Bab I Catatan Medis
Bab I Catatan Medis
CATATAN MEDIS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. A
Umur : 11 Tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Agama : Islam
No RM : 023606
Tgl masuk bangsal : 28 Januari 2019
II. ANAMNESE
Anamnese dilakukan secara alloanamnesis pada Ibu Pasien tanggal
28 Januari 2019 jam 08.00 WITA. Di Bangsal Unit Gawat Darurat RSUD
MUNA.
Keluhan Utama : Sesak napas
Riwayat Penyakit Sekarang :
1
Pasien masuk dengan keluhan sesak napas, sejak kurang lebih 1
minggu terakhir, yang dialami terus-menerus. Sesak tidak dipengaruhi oleh
posisi. Sesak napas disertai dengan pembengkakan pada wajah.
Demam (+) (menurun dengan menggunakan obat penurun panas,
namun kemudian suhu pasien naik lagi), demam dirasakan sejak kurang
lebih 10 hari terakhir. Nyeri kepala (+), batuk(-), nyeri dada (-), mual (-),
muntah (-). BAB lancar, biasa. BAK warna merah, sejak kurang lebih 1
minggu terakhir, sampai sekarang (28 Januari 2019).
Data Khusus
1. Riwayat Kehamilan/Pre Natal :
An.M.R adalah anak pertama dari Ny.A saat berusia 24 tahun.
Ibu rutin periksa kehamilan lebih dari 4 kali di puskesmas. Waktu
hamil tidak pernah sakit, mengkonsumsi obat-obatan Vitamin dan Zat
Besi dari dokter, tidak mengkonsumsi alkohol, maupun rokok. Suntik
TT sebanyak dua kali. kehamilan cukup bulan.
2. Riwayat persalinan/natal :
Lahir secara normal, langsung menangis kuat, dan segera
dilakukan inisiasi menyusui dini. Berat badan saat lahir 2700gram,
panjang badan 48 cm
3. Riwayat pasca persalinan/ post natal :
Tidak ada perdarahan post partum
Riwayat Imunisasi
2
DPT 3 kali 2,3,4 bulan Lengkap
Hepatitis B 4 kali 0,2,3,4 bulan Lengkap
Polio 4 kali 1,2,3,4 bulan Lengkap
Campak 1 9 bulan Lengkap
Kesan : imunisasi dasar lengkap sesuai umur
Umur Perkembangan
3
Motorik Halus : masukan benda kemulut
Bahasa : meniru bunyi
Sosial : mengenal anggota keluarga
Pertumbuhan :
Pertambahan BB dan PB tiap bulan tidak ingat hanya sesuai garis hijau di
KMS
Suhu : 38° C
5. Status Internus
a) Kepala
Kesan mesocephal, UUB datar sudah menutup
b) Mata
Mata cowong (-), Konjungtiva palpebra anemis (-/-), Sklera ikterik
(-/-), pupil isokor (3mm/3mm), reflek pupil direk (+/+), reflek
pupil indirek (+/+)
c) Telinga
Sekret (-/-), darah (-/-), gangguan fungsi pendengaran(-/-)
d) Hidung
4
Napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), epistaksis (-/-), septum
deviasi (-/-)
e) Mulut
Bibir kering (-), bibir sianosis (-), lidah kotor (-), gusi berdarah (-),
Tonsil T1-T1, faring hiperemis (-)
f) Leher
Simetris, trachea di tengah, pembesaran KGB (-), tiroid (Normal),
kaku kuduk (-)
g) Thorax
Dextra Sinistra
Depan
1. Inspeksi
Bentuk dada Ø Lateral >Antero Ø Lateral >Antero
posterior posterior
Hemitorak
Simetris Simetris
Dinamis
2. Palpasi Simetris Simetris
Stem fremitus
Pelebaran ICS Dextra = sinistra Dextra = sinistra
Arcus Costa (-) (-)
3. Perkusi Normal Normal
5
paru Sonor di seluruh Sonor di seluruh
lapang paru lapang paru
4. Auskultasi
Suara dasar
Suara tambahan Vesikuler Vesikuler
Wheezing(-), ronki (-) Wheezing(-), ronki (-)
SD : vesikuler SD : vesikuler
ST : ronki (-/-), wheezing (-) ST : ronki (-/-), wheezing (-)
Cor
6
A.iliaca sinistra (-).
Perkusi : Timpani seluruh regio abdomen, pekak sisi (+)
normal, pekak alih (sulit dinilai)
Palpasi : turgor cukup, hepar tidak teraba, lien tidak
teraba, ginjal tidak teraba.
i) Ekstremitas
Superior Inferior
Akral dingin -/- -/-
Oedem -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Capilary refill <2”/ <2” <2”/ <2”
V. ASSESMENT
Diagnosis Banding :
1) Diare
Diare akut tanpa tanda dehidrasi
Diare akut dengan dehidrasi ringan sedang
Diare akut dehidrasi berat
2) Kejang
7
Diagnosis Kerja :
Diagnosis Klinis : Diare Akut Tanpa Tanda Dehidrasi, Kejang
Demam Kompleks
Diagnosis Tumbang : Tumbuh kembang sesuai usia
Diagnosis Gizi : gizi lebih
Diagnosis Imunisasi : Imunisasi dasar lengkap sesuai usia
8
Monitoring kejang, diare, febris
Monitoring resiko kejang berulang dan komplikasi
Ip Ex :
- Jelaskan penyakit diare, kejang, muntah, dan evaluasi demam
- Menjelaskan pengobatan, dan komplikasi penyakit
- Motivasi untuk ikut memantau tanda dan gejala kegawatan pada
anak.
- Motivasi anak banyak minum
- Motivasi orangtua tentang penyebab kejang, resiko berulang, dan
penanganan awal serta harus monitor suhu anak dengan
termometer bila demam.
- Mengganti susu sementara dengan soya
VII. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : dubia ad bonam
Quo ad Sanam : dubia ad bonam
Quo ad Fungsionam : dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
GNA
9
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI GINJAL
Panjang dan beratnya bervariasi yaitu ±6 cm dan 24 gram pada bayi lahir
cukup bulan, sampai 12 cm atau lebih dari 150 gram. Pada janin permukaan ginjal
tidak rata, berlobus-lobus yang kemudian akan menghilang dengan bertambahnya
umur.1
10
bowman juga disebut badan maplphigi. Meskipun ultrafiltrasi plasma terjadi di
glomerulus tetapi peranan tubulus dalam pembentukan urine tidak kalah
pentingnya.1
Tiap ginjal memiliki sekitar 1,2 juta nefron. Tiap nefron terdiri dari
korpuskulum renalis yang menyaring plasma darah dan tubulus renalis yang
merubah hasil filtrasi menjadi urine. Korpuskulum renalis terdiri dari
11
glomerulus dan kaspsula glomerular (kapsula Bowman) yang melapisinya.
Lapisan dari glomerulus terdiri dari:
Endotel Fenestrata dari Kapiler
Sel endoteliar dari kapiler glomerulus berbentuk seperti sarang lebah
dengan pori pori filtrasi yang besar sekitar 70-90 nm. Kapiler ini sangat
permeabel walaupun porinya cukup kecil untuk menyingkirkan sel darah
dari filtrasi.
Membrana Basalis
Membran ini terdiri dari jel proteoglikan. Beberapa partikel dapat
melewati celah kecil dari membran ini, tetapi kebanyakan darinya tidak
dapat, seperti molekul yang besarnya lebih dari 8 nm. Beberapa molekul
yang lebih kecil dapat dipertahankan agar tidak melewat celah dengan
adanya listrik negatif pada proteoglikan. Albumin hampir mencapai 7 nm
tetapi tidak dapat melewati membran karena adanya muatan negatif
tersebut. Walaupun plasma darah mengandung 7% protein, tetapi filtrat
glomerulus hanya mengandung 0,03% protein, terdiri dari banyak
albumin, termasuk beberapa hormon.
Celah Filtrasi
Podosit dari kapsula glomerulus berbentuk seperti gurita, dengan adanya
badan sel bulbosa dengan beberapa lengan tebal dimana tiap lengannya
memiliki banyak perpanjangan kecil yang disebut "foot processes"
(pedikel) yang mengelilingi kapiler.
12
sehingga tekanan yang dihasilkan akan membuat darah dari kapiler melewati
membran atau disebut tekanan filtrasi net (NFP). Tingginya tekanan darah pada
glomeruli membuat ginjal tidak dapat bertahan lama pada hipertensi, sehingga
dapat menimbulkan efek yang buruk dan terjadinya gagal ginjal. Hipertensi
dapat menyebabkan rupturnya kapiler glomerular sehingga dapat menimbulkan
cidera (nefrosklerosis). Hal ini akan membuat terjadinya atherosclerosis dari
pembuluh darah renal seperti di tempat lain dan mengurangi suplai darah renal
sehingga mengakibatkan gagal ginjal.
Glomerular Filtration Rate merupakan jumlah dari filtrat yang terbentul per
menit oleh kedua ginjal. Tiap 1 mmHg dari NFP, ginjal membentuk 12,5 mL
filtrat/menit. Tetapi hanya sebagian kecil. GFR harus dikontrol dengan tepat,
regulasinya dikontrol oleh beberapa cara, yaitu:
Autoregulasi Renal
Kemampuan nefron untun mengatur aliran darah dan GFR tanpa ada
kendali dari luar (syaraf atau hormon) sesuai dengan adanya perubahan
di tekanan darah arteri. Output urin akan hanya sedikit meningkat dengan
bantuan autoregulasi saat MAP (Mean Arterial Pressure) meningkat.
Terdapat 2 mekanisme dari auregulasi 1). Mekanisme Miogenik,
mekanisme ini mengendalikan GFR dengan bergantung pada kontraksi
otot polos saat meregang. Ketika tekanan darah arteri meningkat, maka
otot polos arteriol aferen akan meregang, maka arteriol akan mengalami
kontraksi untuk mencegah aliran darah masuk ke dalam glomerulus,
demikian sebaliknya. 2). Tubuloglomerular Feedback, yaitu mekanisme
ketika glomerulus menerima feedback mengenai status cairan dari
13
tubular agar filtrasi selanjutnya disesuaikan untuk meregulasi komposisi
cairan, menstabilisasi dan kompensasi akan adanya fluktuasi dari tekanan
darah. Terdapat 3 tipe sel yang berperan dalam mekanisme ini, yaitu
makula densa (epitel pada ujung dari loop nefron pada sisi tubulus yang
berhadapan dengan arteriol), sel jukstaglomerular (otot polos pada
arteriol aferen yang secara langsung bersebrangan dengan makula densa.
Sel ini akan terstimulasi dari makula, dan akan melakukan konstriksi atau
dilatasi dan berhubungan dengan sistem RAA), dan sel mesangial (sel
diantara arteriol aferen dan eferen dan diantara kapiler glomerulus yang
juga berperan untuk memfagositosis debris jaringan). Ketiganya saling
berhubungan dan berkomunikasi dengan adanya sekresi parakrin.
Kontrol Simpatis
Simpatis banyak menginervasi pembuluh darah renal, dan mengatur GFR
pada kondisi tertentu seperti syok.3
Mekanisme Renin-Angiotensin-Aldosteron
B. DEFINISI
14
Istilah Glomerulonefritis, digunakan untuk berbagai penyakit ginjal, yang
etiologinya tidak jelas, akan tetapi secara umum memberikan gambaran
histopologi tertentu pada glomerolus.1
Glomerulonefritis dapat dibagi atas dua golongan besar, yaitu bentuk
difusa dan bentuk fokal. Pada bentuk difusa, perubahan tampak pada hampir
semua lobulus pada struktur glomerulus, sedangkan pada bentuk fokal, hanya satu
atau beberapa bagian glomerulus yang terkena.1
C. ETIOLOGI
Kelompok Infeksi
Penyebab infeksi yang paling sering GNA adalah infeksi oleh spesies
Streptococcus (yaitu, kelompok A, beta-hemolitik). Dua jenis telah dijelaskan,
yang melibatkan serotipe yang berbeda:
Serotipe M1, 2, 4, 12, 18, 25 - nefritis Poststreptococcal akibat infeksi
saluran pernapasan atas, yang terjadi terutama di musim dingin
15
Serotipe 49, 55, 57, 60 - nefritis Poststreptococcal karena infeksi kulit,
biasanya diamati pada musim panas dan gugur dan lebih merata di daerah
selatan Amerika Serikat.
GNA pasca infeksi streptokokus (GNAPS) biasanya berkembang 1-3 minggu
setelah infeksi akut dengan strain nephritogenic spesifik grup A streptokokus beta-
hemolitik. Insiden GN adalah sekitar 5-10% pada orang dengan faringitis dan
25% pada mereka dengan infeksi kulit.
GN pascainfeksi Nonstreptococcal mungkin juga hasil dari infeksi oleh
bakteri lain, virus, parasit, atau jamur. Bakteri selain streptokokus grup A yang
dapat menyebabkan GNA termasuk diplococci, streptokokus lainnya,
staphylococci, dan mikobakteri. Salmonella typhosa, Brucella suis, Treponema
pallidum, Corynebacterium bovis, dan actinobacilli juga telah diidentifikasi.
Cytomegalovirus (CMV), coxsackievirus, Epstein-Barr virus (EBV), virus
hepatitis B (HBV), rubella, rickettsiae (seperti dalam tifus scrub), dan virus
gondong diterima sebagai penyebab virus hanya jika dapat didokumentasikan
bahwa infeksi streptokokus beta-hemolitik tidak terjadi. GNA telah
didokumentasikan sebagai komplikasi langka hepatitis A.
Menghubungkan glomerulonefritis ke etiologi parasit atau jamur memerlukan
pengecualian dari infeksi streptokokus. Organisme diidentifikasi meliputi
Coccidioides immitis dan parasit berikut: Plasmodium malariae, Plasmodium
falciparum, Schistosoma mansoni, Toxoplasma gondii, filariasis, trichinosis, dan
trypanosomes.
Kelompok Non-infeksi
Penyebab non-infeksi dari GNA dapat dibagi menjadi penyakit ginjal primer,
penyakit sistemik, dan kondisi lain-lain atau agen.
16
Penyakit kolagen-vaskular (misalnya, lupus eritematosus sistemik [SLE]) -
Ini menyebabkan glomerulonefritis melalui deposisi kompleks imun pada
ginjal.
Vaskulitis hipersensitivitas - Ini mencakup sekelompok heterogen
gangguan pembuluh darah kecil dan penyakit kulit.
Cryoglobulinemia - Hal ini menyebabkan jumlah abnormal cryoglobulin
dalam plasma yang menghasilkan episode berulang dari purpura luas dan
ulserasi kulit pada kristalisasi.
Polyarteritis nodosa - ini menyebabkan nefritis dari vaskulitis melibatkan
arteri ginjal.
Henoch-Schönlein purpura - Ini menyebabkan vaskulitis umum
mengakibatkan glomerulonefritis.
Sindrom Goodpasture - Ini menyebabkan antibodi yang beredar pada
kolagen tipe IV dan sering mengakibatkan kegagalan ginjal progresif cepat
(minggu ke bulan).
17
Serum sickness
Streptococcus
Streptococcus adalah bakteri gram positif berbentuk bulat yang secara khas
membentuk pasangan atau rantai selama masa pertumbuhannya. Merupakan
golongan bakteri yang heterogen. Lebih dari 90% infeksi pada manusia
disebabkan oleh Streptococcus hemolisis β grup A. Kumpulan ini diberi spesies
nama S. pyogenes. Streptococcus diketahui dapat menghasilkan tidak kurang dari
20 produk ekstrasel yang terpenting diantaranya ialah streptolisin O, streptolisin
S, hialuronidase, streptokinase, difosforidin nukleotidase, dioksiribonuklease serta
streptococcal erytrogenic toxin. Produk-produk tersebut merangsang timbulnya
antibody, namun yang menjadi dasar peningkatan titer ASTO hanya berasal dari
antistreptolisin O. 9,10
D. EPIDEMIOLOGI
Dengan beberapa pengecualian, insidensi GNAPS telah menurun di sebagian
besar negara Barat. GNAPS tetap jauh lebih umum di daerah seperti Afrika,
Karibia, India, Pakistan, Malaysia, Papua Nugini, dan Amerika Selatan yang
mungkin dipengaruhi oleh status nutrisi, penggunaan antibiotik profilaksis, dan
potensi dari Streptokokus. Di Port Harcourt, Nigeria, kejadian GNA pada anak
usia 3-16 tahun adalah 15,5 kasus per tahun.
Variasi geografis dan musiman dalam prevalensi GNAPS lebih tampak
pada GNA akibat faringitis dibandingkan dengan penyakit kulit. Mortalitas pada
penderita GNA pada anak sangat jarang (<1%). Tidak ada predileksi rasial. Pada
laki-laki dua kali lebih sering daripada pada wanita. GNAPS sering terjadi pada
anak usia 5-15 tahun. GNA dominan menyerang anak laki-laki dibanding anak
perempuan (ratio 2 : 1)..
E.PATOGENESIS
18
Lesi pada glomerulus pada GNA, adalah hasil dari deposisi kompleks
imun pada glomerulus atau in situ. Pada penampilan kasar, ginjal dapat membesar
hingga 50%. Perubahan histopatologis termasuk pembengkakan simpai
glomerulus dan infiltrasi oleh sel polimorfonuklear. Imunofluoresensi
mengungkapkan pengendapan imunoglobulin dan komplemen.
19
Menurut penelitian yang dilakukan, penyebab infeksi pada glomerulus
akibat dari reaksi hipersensivitas tipe III. Kompleks imun mengendap di
membran basalis glomerulus. Aktivasi komplemen inilah, yang menyebabkan
destruksi pada membran basalis glomerulus.11
Saat komplemen dan kompleks imun bersirkulasi melalui glomerulus,
kompleks-kompleks ini dapat tersebar dalam mesangium, dilokalisir pada
subendotel membran basalis glomerulus sendiri, atau menembus membran basalis
dan terperangkap pada sisi epitel. Baik antigen atau antibodi dalam kompleks ini
tidak mempunyai hubungan imunologis dengan komponen glomerulus. Pada
pemeriksaan mikroskop electron, ditemukan endapan-endapan terpisah atau
gumpalan karateristik pada mesangium, subendotel dan epimembranosa. Dengan
miskroskop imunofluoresensi, terlihat pula pola nodular atau granular dan
molekul antibodi seperti IgG, IgM atau IgA serta komponen-komponen
komplemen seperti C3,C4 dan C2 sering dapat teridentifikasi dalam endapan-
endapan ini.12,13
Hipotesis lain yang sering disebut adalah neuraminidase yang dihasilkan
oleh Streptokokus, merubah IgG menjadi autoantigenic. Akibatnya, terbentuk
autoantibodi terhadap IgG yang telah berubah tersebut. Selanjutnya terbentuk
komplek imun dalam sirkulasi darah yang kemudian mengendap di ginjal.7
Streptokinase yang merupakan sekret protein, diduga juga berperan pada
terjadinya GNAPS. Sreptokinase mempunyai kemampuan merubah plaminogen
menjadi plasmin. Plasmin ini diduga dapat mengaktifkan sistem komplemen
sehingga terjadi cascade dari sistem komplemen.7
Pola respon jaringan tergantung pada tempat deposit dan jumlah kompleks
yang dideposit. Bila terutama pada mesangium, respon mungkin minimal, atau
dapat terjadi perubahan mesangiopatik, berupa ploriferasi sel-sel mesangial dan
matriks yang dapat meluas diantara sel-sel endotel dan membran basalis, serta
menghambat fungsi filtrasi simpai kapiler. Jika kompleks terutama terletak
subendotel atau subepitel, maka respon cenderung berupa glomerulonefritis
difusa. Pada kasus penimbunan kronik kompleks imun subepitel, maka respon
peradangan dan proliferasi menjadi kurang nyata dan membrana basalis
20
glomerulus berangsur-angsur menebal dengan masuknya kompleks-kompleks
tersebut ke dalam membran basalis baru, yang dibentuk pada sisi epitel.12,13
Mekanisme yang bertanggung jawab terhadap perbedaan distribusi deposit
kompleks imun dalam glomerulus sebagian besar tidak diketahui, walaupun
demikian ukuran dari kompleks tampaknya merupakan salah satu determinan
utama. Kompleks-kompleks kecil cenderung menembus simpai kapiler,
mengalami agregasi dan berakumulasi di sepanjang dinding kapiler di bawah
epitel, sementara kompleks-kompleks berukuran sedang tidak sedemikian mudah
menembus membrana basalis, tapi masuk ke mesangium. Kompleks juga dapat
berlokalisasi pada tempat-tempat lain.
Jumlah antigen pada beberapa penyakit, memiliki deposit kompleks imun
terbatas, misal: antigen bakteri dapat dimusnahkan dengan mekanisme pertahanan
penjamu atau dengan terapi spesifik. Pada keadaan demikian, deposit kompleks-
kompleks imun dalam glomerulus terbatas dan kerusakan dapat berlangsung
singkat, seperti pada glomerulonefritis akut post steroptokokus.1,2
Perubahan Struktural Dan Fungsional
21
pengendapan elektron-padat materi, baik di sisi endotel atau epitel dari membran
basal. Hialinisasi atau sclerosis menunjukkan cedera ireversibel. Perubahan-
perubahan struktural dapat fokus, difus atau segmental, atau global.
Kerusakan glomerulus
Agregasi trombosit
Fibrin
Kinin
Sindrom klinis
22
Gambar 4. Proses proteinuria dan hematuria pada GNA
2. Edema
Mekanisme retensi natrium dan edema pada glomerulonefritis tanpa
penurunan tekanan onkotik plasma. Hal ini berbeda dengan
mekanisme edema pada sindrom nefrotik.
Penurunan faal ginjal yaitu, laju filtrasi glomerulus (LFG) tidak
diketahui sebabnya, mungkin akibat kelainan histopatologis
(pembengkakan sel-sel endotel, proliferasi sel mesangium, oklusi
kapiler-kaliper) glomeruli. Penurunan faal ginjal LFG ini
menyebabkan penurunan ekskresi natrium Na+ (natriuresis),
akhirnya terjadi retensi natrium Na+. Keadaan retensi natrium Na+
ini diperberat oleh pemasukan garam natrium dari diet. Retensi
natrium Na+ disertai air menyebabkan dilusi plasma, kenaikan
volume plasma, ekspansi volume cairan ekstraseluler, dan akhirnya
terjadi edema.
3. Hipertensi
Terdapat pada 60-70% anak dengan GNA pada hari pertama,
kemudian pada akhir minggu pertama menjadi normal
kembali. Bila terdapat kerusakan jaringan ginjal, maka
tekanan darah akan tetap tinggi selama beberapa minggu dan
23
menjadi permanen bila keadaan penyakitnya menjadi kronis.
Suhu badan tidak beberapa tinggi, tetapi dapat tinggi sekali
pada hari pertama. Kadang-kadang gejala panas tetap ada,
walaupun tidak ada gejala infeksi lain yang mendahuluinya.
Gejala gastrointestinal seperti muntah, tidak nafsu makan,
konstipasi dan diare tidak jarang menyertai penderita
GNA.1,4,7
Hipertensi selalu terjadi meskipun peningkatan tekanan
darah mungkin hanya sedang. Hipertensi terjadi akibat
ekspansi volume cairan ekstrasel (ECF) atau akibat
vasospasme masih belum diketahui dengan jelas. 1,2
Gangguan keseimbangan natrium (sodium homeostasis)
Gangguan keseimbangan natrium ini memegang peranan
dalam genesis hipertensi ringan dan sedang.
Peranan sistem renin-angiotensin-aldosteron biasanya pada
hipertensi berat. Hipertensi dapat dikendalikan dengan obat-
obatan yang dapat menurunkan konsentrasi renin, atau
tindakan nefrektomi.
Substansi renal medullary hypotensive factors, diduga
prostaglandin. Penurunan konsentrasi dari zat ini
menyebabkan hipertensi
Bendungan Sirkulasi
Bendungan sirkulasi merupakan salah satu ciri khusus dari
sindrom nefritik akut, walaupun mekanismenya masih
belum jelas.
a) Vaskulitis umum
Gangguan pembuluh darah dicurigai merupakan salah satu tanda
kelainan patologis dari glomerulonefritis akut. Kelainan-kelainan
pembuluh darah ini menyebabkan transudasi cairan ke jaringan
interstisial dan menjadi edema.
24
b) Penyakit jantung hipertensif
Bendungan sirkulasi paru akut diduga berhubungan dengan
hipertensi yang dapat terjadi pada glomerulonefritis akut.
c) Miokarditis
Pada sebagian pasien glomerulonefritis tidak jarang ditemukan
perubahan-perubahan elektrokardiogram: gelombang T terbalik
pada semua lead baik standar maupun precardial. Perubahan-
perubahan gelombang T yang tidak spesifik ini mungkin
berhubungan dengan miokarditis.
d) Retensi cairan dan hipervolemi tanpa gagal jantung
Hipotesis ini dapat menerangkan gejala bendungan paru akut,
kenaikan cardiac output, ekspansi volume cairan tubuh. Semua
perubahan patofisiologi ini akibat retensi natrium dan air
F.MANIFESTASI KLINIS
ANAMNESIS
Warna urin pada GNA seragam di sepanjang aliran. Hematuria pada GNA
hampir selalu tidak sakit; disuria yang menyertai gross hematuria lebih mengarah
pada cystitis hemorrhagik akut dibanding penyakit ginjal. Riwayat keluhan serupa
sebelumnya akan menunjuk ke eksaserbasi proses kronis seperti IgA nefropati.
Hal ini penting berikutnya adalah memastikan gejala sugestif dari komplikasi
GNA tersebut. Ini mungkin termasuk sesak napas atau setelah beraktifitas yang
menunjukkan overload cairan, atau sakit kepala, gangguan penglihatan, atau
perubahan status mental dari hipertensi.
25
Sejak GNA dapat muncul dengan keluhan dari organ multisistem, review
lengkap dari seluruh sistem sangat penting. Perhatian khusus harus diberikan
untuk ruam, ketidaknyamanan sendi, perubahan berat badan, kelelahan, perubahan
nafsu makan, keluhan pernafasan, dan paparan obat terakhir. Sejarah keluarga
harus membahas kehadiran setiap anggota keluarga dengangangguan autoimun,
sebagai anak-anak dengan baik SLE dan membranoproliferatif glomerulonefritis
(MPGN) mungkin memiliki kerabat yang juga menderita penyakit serupa. Sebuah
riwayat keluarga gagal ginjal (khususnya bertanya tentang dialisis dan
transplantasi ginjal) mungkin menjadi petunjuk untuk proses seperti sindrom
Alport, yang mungkin awalnya hadir dengan gambar GNA. Adanya riwayat
infeksi streptokokus sebelumnya seperti faringitis, tonsilitis, atau pioderma.
a) Periode laten
Terdapat periode laten antara infeksi streptokokus dengan onset pertama
kali muncul gejala.
Pada umumnya, periode laten selama 1-2 minggu setelah infeksi
tenggorok dan 3-6 minggu setelah infeksi kulit
Onset gejala dan tanda yang timbul bersamaan dengan faringitis biasanya
merupakan imunoglobulin A (IgA) nefropati daripada GNA PS.
b) Urin berwarna gelap
Merupakan gejala klinis pertama yang timbul
c) Edema periorbital
Onset munculnya sembab pada wajah atau mata tiba-tiba. Biasanya
tampak jelas saat bangun tidur, terkait dengan posisi.
Pada beberapa kasus edema generalisata dan kongesti sirkulasi seperti
dispneu dapat timbul.
Edema merupakan akibat dari tereksresinya garam dan air.
Tingkat keparahan edema berhubungan dengan tingkat kerusakan ginjal.
d) Gejala nonspesifik
Yaitu gejala secara umum penyakit seperti malaise, lemah, dan anoreksia,
muncul pada 50% pasien.
15 % pasien akan mengeluhkan mual dan muntah.
Gejala lain demam, nyeri perut, sakit kepala.
26
Pemeriksaan Fisik
Beberapa edema perifer dari retensi garam dan air terlihat pada GNA, tapi
ini cenderung menjadi edema"berotot" yang lebih halus daripada karakteristik
edema pitting dari sindrom nefrotik. Yang paling mudah terlihat adalah edema
periorbital atau mata tampak sembab. Edema skrotum dapat terjadi pada sindrom
nefrotik juga, dan orchitis merupakan temuan sesekali di HSP.
27
Edema tampak pada 80-90% kasus dan 60% menjadi keluhan saat ke
dokter.
Terjadi penurunan aliran darah yang bermanifestasi sedikit eksresi natrium
dan urin menjadi terkonsentrasi. Adanya retensi natrium dan air ini
menyebabkan terjadinya edema.
c) Hipertensi
Hipertensi muncul dalam 60-80% kasus dan biasanya pada orang yang
lebih besar.
Pada 50% kasus, hipertensi bisa menjadi berat.
Jika ada hipertensi menetap, hal tersebut merupakan petunjuk progresifitas
ke arah lebih kronis atau bukan merupakan GNAPS.
Hipertensi disebabkan oleh retensi natrium dan air yang eksesif.
Meskipun terdapat retensi natrium, kadar natriuretic peptida dalam plasma
meningkat.
Aktivitas renin dalam plasma rendah.
Ensefalopati hipertensi ada pada 5-10% pasien,biasanya tanpa defisit
neurologis.
d) Oliguria
Tampak pada 10-50% kasus, pada 15% output urin mencapai <200ml.
Oliguria mengindikasikan bentuk cresentic yang berat.
Biasanya transien, dengan diuresis 1-2 minggu.
2. Hematuria
Muncul secara umum pada semua pasien.
30% gross hematuria.
3. Disfungsi ventrikel kiri
Disfungsi ventrikel kiri dengan atau tanpa hipertensi atau efusi
perikardium dapat timbul pada kongestif akut dan fase konvalesen.
Pada kasus yang jarang, GNA PS dapat menunjukkan gejala perdarahan
pulmonal.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
28
mengukur antibodi terhadap beberapa antigen streptokokus. Titer anti streptolosin
O meningkat pada 75-80% pasien dengan glomerulonefritis akut pasca
streptokokus dengan faringitis, meskipun beberapa strain streptokokus tidak
memproduksi streptolisin O. Bila semua uji dilakukan uji serologis dilakukan,
lebih dari 90% kasus menunjukkan adanya infeksi streptokokus.
Titer antibodi streptokokus positif pada >95 % pasien faringitis dan 80%
pada pasien dengan infeksi kulit. Antistreptolisin, antinicotinamid dinucleotidase
(anti-NAD), antihyaluronidase (Ahase) dan anti-DNAse B positif setelah
faringitis. Titer antibodi meningkat dalam 1 minggu puncaknya pada satu bulan
dan akan menurun setelah beberapa bulan.
29
Pada urinalisis menggambarkan abnormalitas, hematuria dan proteinuria
muncul pada semua kasus. Pada sedimen urin terdapat eritrosit, leukosit, granular.
Terdapat gangguan fungsi ginjal sehingga urin menjadi lebih terkonsentrasi dan
asam. Ditemukan juga glukosuria. Eritrosit paling baik didapatkan pada urin pagi
hari, terdapat 60-85% pada anak yang dirawat di RS. Hematuria biasanya
menghilang dalam waktu 3-6 bulan dan mungkin dapat bertahan 18 bulan.
Hematuria mikroskopik dapat muncul meskipun klinis sudah membaik.
Proteinuria mencapai nilai +1 sampai +4, biasanya menghilang dalam 6 bulan.
Pasien dengan proteinuria dalam nephrotic-range dan proteinuria berat memiliki
prognosis buruk.
A) Pemeriksaan Pencitraan
Foto toraks dapat menunjukkan Congestif Heart Failure.
USG ginjal biasanya menunjukkan ukuran ginjal yang normal.
B) Biopsi Ginjal
Biopsi ginjal diindikasikan bila terjadi perubahan fungsi ginjal yang
menetap, abnormal urin dalam 18 bulan, hipokomplemenemia yang menetap, dan
terjadi sindrom nefrotik.
Indikasi Relatif :
Indikasi Absolut :
30
GFR yang tidak kembali normal dalam 4 minggu
Hipokomplemenemia menetap dalam 6 minggu
Hematuria mikroskopik menetap dalam 18 bulan
Proteinuria menetap dalam 6 bulan
G.DIAGNOSIS
Glomerulonefritis akut didiagnosis dengan menemukan riwayat hematuria,
edema, hipertensi, atau gejala nonspesifik seperti malaise, demam, nyeri abdomen.
Didukung dengan pemeriksaan fisik yang menunjukkan adanya overload cairan (edema
dan hipertensi), perubahan berat badan baru-baru ini, asites atau efusi pleura,
kemerahan pada kulit, pucat, nyeri ketok pada sudut kostovertebra, pemeriksaan
neurologis yang abnormal, dan lain-lain.
Diagnosis Clinical Manifestations
Poststreptococcal glomerulonephritis Microscopic or gross hematuria,
proteinuria, hypertension, and edema
Hemolytic-uremic syndrome Microscopic hematuria, hypertension,
gastroenteritis (bloody diarrhea), oliguria,
and petechiae
Henoch-Schönlein purpura nephritis Microscopic hematuria, palpable purpura,
abdominal pain, tender subcutaneous
edema, arthralgias sometimes present
Immunoglobulin A nephropathy Microscopic hematuria ± proteinuria;
intermittent gross hematuria with viral
infections
Systemic lupus erythematosus Gross hematuria ± microscopic, rash
(malar, discoid, vasculitic) and arthralgias
or arthritis
Alport syndrome Microscopic or gross hematuria,
sensorineural hearing loss, family history
of renal failure, cataracts
31
H.KOMPLIKASI
Pengembangan menjadi sclerosis jarang pada pasien yang khas, namun
pada 0,5-2% dari pasien dengan GNA, tentu saja berlangsung ke arah gagal ginjal,
berakibat pada kematian ginjal dalam waktu singkat.
Urinalisis yang abnormal (yaitu, microhematuria) dapat bertahan selama
bertahun-tahun. Penurunan ditandai dalam laju filtrasi glomerulus (GFR) jarang.
hipertensi retinopati
hipertensi ensefalopati
GN kronik
GN Progresif Cepat
Gagal ginjal akut/kronis
Sindrom nefrotik
I. TATALAKSANA
Penanganan pasien adalah suportif dan simtomatik. Perawatan dibutuhkan
apabila dijumpai penurunan fungsi ginjal sedang sampai berat (klirens kreatinin <
60 ml/mnt/1,73 m2), BUN > 50mg/dl, anak dengan tanda dan gejala uremia,
muntah letargi, hipertensi ensefalopati, anuria atau oliguria menetap.
32
2. Pasien hipertensi dapat diberi diuretik atau antihipertensi. Bila hipertensi
ringan (sistolik 130 mmHg dan diastole 90 mmHg), umumnya diobservasi
tanpa diberi terapi. Hipertensi sedang (sistolik > 140-150 mmhg dan
diastole > 100 mmHg) diobati dengan pemberian hidralazin oral atau IM,
nifedipin oral atau sublingual. Dalam prakteknya lebih baik merawat inap
pasien hipertensi 1-2 hari daripada memberi antihipertensi yang lama.
Pada hipertensi berat diberikan hidralazin 0,15-0,3 mg/kgbb IV, dapat
diulang setiap 2-4 jam atau reserpin 0,03-0,1 mg/kgbb (1-3 mg/m2) IV,
natrium nitroprusid 1-8 mg/kgbb/mnt. Pada krisis hipertensi (sistolik > 180
mmHg atau diastolic > 120 mmHg) diberi diazoxid 2-5 mg/kgbb IV secara
cepat bersama furosemid 2 mgg/kgbb IV. Pilihan lain klonidin drip 0,002
mg/kgbb/kali, diulang setiap 4-6 jam atau diberi nifedipin sublingual 0,25-
0,5 mg/kgbb dan dapat diulang setiap 6 jam bila diperlukan.
3. Bila anuria berlangsung lama (5-7 hari), maka ureum harus dikeluarkan
dari dalam darah dengan beberapa cara misalnya dialisis pertonium,
hemodialisis, bilasan lambung dan usus (tindakan ini kurang efektif,
tranfusi tukar). Bila prosedur di atas tidak dapat dilakukan oleh karena
kesulitan teknis, maka pengeluaran darah vena pun dapat dikerjakan dan
adakalanya menolong juga.
33
teoritis seorang anak dapat terinfeksi lagi dengan kuman nefritogen lain,
tetapi kemungkinan ini sangat kecil sekali. Pemberian penisilin dapat
dikombinasi dengan amoksislin 50 mg/kg BB dibagi 3 dosis selama 10
hari. Jika alergi terhadap golongan penisilin, diganti dengan eritromisin 30
mg/kg BB/hari dibagi 3 dosis.
J. PROGNOSIS
Sebagian besar pasien akan sembuh sempurna, tetapi 5% di antaranya
mengalami perjalanan penyakit yang memburuk dengan cepat pembentukan
kresen pada epitel glomerulus. Angka kematian dari GNA pada kelompok usia
yang paling sering terkena, pasien anak-anak, telah dilaporkan 0-7%.
Diuresis akan menjadi normal kembali pada hari ke 7-10 setelah awal
penyakit, dengan menghilangnya sembab dan secara bertahap tekanan darah
menjadi normal kembali. Fungsi ginjal (ureum, kreatinin) membaik dalam 1
minggu dan menjadi normal dalam waktu 3-4 minggu. Komplemen serum
menjadi normal dalam waktu 6-8 minggu. Tetapi kelainan sedimen urin akan tetap
terlihat selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun pada sebagian besar
pasien.1,12
Dalam suatu penelitian pada 36 pasien glomerulonefritis akut
pascastreptokok yang terbukti dari biopsi, diikuti selama 9,5 tahun. Prognosis
untuk menjadi sembuh sempurna sangat baik. Hipertensi ditemukan pada 1 pasien
34
dan 2 pasien mengalami proteinuria ringan yang persisten. Sebaliknya prognosis
glomerulonefritis akut pascastreptokok pada dewasa kurang baik. 1,4,12
Potter dkk menemukan kelainan sedimen urin yang menetap (proteinuria
dan hematuria) pada 3,5% dari 534 pasien yang diikuti selama 12-17 tahun di
Trinidad. Prevalensi hipertensi tidak berbeda dengan kontrol. Kesimpulannya
adalah prognosis jangka panjang glomerulonefritis akut pascastreptokok baik.
Beberapa penelitian lain menunjukkan adanya perubahan histologis penyakit
ginjal yang secara cepat terjadi pada orang dewasa. Selama komplemen C3 belum
pulih dan hematuria mikroskopis belum menghilang, pasien hendaknya diikuti
secara seksama oleh karena masih ada kemungkinan terjadinya pembentukan
glomerulosklerosis kresentik ekstra-kapiler dan gagal ginjal kronik.1,4,12
Kasus sporadis nefritis akut sering berkembang menjadi bentuk yang
kronis. Perkembangan ini terjadi pada sebanyak 30% dari pasien dewasa dan 10%
dari pasien anak. GN merupakan penyebab paling umum dari gagal ginjal kronis
(25%).
Pada GNAPS, prognosis jangka panjang yang umumnya baik. Lebih dari
98% dari individu tidak menunjukkan gejala setelah 5 tahun, dengan gagal ginjal
kronis dilaporkan 1-3%.
35
Gambar 1. Resolusi pada kasus GNAPS berdasarkan waktu
Sekitar 15% dari pasien pada 3 tahun dan 2% dari pasien pada 7-10 tahun
mungkin memiliki proteinuria persisten ringan. Prognosis jangka panjang belum
tentu berbahaya. Beberapa pasien mungkin mengembangkan hipertensi,
proteinuria, dan insufisiensi ginjal selama 10-40 tahun setelah penyakit awal.
Imunitas terhadap protein M adalah tipe-spesifik, tahan lama, dan pelindung.
Episode berulang dari GNAPS karena itu tidak biasa.
36
pasien. Terjadinya komplikasi kardiopulmoner atau neurologis memperburuk
prognosis.
BAB III
KESIMPULAN
37
Glomerulonefritis merupakan suatu istilah yang dipakai untuk
menjelaskan berbagai ragam penyakit ginjal yang mengalami proliferasi dan
inflamasi glomerulus yang disebabkan oleh suatu mekanisme imunologis. Etiologi
dari GNA sendiri dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian besar, yaitu kelompok
infeksi (yang paling sering adalah infeksi streptokokus), dan kelompok non-
infeksi.
38
DAFTAR PUSTAKA
1. Shrier RW, Gottschalk CW, eds. Diseases of the Kidney. Vol 2. 6th ed.
Boston, Mass: Little, Brown & Company; 1997:1579- 84.
39
10. Acute streptococcal glomerulonephritis. Available at:
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000495.htm. Accesed on
July, 4th 2014, at 10.45 PM.
11. Pediatric nephritis. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/982811-overview. Accesed on July,
4th 2014, at 10.55 PM.
12. Chronic streptococcal glomerulonephritis. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/239392-overview. Accesed on July,
4th 2014, at 11.00 PM.
13. Glomerulonephritis Associated with Nonstreptococcal Infection. Available
at: http://emedicine.medscape.com/article/240229-overview. Accesed on
July, 4th 2014, at 11.20 PM.
40