakultas Kedokteran UKRIDA
Prognosis
Psoriasis tidak menyebabkan kematian tetapi menggangu kosmetik karena perjalanan
penyakitnya bersifat kronis dan residif.
Pencegahan
Tidak ada cara yang spesifik untuk menghindari penyakit autoimune dan turunan ini, bayak ahli
dan penelitian mengatakan hanya lindungi kulit dari berbagai macam bentuk pajanan yang dapat
merangsang terjadinya penyakit ini seperti pajanan sinar matahari, trauma dan lain-lain, serta
gunakan berbagai pelindung atau nutrisi bagi kulit.
Komplikasi
Kencing manis, ini dapat menjadi faktor infeksi sekunder apabila terjadi luka yang menyebabkan
luka tersebut menjadi susah sembuh, dan apabila psoriasis dalam fase eritoderma psoriatik atau
pustular psoriatik maka prognosis kesembuhan akan menurun menjadi arah yang buruk.
Penutup
Laki-laki berusia 40 tahun dengan keluhan bercak merah bersisik pada siku sejak 6 minggu yang
lalu disebabkan menderita dermatosis eritroskuamosa yaitu psoriasis. Pada psoriasis terdapat
fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Kobner (isomorfik). Penyebab psoriasis hingga saat ini tidak
diketahui.

12
Fakultas Kedokteran UKRIDA
Daftar Pustaka
1. Wasitaatmadja SM, Djuandi A, Natahusada EC. Ilmu Penyakit kulit Kelamin. Faal Kulit,
Dermatosis Eritoskuamosa, Sifilis. Jakarta: Badan Penerbit FKUI. 2013. h.7.189-
203.384.
2. Qauliyah A. Diagnosis dan Terapi Psoriasis. Jakarta ; 2006
3. Yuliastuti D. 2015. Psoriasis. 42(12). h.902-6.
4. Brown RG, Burns T. Lecture notes dermatologi. Dalam: Safitri A, editor. Edisi ke-8.
Jakarta: Erlangga; 2005. h.11-2.
5. Sinaga D. 2013. Pengaruh Stress Psikologis terhadap Pasien Psoriasis. 1(2). h.129-134.
6. Apriliana KF, Mutiara H. Psoriasis Vulgaris Pada Laki-laki 46 Tahun. 2017. Diunduh
dari : http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/agro/article/viewFile/1568/pdf. Pada 16
April 2018.
7. Astindari, Sawitri, Sandhika W. 2014. Perbedaan Dermatitis Seboroik dan Psoriasis
Vulgaris Berdasarkan Manifestasi Klinis dan Histopatologi. 26(1). 72-8.
8. Jacoeb TNA. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin cetakan ke 7. Fakultas Kedokteran Umum
Indonesia. Jakarta. 2017. h.213-222.

13
Fakultas Kedokteran UKRIDA

Anda mungkin juga menyukai